Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179881 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Achmad Ramdhoni Akbar
"Salah satu kebutuhan dasar manusia ialah kebutuhan akan hunian. Saat ini hunian dalam kota kembali diminati antara lain karena akses dan kedekatannya dengan pusat-pusat kegiatan, diantaranya terdapat townhouse yang pembangunannya terjadi dengan sporadis dalam lingkungan kota. Pembangunan townhouse yang sporadis memberikan beban bagi lingkungan kota yang terus menurun kualitasnya akibat aktivitas manusia dalam bertempat tinggal. Oleh karena itu, townhouse yang mampu berperan dalam meningkatkan kualitas lingkungan sekitar menjadi penting demi keberlanjutan lingkungan kota di masa mendatang.
Skripsi ini akan meninjau keberadaan townhouse dari aspek spasial dan lingkungan. Dari aspek spasial akan dijelaskan seperti apa townhouse yang berkembang di Indonesia. Sedangkan aspek lingkungan akan menjelaskan unsur- unsur ekologi permukiman dan penerapannya pada townhouse, hingga pada akhirnya dihasilkan suatu kesimpulan mengenai townhouse yang dapat berperan meningkatkan kualitas lingkungan kota dengan aspek spasial yang dimilikinya.

One of human's basic needs is the needs of shelter. Nowadays, shelters inside the town are becoming popular again because of their good access to the center of activities. One of those is townhouse. The development of townhouse inside the town happens sporadically. This kind of development burdens the environment of the town that has already decreased by human activities in fulfilling the needs of shelter. That's why, townhouse that is able to increase the quality of town's environment is important for the existence of a town in the future.
This writing will discuss the existence of townhouse from the spatial and ecological aspects. The spatial aspects will explain what townhouse developed in Indonesia. While the ecological aspect will explain the elements of settlements' ecology and its application in townhouse that will finally result a summary about townhouse that has the role in increasing the quality of town's environment with its spatial aspect.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51577
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nabilla Dwi Saputri
"Stres merupakan pola reaksi serta adaptasi umum dalam menghadapi stresor yang dapat berasal dari luar maupun dalam diri individu tersebut. Stresor lingkungan yang menjadi variabel pada penelitian ini yaitu kepadatan bangunan, suhu udara dan jarak dari jalan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat distribusi spasial wilayah stresor lingkungan dan hubungan respon penduduk terhadap stresor lingkungan dengan masing masing stresor lingkungan. Peneliti mengambil 45 responden di wilayah Kecamatan Tambora. Metode penelitian menggunakan analisis spasial dengan teknik overlay dan analisis statstik. Untuk mengetahui hubungan respon penduduk terhadap stressor lingkungan dengan masing masing stressor lingkungan dilakukan uji chi square. Hasil penelitian ini menunjukan distribusi spasial wilayah stressor lingkungan tinggi cenderung memusat di kecamatan Tambora. Selain itu terdapat hubungan antara respon penduduk terhadap stresor lingkungan dengan satu stresor lingkungan yaitu kepadatan bangunan ( p value < 0,05). Dan tidak ditemukan hubungan antara respon terhadap stressor lingkungan dengan jarak dari jalan dan suhu udara ( p value > 0,05) Responden yang merasa stres dikarenakan stresor lingkungan sebanyak 32 responden dan terdapat 13 responden yang tidak merasa stres dikarenakan stresor lingkungan.

Stress is common pattern of reactions and adaptations in dealing with stressors that can come from outside and within the individual. Environmental stressors that are the variables in this study are building density, air temperature and distance from the road. This study aims to see the spatial distribution of environmental stressors and the relationship between population responses to environmental stressors and environmental stressors. Researchers took 45 respondents in the Tambora Sub-district area. The research method uses spatial analysis with overlay techniques and statistical analysis. To determine the relationship between population responses to environmental stressors with each environmental stressor, a chi square test was performed. The results of this study indicate the spatial distribution of high environmental stressor areas tends to be concentrated in the Tambora district. In addition, there is a relationship between the response of the population to environmental stressors and one environmental stressor, namely building density (p value <0.05). And there was no relationship between response of population to environmental stressor and distance from the road and air temperature (p value> 0.05). Respondents who felt stressed due to environmental stressors were 32 respondents and there were 13 respondents who did not feel stressed due to environmental stressors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Rizki Adinugraha
"Sejalan dengan penambahan jumlah populasi di Jakarta kebutuhan akan perumahan ikut bertambah Salah satu tipe perumahan yang diminati khususnya oleh masyarakat berpenghasilan tinggi adalah Townhouse Saat ini Townhouse berkembang cepat di Selatan Jakarta yang merupakan daerah resapan air Ini bisa berdampak pada peningkatan potensi banjir di area lain Jakarta Rencana tata ruang yang telah dibuat oleh pemerintah juga tidak dapat mendukung terciptanya keseimbangan alam yang dibutuhkan oleh masyarakat luas
Penelitian ini di tujukan untuk menemukan keberadaan Townhouse di Jakarta dan kesesuaianya dengan kondisi Jakarta selatan sebagai daerah resapan air serta pemahaman pihak pengembang dan penghuni Townhouse mengenai dampak pembangunanya terhadap lingkungan Jakarta Analisa yang di buat menggunakan metode kualitatif yang terdiri dari observasi wawancara dan studi literatur Hasilnya menunjukan bahwa dalam jangka pendek pengembangan Townhouse sesuia dengan kebutuhan masyarakat Namun jangka panjang dapat berdampak negatif bagi kualitas kehidupan masyarakat Jakarta.

In line with the increase of population number in Jakarta , the need for housing increases as well. One of the housing types which preferred particularly by the community of high-income group is the townhouse. Nowadays townhouses are developing rapidly in South Jakarta wich is a water absorption area. This could have an impact on increasing the potential of flooding in other areas in Jakarta. Spatial Plan area made by the Government also does not support the creation of natural balance needs to be maintained for the sake of life of wider community.
This research is aimed to find out the existence of Townhouses in South Jakarta and their appropriateness with the regional condition of South Jakarta as water absorption and the developers? and townhouses? residents understanding concerning the impact of townhouse constructions to Jakarta?s city environment.The analysis undertaken in this study using qualitative methods which consists of observation, interview and documentary study. The results showed in the short term the townhouse development is still appropriate to meet the needs of the home society.But for the long term can have negative impact for the quality of public life in Jakarta
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risman Harif Abidin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S37149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Miranda Hermansyah Thaher
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17024
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Putu Sucihati
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 1992
TA3464
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Peter Y. Angwarmasse
"Lajunya perkembangan jumlah penduduk dunia yang setiap tahun mengalami peningkatan yang pesat merupakan suatu faktor yang mendorong manusia untuk setiap kali berupaya mencari sumber-sumber daya yang baru dalam rang ka menunjang kehidupan ekonomi masyarakat. Planet bumi k-ita ini tidak pernaii bertambah luas, di lain pihak per-tumbuhan penduduk yang semakin cepat bertambah , seakan-akan memaksa negara-negara untuk menemukan teknologi baru guna mengelola sumber-sumber daya alam itu. Untuk dapat merapertahankan dan meningkatkan kualitas maupun kuantitas sumber-sumber daya itu, maka dalam mengelola, memanfaatkan sumber-sumber daya itu/senantiasa perlu di-sertal usaha-usaha perlindungan dan pelestarian lingkungan.
Pada tahun 1930 bumi dihuni oleh 2 milyar jiwa,pa-da tahun 1960 meningkat menjadi 3 milyar,- dan tahun 1976 semakin bertambah sampai 4 milyar, kemu-dian tahun 2000 akan melonjak menjadi 7 milyar . Malah dalam kurun waktu tidak sampai satu abad akan tercapai jumlah yang sangat fantastis yaitu 30 milyar penduduk." 1 Mohammed Bedjaoui, Menuju Tata Ekonomi Dunia Baru, (Jakarta, 1985), hal. 39.
Dari gambaran di atas narapak bahwa dalam kurun waktu antara tahun 1960 hingga tahun 2000/terjadi ledakan pen-duduk dunia sebanyak dua kali lipat. Perkembangan pendu-duk dunia yang pesat itu perlu dibarengi dengan kemampu-an sumber-sumber daya yang cukup,guna menunjang kelang-sungan hidup manusia yang meliputi kebutuhan sandang, pangan, dan papan.
Planet bumi kita yang terdiri atas kurang lebih 70% lautan dan 30% daratan,mengandung sumber-sumber daya alam yang kaya raya. Tentu saja penyebarannya di setiap ka-wasan, setiap negara atau daerah berbeda-beda satu sama lain. Ada daerah yang kaya akan sumber daya, ada pula yang kekurarigan sumber :daya. Adanya tingkat penyebaran yang berbeda ini ,menuntut perlunya kerjasama internasio-nal sehingga dapat dicapai pemerataan kesejahteraan umat manusia.
Di atas dikemukakan bahwa planet bumi kita ini meliputi kurang lebih tujuhpuluh persen tertutup oleh air, sedangkan hanya tigapuluh persen terdiri dari daratan. Hal ini menunjukkan bahwa ekosistem laut merupakan ling-kungan hidup yang paling luas. Apabila ekosistem laut merupakan lingkungan hidup yang paling luas ,maka sumber-sumber kekayaan alam di dunia sebahagian besar terkan-dung di lautan. Akan tetapi yang..menjadi masalah adalah sampai sejauh mana manusia telah. meman^aatkan sumber-sumber kekayaan alam laut itu guna meningkatkan taraf hidup nya.
Sejak abad ke 17 Hugo-de^Groot telah mengembangkan suatu teori melalui bukunya "Mare E'iberum" yang diter-bitkan pada tahun 1609. Beliau mengemukakan teori kebebasan laut (freedom of the sea), yang dimaksudkan untuk mengecam negara-negara besar yang pada masa itu ingin menguasai bahagian-bahagian tertentu perairan bebas, untuk aimanfaatkan bagi kepentingan nasional negaranya. Jelas bahwa sebelum abad ke 17,manusia telah rnemandang laut sebagai sumber daya yang penting untuk dapat dimanfaat kan bagi kesejahteraaji manusia. Teori klasik yang di-kembangkan oleh Hugo de Groot itu.-pada hakekatnya mengan dung dua pengertian. Pertama, laut terbuka (open sea) harus bebas dari kedaulatan negara manapun, tidak satu-pun negara berhak berdaulat pada bahagian-bahagian ter-tenfcu dari perairan-bebas. Kedua, mengingat bahwa laut befaas itu tidak dapat dikuasai secara efektif" oleh suatu negara, inaka tidak diperkenankan adanya negara yang ingin menguasai perairan bebas. Akan ? tetapi prinsip ke-bebasan laut itu dalam praktek pelaksanaannya telah di-salahgunakan oleh negara-negara yang maju teknologinya semata-mata bagi kemakmuran negaranya. Dewasa ini negara-negara ingin mempercantik kembali teori klasik cipta-an Hugo de Groot ini melalui konsep "Warisan bersama umat"
1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Junus Satrio Atmodjo
"Tesis ini secara umum membicarakan tentang pengaruh faktor lingkungan tehadap proses perdagangan yang berlangsung antara kawasan pesisir dengan kawasan pedalaman di Provinsi Jambi abad XII-XIII Masehi, tanpa membahas lebih jauh bagaimana proses berlangsungnya perdagangan itu sendiri. Kawasan pesisir yang umumnya berupa rawa gambut semenjak lama diyakini merupakan daerah kosong yang tidak berpenghuni, minimnya dataran kering yang dapat dijadikan lahan pertanian menjadi alasan atas pendugaan itu, termasuk dugaan-dugaan bahwa kawasan ini pada abad XI-XI I masih berupa laut dangkal berbentuk teluk. Namun penemuan-penemuan arkeologi di akhiur tahun 1980-an memperlihatkan bahwa dugaan tersebut tidak beralasan karena ditemukan cukup banyak situs purbakala di kawasan pesisir yang dapat menunjukkan bukti pemukiman yang permanen. Terdapatnya persamaan benda temuan dengan sejumlah situs di kawasan pedalaman, khususnya keramik-keramik Cina dari abad tersebut, memperlihatkan bahwa kedua kawasan semenjak lama telah melakukan pertukaran barang yang intensif. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun kawasan pesisir sepanjang tahun tertutup oleh genangan air, namun hal tersebut tampaknya tetap memberi kemungkinan bagi masyarakat Jambi kuno untuk menetap di kawasan ini dan melakukan komunikasi dengan dunia luar dan tetangga-tetangganya di pedalaman.
Kapal dan perahu merupakan dua sarana transportasi air yang paling mungkin berkembang di kawasan pedalaman dan pesisir yang banyak memiliki sungai dari berbagai ukuran. Sejumlah reruntuhan perahu yang ditemukan menjadi bukti bahwa 700 tahun yang lalu masyarakat Jambi kuno mampu membuat perahu dan melakukan perjalanan jauh untuk mempertukarkan barang yang dikumpulkan dari kawasan berbeda. Keberadaan sungai dan sumberdaya alam yang berlimpah memungkinkan terjadinya perdagangan itu. Faktor curah hujan yang besar, kelandaian permukaan sungai, percabangan sungai, atau pengaruh siklus pasang-surut air laut yang membentuk genangan besar di wilayah Delta Batanghari adalah faktor-faktor pendukung kemudahan pelayaran. Di lain pihak tersedianya cadangan logam emas, getah damar, getah kemenyan, dan kayu gaharu yang sangat diminati oleh masyarakat Cina, India, dan Timur Tengah membuka kesempalan bagi penduduk pedalaman Jambi untuk berpartisipasi dalam perdagangan internasional abad XI-XIII. Tanpa faktor-faktor alam ini kecil kemungkinan bagi Jambi untuk terlibat di dalam kegiatan perdagangan lintas wilayah hingga keluar dari pulau Sumatera.
Secara tidak langsung tesis ini menempatkan Kawasan Timur Jambi yang didominasi rawa dan sungai menjadi pintu masuk komoditas asing ke Jambi, sekaligus pintu keluar bagi komoditas Jambi memasuki pasar internasional. Tingginya curah hujan, luasnya wilayah genangan, dan siklus pasang-surut air bukannya menjadi rintangan bagi kelangsungan proses perdagangan, sebaliknya justru menjadi pendorong yang mempermudah proses tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T11675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Agus W.
"Hubungan antara bentuk dan ragam hias meriam menunjukan bahwa, meriam bumbung berukuran besar (diameter 9,1-35 dan panjang 271-385 cm) cendrung mempnyai ragam hias sederhana atau polos, kecuali Ki Jimat dan Si Jagur. Hubungan antra bentuk dan teknologi adalah berkaitan dengan bahan pembuat meriam. Meriam bumbung berukuran besar, segaian besar terbuat dari bahanbesi, kecuali meriam Ki Jimat dan Si Jaguarterbuat dari perungguMeriam bumbung berdiameter 6.1-9 cm dan berukuran 100-270 cm apabila dilihat dari bahannya bervariasi ada yang terbuat dari perunggu atau besi. Meriam yang terbuat daribesi biasanya polos. Sementara meriam coak dan meriam lela dari data yang ada semuanya terbuat dari bahan perunggu. Formulasi antara bentuk, pola hias dan persebarannya menunjukan bahwa, meriam-meriam bumbung berukuran besar dan panjang cendrung mempunyai ragam hias sederhana atau polos, sementara meriam coak hanya terdapat didaerah penelitian Jakarta yaitu Mususeum Fatahilah. Meriam ini di Museum Nasional Jakarta. Jakarta terdapat 7 pucuk meriam..."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
S11914
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>