Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri Krestianto
"Evaluasi efektifitas pelarut dari buah mengkudu untuk absorpsi gas CO2 menggunakan kontaktor membran serat berongga telah diteliti. Pelarut yang digunakan adalah buah mengkudu dengan dosis 100 gram per liter air. Untuk studi perpindahan massa, hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien perpindahan massa pada pelarut buah mengkudu lebih tinggi dibandingkan pada pelarut air namun perbedaannya tidak signifikan.
Hasil penelitian juga menunjukkan peningkatan laju alir pelarut akan menaikkan koefisien perpindahan massa dan peningkatan jumlah serat akan menurunkan koefisien perpindahan massa. Sedangkan untuk studi hidrodinamika, kenaikan laju alir pelarut dan jumlah serat menyebabkan meningkatnya penurunan tekanan di dalam kontaktor membran.

Evaluation of effectiveness natural solvent from Morinda citrifolia fruit for CO2 gas absorption had already been researched. The solvent was solution from Morinda citrifolia fruit with dose 100 gram per liter of water. For mass transfer study, results showed that the value of mass transfer coefficient in Morinda citrifolia fruit solution is higher than water solvent, but the difference is not significant.
The research result also showed that higher liquid flow rate will increase mass transfer coefficient. Otherwise the amount of fiber will decrease the mass transfer coefficient. While for hydrodynamic study, higher the liquid flow rate and amount of fiber will increase pressure drop in membrane contactor.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2009
S52180
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Awaludin Martin
"Penelitian ini terdiri atas dua bagian penelitian, yaitu proses produksi karbon aktif berbahan dasar batubara sub bituminus Indonesia yang berasal dari Kalimantan Timur dan Riau dan adsorpsi isotermal karbon dioksida dan metana pada karbon aktif hasil penelitian bagian pertama. Karbon aktif diproduksi di laboratorium dengan menggunakan aktivasi fisika dimana gas CO2 digunakan sebagai activating agent pada temperatur aktivasi sampai dengan 950oC. Karbon aktif yang diproduksi selanjutnya dilakukan pengujian untuk mengetahui kualitas karbon aktif berupa angka Iodine dan luas permukaan. Dari penelitian yang dilakukan didapat bahwa karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan Timur lebih baik dibanding dengan karbon aktif berbahan dasar batubara Riau. Hal tersebut dikarenakan oleh perbandingan unsur oksigen dan karbon pada batubara Kalimantan Timur lebih tinggi daripada batubara Riau. Angka Iodine maksimum pada karbon aktif berbahan dasar batubara Riau adalah 589,1 ml/g, sementara karbon aktif berbahan dasar batubara Kalimantan sampai dengan 879 ml/g.
Adsorpsi isotermal karbon dioksida dan metana pada karbon aktif Kalimantan Timur dan Riau serta satu jenis karbon aktif komersial dilakukan di laboratorium Teknik Pendingin dan Pengkondisian Udara Teknik Mesin FTUI. Adsorpsi isotermal dilakukan dengan menggunakan metode volumetrik dengan variasi temperatur isotermal 27, 35, 45, dan 65oC serta tekanan sampai dengan 3,5 MPa. Data adsorpsi isotermal yang didapat adalah data kapasitas penyerapan karbon dioksida dan metana pada karbon aktif pada variasi tekanan dan temperatur isotermal yang kemudian di plot dalam grafik hubungan tekanan dan kapasitas penyerapan. Dari hasil penelitian didapat bahwa kapasitas penyerapan karbon aktif komersial lebih baik dibandingkan dengan karbon aktif Kalimantan Timur dan Riau, hal tersebut dikarenakan luas permukaan dan volume pori karbon aktif komersial lebih tinggi dibanding yang lain. Kapasitas penyerapan CO2 pada karbon aktif komersial (CB) maksimum adalah 0,349 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3384,69 kPa, sementara untuk karbon aktif Kalimantan Timur (KT) adalah 0,227 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3469,27 kPa dan untuk karbon aktif Riau (RU) adalah 0,115 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3418,87 kPa. Kapasitas penyerapan CH4 pada karbon aktif CB maksimum adalah 0,0589 kg/kg pada temperatur isotermal 27oC dan tekanan 3457,2 kPa, sementara untuk karbon aktif KT adalah 0,0532 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3495,75 kPa dan untuk karbon aktif RU adalah 0,0189 kg/kg pada temperatur 27oC dan tekanan 3439,96 kPa.
Data adsorpsi isotermal yang didapat selanjutnya dikorelasi dengan menggunakan persamaan model Langmuir, Toth, dan Dubinin-Astakhov. Dari hasil perhitungan korelasi persamaan didapat bahwa persamaan model Toth adalah persamaan model yang paling akurat, dimana nilai simpangan antara data eksperimen adsorpsi isotermal CO2 dengan korelasi persamaan model Toth adalah 3,886% (CB), 3,008% (KT) dan 2,96% (RU). Sementara untuk adsorpsi isotermal CH4 adalah 2,86% (CB), 2,817 (KT), dan 5,257% (RU). Dikarenakan persamaan model Toth adalah persamaan yang paling akurat, maka perhitungan panas adsorpsi isosterik dan adsorpsi isosterik dilakukan dengan menyelesaikan persamaan model Toth tersebut. Data panas adsorpsi dibutuhkan untuk mengetahui berapa besar panas yang dilepaskan ketika adsorben menyerap karbon dioksida dan metana, sementara data adsorpsi isosterik diperlukan untuk dapat memprediksi berapa besar tekanan yang dibutuhkan dan temperatur isotermal yang harus dikondisikan untuk menyerap gas karbon dioksida dan metana dalam jumlah yang telah diketahui.

This research is consists of two main topics, first is production of activated carbon from Indonesian sub bituminous coal as raw material. The raw material is from East of Kalimantan and Riau sub bituminous coal. And secondly is adsorption isotherms carbon dioxide and methane on activated carbon. Activated carbon was produced in laboratory with physical activation method by carbon dioxide as activating agent up to 950oC. Iodine number and surface area was used to characterize of activated carbon quality. From the research, the quality of activated carbon from East of Kalimantan sub bituminous coal is better than Riau sub bituminous coal. It caused the ratio of oxygen and carbon in from East of Kalimantan sub bituminous coal is higher than Riau sub bituminous coal. The maximum iodine number of activated carbon from Riau sub bituminous coal is 589.1 ml/g and activated carbon from East of Kalimantan sub bituminous coal is 879 ml/g.
Adsorption isotherms carbon dioxide and methane on activated carbon from East of Kalimantan and Riau sub bituminous coal and commercial activated carbon was done in Refrigeration and Air Conditioning Laboratory, Mechanical Engineering Department, Faculty of Engineering, University of Indonesia. Adsorption isotherms were done by volumetric method with variation of temperature is 27, 35, 45, and 65oC and the pressure of adsorption up to 3.5 MPa. Data of adsorption isotherm is adsorption capacity of carbon dioxide and methane on activated carbon with pressure and isotherms temperature variation. Data of adsorption capacity was plotted on pressure and adsorption capacity. From the research, adsorption capacity of commercial activated carbon is higher than Activated carbon from East of Kalimantan and Riau coal. It is caused; the surface area and pore volume of commercial activated carbon is higher than East of Kalimantan and Riau coal. The maximum adsorption capacity of CO2 on commercial activated carbon is 0.349 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3384.69 kPa. For activated carbon from East of Kalimantan, the maximum adsorption capacity of CO2 is 0.227 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3469.27 kPa. For activated carbon from Riau, the maximum adsorption capacity of CO2 is 0.115 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3418.87 kPa. The maximum adsorption capacity of CH4 on commercial activated carbon is 0.0589 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3457.2 kPa. For activated carbon from East of Kalimantan, the maximum adsorption capacity of CH4 is 0.0532 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3495.75 kPa. For activated carbon from Riau, the maximum adsorption capacity of CH4 is 0.0189 kg/kg at isotherm temperature 27oC and the pressure is 3439.96 kPa.
Adsorption isotherms data was correlated with Langmuir, Toth, and Dubinin- Astakhov equation models. From the calculation, Toth equation model more accurate than Langmuir and Dubinin-Astakhov. The deviation between experiment data of adsorption isotherm CO2 and calculation by using Toth equation model is 3.886% for commercial activated carbon data, 3.008% for East of Kalimantan activated carbon, and 2.96% for Riau activated carbon. The deviation between experiment data of adsorption isotherm CH4 and calculation by using Toth equation model is 2.86% for commercial activated carbon data, 2.817% for East of Kalimantan activated carbon, and 5.257% for Riau activated carbon.Isosteric heat of adsorption and adsorption isostere was calculated by using Toth equation model, caused the Toth equation model more accurate than Langmuir and Dubinin-Astakhov models. Isosteric heat of adsorption is needed to know the amount of heat of adsorption released when activated carbon adsorpt the adsorbate. The adsorption isostere data is needed to predict the pressure and isotherm temperature for adsorp the amount of adsorbate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
D998
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Putri Natalia
"ABSTRAK
Limbah kulit aren (Arenga pinnata) berpotensi digunakan sebagai bioadsorben dari pembuatan karbon berukuran 75 mikron dan 150 mikron. Karbon tersebut diaktivasi dengan pemberian KOH 1 M dan H3PO4 sebesar 15%. Masing ? masing karbon aktif akan dilapisi dengan kitosan sebesar 0,5%. Bioadsorben yang sudah siap akan digunakan untuk adsorpsi biogas. Biogas diperoleh dari proses digesting anaerob Palm Oil Mill Effluent (POME) atau limbah cair kelapa sawit. Biogas awal mengandung CH4 sebanyak 67% dan CO2 sebanyak 6,496%. Biogas ini kemudian dilalui melewati kolom adsorpsi yang memiliki ukuran tinggi 15 cm dan berdiameter 0,8 cm yang berisi bioadsorben. Pengambilan sampel dilakukan setelah 3 menit dan kemudian dianalisis menggunakan Gas Chromatography (GC). Sedangkan, profil kapasitas adsorpsi pada biomasa dapat diuji menggunakan BET dan FTIR. Setelah melewati tahap pengujian, didapati adsorben terbaik yang berupa bioadsorben berukuran 75 mikron yang diaktivasi dengan menggunakan H3PO4 15% dan dilapisi dengan kitosan 0,5%. Performa bioadsorben menunjukkan bahwa limbah kulit aren berpotensi digunakan untuk adsorpsi karbondioksida hingga 2,96% sehingga bisa meningkatkan kandungan gas metana menjadi 82,77%.

ABSTRACT
Sugar palm (Arenga pinnata) shell waste can be used as bioadsorbent from carbonization in 75 micron and 150 micron. Those carbon are activated with 1 M of KOH and 15% of H3PO4. Each of active carbon will be coated with 0.5% of chitosan. Bioadsorbent will be used as biogas adsorbent. Biogas is generated from anaerob digesting Palm Oil Mill Effluent (POME). The initial biogas contains 67% of CH4 and 6.496% of CO2. Then, the biogas is passed through 15 cm of height and 0.8 cm of diameter of adsorption column with bioadsorbent inside. The datas are taken after 3 minutes of running and are analysed using Gas Chromatography (GC). Meanwhile, the adsorption capacity of the biomass profile can be analysed using BET and FTIR. After sampling, it is found that the best adsorbent is 15% of H3PO4 activated carbon in 75 micron of size coated by 0.5% of chitosan. Performance of bioadsorbent shows that the sugar palm shell waste could be used for adsorption that reduces Carbondioxide until 2.96% and improve Methane content until 82.77%."
2016
S63292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Finny Chrisnardy
"ABSTRACT
Karbon mesopori berhasil disintesis menggunakan metode soft template dengan Pluronic F-127 sebagai agen pembentuk struktur; phloroglucinol dan formaldehida sebagai prekursor karbon. Karbon mesopori hasil sintesis dikarakterisasi dengan XRD, BET, SEM-EDX, dan FTIR. Aktifasi karbon mesopori hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan HCl 1M dengan tujuan untuk meningkatkan loading trietilentetraamina TETA sebagai senyawa bergugus amina dalam karbon mesopori. Karbon mesopori dan karbon mesopori teraktifasi dimodifikasi menggunakan TETA dengan variasi konsentrasi di bawah 50 wt. Karbon mesopori termodifikasi kemudian dikarakterisasi dengan SEM-EDX dan FTIR. Uji adsorpsi CO2 dengan adsorben karbon mesopori, karbon mesopori teraktifasi, karbon mesopori termodifikasi TETA, dan karbon mesopori teraktifasi termodifikasi TETA dengan variasi waktu pengaliran CO2 selama 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit dengan waktu kontak 15 menit dan laju alir gas CO2 20 mL/menit. Sebagai perbandingan, uji adsorpsi dilakukan juga dengan karbon aktif komersial. Uji adsorpsi juga dilakukan pada laju alir 60 mL/menit selama 2,5, 5, 7,5, 10, 12,5, dan 15 menit untuk melihat pengaruh laju alir terhadap kemampuan adsorpsi CO2. Gas CO2 yang teradsorpsi dilkuantisasi dengan metode titrasi asam basa. Berdasarkan uji adsorpsi CO2, aktifasi asam berhasil meningkatkan loading TETA ke dalam karbon mesopori sehingga meningkatkan kemampuan adsorpsi CO 2.

ABSTRACT
Mesoporous carbon was successfully synthesized using soft templated method with Pluronic F 127 as structure directing agent phloroglucinol and formaldehyde as carbon precursor. The as synthesized mesoporous carbon was characterized using XRD, BET, SEM EDX, and FTIR. Activation of as synthesized mesoporous carbon was done using HCl 1 M to increase triethylenetetraamine TETA as amine group compound loading within mesoporous carbon. Mesoporous carbon and activated mesoporous carbon was modified using TETA with concentration varation under 50 wt. The modified mesoporous carbon was then characterized with SEM EDX and FTIR. Adsorption test was performed using adsorbent mesoporous carbon, activated mesoporous carbon, mesoporous carbon modified by TETA, and activated mesoporous carbon modified by TETA with flow time CO2 gas variation 5, 10, 15, 20, 25, and 30 minutes, contact time 15 minutes, and flow rate 20 mL minute. As comparison, adsorption test was performed with activated carbon. Adsorption test was also performed with flow rate 60 mL minute for 2,5, 5, 7,5, 10, 12,5, and 15 minutes to observe the effect of flow rate on adsorption ability of CO2. Adsorbed CO2 gases was quantified with acid base titration method. From CO2 adsorption test, acid activation was successfully increased TETA loading within mesoporous carbon which increased CO2 adsorption ability."
2016
S66243
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Distria Rizkiani
"Proses pengurangan karbon dioksida pada gas alam dengan menggunakan membran serat berlubang sebagai kontaktor gas-cair mulai diperhitungkan karena menjanjikan proses yang lebih ekonomis. Hal ini disebabkan karena pemisahan berlangsung pada suhu ruang, energi yang dibutuhkan relatif kecil karena pada prosesnya tidak memerlukan aditif. Penggunaan kontaktor membran juga menyebabkan fasa cair dan gas/uap terpisah secara fisik, di sisi lain molekul karbon dioksida diharapkan dapat melewati membran menuju fasa gas sehingga konsentrasi karbon dioksida pada umpan berkurang. Pada tugas akhir ini, akan, dibahas mengenai membran kontaktor serat berlubang serta evaluasi hidrodinamika dan perpindahan massa proses absorpsi karbon dioksida ke dalam natrium hidroksida menggunakan membran kontaktor serat berlubang dengan melihat pengaruh dari jumlah serat di dalam modul. Penelitian kali ini menggunakan membran polipropilen sebagai membran kontaktor, dikarenakan memiliki sifat yang sangat hidrofob. Sedangkan pada fasa gas digunakan gas karbon dioksida mumi, dikarenakan untuk mengurangi tahanan pada fasa gas. Terjadi absorpsi secara kimia pada penelitian ini, sehingga tahanan pada fasa cair dapat diabaikan. Dari hasil penelitian, dapat terlihat bahwa semakin banyakjumlah serat yang digunakan di dalam modul membran serat berlubang, maka koefisien perpindahan massa yang terjadi akan semakin kecil, dikarenakan tahanan pada membran yang semakin besar. Hal ini kurang diinginkan, tetapi kapasitas perpindahan massanya, yang didefinisikan sebagai koefisien perpindahan massa dikali dengan luas permukaan membran, akan semakin besar. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kelebihan membran yang memiliki luas kontak yang besar lebih besar jika dibandingkan kekurangannya, yaitu adanya tahanan membran."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49580
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beatrix Gloria
"ABSTRAK
Hasil pembakaran kendaraan berenergi fosil serta emisi dari aktivitas industri mengakibatkan meningkatnya kadar CO2 di udara. Gas CO2 dikenal sebagai salah satu gas rumah kaca yang dapat mengikis lapisan ozon serta meningkatkan resiko terjadinya pemanasan global. Berbagai teknologi CO2 Capture yang telah ada saat ini kurang efisien dari segi biaya maupun energi yang dibutuhkan. Teknologi adsorpsi CO2 dari udara dengan menggunakan karbon aktif merupakan metode yang efektif karena karbon aktif dapat diproduksi dari berbagai sumber agrikultur, teknologinya sederhana serta membutuhkan biaya yang tidak besar. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data kemampuan adsorpsi karbon aktif yang berasal dari Bambu Petung yang diaktivasi dengan metode aktivasi fisika dan metode aktivasi kimia. Kemampuan adsorpsi kedua jenis karbon aktif ini diuji melalui kolom adsorpsi fixed bed yang dialiri campuran gas CO2/Udara dengan memvariasikan konsentrasi CO2 pada suhu dan tekanan ambien. Keluaran fixed bed dianalisis dengan menggunakan Gas Analyzer. Data adsorpsi CO2 pada karbon aktif akan direpresentasikan dalam kurva Langmuir dan kurva breakthrough. Data-data yang didapatkan pada penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk keperluan desain alat adsorpsi CO2 misalnya untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai karbon aktif jenuh dan harus diganti, juga dibutuhkan sebagai input untuk pemodelan simulasi adsorpsi. Hasilnya menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi awal CO2 dalam udara mempercepat waktu breakthrough dan kapasitas adsorpsinya juga semakin besar.

ABSTRAK
Combustion gas produced from fossil fuel for vehicles as well as emissions from industrial activity resulted in increased levels of CO2 in the air. CO2 is known as one of the greenhouse gases that may erode the ozone layer and increased risk of global warming. Various CO2 Capture technologies that already exist today is less efficient in terms of cost and energy required. Adsorption technology to eliminate CO2 in air using activated carbon is an effective method since activated carbon can be produced from a variety of agricultural sources, the technology is simple and need no high cost. This study aimed to obtain the adsorption capacity of CO2 in air on activated carbon derived from Petung Bamboo both with physical and chemical activation method. The adsorption ability of both types of activated carbon was tested through a fixed bed adsorption column by flowing gas mixtures of CO2 / air with varying concentrations of CO2 in ambient temperature and pressure. The gas stream leaving fixed bed were analyzed using Extech CO2 Monitor. CO2 adsorption data on activated carbon will be represented in the Langmuir curve and breakthrough curves. The data obtained in this study could be used for CO2 adsorption equipment design, for instance to know how long it takes until the activated carbon is saturated and must be replaced, also needed as input to simulation modeling of adsorption. The results shows the increasing of inlet concentration makes quicken the breakthrough time and also increase the adsorption capacity.."
2016
S63141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vania Juliani Utami
"ABSTRAK
Kapal laut merupakan moda transportasi yang digunakan untuk memfasilitasi 90% perdagangan internasional. Hal tersebut membuat kapal laut berpartisipasi dalam membuang sekitar 120 juta ton gas CO2 ke atmosfer setiap tahunnya (Hydros Foundation). Dalam rangka menanggulangi dan mencegah dampak yang lebih buruk dari terperangkapnya gas CO2 di udara, International Maritime Organization menetapkan peraturan yang menuntut indutri perkapalan untuk mengurangi emisi CO2 di masing-masing kapalnya sebesar 40% di tahun 2030 mendatang. Dalam memenuhi tuntutan ini industri dapat menerapkan teknologi post-combustion adsorption. Teknologi adsorpsi tentunya membutuhkan adsorben yang cocok sesuai dengan fungsi yang diharapkan. Pada penelitian ini fungsi yang diharapkan yaitu menangkap gas CO2 pada gas buang kapal, dengan pengaruh adanya gas N2, mengingat gas N2 mempunyai presentase besar pada gas buang kapal. Salah satu adsorben yang memiliki potensi untuk adsorpsi gas CO2 di gas buang kapal adalah MIL-101 (Cr). Material ini memiliki luas permukaan yang besar, dan diiringi dengan kestabilan kimia dan kestabilan termal yang baik. Pada penelitian ini dilakukan sintesis material MIL-101 (Cr) secara hydrothermal, diikuti dengan proses karakterisasi luas permukaan melalui adsorpsi/desorpsi N2, fourier transform infrared sprectoscopy (FTIR), x-ray diffraction (XRD), thermogravimetric analysis (TGA), dan scanning electron microscopy (SEM). Setelah sintesis dan karakterisasi, dilakukan pengujian kapasitas adsorpsi secara volumetrik, kemudian perhitungan selektivitas menggunakan metode ideal adsorbed solution theory (IAST). Berdasarkan penelitian ini didapatkan hasil selektivitas CO2/N2 sebesar 30,1 untuk suhu 27C dan 9,9 untuk suhu 25C.

ABSTRACT
Shipping, or sea freight, is still the most crucial mode of transportation, facilitating 90% of the International trade. With that high percentage, shipping also contributes in accumulating more than 120 million tons of carbon dioxide in the atmosphere each year (Hydros Foundation, 2015). In order to prevent and overcome any worse impact from the heat-trapping gas, International Maritime Organization (IMO) set new rules that require the shipping industry to reduce their ships CO2 emission by 40% in the upcoming 2030. To meet this requirement, post-combustion adsorption technology is an interesting option since this method does not force owner to replace their whole ship system but instead just add some additional equipment. Adsorption method required a suitable adsorbent for each specific purpose. In this research the adsorbent is expected to be able to capture CO2 gasses from a ship exhaust, while considering the effect of N2 gasses that mainly dominate the flue gasses. MIL-101 Cr, a type of metal-organic framework, is one potential adsorbent for the required function. This material has a large surface area, along with a great chemical and thermal stability. In this research writer conducted a hydrothermal synthesize of MIL-101 Cr, followed by material characterization: surface area analysis using N2 adsorption/desorption, fourier transform infrared spectroscopy (FTIR), x-ray diffraction (XRD), thermogravimetric analysis (TGA), and scanning electron microscopy (SEM). After the synthesize and characterization, adsorption measurement is conducted using volumetric method and then the selectivity is calculated using ideal adsorbed solution theory (IAST) method. In this research the CO2/N2 selectivity using MIL-101 Cr reached up to 30,1 in 27C and 9,9 in 25C."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Radifan Sumarna
"In this study, the effectiveness of the absorption of CO2 using hollow fiber membrane contactors is evaluated based on variations in the gas flow rate, and the number of membrane. This study used membrane composed of 1000, 3000, 5000 fiber PVC and solvent PEG 300. The gas flow rate variation is 197, 300 and 380 mL min, while the rate of solvent used is 300 mL min. Variation in this research is gas flow rate, and membrane fibers. Based on the research mass transfer coefficient is 5,4 13,88 x 10 7 m s, flux is 1,99 ndash 9,11 x 10 5 mol m2.s, the amount of absorbed CO2 is 9,43 18,34 x 10 3 mmol s, dan absorption efficieny is 17,90 22,22.

Dalam studi ini, efektivitas penyerapan CO2 menggunakan kontaktor membran serat berongga dievaluasi berdasarkan variasi laju alir gas, dan dan jumlah membrane. Pada studi ini digunakan kontaktor membran yang terdiri dari 1000, 3000, dan 5000 serat PVC dan pelarut PEG-300. Laju alir gas yang digunakan adalah 197, 300, dan 380 mL/min, sedangkan laju pelarut yang digunakan adalah 300 mL/min. Gas yang digunakan pada penelitian ini adalah campuran CO2-CH4. Bedasarkan penelitian yang dilakukan nilai koefisien perpindahan massa sebesar 5,4-13,88 x 10-7 m/s, fluks 1,99 ndash;9,11 x 10-5 mol/m2.s, CO2 terabsorpsi 9,43-18,34 x 10-3 mmol/s, , dan efisieni penyerapan sebesar 17,90-22,22."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S69335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Syandika
"Karbon dioksida adalah senyawa yang banyak terdapat pada flue gas dan merupakan penyebab paling serius dari global warming. Teknologi alternatif baru yang potensial untuk pemisahan CO2 ini adalah kontaktor membran. Penelitian ini akan meninjau pengaruh laju alir gas terhadap kinerja penyerapan gas CO2 dari flue gas melalui kontaktor membran serat berongga dengan bahan material membran bersifat super hidrofobik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persen penyerapan gas karbon dioksida dari pelarut DEA serta untuk mengetahui pengaruh laju alir gas umpan terhadap perpindahan massa yang terjadi pada membran. Dari perpindahan massa yang terjadi, didapatkan kinerja kontaktor membran serat berongga superhidrofobik dalam proses absorbsi gas karbon dioksida.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, jumlah gas karbon dioksida yang terserap sebesar 0,565 - 1,310 mmol/min untuk modul dengan jumlah serat 5000; untuk modul dengan jumlah serat 2000 menyerap gas CO2 sebesar 0,465 ? 1,167 mmol/min, dan 0,308 - 0,954 mmol/min untuk modul dengan jumlah serat 1000. Nilai koefisien perpindahan massa yang didapatkan untuk modul dengan jumlah serat 5000 adalah sebesar 6,278×10-5 - 0,000186 cm/s, modul dengan jumlah serat 2000 sebesar 9,45×10-5 - 0,00292 cm/s, dan modul dengan jumlah serat 1000 sebesar 9,45×10-5 - 0,000366 cm/s untuk variasi laju alir gas sebesar 120, 170, dan 260 cm3/min dengan laju alir pelarut DEA yang tetap sebesar 300 cm3/min.

Carbon dioxide is a compound that exist in large amount in flue gas and is the most serious cause of the global warming. A new potential alternative technology for this CO2 separation is the membrane contactor. This riset will reviewing the effects of the gas flowrate to the CO2 absorption performance from flue gas through hollow fiber membrane contactor with superhydophobic membrane material.
This riset aims to know the percent absorption of CO2 of the solvent DEA and to know the effects of feed gas flowrate to the mass transfer that occurs in the membrane. From the mass transfer that occurs, we will obtain the superhydophobic hollow fiber membrane contactor performance in the CO2 absorption process.
According to this riset, the rates of CO2 absorption are 0,565 - 1,310 mmol/min for module with amount of fiber of 5000; for module with amount of fiber 2000 absorps CO2 of 0,465 - 1,167 mmol/min, and 0,308 - 0,954 mmol/min for module with amount of fiber 1000. The values of mass transfer coefficient for module with amount of fiber 5000 are 6,278×10-5 - 0,000186 cm/s, module with amount of fiber 2000 are 9,45×10-5 - 0,00292 cm/s, and module with amount of fiber 1000 are 9,45×10-5 - 0,000366 cm/s for gas flowrate variation of 120, 170, and 260 cm3/min with constant solvent DEA flowrate of 300 cm3/min.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahima
"Dalam penelitian ini dilakukan absorpsi gas CO2 dari campuran gas CO2/CH4 melalui kontaktor membran Spiral Wound Berpori Nano dengan menggunakan pelarut Dietanol Amine. Penelitian ini difokuskan pada pengaruh dari variasi laju alir pelarut DEA serta pengaruh dari laju alir gas terhadap efektivitas absorpsi gas CO2 melalui kontaktor membran berpori nano. Pengaruh dari variasi laju alir pelarut DEA dilakukan dengan memvariasikan laju alir DEA dari 100-600 mL/menit sementara pengaruh dari variasi laju alir gas dilakukan dengan memvariasikan laju alir gas dari 0,3-0,8 L/menit.
Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa variasi laju alir gas memberikan hasil yang lebih signifikan dibandingkan variasi laju alir pelarut DEA terhadap efektivitas absorpsi gas CO2 melalui kontaktor membran berpori nano. Jumlah mol CO2 terserap optimum didapat sebesar 0,014 mol pada laju alir DEA sebesar 400 ml/menit dan laju alir gas sebesar 0,8 L/menit. Persentase penyerapan CO2 optimum didapat sebesar 81,51% pada laju alir DEA sebesar 400 ml/menit dan laju alir gas sebesar 0,8 L/menit.

This research is focused on effects of DEA flow rate and gas flow rate variations towards effectivity of absorption of CO2 gas through nano porous membrane contactor. Effects of DEA flow rate variation is done by varying DEA flow rate from 100-600 mL/minute while effects of gas flow rate variation is done by varying gas flow rate from 0,3-0,8 L/minute.
This research shows that gas flow rate variation gives more significant result than DEA flow rate variation towards effectivity of absorption of CO2 gas through nano porous membrane contactor. The optimum amount of absorbed CO2 is 0,014 mol at DEA flow rate of 400 mL/minute and gas flow rate of 0,8 L/minute. The optimum CO2 absorbed percentage is 81,51% at DEA flow rate of 400 mL/minute and gas flow rate of 0,8 L/minute.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54919
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>