Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 165524 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esty Maulidyasti F.
"Gas H2S merupakan gas berbahaya yang banyak dihasilkan oleh sebagian besar proses industri seperti kilang petrokimia, proses pengolahan air limbah, industri makanan, industri manufaktur pulp dan kertas, serta dari hasil pembakaran bahan bakar fosil. Gas H2S memiliki karakteristik bau yang sangat menyengat dan bila terhirup oleh saluran pernafasan pada konsentrasi tinggi dapat menyebabkan kematian. Sebagian besar industry membuang limbah gas yang mengandung H2S diambang batas aman, seperti limbah gas industri pulp dan kertas yang memiliki konsentrasi H2S sebesar 18,1 ppm ataupun seperti limbah gas industri karet remah yang mengandung konsentrasi H2S sebesar 12 ppm. Sedangkan kandungan gas H2S yang dibuang ke udara bebas tidak boleh melebihi dari batas aman yang diperbolehkan di udara, yaitu 10 ppm.
Salah satu metode yang terbukti lebih efisien dibandingkan metode-metode konvensional untuk mereduksi kandungan H2S adalah dengan biofilter. Sistem biofiltrasi ini sendiri secara luas telah digunakan untuk mereduksi gas polutan pada berbagai industri dan memperoleh sambutan yang baik di banyak negara. Hal ini dikarenakan biofiltrasi memiliki kelebihan utama yaitu biaya perawatan dan operasional yang rendah, serta efisiensi proses yang tinggi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari biofilter yang menggunakan zeolit alam sebagai bahan pengisi biofilter yang diinokulasikan dengan bakteri Thiobacillus thioparus, melalui uji degradasi selama 24 jam. Pengujian dilakukan dengan menguji adsorbansi dari zeolit alam Lampung dengan menggunakan kontaminan Na2S2O3 1 M dan gas H2S dengan konsentrasi 32,674 ppm. Keduanya dilakukan dengan laju alir 8,46 L/jam. Kemudian dilakukan uji degradasi dengan menggunakan zeolit yang diinokulasi oleh bakteri Thiobacillus thioparus dengan kondisi operasi yang sama.
Analisis dilakukan dengan titrasi Iodometri untuk mengetahui persentase reduksi dari proses degradasi yang telah dilakukan. Hasil dari penelitian ini adalah zeolit alam Lampung dapat digunakan sebagai media immobilisasi bakteri Thiobacillus thioparus. Terjadi peningkatan degradasi H2S dengan penggunaan zeolit yang diinokulasi oleh bakteri Thobacillus thioparus, yaitu peningkatan persentase reduksi H2S sebesar 33,54 %, persentase reduksi H2S maksimal mencapai 98,87 % dan terjadi peningkatan nilai kapasitas penghilangan sulfur yaitu dari 1,25 - 1,43 g-S/kg zeolit kering menjadi sebesar 8,23 - 8,79 g-S/kg zeolit kering.

H2S is a dangerous gas which produced by most industrial process like petrochemical plant, waste water treatment facilities, food industrial, pulp and paper manufactur, and also from emission of fossil fuel combustion. H2S have a characteristic odour which is very sting and if breathed by human exhalation in high concentration can cause death. Most of industry generated the gas waste that contain H2S out of the safe environmental level. Like pulp and paper industrial gas waste containing H2S concentration at 18,1 ppm and or like crumb rubber industry gas waste containing H2S concentration at 12 ppm. While the regulation of H2S gas content into the air may not exceed from 10 ppm.
One of the proven method that more efficient compared to conventional method to reduce H2S content is with biofilter. This biofiltration system have been used widely in many country to reduce polutan gas at various industry. This matter because of biofiltrasi have especial advantages that is low cost for operational and treatment expense, and also high process efficiency.
This research is conducted to know the effectiveness of biofilter using natural zeolite as biofilter filler which inoculated with Thiobacillus thioparus bacterium, from degradation test during 24 hour operation. Examination conducted with adsorbtion test to natural zeolite by using Na2S2O3 1M and H2S gas with concentration 32,674 ppm. Both are execute with same flow rate 8,46 L/hour. Next step is degradation test by using zeolite which inoculated with Thiobacillus thioparus bacterium with same operation condition.
Analysis are using Iodometri titration to know the percentage reduce from degradation process which have been done. The result of this research is natural zeolite can be used as Thiobacillus thioparus inoculated medium. The percentage reduce of H2S are significantly increase with usage of zeolite which inoculated with Thobacillus thioparus bacterium, that is make-up equal to 33,54 %, maximal percentage reduce of H2S reach 98,87 % and have a significant point increase of sulphur removal capacity that is from 1,25 - 1,43 g-S / kg dry zeolite increase to 8,23 - 8,79 g-S / kg dry zeolite.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49668
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ichsan Kamil
"Indonesia memiliki cadangan gas alam masih cukup tinggi. Namun kualitas gas alam yang diproduksi saat ini masih kurang baik karena pengaruh kandungan gas non-hidrokarbon yang menjadi gas polutan yang terkandung dalam gas alam, seperti H2S, SO2, SO3, RSH dan lain-lain. Tingginya kandungan gas sulfur tersebut dapat menurunkan daya bakar gas alam, selain itu dapat merusak sarana yang terkait dengan pengolahan gas alam dan merusak sarana yang menggunakan gas alam sebagai bahan bakar serta emisinya dapat mencemari lingkungan. Salah satu solusi yang terbaik untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan bakteri pereduksi sulfur untuk mereduksi kandungan sulfur dalam gas alam. Jenis bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa sulfur untuk menghasilkan energi. Bakteri sulfur dapat menyimpan dan atau menggunakan sulfur elemental atau komponen organik sulfur untuk metabolisme selnya.
Dalam penelitian ini bakteri pendegradasi sulfur yang digunakan adalah Thiobacillus thioparus. Dan senyawa sulfur yang digunakan adalah Natrium thiosulfat, Na2S203 dengan konsentrasi 200, 400, dan 600 ppm. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat ketahanan bakteri Thiobacillus thioparus terhadap variasi konsentrasi senyawa sulfur secara umum mengalami lag fase pada 12 jam pertama, lalu mengalami fase eksponensial dimana pertumbuhan bakteri sangat cepat selama 30 atau 36 jam dan mengalami penurunan populasi pada jam ke-54. Dan laju degradasi sulfur oleh bakteri Thiobacillus thioparus semakin besar konsentrasi substrat, maka laju degradasi akan semakin besar hingga mencapai nilai maksimum, dan kemudian menurun dengan bertambahnya konsentrasi substrat.

Indonesia have natural gas reserve still high enough. But the quality of produced natural gas in this time still unfavourable because obstetrical influence of non-hidrokarbon gas becoming polutan gas which implied in natural gas, like H2S, SO2, SO3, RSH and etc. Obstetrical height of the sulphur gas can degrade energy burn natural gas, besides can destroy medium which related to processing of natural gas and destroy medium using natural gas upon which burn and also its emission can contaminate environment. One of the best solutions to overcome this problem by using sulphur reducing bacteria to reducing sulphur content in natural gas. this bacteria type can oxidize sulphur compound to yield energi. Sulphur bacteria earn save and or use elemental sulphur or organic component of sulphur for the metabolism of cell.
In this research the sulfur reducer bacteria which used is Thiobacillus thioparus. And sulfur compound which used is Natrium thiosulfat, N2S2O3 with consentration 200, 400, 600 ppm. Pursuant to result of research, mount Thiobacillus thioparus bacteria resilience to sulphur compound concentration variation in general experience of phase lag at 12 first hour, then experience of eksponensial phase where growth bacterium very quickly during 30 or 36 hour and experience of degradation population at hour of 54. And fast of sulphur degradasi by ever greater Thiobacillus thioparus bacterium of substrat concentration, hence accelerateing degradasi will be ever greater till reach maximum, and then decrease by increasing substrat concentration.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49666
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ario P.
"Selain dapat menurunkan keekonomisan gas bumi, gas buang yang mengandung senyawa Sulfur juga memiliki potensi untuk menimbulkan pencemaran udara jika terlepas ke udara. Senyawa sulfur seperti pada Hidrogen Sulfida pada konsentrasi di atas ambang batas yaitu 2 ppm sudah dapat membahayakan karena bersifat toksik Untuk mengurangi kadar senyawa ini dapat dilakukan dengan proses adsorpsi dengan menggunakan zeolit Alam Lampung sebagai adsorben.
Pada penelitian ini, dilakukan beberapa proses perlakuan terhadap zeolit alam lampung untuk mengoptimalkan kinerjanya dalam mengadsorpsi senyawa sulfur. Sampel gas yang digunakan adalah campuran udara - Tiosulfat. Sedangkan uji adsorpsi udara murni dilakukan sebagai kondisi referensi. Proses perlakuan adsorben yang dilakukan pada penelitian ini meliputi: Proses Dealuminasi yaitu dengan perendaman adsorben pada larutan HF 3% selama 20 menit; Proses pertukaran ion dalam larutan NH4NO3 0,1 N selama 2 jam dan dengan proses kalsinasi pada suhu 530 _C selama 5 jam. Sedangkan variasi modifikasi perlakuan (treatment) zeolit yang dilakukan yaitu: Zeolit murni, Zeolit Dealuminasi, Zeolit Dealuminasi + Kalsinasi (Zeolit DK), Zeolit Dealuminasi + Pertukaran Ion (Zeolit DP) dan Zeolit Dealuminasi + Pertukaran Ion + Kalsinasi (Zeolit DPK).
Berdasarkan hasil uji coba adsorpsi senyawa Sulfur dari berbagai jenis zeolit tersebut di atas diperoleh suatu hasil (secara kualitatif) bahwa bila proses Dealuminasi dilakukan sebagai perlakuan awal dapat menyebabkan kerusakan struktur zeolit yang dapat menurunkan luas permukaannya. Pada uji adsorpsi udara pada suhu ruang dengan laju alir udara 51,52 ml/s untuk zeolit Dealuminasi diperoleh hasil yang optimal sebesar 60 % N2 maupun O2 dapat teradsorp, sedangkan pada uji adsorpsi senyawa sulfur dari campuran udara - Tiosulfat pada kondisi operasi yang sama diperoleh hasil yang optimal pada zeolit alami. Selain itu dari percobaan terbukti bahwa senyawa sulfur yang bersifat polar dengan mudah dapat teradsorp dibandingkan Nitrogen dan Oksigen dalam udara yang bersifat nonpolar.

In addition to reduce the income of Natural gas, exhaust gas, containing Sulphuric compound also has the problem to cause air pollution. Sulphuric compound like Hydrogen Sulfide is very dangerous outside its limit (2 ppm) because of its toxic characteristic. To reduce the pollutant level from sulphuric compound, can be done by the adsorption process using Lampung natural zeolit as an adsorben. This research do the several treatment of Lampung natural zeolit to enhance its effort in Sulphuric compound adsorption process.
In this project, the mixing of Air ' Tiosulfate is used as a sample. In additon, the processs of pure air adsorption is done as a reference condition. The adsorben treatment in this research includes Dealumination process with dilute adsorben in HF 3% mixture within 20 minutes; Ion exchange process in NH4NO3 0,1 N mixture within 2 hours; finally with kalsination at 530 _C within 5 hours. Moreover, the variation of treatment modification of zeolit is done, including: Pure zeolit, Dealumination zeolit, Dealumination + Kalsination zeolit (DK zeolit), Dealumination + Ion exchange zeolit (DP zeolit), and Dealumination + Ion exchange + Kalsination zeolit (DPK zeolit).
Based on the result of Sulphuric compound adsorption process from all kind of zeolit above, the research conclude that if Dealumination process is done as the first treatment, then it can damage the zeolit structure. Next, can descend the surface area of zeolit itself. The processs of pure air adsorption at 25 0C with air flowrate at 51,52 ml/s result the optimal condition. This condition is reached by Dealumination zeolit which can adsorp N2 until 60 %, the same result has been shown in O2. Nevertheless, Sulphuric compound adsorption process from its mixing at the same operation condition result the different thing. This process result the optimal condition by Pure zeolit. Also, the research proved that sulphuric compound which has the polar characteristic of its band easily can be adsorped than Nitrogen and Oxygen which has the nonpolar characteristic of its band.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49813
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Adriana
"Senyawa belerang merupakan salah satu jenis senyawa
nonhidrokarbon yang terkandung dalam minyak bumi. Senyawa
belerang dapat membawa dampak negatif, bila masih terkandung
dalam minyak bumi. Dampak negatif tersebut antara lain: hujan
asam, korosi, dan gangguan terhadap kesehatan manusia.
Hidrodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi yang
telah biasa dilakukan, namun teknik ini hanya dapat
berlangsung apabila tersedia energi (panas dan tekanan) yang
tinggi. Biodesulfurisasi merupakan teknik desulfurisasi baru
yang sekarang sedang dikembangkan yang diharapkan dapat
diterapkan dengan lebih baik, efisien, ramah lingkungan, dan
menguntungkan dibandingkan teknik Hidrodesulfurisasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menurunkan kadar
belerang yang terkandung dalam. Iranian Crude Oil dengan
menggunakan teknik biodesulfurisasi. Bakteri yang digunakan
adalah Thiobacillus thioparus dan Thiobacillus neapolitanus.
Kondisi optimum dari teknik biodesulfurisasi ditentukan untuk
meningkatkan aktivitas bakteri memetabolisme senyawa belerang,
sehingga dapat memperbesar persentase penurunan kandungan
belerang dalam minyak bumi Hasil persentase penurunan kandungan belerang dalam minyak
bumi berkisar antara 1,35%-11,74%. Penurunan kandungan
belerang juga terjadi pada media yaitu berkisar antara 4,90%-
22,34%. Pemberian aerasi secara simultan dalam jumlah ± 5
L/menit dapat meningkatkan penurunan kandurigan belerang baik
dalam minyak bumi maupun dalam. media dibandingkan dengan
perlakuan aerasi lain (penggojokan dan pengadukan). Pemberian
komponen nutrisi tambahan (N dan P dari NH 4NO3 dan (NH4)2HPO4)
sebanyak 1% (b/v) ke dalam media dapat meningkatkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam. media dari 4,90% menjadi
9,42% (Thiobacillus neapolitanus) dan dari 18,57% menjadi
22,34% (Thiobacillus thi pparus). Sedangkan persentase
penurunan kandungan belerang dalam minyak bumi meningkat dari
5,08% menjadi 11,74% (Thiobacillus thioparus) dan dari 1,35%
sampai 6,88% (Thiobacillus neapolitanus). Dengan memperpanjang
waktu inkubasi dapat meningkatkan persentase penurunan
kandungan belerang, waktu inkubasi yang digunakan hanya selama
2 hari (48 jam). Data di atas menunjukkan bahwa Thiobacillus
thi pparus dan Thiobacillus neapolitanus cukup potensial untuk
melakukan biodesulfurisasi pada minyak bumi. Pemberian kondisi
yang paling optimum untuk proses biodesulfurisasi akan
meningkatkan persentase penurunan kandungan belerang. Hasilhasil
yang didapat dari penelitian ini hanya merupakan satu
langkah dari serangkaian studi guna menyempurnakan teknik
biodesulfurisasi. Penyempurnaan tersebut diperlukan agar
biodesulfurisasi dapat diterapkan sama baiknya dengan
hidrodesulfurisasi."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sani Widhyastuti
"Dinitrogen monoksida (N2O) yang diemisi dari berbagai proses industri dan aktivitas pertanian merupakan salah satu gas yang memberikan kontribusi tinggi dalam pemanasan global dan tergolong ke dalam kategori gas yang berbahaya. Reduksi gas N2O dilakukan menggunakan teknologi biofilter yang efektif dan efisien dalam mengontrol emisi udara. Zeolit Alam Lampung teraktivasi digunakan sebagai media filter karena memiliki porositas yang tinggi. Nitrobacter winogradskyi digunakan untuk mengoksidasi N2O menjadi gas yang tidak berbahaya. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji pengaruh dari penambahan kultur bakteri terhadap reduksi gas dan untuk mendapatkan kondisi operasi yang optimum dalam biofiltrasi dengan cara memvariasikan pH awal media, yaitu pH 4, 5, 6, 7, dan 8. Biofilter dioperasikan selama 24 jam dengan konsentrasi gas yang digunakan ialah 15000 ppm N2O dalam udara dan laju alir sebesar 88 cc/menit. Efisiensi reduksi tertinggi yang diperoleh sebesar 94,73%, yang dicapai pada variasi pH awal 7. Inokulasi bakteri ke dalam media filter menghasilkan 32,03% rata-rata efisiensi reduksi lebih tinggi daripada sistem tanpa inokulasi. TPC menunjukkan terjadi penurunan jumlah bakteri setelah biofiltrasi. SEM menunjukkan terjadi penebalan biofilm selama operasi. Isotermis Langmuir menghasilkan qm maksimum sebesar 2,873×10-3 g N2O/g zeolit pada pH awal 7 dan KL maksimum sebesar 1,709×10-3 m3/g pada variasi tanpa inokulasi mikroba. Isotermis Freundlich menghasilkan n dan Kf maksimum sebesar 5,625 dan 8,86×10-5 m3/g secara berurutan pada variasi tanpa inokulasi mikroba.

Nitrous oxide (N2O) which is emitted from various industrial process and agricultural activities is one of several gases that gives highest contribution in global warming and also categorized as a dangerous gas. Removal of N2O could be achieved by biofilter technology that is effective and efficient in controlling air emission. Activated Lampung Natural Zeolite was utilized as filter media because of its high porosity. Nitrobacter winogradskyi used to oxidize N2O into harmless gas. This research aims to study the effect of bacteria culture addition in biofiltration and determine the optimum operation condition by adjusting initial pH of media to pH 4, 5, 6, 7, and 8. Biofilter was operated for 24 hours with gas concentration was 15,000 ppm N2O in air and gas flow rate was maintained at 88 cc/minute. The maximum removal efficiency obtained was 94.73%, achieved at initial pH 7. Furthermore, inoculation bacteria into filter media yield 32.03% higher average of removal efficiency than system without inoculation. TPC showed decreasing amount of bacteria after biofiltration. SEM showed biofilms grow thicker during operation. Langmuir isotherm obtained maximum qm at initial pH 7 was 2.873×10-3 g N2O/g zeolit and maximum KL at system without bacteria inoculation was 1.709×10-3 m3/g. Freundlich isotherm obtained maximum n and Kf were 5.625 and 8.86×10-5 m3/g respectively at system without bacteria inoculation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43217
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nindya Sani Widhyastuti
"Dinitrogen monoksida (N2O) merupakan salah satu gas berkontribusi tinggi dalam pemanasan global dan dikategorikan sebagai gas yang berbahaya. Reduksi gas N2O dilakukan menggunakan teknologi biofilter yang efektif dan efisien dalam mengontrol emisi udara. Zeolit Alam Lampung teraktivasi digunakan sebagai media biofiltrasi karena memiliki porositas yang tinggi. Karbon aktif digunakan sebagai media biofiltrasi memiliki luas permukaan yang besar dan daya serap yang tinggi. Nitrobacter winogradskyi digunakan untuk mengoksidasi N2O menjadi N2 yang tidak berbahaya.
Tujuan penelitian ini ialah untuk mengkaji kemampuan Zeolit Alam Lampung teraktivasi dan Karbon Aktif sebagai media biofiltrasi. Biofilter dioperasikan selama 24 jam dengan konsentrasi gas yang digunakan ialah 15000 ppm N2O dalam udara dan laju alir sebesar 88 cc/menit.
Berdasarkan analisis GC, BET, dan TPC, karbon aktif berperan lebih baik sebagai media biofiltrasi daripada zeolit alam. Kinerja dari sistem biofilter ini dipengaruhi oleh laju degradasi maksimum, kemampuan mikroba dalam mendegradasi polutan, serta kemampuan biofilm dalam mengikat polutan.

Nitrous oxide (N2O) is one of several gases that gives highest contribution in global warming and also categorized as a dangerous gas. Removal of N2O could be achieved by biofilter technology that is effective and efficient in controlling air emission. Activated Lampung Natural Zeolite was utilized as biofiltration media because of its high porosity. Activated Carbon was utilized as biofiltration media due to wide surface area and high adsorption. Nitrobacter winogradskyi used to oxidize N2O into harmless N2.
This research aims to study Lampung Natural Zeolite and Activated Carbon performance as biofiltration media. Biofilter was operated for 24 hours with gas concentration was 15000 ppm N2O in air and gas flow rate was maintained at 88 cc/minute.
Based on GC, BET, and TPC analysis, activated carbon plays better role as biofiltration media than natural zeolite. Performance of this biofilter system affected by maximum degradation rate, microbes ability in degrading pollutant, and biofilm ability in binding pollutant.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35835
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhafizah Putri
"Gas dinitrogen monoksida (N2O) atau yang dikenal dengan sebutan gas tawa merupakan gas rumah kaca terbanyak keempat di atmosfer, namun gas ini memberi kontribusi terbesar pada pemanasan global. Dalam rangka mengurangi emisi gas NOx yang berbahaya bagi lingkungan, diperlukan suatu cara untuk mereduksi gas tersebut dari udara.Teknologi biofilter merupakan suatu teknologi yang sangat efektif dan efisien dalam mengontrol emisi udara, ramah lingkungan, dan hanya membutuhkan biaya operasional yang murah. Pada penelitian ini digunakan peralatan sederhana dalam skala laboratorium yang dioperasikan selama 24 jam dengan laju alir gas 88 cc/menit. Medium filter yang digunakan berupa zeolit alam Lampung teraktivasi yang diinokulasi oleh Nitrobacter winogradskyi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja biofiltrasi oleh medium zeolit alam teraktivasi dan pengaruh konsentrasi larutan nutrisi sintetik terhadap kinerja biofiltrasi dengan memvariasikan %berat jumlah nutrisi dan pelarut yang digunakan dalam nutrisi sintetik agar diproleh kondisi optimum. Efisiensi tertinggi dihasilkan oleh proses biofiltrasi pada variasi konsentrasi larutan 0,31% berat wt/wt yaitu sebesar 61,5%. Proses biofiltrasi dengan penambahan bakteri menghasilkan efisiensi reduksi rata-rata lebih besar 28% dibandingkan biofiltrasi tanpa bakteri.

Nitrogen oxide (N2O) or known as laughing gas is the fourth largest greenhouse gases in the atmosphere, but it gives the biggest contribution to global warming. So, in order to reduce N2O emissions that are harmful to the environment, we need a technology to reduce these gases from the air. Biofilter technology is a technology that very effective and efficient in controlling air emission and environmentally friendly. This research used simple laboratory scale equipment that operated for 24 hours with gas flow rate measured at 88 cc/min. Zeolite Lampung that inoculated by Nitrobacter winogradskyi is a filter that used in this research.
This research aims to study ability of zeolite and the effect of nutrient solution's concentration on the performance of biofiltration by varying the %weight of total nutrient and solution in synthetic nutrients solution in order to get optimum condition. The highest efficiency obtained at variation 0,31% weight wt/wt that is equal to 61, 6%. Biofiltration process with the addition of the bacteria produce an average reduction efficiency 28% greater than biofiltration without bacteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43281
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Prasthio
"Penelitian ini menghasilkan katalis komposit Zeolit Alam Lampung (ZAL) terintegrasi dengan TiO2 yang dapat mengeliminasi polutan gas NO2 secara simultan sehingga dapat diaplikasikan sebagai masker kesehatan. Katalis komposit dibuat dengan mechanical mixturing dan didapatkan komposisi TiO2 10%-ZAL 90% sebagai yang terbaik dalam mengeliminasi polutan gas NO2. Katalis komposit ini akan mendegradasi gas NO2 menjadi HNO3 yang bersifat non-toksik lewat proses adsorpsi dan fotokatalisis. Katalis komposit ini dapat mendegradasi gas NO2 dalam paparan konsentrasi awal 0,15-0,3 ppm dalam waktu 1,1-1,82 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42939
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Isky Farida
"Penelitian ini memanfaatkan kemampuan Zeolit Alam Lampung sebagai bonding agent (bahan pengikat) dalam proses flotasi udara dengan menentukan perlakuan awal zeolit alam yang tepat agar pengikatan amonia dengan metode flotasi yang terjadi optimal, serta menentukan ukuran dan dosis zeolit alam yang tepat untuk memperoleh hasil flotasi yang optimal. Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai jenis variasi aktivasi yang dilakukan pada Zeolit Alam Lampung diperoleh hasil bahwa luas permukaan pori terbesar dimiliki oleh ZAL yaitu 82,36mm.
Hasil flotasi udara menggunakan berbagai jenis variasi zeolit diperoleh data hasil analisis % pemisahan amonia terbesar dimiliki oleh ZAL yaitu 93,817, begitu pula dengan hasil analisa parameter-parameter kimia dan fisika lainnya sebagai parameter pendukung pada baku mutu limbah cair seperti (COD,DO dan pH) diperoleh data pengukuran dengan hasil terbaik dimiliki oleh ZAL.
Dari hasil variasi ukuran diperoleh hasil % pemisahan amonia terbesar oleh ZAL yaitu pada ukuran partikel 1,7mm juga untuk uji parameter lainnya untuk baku mutu limbah cair. Hasil variasi Dosis diperoleh hasil % pemisahan amonia terbesar oleh ZAL pada dosis 6gr/L juga untuk uji parameter lainnya untuk baku mutu limbah cair.pengaruh penambahan SLS dengan dosis 0,4gr/L terbukti dapat meningkatkan persentasi pemisahan amonia yang dihasilkan.

The focus of this study is the ability of Natural Zeolite Lampung as a bonding agent in air flotation process which determine the right preparation to optimize ammonia bonding using flotation method, and determine the size and dosage of natural zeolite to get the optimal result of flotation. Refer to the earlier research of some activation variant for Natural Zeolite Lampung that the biggest pore surface area of Natural Zeolite Lampung was 82,3mm.
The analysis result of air flotation using some variant of zeolite is the Natural Zeolite Lampung highest percentage of separation was 93,817, and also the result of other chemical and physical variable as variable support for the waste liquid standard like COD, DO, and pH, the best analysis result is Natural Zeolite Lampung.
For the size variant, highest percentage result of ammonia separation by using Natural Zeolite Lampung is for the particle size of 1,7mm and the same result also for the other variable test of waste liquid standard. The highest percentage result for dosage variant of ammonia separation using Natural Zeolite Lampung is at dosage 6gr/L and the same result also for the other variable test of waste liquid standard. Adding 0,4 gr/L SLS could raise the percentage of ammonia separation result.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52000
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikar Naera
"Asap dari pembakaran banyak mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya. Gas CO merupakan salah satu senyawa berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan. Perlu dilakukan penelitian untuk mereduksi gas CO pada asap pembakaran. Pada penelitian ini dilakukan reduksi gas CO menggunakan zeolit. Zeolit alam terlebih dahulu diaktivasi dengan larutan HF 2%, HCl 6M, NH4Cl 0,1M, dan dikalsinasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zeolit alam teraktivasi dengan ukuran partikel 53-106 mikron dapat menjerap gas CO sebesar 12,2% dari konsentrasi awal selama 20 menit.

Smoke from burning contains many harmful compounds. CO gas is a dangerous substance that can harm our health. Research needs to be done to reduce the CO gas in the combustion fumes. In this study, the reduction of CO gas using zeolite. First natural zeolite activated with a solution of 2% HF, 6M HCl, 0.1 M NH4Cl, and calcined. The results showed that activated natural zeolite with a particle size of 53-106 microns can adsorb CO gas by 12.2% of the initial concentration for 20 minutes."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>