Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190796 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nirwan Arfari
"Arsitektur oriental merupakan sebuah bentuk bahasa arsitektur yang kemunculannya tidak terlepas dari sejarah kemunculan sebuah paham orientalisme, yang merupakan sebuah mindset yang dibentuk orang - Barat - mengenai pandangannya terhadap - Timur - . Orientalisme yang muncul sebagai sebuah cara memulai masa dengan bangsa - Timur - kemudian pada perkembangannya cenderung menjadi sebuah alat untuk mendominasi dan menginvasi sebuah wilayah baru, kemudian menjadi sebuah alat legalisasi perwujudan praktek imperialisme dan kolonialisme, yang kemudian hingga sekarang berubah menjadi sebuah bentuk kapitalisme. Orientalisme yang mendorong sebuah invasi ke wilayah baru akhirnya menyebabkan pula suatu bentuk migrasi dan mendorong pula sebuah pembauran identitas. Migrasi sendiri mendorong terjadinya sebuah bentuk representasi makna, yang merupakan ekspresi budaya, dan kemudian muncul lewat sebuah bahasa yaitu arsitektur, yang kemudian digolongkan ke dalam arsitektur oriental. Representasi ini kemudian terjadi juga pada arsitektur oriental di Jakarta yang notabennya adalah kota yang multikultural. Hal yang terjadi kemudian adalah arsitektur modern yang mengangkat tema oriental di Jakarta sekarang seakan mengalami penyempitan akan makna oriental itu sendiri. Hal ini merupakan sebuah pergeseran makna dari representasi arsitektur oriental yang terjadi lewat sebuah perjalanan sejarah yang panjang, dan sayangnya pergeseran ini cenderung menyebabkan sebuah degredasi makna. Hipotesis awal ini kemudian dilihat kembali pada studi kasus yang ada dilapangan yaitu dengan membandingkan elemen identitas yang terdapat pada Klenteng Tan Seng Ong yang mewakilkan arsitektur oriental masa lalu dan Kampoeng Cina, Kota Wisata yang mewakilkan arsitektur oriental masa kini. Elemen identitas yang dianalisis kemudian terdiri dari elemen ruang dan ornamentasi, karena kedua elemen identitas ini merupakan hal yang dapat jelas terlihat dan sarat akan perubahan makna. Arsitektur Cina di Jakarta diangkat untuk mewakili arsitektur oriental di Jakarta, didasarkan oleh penelusuran sejarah yang menunjukkan peran penting pendatang Cina di Jakarta di setiap layer masa, yang memberikannya kesempatan lebih banyak untuk merepresentasikan makna melalui sebuah bahasa arsitektur. Pengetahuan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pertimbangan saat penciptaan arsitektur, yang bertema oriental, sehingga arsitektur tidak hanya menjadi sebuah tampilan, tetapi merupakan sesuatu yang sarat makna.

Oriental Architecture is a form of the achitecture language whose occurrence can not be separated from the history of the emergence of an Orientalism concept, which is a mindset that is formed by the 'West' about his views on the 'East'. Orientalism is emerging as a way to start the period with the 'East' and then on its development tends to be a tool to dominate and invade a new area, then became a practical embodiment of legalization tool of imperialism and colonialism, which was until now transformed into a form of capitalism. Orientalism that encourages an invasion into new areas also, eventually cause a form of migration and also push an identity assimilation. Migration itself encourages a form of representation of meaning, which is a cultural expression, and then emerges through a language ' architecture ' which was then classified into oriental architecture. This representation then also happened in Jakarta's oriental architecture, where Jakarta is a multicultural city. What happens then is the modern architecture in Jakarta today, which is take the oriental as a theme, looks like it's oriental meaning is being constrictive itself. This represents a shift in meaning from the representation of oriental architecture, which occurs through a long historical journey, and unfortunately, these shifts tend to cause a degradation of meaning. This initial hypothesis was later seen back on the existing case studies in the field by comparing the identity element contained in Klenteng Tan Seng Ong, who represents the oriental architecture of the past and Kampoeng Cina, Kota Wisata which represents the oriental architecture of the present. Identity elements that are analyzed consist of element of space and element of ornamentation, as both elements of this identity is something that can be clearly seen and loaded with the change of meaning. Chinese Architecture in Jakarta then, was appointed to represent the oriental architecture in Jakarta, this is based on the search of history that shows the important role of Chinese migrants in Jakarta at every layer of the period, which give them more opportunities to represent meaning through a language of architecture.This knowledge is expected to give a donation in consideration of the creation of the architecture, the oriental-themed, so the architecture is not just an appearance, but something full of meaning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52256
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Yogan Gandakusuma
"Banyak bentuk duplikasi dan salinan arsitektur yang bermacam-macam rupa memenuhi wajah arsitektur kota Jakarta akhir-akhir ini. Hal ini dapat dilihat oleh kita melalui berbagai tampak, bentuk, nama-nama berbahasa asing yang memiliki konotasi tertentu atas image arsitektur yang muncul, serta pertumbuhan apartment, condominium, berbagai pengembangan area rumah tinggal, bangunan mall dan ITC di seluruh pelosok Jakarta yang cukup pesat setelah krisis moneter 1997. Hal tersebut juga memberikan kontribusi bagi pemandangan arsitektur yang gegap gempita, hingar bingar, penuh warna, dan semangat peniruan yang tampak sering diulan-gulang. Penelitian ini memfokuskan pada studi tentang kemunculan image arsitektur pada real estate yang memiliki nama berkonotasi tertentu dengan studi kasus Kota Wisata Cibubur. Penelitian bersifat kualitatif dengan tujuan memahami mengapa pengembang real estate tersebut memakai nama-nama tersebut sebagai ide perencanaan dan pengembangan lahannya. Berangkat dari pengamatan image yang muncul pada media cetak harian Kompas, brosur, studi banding melalui image lainnya, dan pengamatan ke Kota Wisata Cibubur saya menemukan bahwa bentuk arsitektur tersebut adalah penanda bagi kehadiran suatu image real estate si pengembang itu sendiri. Pengembang terlibat sebagai produsen realitas imitasi yang muncul melalui image duplikasi bentuk tampak hunian dan lewat nama-nama yang dipersepsikan sebagai image arsitektur yang dianggap lazim dan benar melalui iklan pemasaran pada media cetak. Disinilah pesan arsitektur sebagai bahasa komunikasi bisa menjadi baur seperti dugaan Baudrillard, yang menyatakan bahwa meskipun informasi itu menghasilkan makna tetapi ia tidak dapat menghindari hilangnya makna penting dari setiap informasi tersebut, yaitu makna yang menjadi kabur karena dibungkus oleh banyaknya pesan-pesan citra iklan di luar informasi yang ingin disampaikan. Pengembang berusaha mengisi kekosongan makna kebutuhan hunian bagi konsumen yang telah dipenuhi dengan realitas kemacetan, masalah kebanjiran di lingkungan tinggal, buruknya masalah infrastruktur kota, lemahnya rencana perkotaan secara umum, buruknya manajemen transportasi angkutan umum, masalah keamanan, serta budaya harus memiliki hunian permanen. Semuanya itu ditawarkan pengembang melalui image berkonotasi yang terlihat positif di mata konsumennya dengan pesan tertentu yang menyatakan bahwa hunian yang mereka kembangkan adalah hunian yang dekat dengan tema alam, aman, nyaman, cluster dengan keamanan 24 jam, bentuk tampak hunian dengan nama dan image yang memakai kata-kala atau bentuk arsitektur `luar negeri' seperti `Mediterania', `Vienna', `Virginia', `Ambassador', dsb. Faktor itulah yang mendorong para pengembang akhirnya berlomba-lomba menawarkan beragam image tadi. Masyarakat pun akhirnya bisa bebas memilih dan tinggal di dalam citra hunian seperti yang ditawarkan oleh pengembang tadi.

Many of architecture copies and duplicating designs in various forms have fully faced Jakarta now days. Apparently we can see all of these forms through the several designs with foreign names and words in connotation meaning and images outside architecture context especially after monetary crisis in 1997. All of the development and growth give a contribution to the architectural sight in the various design, fully colors, glamorous style, Roman types, Mediterranean images, and nonetheless the spirit of duplicating image of architectural. This research is focusing in the study of rising of the architectural image in the real estate, especially landed house real estate, which is naming their area development with connotation meaning. Kota Wisata Cibubur is my case study, which is, has many several images in connotation meaning. Starting from the observation images of others real estate in Kompas as comparative study to others, I find that architectural form is the signifier image of the real estate its self The developer involves as producer of an imitation realty which appears through duplicated forms and image of housing their developed to percept an architectural images as common opinion and right through marketing advertisement in media. In this point of view, the architectural massage as a communication language becomes matching likes Baudrillard hypotheses that loss meaning is directly linked to the dissolving, dissuasive action of information, the media, and the mass media. The developer try to fill the society need of the consumer in their living problems like 24 hours security, architectural form images using names or words related to foreign architecture e.g. `Vienna', `Orlando', `San Francisco', etc. Those need factors is motivating the developers to offer their product through the images mention above and tries to compete in the market place. Because of this, their consumer could choice their residence freely under architectural image built through the marketing campaign. My research observes these phenomena and tries to explain the reason behind developers mind when they develop their properties area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16177
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, May Hendra
"Fixed Wireless Access (FWA) adalah salah satu kasus penggunaan populer di 5G, yang diharapkan dapat menggantikan layanan internet konvensional. Namun, implementasi jaringan telekomunikasi membutuhkan modal besar, sehingga harus dilakukan secara hati-hati untuk meminimalkan resiko. Secara umum, investasi jaringan dinilai dengan metode Net Present Value (NPV) standar. Ketika NPV positif, maka infrastruktur tersebut menguntungkan. Namun, NPV mungkin tidak akan seperti yang diharapkan karena ketidakpastian di masa depan. Salah satunya adalah jumlah pelanggan. Penelitian ini mengusulkan penggunaan Real Option (RO) dengan metode decision tree dan model Black Scholes untuk menganalisis implementasi jaringan FWA di kawasan urban. Dari hasil penelitian, metode NPV standar menghasilkan Expected NPV positif sebesar IDR 2.297.625.000. Namun, terdapat resiko sebesar 33% bahwa NPV akan menjadi IDR -6.093.690.000. Dengan menggunakan decision tree, memiliki pilihan untuk menunda pembangunan FWA selama satu sampai tiga tahun pembangunan FWA dapat dibatalkan apabila menghasilkan NPV negatif dan semua nilai ENPV yang lebih besar daripada tanpa pilihan untuk menunda pembangunan dimana penundaan pembaangunan FWA paling baik dengan pilihan menunda selama satu tahun. Nilai ENPV apabila terdapat pilihan untuk menunda pembangunan FWA yakni IDR 3.750.570.000 ketika menunda selama satu tahun, IDR 3.252.630.000 ketika menunda selama dua tahun, dan IDR 2.825.565.000 ketika menunda selama tiga tahun. Hasil dari metode model Black Scholes juga memiliki nilai ENPV yang lebih besar dari pada tidak memiliki pilihan untuk menunda pembangunan FWA dimana nilai ENPV paling besar apabila pembangunan dapat ditunda selama tiga tahun. Nilai ENPV dari model Black Scholes yakni: IDR 3.310.020.000 untuk penundaan pembangunan selama satu tahun, IDR 3.191.115.150 untuk penundaan pembangunan selama dua tahun, dan IDR 4.654.239.750 untuk penundaan pembangunan selama tiga tahun

Fixed Wireless Access (FWA) is one of the popular use cases in 5G, which is expected to replace conventional internet services. However, the implementation of telecommunications networks requires large capital, so it must be done carefully to minimize risks. In general, network investments are valued by the standard Net Present Value (NPV) method. When the NPV is positive, the infrastructure is profitable. However, the NPV may not be as expected due to future uncertainties. One of them is the number of customers. This study proposes the use of Real Option (RO) with the decision tree method and the Black Scholes model to analyze the implementation of the FWA network in urban areas. From the research results, the standard NPV method produces a positive Expected NPV of IDR 2,297,625,000. However, there is a 33% risk that the NPV will be IDR -6,093,690,000. By using the decision tree, having the option to delay the construction of the FWA for one to three years, the construction of the FWA can be canceled if it produces a negative NPV and still result all ENPV values are greater than without the option to postpone the construction where delaying the construction of the FWA is best with the option of delaying for one year. The ENPV value if there is an option to postpone the construction of the FWA is IDR 3,750,570,000 when delaying for one year, IDR 3,252,630,000 when delaying for two years, and IDR 2,825,565,000 when delaying for three years. The results of the Black Scholes model method also have a greater ENPV value than not having the option of delaying the construction of the FWA where the ENPV value is greatest if the construction can be delayed for three years. The ENPV values of the Black Scholes model are: IDR 3,310,020,000 for a one-year implementation delay, IDR 3,191,115,150 for a two-year implementation delay, and IDR 4,654,239,750 for a three-year implementation delay."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Siti Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana kompetensi yang dimiliki oleh Kepala Perpustakaan Sekolah di wilayah Kelurahan Cibubur Jakarta Timur, yang dilakukan di empat 4 sekolah, yaitu: SDIA 20 Cibubur, SDN 01 Cibubur, SDN 05 Cibubur, SDN 11 Cibubur sesuai dengan Permendiknas No.25 Th.2008. Pada penelitian ini yang menjadi subjek kajian adalah kompetensi yang dimiliki oleh Kepala Perpustakaan Sekolah yang ada di wilayah Kelurahan Cibubur. Informan yang diteliti empat 4 orang Kepala Perpustakaan, dengan menggunakan teknik wawancara dengan jenis penelitian kualitatif.
Hasil penelitian adalah bahwa pencapaian Kepala Perpustakaan Sekolah di wilayah Kelurahan Cibubur belum sepenuhnya dapat menunjukan kompetensi yang baik, khususnya kompetensi pengembangan profesi, kompetensi pengelolaan informasi dan kompetensi kepribadian dan sosial. Penelitian ini menyarankan agar Kepala Perpustakaan Sekolah sebaiknya lebih merencanakan pengorganisasian sumber daya perpustakaan, mengembangkan kesadaran para pustakawan, melakukan sosialisasi lebih banyak, dan menghimbau pustakawan untuk mulai melakukan kajian-kajian ilmiah sehingga bisa memenuhi kompetensi Wawasan Kependidikan.

This research aims to explain the competence that is had by the Heads of School Libraries in the area of Kelurahan Cibubur Jakarta Timur, which is at SDIA 20 Cibubur, SDN 01 Cibubur, SDN 05 Cibubur, SDN 11 Cibubur, according to Permendiknas no. 25 of 2008. The subject of this research is the competence that is had by the Heads of School Libraries in the area of Kelurahan Cibubur. Informants of the research are four 4 Heads of School Libraries, analyzed by doing interviews with qualitative research type.
The result is that the Heads of School Libraries in the area of Kelurahan Cibubur have not fully shown good competence needed, especially in terms of professional development, information management, and personal and social competence. This research suggests that the Heads of School Libraries should plan the organization of library resources more, develop the awareness of librarians, do library socialization more and urge librarians to start doing scientific studies so that it can meet the competency of Wawasan Kependidikan Educational Insight.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S66036
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aileen Amanda
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S4548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Febrianti
"Pada penggunaan bahasa dalam komunikasi sehari-hari, tentu tidak dipungkiri bahwa akan terjadi pergeseran bahkan perubahan makna dalam kata tersebut. Hal ini terjadi karena bahasa bersifat tidak tetap dan selalu mengikuti perkembangan zaman. Makna dalam bahasa pun akan mengalami perubahan. Makna bersifat abstrak, hanya masing-masing individu yang mengerti benar dari makna yang berkaitan. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kepustakaan yaitu melalui bahan bacaan buku dan media internet. Dan dalam analisis menggunakan data dari media komunikasi internet yaitu twitter. Dalam data tersebut, akan dibahas mengenai kemungkinan terjadinya pergeseran bahkan perubahan makna yang dialami kata otaku di Jepang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tan, Joo Seng
New York: McGraw-Hill, 2004
658.405 2 TAN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Hartati
"Hunian sebagai salah satu aspek penting dari kehidupan manusia telah mengalami banyak perkembangan dari masa ke masa. Salah satu bentuk hunian yang diminati masyarakat karena kemudahannya yaitu kawasan permukiman yang berkonsep one-stop-living di mana ruang tempat tinggal manusia tidak hanya terdiri dari hunian saja melainkan juga fasilitas-fasilitas untuk kebutuhan sehari-hari yang pada akhirnya menciptakan suatu ruang publik bagi manusia yang menempatinya. Namun kemajuan teknologi dan komunikasi menjadi sebuah rintangan bagi ruang publik dalam perannya sebagai wadah untuk interaksi sosial sebagai kebutuhan manusia yang penting di kawasan permukiman. Di sinilah arsitektur mendapat tantangan dalam penataan ruang publik tersebut untuk memunculkan kualitas dan karakter tertentu yang berkontribusi dalam usaha manusia untuk mewujudkan neighborhood yang dapat memenuhi kebutuhan manusia, salah satunya adalah interaksi sosial, dengan efektif.

Housing as one of the important aspect of human's life has went through many changes over the years. One form of housing that gains many interests among people due to its practicality is the one-stop-living concept housing where human's living space does not only consist of the house itself but also additional features to carry out human's daily needs which, in the end creates public space for the inhabitant of the area. However, the development of technology and communication turned out to be a kind of obstacle for public space in its role as a place for social interaction, which is, one of the important needs of human in residential area. Here is where architecture get the challenge concerning the arrangement of public space to establish certain qualities and characters that contribute in the human's attempt to build the neighborhood that can fulfill human needs, one of them is social interaction, effectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42565
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rachmawati
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai pembangunan Tol Jagorawi dan dampaknya terhadap kota Jakarta dan Bogor, khususnya wilayah Cibubur dan Puncak pada tahun 1978 hingga 1996. Saat itu, Indonesia sangat memerlukan jalan bebas hambatan untuk mendukung pembangunan secara menyeluruh, khususnya pembangunan di Ibu Kota dan kawasan sekitarnya. Salah satu tol yang mempunyai pengaruh untuk Jakarta dan Bogor adalah Tol Jagorawi yang proyek pembangunannya diresmikan tahun 1978. Hasil penelitian ini menunjukkan Tol Jagorawi berdampak terhadap ekonomi, sosial dan budaya bagi kota Jakarta dan Bogor terutama di wilayah Cibubur dan Puncak. Dampak yang terlihat di Cibubur setelah pembangunan Tol Jagorawi menjadi padat dengan kawasan perumahan, sedangkan di Puncak menjadi pilihan utama untuk tujuan wisata.

ABSTRACT
This undergraduate thesis discusses the Jagorawi Toll Road project and its impact for Jakarta and Bogor, particularly Cibubur and Puncak area, from 1978 to 1996. At that time, Indonesia badly needed a highway to support the whole development, especially in the capital city and its neighborhood. The Jagorawi Toll Road has the influence for Jakarta and Bogor, which the construction project officially operated in 1978. The result of the research shows the impact of the Jagorawi Toll Road on economic, social, and cultural aspect in Jakarta and Bogor, espicially in Cibubur and Cisarua areas. Cibubur became one of the most populous and housing area, along with Puncak, which became the main destination for the local tourist. "
2017
S67377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Biantari
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan faktor organisasional sebagai penyebab burnout pada caregiver di SOS Children?s Village, Cibubur, Jakarta Timur. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan tipe penelitian studi kasus. Hasil dari penelitian ini menggambarkan bahwa caregiver mengalami beberapa aspek yang terdapat pada faktor organisasional sebagai penyebab burnout, seperti beban kerja yang berat, reward yang masih kurang, ketidakpercayaan dan kurangnya keterbukaan organisasi, konflik di dalam komunitas, serta konflik nilai-nilai dengan organisasi.

ABSTRACT
The purpose of this research is to describe the organizational factors that cause burnout to caregiver in SOS Children?s Village, Cibubur, Jakarta Timur. This research is a qualitative research with descriptive approach and case study type. The research result shows that caregivers are experiencing some of the aspects of organizational factors as the cause of burnout, such as workload, insufficient reward, breakdown of the community, distrust and lack of openness, and conflict with the organization.
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S61437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>