Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Ramos Suryanta L.
"Sungai Cibeureum merupakan sumber air baku yang saat ini diolah pada unit pengolahan air untuk kebutuhan air domestik di lapangan Salak. Hujan deras dan sedimentasi yang terjadi pada sungai Cibeureum telah menyebabkan menurunnya kualitas air baku yang didistribusikan ke unit pengolahan air sehingga air olahan tidak memenuhi standar kesehatan. Keadaan di lapangan Salak ini harus diatasi karena dapat mengancam kesehatan pekerja di lapangan Salak.
Ada beberapa pilihan untuk mengatasi masalah ini yakni, mengganti sumber air baku, upgrading pada proses yang sudah ada ataupun pembangunan ulang unit pengolahan air beserta sistem distribusinya. Solusi yang dipilih untuk mengatasi masalah penyediaan air bersih untuk kebutuhan domestik di lapangan Salak ini adalah menggunakan sungai Cikuluwung sebagai sumber air baku, menggunakan teknologi membran untuk pengolahannya dan material pipa carbon steel untuk saluran distribusi air bersihnya.
Dalam usulan rancangan proses ini diberikan tambahan rute berupa koagulasi, flokulasi, sedimentasi dan klorinasi sebelum memasuki unit membrane ultrafiltrasi. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi terjadinya lonjakan turbidity yang ekstrim sebagaimana yang pernah terjadi pada sungai Cibeureum. Basis dalam perancangan alat yang digunakan pada proses ini adalah kebutuhan air domestik yang dihitung dengan memperkirakan kebutuhan pekerja dan alat yang ada dilapangan Salak kemudian dengan menggunakan beberapa rule of thumb bisa diketahui kebutuhan air domestik dilapangan.
Dimensi unit flokulasi hasil rancangan adalah luas penampang (1x1 m2) dan panjang 7 m. Unit sedimentasi memiliki dimensi panjang 5.46 m, lebar 2.73 m dan tinggi 3.33 m. Untuk penyaringan dengan membran ultrafiltrasi sendiri dibutuhkan modul membran dengan total luas 226.6 m2.
Hasil dari perhitungan hidraulika adalah daya pompa yang dibutuhkan untuk unit distribusi air bersih yakni 12.63 hp untuk pompa menuju transfer tank dan 5.62 hp untuk menuju quarry sementara itu, tekanan hidrostatis maksimal yang harus mampu ditahan oleh material pipa yakni sebesar 288.54 psig. Dari perhitungan biaya produksi air bersih diperoleh biaya per-m3 untuk masing-masing teknologi yakni : Rp. 6,335 untuk teknologi membran, Rp. 6,617 untuk sand filter+karbon aktif+klorinasi dan Rp. 5,483 untuk koagulasi+flokulasi+klorinasi.

Cibeureum river is the raw water source to be treated in water treatment plant to meet domestic water demand in Salak field. Heavy rain and sedimentation that was occurred in Cibereum river recently make the raw water quality decrease so that the existing water treatment unit cannot handle. This condition is not acceptable and must be solved because it is not safe for the worker's health in Salak field.
There are some alternatives to solve this problem, change raw water source, upgrade the existing water treatment unit or build a new water treatment unit and it's distribution system. The alternative chosen for this problem is using Cikuluwung river as a raw water source, using membrane technology for treatment, and carbon steel pipe for clean water distribution.
In this proposed process, there are some additional route such as coagulation, flocculation, sedimentation and chlorination before entering membrane ultra filtration unit. It will be used to anticipated extreme turbidity raising in the same manner as Cibereum river does.
Basis in the equipment sizing which is used in this process is the domestic water needs calculated by estimating worker and equipment needed and using some rule of thumb. Flocculation unit dimensions are (1x1 m2) cross sectional area and 7 m length. Sedimentation unit dimensions are 5.46 m length, 3.33 m height and 2.73 m width. Filtration with membrane needs total area 226.6 m2 of membrane module.
The result of hydraulic calculation is sizing the pump capacity requirement to deliver the treated water to end users. 12,63 hp pump to deliver raw water from Cikuluwung river to transfer tank and 5,62 hp pump to deliver water to quarry. The maximum calculated hydrostatic pressure is 288.54 psig. Based on the economic calculation, the operational cost per-m3 are : IDR 6.573 for membrane technology, IDR 6.719 for sand filter+carbon-active+chlorination technology and IDR 5.571 for koagulation + flocculation + chlorination technology.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49646
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alzaid Ponka
"Sistem panas bumi Gunung Lawu merupakan salah satu prospek panas bumi yang terletak di antara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada tahap eksplorasi, survei geokimia merupakan salah satu survei yang harus dilakukan. Survei tersebut mencakup studi hidrogeokimia. Studi hidrogeokimia penting untuk menentukan suhu reservoir, asal usul sistem panas bumi, dan mekanisme sirkulasi fluida. Tujuan penelitian adalah menentukan karakteristik hidrogeokimia lapangan panas bumi Gunung Lawu, Jawa Tengah. Metode penelitian terdiri dari beberapa tahapan, yaitu tahap pendahuluan meliputi studi literatur, pengumpulan data meliputi data geologi, citra satelit, dan geokimia. Selanjutnya, tahap analisis data mencakup analisis kation, anion, dan isotop pada tiap sampel air. Daerah penelitian merupakan sistem relief tinggi. Daerah penelitian mempunyai delapan manifestasi permukaan panas bumi dengan suhu manifestasi berkisar 40-58 ºC, pH 2 dan 6. Empat mata air dingin dengan suhu berkisar 15-25 ºC dan pH 7. Manifetasi permukaan panas bumi memiliki tipe air beragam, yaitu sulfat, klorida, bikarbonat, dan dilute klorida-bikarbonat. Selain itu, air dingin didominasi oleh tipe air bikarbonat. Berdasarkan analisis geoindikator, zona upflow berada di titik manifestasi LWU, sedangkan zona outflow berada di titik manifestasi PBL atau JNW. Sistem panas bumi daerah penelitian memiliki suhu reservoir sekitar 160-170 ºC dan termasuk ke dalam klasifikasi sistem entalpi tinggi. Sumber air panas bumi daerah penelitian berasal dari air meteorik (SGN 1 dan NGT) dan air campuran (PBL, BNA, dan LWU) melalui analisis isotop. Berdasarkan ciri atau aspek geologi dan geokimia, daerah penelitian termasuk ke dalam sistem geothermal play convection dominated tipe CV-1. Luaran akhir penelitian ini adalah model konseptual hidrogeokimia lapangan panas bumi Gunung Lawu.

Gunung Lawu geothermal system is one of a geothermal prospect where is located between Central and East Java. In the exploration stage, geochemistry survey must be conducted. The survey covers hydrogeochemistry study. Hydrogeochemistry study is important to determine reservoir temperature, origin of the geothermal system, and fluid recharge mechanism. The research aims to determine the hydrogeochemical characteristics of Gunung Lawu geothermal field, Central Java. The research method consists of several stages, the preliminary stage cover literature study, data collection covers geological data, satellite imagery, and geochemistry. Furthermore, data analysis covers the analysis of cations, anions, and isotope in each water sample. The research area is a high relief system. The research area has eight geothermal surface manifestations with temperatures 40-58 ºC, pH 2 and 6. Four cold water has a temperature from 15-25 ºC and pH 7. The surface manifestation has various water types are sulfate, chloride, bicarbonate, and dilute chloride-bicarbonate. Moreover, cold water is dominated by bicarbonate water types. Based on geoindicator analysis, the upflow zone is located in LWU, while the outflow zone is located in PBL or JNW. The geothermal system in the study area has a reservoir temperature of around 160-170ºC and is included in a high enthalpy system classification. The geothermal water in the study area is originated from meteoric water (SGN 1 and NGT) and mixed water (PBL, BNA, and LWU) through isotope analysis. Based on geology or geochemistry aspect, the research area include in convection dominated CV-1 type of geothermal play. The final output of this research is the hydrogeochemical model of the Gunung Lawu geothermal field.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irawadi Prihaswan
"Manajemen suatu perusahaan memiliki peran utama dalam mewujudkan kecelakaan kerja nihil (zero accidengi di tempat kerja. Upaya tersebut harus dilaksanakan melalui sebuah kesisteman yang dikenal sebagai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Selain komitmen manajemen, untuk mencapai tujuan secara optimal daiam pelaksanaan SMK3 juga diperiukan dukungan karyawan, diantaranya dengan selalu berupaya untuk berperilaku selamat dan mencegah adanya perilaku tidak selamat. Perilaku tidak selamat diyakini merupakan faktor utama penyebab terjadinya kecelakaan kerja. Untuk itu, penting dilakukan kajian atau studi tentang perilaku tidak selamat sehingga dapat dilakukan intervensi program Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penelitian tesis ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku tidak selamat karyawan bagian produksi dan pemeliharaan Iapangan panas bumi Gunung Salak tahun 2007. Desain peneiitian ini adalah dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel dalam peneiitian ini adalah sebanyak 75 responden.
Dari hasil peneiitian didapatkan kesimpulan bahwa perilaku tidak selamat karyawan bagian Produksi dan Pemeliharaan Iapangan panas bumi Gunung Salak masih perlu dikurangi dan dicegah secara terus-menerus. Faktor internal yang berhubungan dengan perilaku tidak Selamat adalah persepsi terhadap risiko kerja, motivasi berperilaku tidak Selamat, dan kepatuhan terhadap peraturan; sedangkan pengetahuan tentang bahaya di tempat kerja dan faktor eksternal (meliputi pelatihan K3, komunikasi tentang bahaya dan pengawasan dari supervisor) tidak terbukti memiliki hubungan bermakna_ dengan perilaku tidak Selamat di tempat kerja.
Disarankan perlu adanya upaya yang berkelanjutan untuk mencegah munculnya perilaku tidak Selamat dengan lebih memperhatikan aspek motivasi, persepsi, dan kepatuhan terhadap peraturan, sebagai contoh melalui program rewards dan punishment, pelatiahn dan sosialisasi peraturan, dan program pengembangan Budaya K3 di tempat kerja secara terus menerus. Selain itu, diharapkan bahwa penerapan program behavior-based safety dapat meningkatkan motivasi, persepsi, dan kepatuhan karyawan untuk berperilaku Selamat.

A company management has a main role to achieve a zero incident in the workplace. The efforts shall be done through implementation of an Occupational Health and Safety Management System (OHS-MS). Beside management commitment, to achieve a successful implementation of an OHMS. workers' support will always be critical, such as with always enforcing safe behavior and preventing unsafe behavior. Unsafe behavior is the main factor causing workplace incident. Therefore, a study or research on unsafe behavior is critical, so that intervention program, may then be needed.
The objectives of this study is to explore factors relates to unsafe behavior of employees of Production and Maintenance departments of the Gunung Salak geothennal field in 2007. This study design is an analytical survey with a cross- sectional method. The number of sample is 75 respondents.
The study results that unsafe behavior exists in the Production and Maintenance department of Gunung Salak geothennal Held, and needs to be eliminated and or prevented. lntemal factors that contribute to the unsafe behavior are perception of job-risk, motivation for working unsafe, and compliance to policy and procedure; whereas, the knowledge of hazard/risk, as well as extemal factors (i.e. safety training, hazard/risk communication, and supervision) are proved not to have signihcant contribution or relation, to the unsafe behavior.
lt would then be recommended to develop a program on preventing unsafe behavior that emphasizes on motivation, perception, and compliance assurance aspects; such as rewards and punishment, training and socialization of policies and procedures, as well as building a HES culture continuously and sustainably. It is also believed that the implementation of Behavior-based Safety program would help improve the motivation, perception, and compliance ofthe employees to work safely.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32099
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Tris Arfiadinarti
"Gunung Pancar, Jawa Barat adalah salah satu daerah yang memiliki potensi panas bumi. Dalam mengidentifikasi potensi panas bumi Gunung Pancar digunakan teknologi pengindraan jauh. Teknologi pengindraan jauh adalah sarana efektif untuk memetakan distribusi struktur, suhu permukaan tanah, dan alterasi hidrotermal. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan alterasi hidrotermal dan  potensi panas bumi dengan integrasi teknik penginderaan jauh dan studi lapangan. Teknik penginderaan jauh yang digunakan adalah FFD, LST, dan PCA. Hasil analisis dengan teknik penginderaan jauh ini akan divalidasi dengan studi lapangan dan analisis petrografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebaran struktur geologi dan suhu permukaan tanah memiliki anomali tinggi di bagian utara dan selatan-tenggara daerah penelitian. Analisis sebaran struktur dan suhu permukaan ini dapat mendukung interpretasi keberadaan dan sebaran alterasi hidrotermal. Jenis alterasi hidrotermal yang dapat diamati melalui integrasi PCA dan studi lapangan adalah argilik. Alterasi ini berkorelasi dengan keberadaan manifestasi panas bumi dan struktur geologi daerah penelitian. Korelasi hasil analisis menggunakan FFD, LST, PCA dan studi lapangan dapat menunjukkan bahwa bagian utara dan selatan-tenggara merupakan area alterasi hidrotermal dan memiliki potensi panas bumi.

Mount Pancar, West Java is one area that has geothermal potential. In identifying the geothermal potential of Mount Pancar, remote sensing technology is used. Remote sensing technology is an effective means of mapping the distribution of structures, soil surface temperatures, and hydrothermal alteration. This study aims to map hydrothermal alteration and geothermal potential by integrating remote sensing techniques and field studies. Remote sensing techniques used are FFD, LST, and PCA. The results of the analysis using remote sensing techniques will be validated by field studies and petrographic analysis. The results of this study indicate that the distribution of geological structures and soil surface temperatures has a high anomaly in the north and south-southeast of the study area. The analysis of the distribution of the structure and surface temperature can support the interpretation of the presence and distribution of hydrothermal alteration. The type of hydrothermal alteration that can be observed through PCA integration and field studies is argillic. This alteration is correlated with the presence of geothermal manifestations and the geological structure of the study area. Correlation analysis results using FFD, LST, PCA, and field studies can show that the north and south-southeast are hydrothermal alteration areas and have geothermal potential."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftha Apriliani
"Pada lapangan panas bumi “X” Daerah Gunung Slamet, Kabupaten Tegal Jawa Tengah keterdapatan manifestasi berupa mata air panas yang kemunculan dan persebarannya mengikuti kelurusan struktur geologi berupa sesar normal dan sesar mendatar berorientasi baratlaut-tenggara. Sehingga dari kondisi geologi daerah penelitian yang menunjukkan adanya struktur yang dapat menjadi jalur fluida panas tersebut, batuan teralterasi beserta mineral ubahan sangat mungkin terbentuk didaerah ini. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi litologi, zona alterasi berdasarkan mineral alterasi yang terbentuk dan kaitan mineral alterasi dengan temperatur dan sifat fluida pembentukan mineral alterasi tersebut di daerah penelitian. Metode yang digunakan ialah analisis petrografi melalui sayatan tipis dan metode analisis difraksi sinar-X (X-ray Diffraction). Metode petrografi dilakukan guna mengidentifikasi keberadaan mineral teralterasi atau tidak teralterasi pada sampel sayatan tipis. Lalu, Metode XRD bertujuan untuk mengidentifikasi lebih lanjut mengenai mineral alterasi yang terkandung yang sebelumnya tidak dapat teridentifikasi pada analisis petrografi. Berdasarkan hasil analisis petrografi batuan, litologi daerah penelitian tersusun atas batuan beku andesit, dan kristal tuf. Berdasarkan hasil analisa petrografi dan XRD pada sampel daerah penelitian dapat dibagi menjadi dua zona alterasi berdasarkan mineral alterasi yang ditemui, yaitu zona propilitik dan zona argilik. Pada zona argilik rentang temperatur keterbentukan mineral yaitu pada suhu 80-120°C. Sedangkan, zona alterasi propilitik memiliki rentang suhu keterbentukan mineral pada >250°C. Berdasarkan mineral alterasi yang ditemukan temperatur daerah penelitian terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok tingkat keasaman (pH) netral dan asam yang dicirikan dengan keberadaan mineral kaolinit.

In the geothermal field "X" Slamet Mountain area, Tegal Regency, Central Java, there are manifestations in the form of hot springs whose appearance and distribution follow the alignment of geological structures in the form of normal faults and stike-slip faults oriented north west-south east. So that from the geological conditions of the research area that shows the existence of structures that can be a hot fluid path, alterated rocks and altered minerals are very likely to form in this area. This study was conducted to identify the lithology, alteration zones based on alteration minerals formed and the relationship of alteration minerals with temperature and fluid properties of the formation of alteration minerals in the study area. The methods used are petrographic analysis through thin section and X-ray diffraction analysis method. The petrographic method was used to identify the presence of altered or unaltered minerals in the thin section samples. Then, the XRD method aims to further identify the alteration minerals contained that could not previously be identified in the petrographic analysis. Based on the results of rock petrographic analysis, the lithology of the study area is composed of andesite igneous rocks, and tuff crystals. Based on the results of petrographic and XRD analysis on the samples of the study area can be divided into two alteration zones based on the alteration minerals found, namely the propylitic zone, and argillic. In the argillic zone, the temperature range for mineral formation is 80-120°C. Meanwhile, the propylitic alteration zone has a mineral formation temperature range of >250°C. Based on the alteration minerals found, the temperature of the research area is divided into two groups, namely neutral and acidic acidity (pH) groups which are characterized by the presence of the mineral kaolinite.
"
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bogor: TNGHS, 2008
R 577.34 EKO
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Harry Kartiwa
"Gunung Salak merupakan ekosistem alami dan salah satu bagian dari ekosistem pulau Jawa yang masih tersisa. Gunung Salak mempunyai peranan penting dalam penyedian jasa-jasa lingkungan bagi masyarakat di Jawa Barat terutama di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek), dan Sukabumi. Gunung Salak juga merupakan kawasan yang secara ekonomi penting bagi peningkatan pendapatan daerah. Kelestarian manfaat ekonomi tersebut sangat tergantung pada kelestarian ekosistem Gunung Salak.
Dalam pengelolaan kawasan konservasi seringkali menglami kendala-kendala, baik internal maupun eksternal, seperti: gangguan dari pencurian kayu, perburuan liar, dan lain-lain. Masyarakat lokal (masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Gunung Salak) maupun masyarakat Jawa Barat secara keseluruhan, berperan penting dalam pelestarian ekosistem Gunung Salak.
Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) Mengetahui potensi social-ekonomi, sosial-budaya masyarakat lokal kawasan Gunung Salak dan potensi sumberdaya alam ekosistem Gunung Salak; 2) Mengetahui peranserta/partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan Gunung Salak; 3) Mengetahui persepsi, sikap dan prilaku masyarakat terhadap pengelolaan kawasan Gunung Salak, sebagai dasar pengembangan partisipasi masyarakat lokal dalam kegiatan pengelolaan kawasan Gunung Salak untuk menekan dan mengendalikan kerusakan ekosistem kawasan Gunung Salak; 4) Mengembangkan model/konsep partisipasi masyarakat lokal dalam pengelolaan kawasan Gunung Salak.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional. Pengambilan data masyarakat dilakukan dengan menggunakan model Rapid Rural Appraisal (RRA). Pemilihan responden sebagai unit terkecil penelitian dilakukan secara acak sederhana / Simple Random sampling.
Partisipasi masyarakat lokal sekitar kawasan dalam kegiatan pengelolaan kawasan Gunung Salak telah dilaksanakan oleh masyarakat kampung Tapos, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, dengan program tumpangsari yang mereka lakukan di areal hutan Perum Perhutani KPH Bogor atas dasar kesepatan bersama. Program tumpangsari tersebut berhasil mengalihkan kegiatan/aktivitas masyarakat lokal yang bersifat destruktif (berburu burung, menebang potion, dan lain sebagainya) menjadi kegiatan yang bersifat konstruktif, selain itu masyarakat lokal juga memantau dan menjaga kelestarian ekosistem kawasan Gunung Salak pada umumnya, dan Elang Jawa khususnya.
Dengan diterapkannya sistem agroforestri tersebut dalam pengelolaan kawasan Hutan Lindung Gunung Salak, masyarakat dan Perum Perhutani dapat sama-sama merasakan hasilnya untuk kesejahteraan hidup mereka bersama, dalam hubungan yang sating diuntungkan satu sama lainnya. Pengembangan partisipasi masyarakat lokal sekitar kawasan dalam kegiatan pengelolaan kawasan Gunung Salak merupakan hal yang perlu diwujudkan dalam suatu tindakan pengelolaan terpadu demi terwujudnya kelestarian ekosistem Gunung Salak yang selaras dengan pembangunan yang berkelanjutan. Dari hasil analisis dan pembahasan dalam tesis ini, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Masyarakat lokal sekitar kawasan Gunung Salak memiliki potensi sosial, ekonomi dan budaya yang baiklpositif, yang dapat dimanfaatkan dalam pengelolaan dan pelestarian ekosistem kawasan Gunung Salak; 2) Partisipasi masyarakat lokal sekitar kawasan Gunung Salak yang bersifat destruktif (penangkap burung) dapat diubah menjadi bersifat konstruktif (menjaga dan melestarikan Elang Jawa). Partisipasi tersebut masih dapat ditingkatkan dan dikembangkan, dad yang bersifat pasif menjadi aktif; 3) Masyarakat lokal sekitar kawasan Gunung Salak memiliki persepsi, sikap dan prilaku yang balk terhadap sumberdaya hutan ekosistem kawasan Gunung Salak, juga memiliki motivasi yang tinggi untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengelolaan kawasan Gunung Salak; dan 4) Model/konsep partisipasi yang sesuai dan tepat untuk diterapkan dan dikembangkan pada masyarakat lokal sekitar kawasan Gunung Salak adalah sistem agroforestri kompleks.
Saran penulis dalam tesis ini, adalah sebagai berikut: 1) Pengelolaan paradigma baru yang menerapkan sistem agroforestri kompleks perlu ditumbuhkembangkan dalam sistem pengelolaan di seluruh kawasan Gunung Salak khususnya dan di seluruh kawasan konservasi umumnya; 2) Pihak pengelola kawasan Gunung Salak harus mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak (kepentingan bersama), tidak hanya mementingkan kepentingannya sendiri. Pelaksanaan pengelolaan tersebut harus berjalan pada alur yang sesuai dengan kaidah-kaidah ekonomi kerakyatan dan kaidah ekologis, demi terwujudnya kelestarian ekosistem kawasan Gunung Salak dan kesejahteraan masyarakat yang selaras dengan pembangunan yang berkelanjutan.

Mount Salak is one of Java Island's natural ecosystems left. It plays a vital role in providing environmental services to communities in West Java especially ones in Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi) and Sukabumi. Mount Salak?s is also economically important in generating regional income. Sustainability of economical benefit depends a great deal on the conservation of Mount Salak?s ecosystem.
Unfortunately, most of the time the management of conservation area faces many internal and external constraints such as illegal logging, illegal hunting, etc. The local community living in Mount Salak?s area as well as communities in West Java as a whole is of significant role in the conservation of Mount Salak?s ecosystem.
Objectives of the research are as follow: 1) to have knowledge on social-economic and social-culture potentials of local community living in Mount Salak?s area as well as natural resource potential of Mount Salak?s ecosystem; 2) to have knowledge on existing local community participation in managing Mount Salak?s area; 3) to have knowledge on local community's perception, attitude, and behavior toward conservation of Mount Salak, as the basis of development of local community participation in order to controlling and mitigating the degradation of Mount Salak?s ecosystem; 4) to develop local community participatory management of Mount Salak?s area.
The correlation-descriptive method was used in this research. Data from the community was gathered using Rural Rapid Appraisal (RRA) model. Respondent sampling was conducted using Simple Random Sampling technique. The community of Kampung Tapos, Desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor has been implementing the local community participation in the management of Mount Salak?s area, by conducting simple agro forestry (tumpangsan} in protected forest area based on the mutual agreement with Perum Perhutani KPH Bogor. This program successfully altered destructive activities (bird hunting, illegal logging, etc.) into constructive ones such as conserving of Mount Salak?s ecosystem as a whole and Javan Hawk Eagle in particular.
Implementation of simple agro forestry in the management of Mount Salak?s protected forest enables the local community and Perum Perhutani KPH Bogor to gain mutual benefit. Furthermore, the development of local community participation in the management of Mount Salak?s area needs integrated management. It is necessary in order to bring the sustainability of Mount Salak?s ecosystem into reality. Conclusion of the research are as follow: 1) Local community (community based) in Mount Salak?s area have good knowledge and potentials of social-economic and social-culture that may be useful for management and conservation of Mount Salak?s ecosystem; 2) The destructive participation of local community can be changed into constructive one and it may still be increased and developed; 3) Local community have good perception, attitude, and behavior toward biodiversity of Mount Salak?s forest as well as good motivation for participating in the management of Mount Salak?s area; and 4) The complex agro forestry system may be implemented & developed in management of Mount Salak?s area.
Based on the result above, it is suggested that: 1) implementation of agro forest system (complex agro forestry) is necessary to the management of Mount Salak?s area; 2) the executive of Mount Salak?s area management (Perum Perhutani) should have the ability to accommodate interests of every stakeholder. Management of Mount Salak?s area must meet the principles of ecology and people economy in order to bring conservation of Mount Salak?s ecosystem and community welfare into reality in accordance with sustainable development concept.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2002
T3500
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evita Sari
"Sektor industri merupakan salah satu sektor yang beperan penting dalam penurunan Gas Rumah Kaca (GRK), salah satunya yang sedang berkembang yaitu industri air bersih dan air limbah. Hingga saat ini, sudah banyak perlakuan pemerintah dalam menurunkan emisi di sektor air limbah, namun tidak pada sektor air bersih. Di sisi lain, Indonesia sedang mengejar pembangunan infrastruktur air bersih hingga 60% terlayani oleh PDAM. Sehingga, sektor air bersih menjadi sektor yang harus diperhatikan termasuk dalam GRK yang dihasilkan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi emisi CO2 sebagai emisi GRK dari pengolahan air bersih, yaitu Instalasi Pengolahan Air (IPA) Legong dan IPA Citayam yang mewakili Kota Depok, dan melakukan pengembangan skenario guna menurunkan emisi CO2. Estimasi emisi CO<2 menggunakan metode IPCC, model matematika, dan stokiometri. Total emisi CO2 yang dihasilkan dari pengolahan air bersih pada tahun 2018 yaitu 0,458 kg CO2/m3 dengan kapasitas produksi 2.313 m3/jam, dengan sumber emisi terbesar yaitu kegiatan konsumsi listrik untuk operasional IPA, transportasi bahan kimia, konsumsi koagulan, dan yang paling rendah yaitu penggunaan genset.
Dari hasil analisis dan pengembangan skenario, direkomendasikan perencanaan reservoir untuk mengurangi operasional pompa intake dan membuat emisi CO2 yang dihasilkan berkurang 1,6%. Rekomendasi lainnya yaitu dengan asumsi pembangkit listrik utama berasal dari tenaga surya, sehingga emisi CO2 yang dihasilkan berkurang 15,3%. Karena itu, pemanfaatan energi alternatif merupakan startegi utama dalam menurunkan emisi CO2 dari pengolahan air bersih.

The industrial sector is one of the important sectors in reducing GHGs, one of them is the water and wastewater industries. Until now, there has been a lot of government treatment in reducing emissions in the wastewater sector, but not in the clean water sector. On the other hand, Indonesia is pursuing the development of clean water infrastructure, up to 60% is served by PDAM. Thus, the clean water sector becomes a sector that must be considered including the GHG emission.
This study aims to estimate CO2 emissions as GHG emissions from water treatment, namely the Legong Water Treatment Plant (WTP) and Citayam WTP which represent Depok City, and develop scenarios to reduce CO2 emissions. CO2 emissions is calculated using the IPCC method, mathematical models, and stochiometry. The total CO2 emissions generated from the treatment of clean water in 2018 were 0.458 kg CO2/ m3< with a production capacity of 2,313 m3/hour, with the largest source of emissions are electricity consumption activities for IPA operations, chemical transportation, coagulant consumption, and the lowest, that is use of generator set.
From the results of scenario analysis and development, reservoir planning is recommended to reduce the intake pump operation and make the CO2 emissions produced reduced by 1.6%. Other recommendations are assuming that the main power plant comes from solar power, so the CO2 emissions produced are reduced by 15.3%. Therefore, alternative energy utilization is the main strategy in reducing CO2 emissions from processing clean water.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akbar Reza Swastika
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang analisa monitoring arus penggiat (arus eksitasi) pada operasi generator di unit PLTP Gunung Salak. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan mengambil contoh data pada operasi generator. Tujuannya adalah untuk melihat daerah atau letak operasi kerja dari generator (mendahului atau tertinggal) dan melihat hubungan antara arus eksitasi terhadap temperatur pada sisi stator atau rotor pada sebuah pengoperasian generator di pembangkit. Kenaikan suhu atau temperatur ini merupakan salah satu indikasi (indikator) penuaan dari generator pada pembangkit. Oleh karena itu, diperlukan suatu analisa monitoring arus penggiat (arus eksitasi) pada operasi pembangkit yang bertujuan untuk menentukan kondisi (lifetime) dari pembangkit itu sendiri.
ABSTRAK
This thesis discusses the analysis of current monitoring instigators (excitation current) on the generator operating at Mount Salak geothermal unit. Research carried out is by taking a sample of quantitative research data on the operation of the generator. The goal is to see the area where the operation or the work of the generator (leading or lagging) and look at the relationship between the excitation current to the temperature in the stator or rotor in a generator in the plant operation. Temperature or temperature rise is one indication (indicator) on the aging of generator power. Therefore, required an analysis of current monitoring instigators (excitation current) on the plant operation aims to determine the conditions (lifetime) of the plant itself."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S53415
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>