Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162459 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Retno P.
"Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengolah air yang mengandung senyawa linear alkil benzen sulfonat (LAS) dan amonia adalah dengan proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran. Proses oksidasi lanjut ini memanfaatkan keberadaan radikal hidroksida yang merupakan oksidator kuat yang mampu menguraikan senyawa organik dan anorganik bersifat racun dan sulit terurai di dalam air.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran cukup efektif untuk menyisihkan senyawa LAS, namun tidak cukup efektif untuk menyisihkan senyawa amonia dalam air. Persentase penyisihan total LAS untuk konsentrasi awal 30 mg/L, 50 mg/L dan 100 mg/L masing-masing diperoleh sebesar 89,82 %; 84,20% dan 81,49% dan amonia sebesar 17,07%.

One of the methods to treat water of linear alkyl benzene sulfonate and ammonia compounds is by advanced oxidation process and membrane filtration. These advanced oxidation process utilizing the presence of hydroxide radicals which is a strong oxidant that can destroy the organic and inorganic compounds are toxic and difficult to break down in the water.
From this research, it was found that advanced oxidation process and membrane filtration effective for remove linear alkyl benzene sulfonate (LAS), but uneffective for remove ammonia in the water. The total removal of linear alkyl benzene sulfonate was about 89,82 %; 84,20% and 81,49% for initial concentration was 30 mg/L, 50 mg/L and 100 mg/L, respectively and 17,07% for ammonia.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51901
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Firmansyah
"Penyisihan bahan kimia berbahaya dari limbah cair dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan menggunakan filtrasi membran. Masalah utama pada filtrasi membran adalah sering terjadinya fouling. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menggunakan proses pretreatment dengan ozonasi. Dari hasil identifikasi laju reaksi penyisihan terhadap data-data penelitian sebelumnya, dengan metode pendekatan hukum pangkat sederhana, didapatkan bahwa nilai konstanta laju reaksi penyisihan dengan proses gabungan ozonasi dan filtrasi membran pada tingkat 1 sampai tingkat 3 masing - masing sebesar: 3 x 108/M2.s, 1,5 x 109/M2.s, dan 2 x 109/M2.s untuk timbal; 4,19 x 104/M2.s, 3 x 10-8 M/s, dan 5 x 106/M2.s untuk tembaga; 3 x 10-8 M/s, 3,486/M2.s, dan 2,8315/M2.s untuk amonia; serta 7,7 x 104/M2.s, 5,6 x 10-2/M0.5.s, dan 0,11/M0,5.s untuk linier alkil benzen sulfonat.

Degradation of hazardous chemicals from the wastewater can be done in various ways, one of them is by using membrane filtration. The main problem in membrane filtration is a frequent occurrence of fouling. To overcome this can be done by using apretreatment process with ozonasi. From the results of the identification of degradation rate of previous research data, with a simple power - law approach, it was found that the degradation rate constant value with a ozonation and membrane filtration hybrid process at level 1 to level 3, each for: 3 x 108/M2.s, 1.5 x 109/M2.s, and 2 x 109/M2.s for lead; 4.19 x 104/M2.s, 3 x 10-8 M/s, and 5 x 106/M2.s for copper; 3 x 10-8 M/s, 3.486/M0.5.s, and 2.8315/M2.s for ammonia; and 7.7 × 104/M2.s, 5.6 x 10-2/M0.5.s, and 0.11/M0.5.s for linear alkyl benzene sulfonate. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S896
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nofi Rahmawati Azzah Rawaani Samputra
"Air tanah merupakan salah satu sumber air minum bagi masyarakat, namun akibat sering ditemukan mengandung zat-zat pencemar (seperti besi, mangan, amonia dan Linear Alkylbenzene Sulfonate/LAS) menyebabkan masyarakat yang mengkonsumsi air tanah tersebut akan mengalami gangguan kesehatan. Oleh sebab itu diperlukan suatu teknologi untuk dapat menyisihkan zat-zat pencemar di dalam air tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengolah air tanah adalah dengan proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran keramik. Proses oksidasi lanjut dalam penelitian ini menggunakan gabungan ozonasi dan kavitasi hidrodinamik untuk menghasilkan radikal hidroksida yang merupakan oksidator kuat yang mampu menguraikan senyawa organik maupun anorganik bersifat racun dan sulit terurai di dalam air. Sedangkan proses filtrasinya menggunakan membran mikrofiltrasi berbahan keramik dimana bahan membran tersebut bersifat sangat stabil secara kimiawi, suhu, dan mekanis.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses oksidasi lanjut dan filtrasi membran keramik cukup efektif dalam menyisihkan besi dan LAS, namun tidak cukup efektif dalam menyisihkan mangan dan amonia. Persentase penyisihan bahan pencemar besi, mangan, amonia dan LAS secara terpisah masing-masing sebesar 99,78%, 26,21%, 3,73% dan 80,52%. Sedangkan untuk penyisihan bahan pencemar yang dicampur didapatkan persentase penyisihan untuk besi sebesar 99,36 %, mangan 21,55 %, amonia 2,89 % dan LAS 80,1 %, dimana penyisihan antara bahan pencemar yang terpisah dan tercampur menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda.
Ground water is one source of drinking water for communities, but often found contaminant substances in it (such as iron, manganese, ammonia and Linear Alkylbenzene sulfonate/LAS), causing people who consume the groundwater will getting health problems. Therefore we need a technology to be able to removal a contaminant substances in the groundwater. One of the methods to treat ground water of iron, manganese, ammonia and linear alkylbenzene sulfonate compounds is by advanced oxidation process and ceramics membrane filtration. Advanced oxidation process in this research uses a combination ozone/ cavitation hydrodynamicto produce hydroxide radicals which is a strong oxidant that can destroy the organic and inorganic compounds are toxic and difficult to break down in the water. Process filtration uses a membrane made from ceramic which is very stable chemically, temperature, and mechanical.
From this research, it was found that advanced oxidation processes and ceramic membrane filtration can be effective for remove iron and LAS, but uneffective for remove manganese and ammonia in ground water. Respectively, percentage of removal for separate contaminants : iron, manganese, ammonia and LAS are 99.78%, 26.21%, 3.73% and 80.52%. For mixed pollutants, percentage removal iron are 99.36%, 21.55% manganese, 2.89% ammonia and 80.1% LAS, where percentage removal separate and mixed contaminants are not much different.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T28321
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Hikmawan
"Pada penelitian ini air yang mengandung logam tembaga, timbal dan amonia dioleh dengan menggunakan proses ozonasi gelembung mikro dan membran filtrasi. Ozonasi gelembung mikro ini bertujuan untuk memperluas area kontak dan untuk menghasilkan OH radikal yang memiliki sifat oksidasi lebih kuat dibandingkan ozon.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa proses ozonasi dan filtrasi efektif untuk menyisihkan logam tembaga, timbal dan kurang efektif untuk senyawa amonia. Persentase penyisihan logam tembaga, timbal dan amonia secara terpisah didapatkan hasil penyisihan untuk logam tembaga sebesar 93,65%, logam timbal 98,17 %, dan amonia sebesar 17,07 %. Sedangkan untuk penyisihan limbah sintetik yang dicampur didapatkan penyisihan untuk logam tembaga sebesar 53,79 %, logam tembaga 71,98 % dan amonia sebesar 30,03 %.

The study of the water treatment by using micro bubbles ozonation processes and membrane filtration for remove copper, lead and ammonia. One of the micro bubbles ozonation purpose is to expand the contact area and to produce OH radical oxidation properties stronger than ozone.
From this study founded that the ozonation and filtration process effective to remove copper and lead, but uneffective for ammonia compounds. The total removal of copper, lead and ammonia has a result as the following copper 93.65%, lead 98.17% and ammonia 17.07%. While the total removal for mixed synthetic waste can remove copper metal 53.79%,lead 71,98 % and ammonia 30.03%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51906
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nida Fathia
"Produksi tahu di Indonesia menghasilkan limbah cair membentuk emulsi dan lebih pekat dibanding limbah tempe karena adanya proses penggilingan kedelai menjadi bubur, bersifat asam akibat penambahan asam saat penggumpalan tahu, dan berbau. Limbah cair tahu dapat diuraikan oleh mikroorganisme air, namun hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam air dan menimbulkan dampak terhadap ekosistem dan lingkungan sehingga masih membutuhkan metode pengolahan yang lebih efektif.
Penelitian ini mengombinasikan ultrafiltrasi membran polisulfon dan osmosis balik dengan pretreatment berupa proses koagulasi-flokulasi dengan koagulan tawas. Proses koagulasi-flokulasi dilakukan dengan variasi dosis koagulan 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, dan 800 ppm, proses ultrafiltrasi dengan variasi tekanan umpan 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar, dan 2 bar, sedangkan osmosis balik dilakukan dengan variasi tekanan umpan 4 bar, 5 bar, dan 6 bar. Limbah cair tahu memiliki karakteristik pH 3-5, TSS 600-1200 mg/L, kekeruhan 800-1400 FAU, TDS 1200-1600 mg/L, COD 5000-8000 mg/L, dan BOD 4600 mg/L.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa koagulasi-flokulasi yang optimal terjadi pada dosis tawas 300 ppm dengan hasil penyisihan TSS sebesar 82%, ultrafiltrasi optimal terjadi pada tekanan 0,5 bar dengan penyisihan TSS 93,6%, TDS 88%, kekeruhan 92,4%, dan COD 95,1%, serta osmosis balik optimal terjadi pada tekanan umpan dengan penyisihan TSS 100%, TDS 99%, kekeruhan 100%, dan COD 98,8%, di mana persentase penyisihan BOD total adalah 99,6%.

Tofu industry in Indonesia produces wastewater as its byproduct, which forms emulsion and more concentrated than tempeh wastewater as a result of soybean grinding process to form solid soy pulp, morevover it has acidic properties for its coagulation process with acid coagulant. Tofu wastewater can be degraded by water microorganism with reducing dissolved oxygen level in water as a drawback, and eventually impacts the environment.
This study aims to process tofu wastewater by combining ultrafiltration by polysulfone membrane and reverse osmosis with coagulation-flocculation by aluminum sulfate as pretreatment. Coagulation-flocculation was conducted with coagulant dose of 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, 500 ppm, 600 ppm, 700 ppm, and 800 ppm, while ultrafiltration was conducted with feed pressure variation of 0,5 bar, 1 bar, 1,5 bar, and 2 bars, and reverse osmosis was conducted with feed pressure variation of 4 bars, 5 bars, and 6 bars. Tofu wastewater feed has characteristics of pH value of 3-4, TSS 600-1200 mg/L, turbidity 800-1400 FAU, TDS 1200-1600 mg/L, COD 5000-8000 mg/L, and BOD 4600 mg/L.
Experimental result showed that optimum coagulation-flocculation occured at aluminum sulfate dose of 300 ppm with TSS rejection  of 82%, optimum ultrafiltration occured at 0,5 bar feed pressure with rejection value of TSS 93,6%, TDS 88%, turbidity 92,4%, and COD 95,1%, as well as optimum reverse osmosis occured at 6 bars feed pressure with rejection value of TSS 100%, TDS 99%, turbidity 100%, and COD 98,8%, where overall BOD rejection was 99,6%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maylina Chandra Puspita
"Krisis air bersih yang terjadi akibat pencemaran air mendorong dilakukannya suatu upaya pengolahan air untuk mendapatkan air bersih, salah satunya adalah dengan proses filtrasi. Namun, adanya fouling factor dan ketidakstabilan dari fluks menyebabkan kemampuan membran untuk menyeleksi zat yang melewatinya menjadi berkurang, sehingga kualitas hasil filtrasi menjadi tidak stabil dan cenderung menurun. Untuk mengatasi masalah tersebut, air perlu dipretreatment dengan proses koagulasi sebelum memasuki membran. Pada penelitian kali ini, tiga jenis koagulan yaitu aluminium sulfat, polialuminium klorida, dan polialuminium silikat klorida dengan variasi dosis, yaitu 10, 30, 50, dan 70 ppm diuji dan dibandingkan untuk mendapatkan jenis dan dosis koagulan yang paling efektif untuk meningkatkan kualitas air berdasarkan parameter total dissolved solid, kekeruhan, dan pH. Efektifitas koagulasi dan kinerja membran filtrasi meningkat dengan penambahan koagulan polialuminium silikat klorida dengan dosis 50 ppm. Efektifitas koagulasi pada koagulan ini berdasarkan penurunan total dissolved solid sebesar 49.16 % dan kekeruhan sebesar 64.29%. Hasil akhir dari pengolahan air dengan koagulan polialuminium silikat klorida 50 ppm yang dipadu dengan proses ozonasi dan filtrasi menghasilkan air dengan pH 6.95, total dissolved solid sebesar 8.06 ppm dengan penurunan total sebesar 87.90% dan kekeruhan sebesar 0 FAU dengan penurunan total sebesar 100%.

Clean water crisis caused by water pollution prompted a water treatment efforts to get clean water, one of them by filtration process. However, the presence of fouling factor and flux instability cause a membrane's ability to select the substances that pass through it become less, so the quality of filtration result becomes unstable and tends to decline. To overcome these problems, the water need to be pretreated by coagulation process before entering the membrane. In this research, three types of coagulant are aluminum sulphate, polyaluminium chloride, and polyaluminium silicate chloride with varied dose of 10, 30, 50, and 70 ppm were tested and compared to getting the type and dose of coagulant that is most effective to improve the water quality based on total dissolved solid, turbidity and pH parameters. Coagulation effectivity and membrane filtration performance increase with the addition of polyaluminium silicate chloride coagulant at a dose of 50 ppm. Coagulation effectivity of this coagulant based on reduction of total dissolved solid of 49.16% and turbidity of 64.29%. The final result of water treatment with polyaluminium silicate chloride coagulant at 50 ppm combined with ozonation and filtration process produce water with a pH of 6.95, total dissolved solid of 8.06 ppm with total reduction of 87.90% and the turbidity of 0 FAU with total reduction of 100%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhian Solichin
"ABSTRAK
Salah satu metode pengolahan air konsumsi terhadap pencemaran organik ataupun logam terlarut adalah dengan metode hibrida gabungan ozonasi dan filtrasi dengan membran. Ozonasi digunakan untuk mengurangi fouling pada membran, selain itu juga ozonasi digunakan sebagai pretreatment awal untuk meningkatkan kerja filtrasi membran seperti meningkatkan suhu. Membran digunakan untuk menyaring limbah atau bahan pencemar pada air. Untuk mengetahui besarnya reaksi penyisihan limbah dapat dilihat pada nilai konstanta laju reaksi tersebut. Dari percobaan dilakukan sebanyak 3 tingkat maka nilai konstanta reaksi untuk masing masing limbah adalah 1,59 x 10-9 mol/s, 1,56 x 10-9 mol/s, dan 2,14 x 10-9 mol/s untuk LAS. 1,89 x 10-8 mol/s, 1,19 x 10-12 mol/s, dan 5,07 x 10-8 mol/s untuk Amonia. 3,34 x 10-10 mol/s, 1,67 x 10-10 mol/s, dan 9,71 x 10-9 mol/s untuk mangan. 1,38 x 10-8 mol/s, 2,95 x 10-8 mol/s, 9,43 x 10-7 mol/s untuk besi."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1470
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riva Khansa Tsabita
"Industri minuman anggur di Indonesia mengalami peningkatan minat di kalangan masyarakat, di mana hal ini mendorong pertumbuhan pasar dalam negeri. Industri minuman anggur pasti menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai zat organik yakni senyawa-senyawa seperti polifenol, gula, asam organik, dan senyawa terkait lainnya sehingga pengolahan air limbah industri minuman anggur menjadi semakin penting. Teknologi pengolahan dengan menggunakan membran saat ini tengah berkembang pesat di beberapa dekade terakhir karena kelebihannya dalam mengolah air limbah. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan analisis terkait efisiensi penyisihan serta performa dari teknologi membran dengan jenis material yang berbeda (PES dan keramik) untuk proses ultrafiltrasi dan juga pore size yang berbeda dari membran keramik (50 KDa dan 1 KDa) untuk proses ultrafiltrasi dan nanofiltrasi pada air limbah wine sintetik. Metode penelitian dilakukan pada kondisi constant flux dan juga menggunakan metode single filtration serta multicycle filtration dengan backwash di tengah siklus. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa membran keramik memiliki efisiensi penyisihan senyawa organik yang lebih unggul dibandingkan dengan membran PES (penyisihan warna, COD, dan TOC). Selain itu, membran keramik juga memiliki ketahanan yang lebih baik terhadap fouling. Terkait membran keramik dengan pore size berbeda, pada penelitian ini masih belum dapat didefinisikan mana membran dengan efisiensi penyisihan yang lebih baik. Namun, jika dilihat dari performa membran, membran keramik 50 KDa (ultrafiltrasi) masih lebih unggul dari segi efektivitas proses backwash dan ketahanan pada permeabilitas membran.

The wine beverage industry in Indonesia is experiencing increased interest among the public, which is driving the growth of the domestic market. This industry inevitably generates liquid waste containing various organic substances such as polyphenols, sugars, organic acids, and related compounds, making wastewater treatment become more important. Membrane treatment technology has rapidly developed over the past few decades due to its advantages in wastewater processing. This study aims to provide an analysis of the removal efficiency and performance of membrane technology using different materials (PES and ceramic) for ultrafiltration processes, as well as different pore sizes of ceramic membranes (50 KDa and 1 KDa) for ultrafiltration and nanofiltration processes on synthetic wine wastewater. The research methodology involved constant flux conditions and utilized both single filtration and multicycle filtration methods with backwash during the cycles. The results of the study indicate that ceramic membranes have superior organic compound removal efficiency compared to PES membranes (color, COD, and TOC removal). Additionally, ceramic membranes exhibit better resistance to fouling. Regarding ceramic membranes with different pore sizes, the study has not yet defined which membrane has better removal efficiency. However, in terms of membrane performance, the 50 KDa ceramic membrane (ultrafiltration) is superior in terms of backwash process effectiveness and membrane permeability resistance.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Izdihar
"Pada penelitian ini, kavitasi (hidrodinamik dan ultrasonik) digabungkan dengan ozonasi untuk menyisihkan campuran fenol dan amonia. Gabungan metode tersebut menghasilkan dua oksidator dengan karakterisik yang berbeda. Peran kedua oksidator dikaji melalui persentase penyisihan dan produk hasil oksidasi. Penyisihan dilakukan selama 60 menit dengan memvariasikan komposisi campuran dan pH larutan. Pada perbandingan konsentrasi fenol-amonia4:1, persentase penyisihan tertinggi dicapai pada pH 4 untuk fenol sebesar49,7% dandicapai pada pH 11untuk amonia sebesar 39,6%. Pada komposisi 1:4, persentase penyisihan tertinggi baik fenol maupun amonia dicapai pada pH 11 sebesar 98% dan 14,5%. Analisa GC-MS menunjukkan jumlah senyawa hasil oksidasi meningkatdengan bertambahnya pH. Komposisi campuran berpengaruh terhadap oksidator yang menjadi mekanisme kontrol penyisihan. Pada konsentrasi fenol yang tinggi, mekanisme kontrol penyisihan adalah reaksi selektif oleh ozon, sedangkan pada konsentrasi amonia yang tinggi, mekanisme kontrol penyisihan adalah reaksi nonselektif oleh radikal OH. Selain menghasilan produk oksidasi yang bersifat asam. Proses gabungan ozonasi dan kavitasi menghasilkan senyawa ? senyawa rantai panjang.

This research combinedhydrodynamic and ultrasonic cavitations with ozonation to degrade mixture of phenol and ammonia. The combination produced two oxidators with different characteristics. The role of both oxidator was assessed in degradation percentage and oxidation products. The degradation was carried out for 60 minutes with variations of compositions andpHs. At the ratio of phenol-ammonia 4:1, the highest degradation percentage was achieved at pH 4 for phenoland at pH 11 for ammonia in the amount of 49,7% and 39,6% respectively.At composition of 1:4, the highest degradation percentage was achieved at pH 11 for both of phenol and ammonia in the amount of 98% and 14,5% respectively. GC-MS analysis showed that oxidation products improved along with the increasing of pH. Composition influencing the control mechanism of degradation. At high concentration of phenol, the control mechanism was direct attack of ozon. Whereas at high concentration of ammonia, the control mechanism was attack of OH radicals. Besides producing acidic intermediate compounds. They also produced long-chained compounds."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54825
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Huriya
"Teknologi membran saat ini sudah banyak diaplikasikan untuk mengolah limbah berbagai industri, salah satunya dapat industri tahu. Namun di Indonesia, pengolahan limbah industri tahu masih menggunakan metode konvensional dan belum memenuhi baku mutu pemerintah, sehingga dibutuhkan metode pengolahan yag lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan preparasi serta menguji kinerja membran polisulfon dengan proses filtrasi untuk pengolahan limbah cair industri tahu. Penelitian ini diawali oleh preparasi membran polisulfon (PSf) dengan pelarut n-metil-2-pirolidon (NMP) dan aditif polivinilpirolidon (PVP) dengan metode inversi fasa dan teknik imersi presipitasi, dengan variasi massa PVP sebanyak 0,15 gram; 0,25 gram; dan 0,35 gram. Membran yang telah dipreparasi kemudian dikarakterisasi menggunakan SEM, FTIR, serta sudut kontak. Limbah cair tahu sebagai umpan filtrasi telah melalui proses pre-treatment dengan metode koagulasi-flokulasi. Kemudian limbah umpan tersebut difiltrasi menggunakan membran PSf/NMP/PVP dengan variasi umpan 4, 5, 6, dan 7 bar. Penambahan konsentrasi PVP meningkatkan porositas dan hidrofilisitas, namun penambahan PVP yang berlebihan akan meningkatkan viskositas membran sehingga membuat membran menjadi lebih padat. Hal ini yang menyebabkan fluks air dan fluks permeat mengalami kenaikan pada membran PSf/NMP/PVP0,15 dan PSf/NMP/PVP0,25 namun namun menurun pada PSf/NMP/PVP0,35. Rejeksi COD dan TDS yang dihasilkan pada penelitian berkisar antara 8,3% hingga 60,53% dan 4,77% hingga 28,57%; sedangkan rejeksi TSS dan kekeruhan yang dihasilkan berkisar antara 16,67% hingga 75% dan 8,3% hingga 75%; dan pH berkisar antara 7,28 hingga 7,58.
.....Membrane technology nowadays is applied for wastewater treatment in multiple industries, one of them is the tofu industry. However in Indonesia, tofu industrial wastewater treatment still uses the conventional method that has yet to meet the government’s quality standards, so a more effective treatment method is needed. This research aimed to prepare and examine the performance of polysulfone (PSf) membrane using n-methyl-2-pyrrolidone (NMP) solvent and polyvinylpyrrolidone (PVP) additive according to phase inversion method by immersion precipitation technique, with PVP mass variation of 0,15; 0,25; and 0,35 grams. Membrane that has been prepared is then characterized by undergoing several tests of SEM, FT-IR, and contact angle. First, tofu wastewater as feed has been through the pre-treatment process using coagulation-flocculation method. The feed is then filtrated using prepared PSf/NMP/PVP membranes with pressure variation of 4, 5, 6, and 7 bars. The addition of PVP concentrations increases porosity and hydrophilicity, but the excessive addition of PVP will increase membrane viscosity thereby making the membrane denser. This is what causes the water flux and permeate flux to increase in PSf/NMP/PVP0,15 and PSf/NMP/PVP0,25 membranes but decrease in PSf/NMP/PVP0,35 membrane. The COD and TDS rejection percentages resulted in this research ranged from 8,3% up to 60,53% and 4,77% up to 28,57%; the TSS dan turbidity rejection percentages ranged from 16,67% up to 75% and 8,3% up to 75%, meanwhile the pH varies from 7,28 to 7,58."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>