Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 75962 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Novia Lestari
"Dalam konteks situasi apapun, seseorang akan berusaha untuk membuat kontrol terhadap lingkungan fisik di sekitarnya, baik pada private place maupun public space. Dengan begitu, seseorang akan mendapatkan perasaan aman dari adanya gangguan. Kontrol seseorang terhadap teritorinya atau yang disebut persepsi territoriality ini dapat dicapai dengan pembentukan batas teritori yang jelas. Dan ketika batas tersebut tidak dapat terbentuk secara fisik, kita dapat membentuk batas tersebut secara visual dengan cahaya. Dengan persepsi territoriality yang kuat, seseorang dapat berkegiatan dengan nyaman pada teritorinya.
Skripsi ini membahas pengaruh pencahayaan buatan terhadap territoriality pengunjung restoran dan bagaimana penerapan lighting pada interior sehingga dapat menjadi pembatas visual dilihat dari teknik pencahayaan dan jenis lampu yang digunakan, serta penggunaan material permukaan dalam restoran. Penelitian ini menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan dan juga survei serta wawancara untuk mendapatkan data-data.
Hasil penelitian menyarankan bahwa desain pencahayaan untuk meningkatkan territoriality pengunjung restoran harus lebih banyak menggunakan pencahayaan setempat daripada pencahayaan secara general agar dapat menghasilkan kontras brightness yang signifikan. Dengan begitu, batas ruang pun akan terbentuk dengan jelas.

In any situational context, the individual attempts to control of his physical environment, both in private place or public space. Thus, he would feel secure from invasion from others. Man's control of his territory which calls territoriality perception, could be attained by shaping the clear territory. And when the boundary could not be shaped physically, it is possible to shape that boundary visually by lighting. With strong territoriality perception, man can perform activity with comfort in his territory.
This study is focused on artificial lighting effect on restaurant patrons' territoriality and how to apply interior lighting so that it can be visual boundary, referring to its technique, type of used lamp, and also surface materials in restaurants. This research is using empirical method with literature study, survey, and interview to gain the data.
Research suggest lighting design to improve patrons' territoriality must apply more localized lighting than general lighting in order to produce significant brightness contrast. Thus, the space boundary will be shaped clearly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51555
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Santoso Adria Setiawan
"ABSTRAK
Selling point merupakan kualitas yang harus dimiliki tiap ruang komersial untuk dapat menarik perhatian pengunjung untuk datang bahkan menciptakan minat membeli. Aspek ini sangat dibutuhkan seiring bertambah banyaknya jenis dan jumlah ruang komersial khususnya di dalam pusat perbelanjaan. Pencahayaan buatan merupakan salah satu aspek desain yang penting dalam membentuk selling point ruang komersial dan dapat mempengaruhi perilaku konsumen dalam membeli. Pencahayaan buatan dapat meningkatkan tampilan ruang, menambah kualitas penampilan produk, menciptakan suasana dan menarik perhatian pengunjung yang merupakan bagian dari selling point suatu tenant.
Tulisan ini akan memaparkan dan menganalisis, apa saja peran pencahayaan dalam membentuk selling point dalam tenant, bagaimana aplikasi pencahayaan buatan yang dapat menciptakan selling point tenant di pusat perbelanjaan serta seberapa besar peran pencahayaan tersebut di tiap tipe tenant. Kajian tenant akan dilakukan pada satu pusat perbelanjaan di Jakarta dengan tipe tenant berdasarkan jenis produk yang dijual.

ABSTRACT
Selling point is quality which must be owned by every commercial space to attract the consumers's attention even to make them have an interest in buying. As the increase of many types of commercial space, specifically those in the shopping center, this aspect become more and more crucial. Artificial lighting is one of the important aspects of design that could create a tenant selling point and affect consumer behavior in purchasing. Artificial lighting can enhance the image of the space, adding the quality of the product appearance, creating an atmosphere and attract the visitors which is part of the selling point a tenant.
This paper will describe and analyze, what are the lighting roles in shaping the selling points of the tenant, how the application of artificial lighting can create the selling point of the tenant in the shopping center as well as how large a role of lighting in every type of the tenant. The review will be conducted on a single shopping center in Jakarta with the type of tenant based on the type of products."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42191
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Aryanti
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S16233
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Aryani
"Abstract. The aim of the research is to analyze how the service quality can affect customer’s satisfaction
in shaping costumer’s loyalty. The research is quantitative and uses non-probability purposive sampling
technique. The instrument of the research uses questionnaires which were analyzed with Structural Equation
Modeling. The result of the research shows that the five dimensions, i.e. physical evidence, empathy, reliability,
quickness, and guaranty positively affect the service quality. The other results show that customer’s satisfaction
is a preceding factor of customer’s loyalty. The direct effect of service quality on customer’s loyalty does not
sustain the research, since the researcher did not find any significant direct relation between service quality
and customer’s loyalty."
Human Resource Development Institute, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Amylia Kusumawardhani
"Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana pengaruh servicescape terhadap pembentukan Word of Mouth (WOM) oleh konsumen Restoran Marché Cabang Plaza Senayan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 pengunjung Restoran Marché Cabang Plaza Senayan dengan menggunakan metode non-probability sampling serta teknik purposive. Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan linear regression. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa servicescape memiliki pengaruh 26.5% dalam pembentukan WOM konsumen Restoran Marché Cabang Plaza Senayan, dan 73.5% sisanya dipengaruhi oleh faktor lain.

The objective of this research is to analyze how the influence of servicescape in establish Word of Mouth (WOM) by consumers of Marché Restaurant at Plaza Senayan. This research applied quantitative approach. The sample of this research is 100 consumers of Marché Restaurant at Plaza Senayan, collected using nonprobability sampling and purposive technique. This research used questionnaire as research instrument and analyzed using linear regression. The result of this research shows that servicescape has influence 26.5% in establish WOM of consumers Marché Retaurant at Plaza Senayan, and 73.5% was influenced by the other factors."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dinny Dyah Puspita
"ABSTRAK
Fasad bangunan atau muka bangunan adalah hal pertama yang dilihat oleh calon pengunjung. Dalam hal restoran, fasad bangunan akan memberikan impresi terhadap servis, kualitas dan atmosfer restoran di dalamnya sehingga suatu restoran membutuhkan sesuatu yang merepresentasikan konsep restoran yang ingin ditampilkan, (Bitner, 1992). Bagi restoran yang memakai bangunan cagar budaya, umumnya restoran tersebut mempunyai konsep yang berhubungan dengan kultur dan kreatifitas (Heritage Lottery Fund, 2013). Namun untuk restoran yang memakai bangunan cagar budaya (BCB), peraturan mengenai adaptasi fungsi bangunan tetap berlaku contohnya adalah larangan dalam merubah fisik bangunan. Hal ini berlaku juga dalam penerapan desain pencahayan fasad. Pencahayaan buatan pada BCB memerlukan perlakuan khusus karena harus mengikuti kaidah pelestarian. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip dan teknik pencahayaan pada fasad restoran dengan BCB yang dapat sekaligus mengakomodasi elemen fasad yang bersifat komersial. Adapun bangunan restoran yang dijadikan studi adalah Café Batavia yang berada di kawasan Kota Tua dan Tugu Kuntskring Paleis yang berada di Menteng, Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei berupa observasi dan wawancara dengan calon pengunjung.

ABSTRACT
The facade of the building is the first thing that is seen by potential visitors. In the case of restaurants, the facade of the building will give an impression of service, quality, and atmosphere of the restaurant in it so that a restaurant needs something could represent the concept of the restaurant that is wanted to be displayed (Bitner, 1992). Restaurants that use heritage buildings as their trading places can be very commercially unique. Generally, they already have concepts that are related to culture and creativity (Heritage Lottery Fund, 2013). But for them, the regulations regarding the adaptation of building functions will still apply. For example, the prohibitions in changing the physical structure of buildings which affect the applications of the facade lighting designs, so that artificial lighting in commercial heritage buildings requires special treatment because it must follow the preservation rules.
This study aims to analyze the principles and techniques of lighting in restaurant facades with heritage buildings which also accommodate the commercial facade elements. effects on the facades of commercial buildings as well as on cultural heritage buildings. This is a qualitative study based on the survey, and interviews with the potential customers. This study uses Café Batavia in the Kota Tua area and Tugu Kuntskring Paleis located in Menteng as case studies."
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astrid Paramita
"Cahaya adalah sumber kehidupan manusia. Tanpa cahaya, manusia tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya. Dalam hubungannya dengan arsitektur, cahaya memainkan peranan penting sebagai unsur kehidupan dalam karya arsitektur. Sejauh ini cahaya hanya dipahami dari segi fungsi fisiknya yaitu sebagai sumber penerangan, Namun, jauh di balik itu semua, cahaya mampu menimbu1kan emosi tertentu yang secara tidak langsung klta rasakan atau dengan kata lain cahaya memiliki nilai psikologis. Bahkan pada akhirnya suatu disain sistem pencahayaan tertentu dapat mempengaruhi perhatian manusia pada sesuatu hal.
Pada kesempatan ini, penulis akan memaparkan secara spesifik sistem pencabayaan huatan pada butik yang dapat mempengaruhi perhatian pengunjung. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana dan sejauh mana cahaya memainkan peranan penting dalam suatu butik di mana butik merupakan ternpat jual beli, dalamnya terkandung unsur bisnis dan persaingan usaha. Untuk membahas aplikasi pengaruh cahaya terhadap perhatian pengtmjung, pooulis memberlkan dua contoh studi kasus.
Studi kasus yang dipilih memiiJki sistem pencahayaan berbeda dan menjual barang yang berbeda yaitu pakaian dan tas, namun keduanya sama-sama berhasil dalam sistem pencahayaannya. Faktor yang paling penting dalam sebuah perancangan sistem pencahayaan yang mampu mempengaruhi perhatina pengunjung adalah attention. Attention dapat diperoleh dengan beberapa cara misalnya dengan ukuran perulangan kontras, warna, dan lain-lain. Kedua butik menggunakan metode kontras dalam rangka menarik perhatian pengunjung. Kontras disini adalah menampilkan sesuatu yang berbeda dengan sekelilingnya, yaitu melalui permainan cahaya yang lebih terang atau lebih gelap daripada pencahayaan mall secara umum. Hal ini terbukti dari studi kasus pertama yaitu pada butik yang menjual pakain. Saat dilakukan pemadaman lampu etalase terjadi penurunan jumlah pengunjung sebesar 8.7 % selain itu juga terjadi penurunan sebesar masing-masing 26 % dan 56 % pada display area pakaian pria dan wanita saat beberapa lampu pada display area ada. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48523
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Widyastuty
"Pencahayaan buatan adalah salah satu upaya dari perancang untuk memenuhi kebutuhan penerangan bangunan. Pencahayaan buatan memikirkan elemen-elemen baik fungsionalitas maupun estetik. Pada lembaga kuliner terutama, pencahayaan buatan dapat menciptakan mood / suasana bagi para pengunjungnya. Suasana adalah salah satu poin pertimbangan besar dalam memilih tempat makan. Interaksi pertama pengunjung adalah dengan melihat dan menilai suasana dari lembaga kuliner tersebut, barulah setelah itu terkait dengan makanan yang disajikan, harga makanan, dan juga pelayanan yang diberikan. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara jenis pencahayaan dari suatu lembaga kuliner dengan ketertarikan suatu kelas pasar tertentu. Penelitian ini akan menggunakan metode empiris melalui studi kepustakaan, survey, dan wawancara untuk mendapatkan data-data. Studi kasus dilakukan dengan meneliti dan membandingkan tipologi pencahayaan dari lembaga kuliner mulai dari kaki lima, warteg, food court, restoran, kafe, dan bar. Kategori target konsumer akan dilihat dan kategorikan berdasarkan harga yang ditawarkan oleh lembaga kuliner tersebut. Apakah lembaga tersebut menargetkan pasarnya sebagai pengunjung dengan skala ekonomi rendah, menengah, atau atas. Karakteristik suasana yang terbentuk dari pencahayaan dan warna dapat membuat lembaga¬lembaga kuliner ini terkategori berdasarkan target pasarnya. Penelitian akan dipusatkan pada pengaruh pencahayaan buatan dan nuansa warna baik dari segi fungsi maupun estetika.

Artificial lighting is a way to fulfill the lighting needs of building. Artificial lighting can be used for both functionality and aesthetics purposes. In particular restaurant, artificial lighting can create mood / atmosphere for the visitors. The atmosphere is one of consideration for customer in choosing a place to eat. Visitor's first interaction is to look at and assess the mood of the space, then after that associated with the food, food prices, and also services provided. When the space suits customer?s need, they will consider to eat there. But there are also condition when customers only come to a restaurant for the food, they don?t bother the condition, as long as the food tastes good. This thesis aims to determine the correlation between the types of lighting with a certain restaurant. This study will use empirical methods through literature studies, surveys, and interviews to obtain data. Case studies conducted by examining and comparing the lighting typology of restaurants ranging from five feet, warteg, food courts, restaurants, cafes, and bars. Characteristics of the atmosphere which is formed from the lighting and color can make these restaurants categorized based on its target audience. Research will focus on the influence of artificial lighting and shades of color in terms of both function and aesthetics. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Meiliana
"Galeri adalah sebuah gedung atau ruang untuk memamerkan karya-karya seni. Dalam sebuah galeri umumnya perhatian pengunjung akan difokuskan pada karya-karya seni yang dipamerkan. Dan menjadi tanggung jawab seorang perancang untuk merancang sistem pencahayaan sebuah galeri sehingga karya seni yang dipamerkan dapat tervisualisasi dengan baik, tanpa merusak kualitas dan keadaan dari karya itu sendiri baik dengan pencahayaan alami maupun buatan. Umumnya ruang galeri hanya menggunakan pencahayaan buatan, tapi kini mulai ada galeri yang juga menggunakan pencahayaan alami. Dalam melihat sebuah ruang manusia memiliki kemampuan untuk membentuk sebuah persepsi yang disebut dengan persepsi visual. Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi visual seseorang. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri manusia tersebut ataupun dari luar. Seperti dalam melihat sebuah ruang galeri, apakah pencahayaan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi visual seseorang - Dan pencahayaan yang bagaimanakah yang baik untuk sebuah galeri - apakah pencahayaan alami atau pencahayaan buatan.

Gallery is a building or space used to display artworks. In a gallery, the main visual attraction for the visitors would have to be the artworks on display. It is become the responsibility of the designers or the architect to design the lighting system of the gallery so that the artwork in exhibit can be well visualized, without do any harm or decreasing the quality of the artwork itself, either by day lighting or artificial lighting. In visualizing a space for real people have the ability to form a perception, called visual perception. There are many factors to influence someone's visual perception. Those factors came from the people itself or the outside surrounding. Just like in a gallery, is lighting system one of the facctor which can effect someone's visual perception' And what kind of lighting is best for a gallery'is it daylighting or artificial lighting"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52281
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Kurniawati
"Atmosfir ruang yang nyaman, menarik dan berkesan adalah sesuatu yang diinginkan pengunjung disamping rasa makanan dan minuman selama mengunjungi suatu café atau restoran. Hal ini sangat mempengaruhi penataan interior dan pencahayaannya. Fungsi cahaya pada café dan restoran bukan hanya secara fungsional dan estetika, namun juga dapat menarik perhatian dan mempengaruhi mood pengunjung.
Berbagai macam lampu dan teknik pencahayaan secara konvensional telah banyak dilakukan, namun terkadang masih membatasi keinginan untuk menampilkan pencahayaan yang atraktif, dinamis dan efektif.
Light Emitting Diode (LED) merupakan teknologi lampu terbaru yang memberikan solusi pencahayaan baru yang inovatif dengan instalasi yang fleksibel, warna yang excellent (baik sekali) dan umur yang panjang.
Cafe dan restoran yang dibahas dalam studi kasus adalah 33 Restoran dan Lounge, Lux Lounge dan restoran Sushi Samba. Masing-masing cafe dan restoran ini menggunakan LED pada pencahayaan interior sesuai dengan kebutuhan ruangnya.
Pembahasan topik ini berdasar pada bagaimana teknik pencahayaan LED dan efeknya terhadap suasana interior cafe dan restoran melalui studi kepustakaan dan analisis.
Dengan pencahayaan LED melalui sistem dynamic lighting dapat menghasilkan suasana ruang cafe dan restoran yang lebih atraktif dan dinamis. Selain itu, pencahayaan ruang menjadi lebih efektif karena dengan satu macam luminaire bisa menghasilkan berbagai macam suasana yang mempengaruhi dan menarik perhatian pengunjung.

Cozy, Interesting and impressive in atmosphere of space is one thing desired by visitor besides foods and drinks during visiting a café or restaurant. This case very influences in ordering their interior and lighting design. The function of lighting in a café or restaurant not only for functional and aesthetics, but also for collect attention and influence mood the visitor.
Many kinds of lamp and lighting techniques as convensional do, but sometimes its limited desire to show an attractive, dynamic and effective lighting.
Light Emitting Diode (LED) is the newest lamp technology that gives solution for innovative lighting with flexible installation, excellent color and long lifetime.
The case study of café and restaurant in this topic is 33 Restaurant and Lounge, Lux Lounge and Sushi Samba Restaurant. Each places using LED for their interior lighting as their spaces needed.
This topic is about how LED lighting techniques and its effect for ambience or atmosphere interior café and restaurant space through literacy study and analysis.
With LED lighting through dynamic lighting system can produce an attractive and dynamic atmosphere of cafe and restaurant. Beside that, lighting design will be more effective because with one type of luminaire can produce many kind of ambiences that influence and attract visitor attention.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48405
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>