Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 91897 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adelina Putri Widyanti
"Maraknya permasalahan limbah logam berat dan organik yang tidak tertangani dengan baik, membuat dibutuhkannya suatu metode efektif untuk mengurangi jumlah limbah tersebut secara signifikan, untuk kemudian mengolahnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai ekonomis. Limbah cangkang rajungan dan limbah nikel hasil industri, akan sangat berbahaya terhadap manusia apabila kadarnya melebihi ambang batas. Untuk itu, perlu dikembangkan metode pengolahan limbah yang mampu menyelesaikan kedua permasalahan tersebut, yakni metode adsorpsi-desorpsi menggunakan kitosan berbahan dasar cangkang rajungan sebagai adsorben logam nikel, yang dilanjutkan dengan electrowinning untuk memperoleh padatan nikel. Adsorpsi nikel oleh kitosan yang memiliki derajat deasetilasi 50,2% berlangsung optimum pada kondisi pH 3, perbandingan solid/liquid 1:150, dan waktu kontak 30 menit. Sementara itu, desorpsi berlangsung optimum pada pH 2 selama 60 menit. Rapat arus 150 mA/cm2 dan waktu 60 menit merupakan kondisi optimum untuk electrowinning nikel.

Nowadays, one of the most critical problems is about environmental pollution due to heavy metal and organic waste. For solving these problem, we should have an effective methods to reduce those wastes significantly and change them into something that more useful and have an economical value. Crab shells and nickel waste are very dangerous to human. So, we need to develop a waste treatment method, which could solve both problems. One of the methods is adsorption-stripping method using chitosan from crab shell waste as a nickel adsorbent. Electrowinning is the last process in nickel recovery for getting nickel in the solid phase. Nickel adsorption which was used chitosan with deacetylation degree 50,2%, have the optimum condition at pH 3, ratio solid/liquid 1:150, and adsorption time 30 minutes. Meanwhile, the optimum condition for stripping process was reached at pH 2 during 60 minutes. Finally, electric current 150-mA/cm2 and electrowinning time 60 minutes is the required condition for getting the optimum nickel recovery in electrowinning process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52238
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Indira Aisha Primandari
"Rajungan merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor Indonesia dengan total ekspor mencapai 40.000 per tahun. Satu ekor rajungan dapat menghasilkan limbah yang terdiri dari 57% cangkang, 3% daging reject, dan 20% air rebusan. Hal ini menunjukkan limbah cangkang rajungan sejumlah 23.000 ton per tahun yang menimbulkan masalah lingkungan. Limbah tersebut mengandung kitin yang dapat dikonversi menjadi kitosan melalui reaksi deasetilasi. Kitosan mengandung gugus fungsi amina (-NH2) dan hidroksil (-OH) sehingga memiliki kemampuan adsorpsi tinggi. Kitosan sebagai adsorben memiliki kelemahan pada sifat mekanis, stabilitas terhadap asam, stabilitas termal yang kurang baik, dan rendahnya porositas. Penambahan carbon nanotubes (CNT) pada polimer dapat memperbaiki kekuatan termal dan mekanik, serta meningkatkan konduktivitas termal dan elektrik. Penelitian ini melakukan pemanfaatan limbah cangkang rajungan yang mengandung kitin untuk dikonversi menjadi kitosan melalui proses demineralisasi, deproteinasi, dan deasetilasi. Lalu, melakukan fungsionalisasi kovalen pada MWCNT dengan campuran HNO3 dan H2SO4 (3:1, v/v), dan membentuk adsorben komposit Kitosan-MWCNT dalam larutan 1% CH3COOH. Proses adsorpsi ion tembaga (II) dilakukan dari larutan sintetis CuSO4 dengan penentuan kondisi optimum meliputi pH larutan sintetis CuSO4 dan waktu kontak. Derajat deasetilasi kitosan hasil penelitian adalah 71,25% yang dihitung dari hasil karakterisasi FTIR. Hasil karakterisasi SEM menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada morfologi permukaan adsorben kitosan-MWCNT sebelum dan setelah proses adsorpsi. Hasil karakterisasi AAS menunjukkan waktu kontak optimal adalah 120 menit dan pH larutan CuSO4 sintetis optimal adalah 4,5 untuk proses adsorpsi ion tembaga (II) dengan menggunakan adsorben kitosan-MWCNT. Isoterm adsorpsi dari penelitian ini adalah isoterm adsorpsi Langmuir.

Crab is one of Indonesia's leading export commodities with a total export of 40.000 tons per year. Crab market produces waste consisting of 57% shell, 3% reject meat, and 20% boiled water. In a year, the total waste of crab is 23.000 tons which causes environmental problems. The crab shell waste contains chitin which can be converted into chitosan through deacetylation reaction. The presence of the amine and hydroxyl groups on the chitosan chain can act as chelation sites for metal ions and thus increasing its suitability as an adsorbent. Chitosan as an adsorbent has poor mechanical properties, low resistance to acid, thermal resistance, and low porosity. The addition of CNTs in polymer/biopolymer matrix improves its mechanical and thermal strength, high electrical and thermal conductivity. This research utilizes crab shell waste which contains chitin converted into chitosan through demineralization, deproteination, and deacetylation. Then, MWCNT is functionalized with a mixture of HNO3 and H2SO4 (3:1, v/v), and generates the Chitosan-MWCNT adsorbent composite in 1% CH3COOH solution. The copper (II) ion adsorption process was carried out from CuSO4 solution with optimum conditions including pH of synthetic CuSO4 solution and contact time. The deacetylation degree of chitosan was 71.25% which was calculated through FTIR characterization. The results of SEM characterization showed that there was no significant difference in the surface morphology of the chitosan-MWCNT adsorbent before and after the adsorption process. The result of AAS characterization showed that the optimal contact time was 120 minutes and the optimal pH of synthetic CuSO4 solution was 4.5 for the Cu (II) metal ion adsorption process using chitosan-MWCNT adsorbent. The adsorption isotherm of this study is the Langmuir adsorption isotherm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ameria Eviany
"Limbah katalis dari proses steam reforming dimana menggunakan katalis berbasis nikel yaitu NiO/Al2O3 memiliki kandungan berbahaya karena dapat mencemarkan lingkungan dan juga bersifat karsinogenik. Oleh sebab itu, diperlukan solusi untuk menanggulangi limbah tersebut agar keberadaan kandungan nikel dalam katalis dapat diserap dan dipergunakan kembali dalam bentuk logam murni. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengambilan kembali logam nikel dari spent catalyst NiO/Al2O3 dengan menggunakan kitosan sebagai adsorben. Hasil penelitian menunjukkan kondisi optimum proses leaching diperoleh pada konsentrasi H2SO4 1M, waktu kontak 90 menit dan temperatur 80°C. Optimum dari proses adsorpsi dengan kitosan diperoleh pada pH 4,3, waktu adsorpsi 90 menit, dan perbandingan solid-liquid 1:100. Pada desorpsi penggunaan asam H2SO4 1,5 M sebagai stripping agent dalam waktu 90 menit mampu mengekstrak logam nikel dari kitosan secara optimum. Kondisi optimum proses electrowinning diperoleh pada rapat arus 140,8 mA dalam waktu 90 menit.

Catalyst wastes from steam reforming process which use catalyst with nickel base, NiO/Al2O3, has dangerous contents which are carcinogenic and could pollutes the environment. Thus, the environment needs solutions to overcome the problems which could turn the existing of nickel from wastes to be reused as a pure nickel metals. The purpose of this research is to recovery nickel from spent catalyst NiO/Al2O3 using chitosan as the adsorbent. The results show the optimum conditions of leaching process are at concentration of H2SO4 1M, operation time 90 minutes and temperature at 80°C. Meanwhile, the optimum of adsorption process using chitosan are at pH 4.3, adsorption time 90 minutes, and ratio of solid and liquid 1:100. For stripping process, the using of sulfate acid 1.5 M as the stripping agent could optimally extract nickel metal from chitosan. The electro winning optimum conditions are at 140.8 mA and in 90 minutes as the operation time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52231
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fadhlur Rahman
"Pada studi penelitian ini akan dilihat peranan limbah kepiting yang dimanfaatkan menjadi kitosan digunakan sebagai adsorbent logam berat kobalt. Berdasarkan struktur kitosan gugus OH dan gugus amina dapat berfungsi sebagai pengkelat logam kobalt. Sampel yang digunakan penelitian berasal dari sampel dari limbah baterai lithium ion. Pada proses pembuatan kitosan dihasilkan derajat deasetilasi sebesar 69,48%. Menggunakan proses demineralisasi dengan HCl 1 Molar, selama 1 jam pada temperatur 60°C. Kemudian deproteinasi dengan NaOH 1 Molar, selama 2 jam pada temperatur 70°C. Dan deasetilasi dengan NaOH 50%, selama 45 menit, temperatur 100°C. Pada keseluruhan proses kecepatan pengadukan 500 rpm dengan perbandingan S/L 1:15. Sebelum diolah partikel cangkang kepiting dihancurkan sampai berdiameter kurang dari 1 mm. Penambahan H2O2 20% pada leaching saat kondisi 1 atm dan 27°C menghasilkan 85% kobalt terleaching. Proses ini menggunakan asam sulfat sebesar 2M, dengan solid/liquid 1:50, H2O2 20% (v/v), waktu kontak 150 menit. Kondisi optimum adsorpsi logam kobalt pada 1 atm dan 27°C adalah pH 5,5; perbandingan S/L 1:50; waktu kontak 2 jam. Dengan kondisi ini jumlah kobalt teradsorp sebanyak 960 ppm. Sedangkan pada proses desorpsi menggunakan asam sulfat kondisi optimum berada pada pH 0,5; dan waktu kontak 1 jam. Pada kondisi ini jumlah kobalt terdesorpsi mencapai 100%.

In this study shown role of crab shells changed into chitosan adsorbent of cobalt. Based on the structure chitosan has ?OH groups and ?NH2 groups as chelating agent. The sample for his study taken from lithium ion battery waste. Chitosan produced with degree deasetilation 69,48%. First of all crabs shell crushed untill the diameter particle less than 1mm. It demineralised with HCl 1 Molar, for 1 hour at 60°C. Then, deproteinised with NaOH 1 Molar, for 2 hours at 70°C. And deasetilised with NaOH 50%, for 45 minutes at 100°C. Overall process stirred at 500 rpm with solid:liquid 1:15. Addition of H2O2 20% in leaching lithium ion battery waste at 1 atm and 27°C results 85% cobalt leached. This process takes sulfuric acid 2M, H2O2 20% (v/v), with solid:liquid 1:50, for 150 minutes, and at ambient condition (25° C and 1 atm). The optimum conditions for cobalt adsorption at 1 atm and 27°C, is pH 5,5; solid:liquid 1:50; for 2 hours. At this condition 960 ppm cobalt adsorbed onto chitosan. For the desorption process with sulfuric acid has optimum condition at pH 0,5; and desorption time for 1 hour. At this rate 100 % chelated cobalt desorped."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Erna Komariah
"Limbah cangkang kepiting dapat menimbulkan polusi udara serta menyebabkaa pencemaran tanah yaitu meningkatnya BOD dan COD. Padahal limbah yang berasal dari rumah makan seafood ini merupakan sumber potensial pembuatan kitosan yang diperoleh dengan mendeasetilasi kitin dari cangkang kepiting menggunakan NaOH. Kitin diperoleh melalui demineralisasi dengan asam kuat (HCl) dan deproteinasi dengan basa kuat (NaOH). Pada proses demineralisasi dan deproteinasi dilakukan variasi pengaruh konsentrasi larutan 0,5; 0,75; 1,0; 1,25; 1,5 M dan waktu reaksi selama 30; 60; 90; 120; 150 menit, dengan agitasi 500 rpm. Untuk mengetahui kandungan mineral dan protein yang masih tersisa pada kitin dilakukan uji kadar abu dan protein menggunakan metoda Kjehdahl. Kondisi optimum demineralisasi diperoleh dengan menggunakan larutan HC1 1 M selama 60 menit pada suhu 60°C, dan deproteinasi diperoleh dengan menggunakan larutan NaOH 1 M selama 120 menit pada suhu 70°C. Setelah itu dilakukan deasetilasi dengan pengaruh konsentrasi NaOH 30; 40; 50; 60; 70 % berat dan waktu kontak selama 15; 45; 75; 105; 135 menit. Untuk mengetahui derajat deasetilasi optimum dilakukan analisis FTIR. Optimasi proses deasetilasi diperoleh dengan menggunakan larutan NaOH 50 % selama 45 menit pada suhu 100°C dan agitasi 500 rpm, hasil derajat deasetilasi sebesar 52,95. Kitosan memiliki reaktifitas yang tinggi, dan bersifat sebagai bahan pengemuisi koagulasi serta polielektrolit kation sehingga mampu berperan sebagai adsorben terhadap logam berat. Oleh karena itu, kitosan dari limbah cangkang kepiting ini dapat digunakan sebagai adsorben logam Cd (II) pada air limbah. Kadmium sering digunakan pada pigmen keramik, penyepuhan listrik, pembuatan alloy dan baterai alkali (Marganof, 2003). Efek keracunan yang dapat ditimbulkan kadmium berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjar pencemaan. Kitosan dengan hasil derajat deasetilasi tertinggi sebesar 52,95 digunakan untuk mengadsorpsi ion logam kadmium dengan pengaruh pH dan waktu kontak. Dari hasil penelitian terbukti bahwa kitosan dari limbah cangkang kepiting mampu mengadsorp ion logam kadmium. Kondisi terbaik penyerapan kadmium oleh kitosan diperoleh pada pH 5 selama 5 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prabowo Nursusilo
"Logam nikel merupakan logam yang memiliki nilai komersial yang sangat tinggi baik dalam bentuk bijih maupun dalam bentuk senyawa NiSO4.6H2O. Nilai komersial yang sangat tinggi tersebut disebabkan oleh tingginya kebutuhan industri terhadap logam nikel. Salah satunya ialah industri pupuk dimana logam nikel berperan sebagai katalis dalam bentuk katalis NiO/Al2O3. Katalis ini berperan dalam proses steam reforming dan metanasi. Katalis tersebut memiliki umur aktif dan setelah terdeaktivasi akan menjadi spent katalis yang tidak lagi memiliki nilai komersial. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengambilan kembali logam nikel dari spent katalis NiO/Al2O3 dengan memanfaatkan kitosan sebagai adsorben sehingga diperoleh larutan nikel sulfat murni yang memiliki nilai komersial. Metode XRF digunakan untuk melihat kandungan logam yang terdapat dalam spent katalis NiO/Al2O3. Proses berikutnya ialah dengan melakukan leaching terhadap spent katalis NiO/Al2O3 dengan kondisi operasi konsentrasi H2SO4 50%, waktu leaching 300 menit, temperature operasi 80_C, perbandingan padatan-larutan 1:20 (g/ml) dan diberikan efek pengadukan. Pada proses adsorpsi dengan kitosan dilakukan variasi pH, waktu adsorpsi, perbandingan solid-liquid, kandungan awal logam nikel dalam larutan serta pengaruh kehadiran logam lain dalam proses adsorpsi. Kitosan yang digunakan memiliki derajat deasetilasi sebesar 52%. Pada proses desorpsi dilakukan variasi waktu dan konsentrasi H2SO4. Hasil XRF menunjukkan bahwa Al, Ni, Mg sebagai konstituen terbesar dengan persentase masing?masing 58%, 21% dan 19%. Dari hasil leaching didapat konsentrasi logam Ni, Mg dan Al berhasil terleaching masing?masing 82%, 16% dan 1.3%. Perhitungan hasil leaching dilakukan dengan metode AAS. Pada proses adsorpsi logam nikel terhadap kitosan didapatkan kondisi persentase optimum adsorpsi nikel pada pH 2.5, waktu kontak yaitu 180 menit ,perbandingan solid-liquid yaitu 1:50 g/ml dan variasi ppm larutan yaitu 1000 ppm. Dengan kondisi optimum tersebut didapat nikel yang berhasil teradsorpsi ialah sebesar 605 ppm , Mg sebesar 40 ppm dan Al sebesar 14 ppm. Dari proses adsorpsi ini terlihat bahwa kitosan selektif terhadap logam nikel. Efek dari adanya kehadiran logam lain mempengaruhi banyaknya logam nikel yang teradsorp pada kitosan. Proses adsorpsi menggunakan nikel nitrat didapat bahwa sekitar 860 ppm nikel berhasil teradsorpsi. Pada proses desorpsi logam nikel dari kitosan didapatkan kondisi desorpsi maksimum pada waktu desorpsi sekitar 40 menit dan konsentrasi H2SO4 0.5 M dengan 90% Ni dan 90% Mg berhasil terdesorpsi. Karena konsentrasi alumunium sangat kecil hasil adsorpsi dan desorpsi tidak dipertimbangkan.

Nickel is the one of precious metal in the earth which has high commercial value even as ores or compound NiSO4.6H2O. Its high value because of many idustries apply it in their process. One of example is Catalyst NiO/Al2O3 based on Fertilizer Industry who uses it in methanation and steam reforming unit. This catalyst have age of activation and if it was deactivated will be called as spent catayst and could be dangerous environment as pollutant. This study investigates the possibility recovery nickel from spent catalysts using chitosan as an adsorbent so we could add some value to those. This study using XRF methode to know what the constituent of spent catalyst. Next step is leaching it with operational condition are leaching time 300 minutes, H2SO4 concentration about 50%, temperature 80_C, ratio solid-liquid 1:20 (g/ml) and add strirring rate. In Adsorpstion process using kitosan with DD 52%, the considered parameters affecting percentage adsorpstion are pH, contact time, ratio solid-liquid, initial ppm nickel in solution and presence of another metal in solution. The last process is desorption which paramater will be test are time and concentration of H2SO4. From the XRF result, Al, Ni and Mg are the biggest three constituent form spent catalyst with percentage 58%,21% and 19%. From the leaching process, those metal recovered as sulfat compound for Ni, Mg, Al are 82%,16% and 1.3%. These calculated by AAS methode. At adsorption process discovered that the optimum percentage adsorpstion at pH 2.5, contact time 180 minutes, ratio solid-liquid 1:50 g/ml and initial ppm nickel in solution about 1000ppm. With all those condition, about 605 ppm nickel, 40 ppm Mg and 14ppm Al succesfully adsorp at kitosan. We can conclude that chitosan is selctive to which metal will be adsorp.The effect of presence another metals in solution, clearly describe with adsorption kitosan at nickel nirate solution with maximum adsorption about 860 ppm. From desorption process, optimum condition are 0.5 M H2SO and 40 minutes contact time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"lsolasi kitin dari kulit udang melalui dua tanap yaitu deproteinasi dengan
perendaman kulit udang dengan NaOH 10% pada sunu 70°C selama 1 jam,
kedua demineralisasi dengan perendeman kulit udang dengan HCI 10%
selam 1 jam. Konversi kitosan dari kitin dilakukan dengan proses
deasetalisasi dengan perendaman kitin dengan NaOH 60% selam 48 jam.
Besarnya kitosan yang didapat dari 300 g kulit udang sebesar 27,16%_
I\/lodifikasi kitosan menjadi kitosan-PAA dilakukan dengan metode ozonasi
secara simultan I\/lodifikasi dilakukan dengan variasi sunu dan konsentrasi
asam akrilat Sunu optimum modifikasi kitosan-PAA 27°C dan konsentrasi
optimum 1% asam akrilat Karakterisasi kitosan dan kitosan-PAA dilakukan
dengan FT-IR. Adsorpsi Iogam Cu2+, Cr3+ dan Zn” dengan kitosan dan
kitosan-PAA dilakukan dengan optimasi pH dan vvaktu kontak adsorpsi Studi
kinetik adsorpsi Iogam Cu2+, Cr3+ dan Zn” dengan kitosan dan kitosan-PAA
dilakukan dengan persamaan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlicn"
Universitas Indonesia, 2007
S30446
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Saadilah
"Material Kitosan dibuat dari cangkang kepiting menggunakan metode kimia dengan demineralisasi HCL 1M selama 1 jam, deproteinasi NaOH 1M selama 2 jam dan variasi deasetilasi NaOH 30%, 40%, 50%, 60%, dan 70% selama 45 menit. Dari analisis FTIR didapat Derajat Deasetilasi kitosan terbaik pada NaOH 50%. Waktu reaksi terbaik untuk mendapatkan Derajat Deasetilasi maksimum dalah 30 menit. Hasil kitosan cangkang kepiting merupakan kitosan murni sesuai dengan database program Match!. Adsorbsi Pb dari larutan Pb(NO3)2 dilakukan pada konsentrasi Pb 10, 50, dan 100 ppm dengan pengadukan selama 30 menit. Dalam suasana asam Kitosan menyerap seluruh Pb untuk konsentrasi 10 ppm dan tidak menyerap Pb pada konsetrasi 50 dan 100 ppm. Sedangkan dalam suasana netral konsentrasi Pb 25 ppm terserap semua, pada konsetrasi 50 ppm terserap 44,77 ppm dan pada konsentrasi Pb 100 ppm terserap 97,04 ppm.

Chitosan has been made from the crab shells with a chemical method with 1M HCl demineralization for 1 hour, deproteination 1M NaOH for 2 hours and variations of deacetylation 30% NaOH, 40%, 50%, 60%, and 70% for 45 minutes. An analytical methode from FTIR showed that the best chitosan deacetylation degree obtained at 50% NaOH, and the best reaction time to get the best Chitosan is 30 minutes. Chitosan product from crab shells is a real chitosan agreed with database Match! program. Chitosan is known best Pb adsorption from Pb(NO3)2 solution with concentrations of 10, 50, and 100 ppm acid delution and neutral dilution of 25, 50, and 100 ppm for 30 minutes and tested variations chitosan residual liquid. Chitosan absorbed around 10 ppm Pb acid dilution and 25 ppm neutral dilution. No adsorption at 50 and 100 ppm Pb in acid dilution. Absorption of 44.77 ppm at 50 ppm and 97.04 ppm to 100 ppm."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S47632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"A study research of absorption-of lead metal in liquid by chiken eggshell and lime as comparision substance has be conducted. This research absorpstion capacity,and Pb desorption with saturated NH4CL
. "
SIGMAAB
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>