Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 184060 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Christa Indah Saptarini
"Dapur kota merupakan sebuah istilah yang saya berikan terhadap kegiatan memasak yang di lakukan di jalan. Kegiatan memasak pada dasarnya merupakan sesuatu yang bersifat privat, ditinjau dari sejarah dapur yang merupakan bagian dari sebuah rumah tinggal. Dalam keseharian di ruang kota yang dipenuhi keragaman, banyak individu yang menempatkan ruang privat pada ruang publik, sehingga menciptakan suatu ruang yang tidak sesuai dengan order yang berlaku. Kejelian melihat eksisting, pemanfaatan tata ruang, dan pemilihan waktu ketika order lemah merupakan taktik arsitektur yang dilakukan dapur kota agar dapat melakukan aktivitasnya pada ruang publik. Akibat dari perlakuan taktik arsitektur ini, order semula mengalami perubahan.

Urban kitchen is a term which I applied to the cooking activities happened on the street. Cooking is basically private activities in reference to the history of kitchen, that kitchen has always been part of residential. In the city with plurality in its everyday life, individuals tend to claim their private territories in public space, thus creating space which is not proper in actual given order. The sharpness in understanding existing condition, the ability to turn existing spatial arrangement into an advantage, and the ability to define time of weakness in actual order, are architectural tactics executed by the urban kitchen in order to seize existence in public spaces. The executions of those tactics change the actual order."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51602
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Diandra Pandu Saginatari
"Skripsi ini membahas mengenai pemisahan dan penggunaan dapur bersih dan dapur kotor dalam kehidupan sehari-hari. Pemisahan kedua dapur ini dianalisis dengan teori pemisahan zona depan dan zona belakang. Dalam pemisahan zona depan dan zona belakang terdapat lima aspek yang mempengaruhi, yaitu: peletakan, kegiatan, pelaku kegiatan, publik/privat, dan bersih/kotor.
Dari hasil analisis, beberapa aspek pemisahan zona depan dan zona belakang, seperti: peletakan, publik/privat, dan bersih/kotor, menjadi aspek pemisahan dapur bersih dan dapur kotor dalam keseharian. Namun, pemisahan berdasarkan aspek kegiatan dan pelaku kegiatan yang ada pada pemisahan zona depan dan zona belakang tidak sama dengan pemisahan dapur bersih dan dapur kotor dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dikarenakan ada aspek lain yang terungkap dari pengamatan penggunaan kedua dapur ini dalam keseharian. Temuan skripsi ini menunjukan pentingnya pemahaman terhadap pemisahan ruang domestik dalam keseharian.

This study discusses the separation and the use of clean kitchen and dirty kitchen in everyday life. The separation of both kitchens are analyzed based on the separation of back/front area theory. There are five aspects that influence the separation of back/front area. They are: the location, the activity, the subject, public/private, and clean/dirty.
From the analysis, some aspects, such as: the location, public/private, and clean/dirty, become aspects from the separation of clean kitchen and dirty kitchen in everyday life. However, separation aspects of the activity and the subject in back/front area are different from what happen in the separation of clean kitchen and dirty kitchen in everyday life. There are other aspects revealed in the use of both kitchens in everyday life.This study shows the importance of understanding the separation in domestic space in everyday life.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S140
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nuvi Lailani Oktaferina
"Skripsi ini membahas mengenai perubahan ruang dapur seiring penggunaannya oleh manusia. Perubahan dilihat dari perbedaan makna dapur sebagai produk dan dapur sebagai proses. Dapur sebagai produk merujuk pada dapur ketika dirancang. Sedangkan dapur sebagai proses merujuk pada saat dapur digunakan untuk memasak. Perubahan dapur dapat dilihat dari berbagai event memasak yang berbeda. Dari analisis yang dilakukan, ditemukan bahwa kegiatan memasak di dapur membuat dapur menjadi aktif. Pada tiap event memasak, tingkat keaktifan dapur berbeda-beda. Tingkat keaktifan dilihat dari penggunaan titik-titik utama dapur yaitu tempat penyimpanan, tempat persiapan, tempat masak, dan tempat cuci. Temuan ini menunjukkan pentingnya melihat arsitektur tidak hanya dari sudut pandang perancangan, tapi juga dari sudut pandang penggunaan, terutama bagaimana penggunaan ruang dapat berubah-ubah.

This writing discusses the changes that occur in the kitchen due to human activities. Changes are considered from the different meaning of the kitchen as a product and as a process. Kitchen as a product refers to the kitchen when it was designed while kitchen as a process refers to the kitchen when it was used for cooking. Changes can be observed from a variety of events. From the analysis, it was found that the activity of cooking in the kitchen makes the kitchen become active. Each cooking event has different active level. These levels could be seen from the uses of the main points of the kitchen, such as storage, preparation area, cooker, and washing area. These findings indicate the importance of viewing architecture not only from the design perspective, but also from the use or dwelling perspective, especially how the use of space can be change through time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S56641
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tetriana Vivi Oktora Taolin
"Kehidupan kita dipengaruhi oleh kota tempat tinggal kita, oleh sistem yang berjalan di dalam kota. Karakter urban tertentu menghasilkan reaksi yang tertentu pula. Misalnya jika sebuah kota tidak menyediakan ruang terbuka publik sementara pusat perbelanjaan tersebar dimana-mana, maka masyarakat kota cenderung konsumtif karena tempat tersebut menjadi sarana utama kehidupan sosial dan rekreasi mereka. Dampaknya, komunitas semakin terpisah satu sama lain.
Orang akan membentuk kelompok sosial berdasar kesamaan minat, gaya hidup atau klasifikasi sosial lainnya, sementara tidak mengenal orang-orang di lingkungan tinggalnya sendiri. Kehidupan publik juga banyak dipengaruhi oleh sirkulasi dan pergerakan dalam kota. Transportasi adalah salah satu penentu tataran urban. Salah satu konsep baru mengenai pembangunan tata kota berkaitan dengan sistem transportasi adalah Transit Oriented Development.
TOD adalah konsep pengembangan kawasan yang mengutamakan perbaikan di sekitar titik transit dengan radius sejauh jarak yang dapat dijangkau berjalan kaki. Dalam konsep TOD, kawasan tersebut harus menggunakan tata guna lahan mixed-use. Tujuannya adalah merangsang penggunaan transit dan merevitalisasi kehidupan komunitas di area tersebut. Agar orang beraktivitas di kawasan TOD, menggunakan transit dan berinteraksi sosial, harus diadakan sebuah tataran lingkungan fisik yang mendukung. Karakteristik dan tataran fisik di kawasan TOD diyakini dapat mempengaruhi kehidupan publik penggunanya menjadi lebih baik.

We are shaped by our city. Our daily life is much affected by networks of system that occur in the city we live in. Certain urban setting can lead to specific reaction. For example, when there is lack of urban open space and many large-format retail spread out the entire city, there will be no doubt that citizens will become consumptive and socially segregated each other.
People tend to gather in a community of interest and lifestyle rather than community of place, of geographical proximity towards each other. The latter is what we known as traditional neighborhood. Public life in the city is also much affected by the way we move within the city. Transportation system is a key determinant to urban setting. One arising concept about urban planning related with transportation system is Transit Oriented Development.
TOD is a planning concept that basically encourages development along transit nodes. It implies that an area within walking distance from station should be enriched by variety of land use. The goals are to increase transit ridership and revitalize community's life. TOD will only succeed when it implement an comprehensive planning to create attractive and functional environment that induce people to walk trough the development, use transit and also be involved in social interaction. Therefore, a certain characteristic and criteria needed to be applied. Urban planners believe that physical settings of TOD can influent public realm of the city.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48453
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Hedi Surahman
"Program iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah gangguan akibat kekurangan iodium. Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam ber-iodium tidak efektif karena kadar iodiumnya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur.
Untuk mengetahui lebih jauh keberadaan iodium dalam bumbu dapur perlu diadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode analisis yang lebih sensitif dibanding metode yang pernah dilakukan (lodometri) karena banyaknya senyawa kimia dalam bumbu dapur yang berinteraksi dengan iodat. Metode X-ray Fluorescence digunakan untuk menganalisis secara total kandungan iodium dalam suatu sampel. Metode ini dapat digunakan dalam menganalisis iodium dalam berbagai spesies baik itu dalam bentuk iodida, iodat, iodium dan bentuk kompleks. Metode X-ray Fluorescence sangat sensitif dalam menganalisis suatu unsur yaitu sampai kisaran ppm. Dalam penelitian ini selain metode X-ray Fluorescence juga dilakukan pengujian menggunakan metode iodometri dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dengan metode ini.
Metode X-ray Fluorescence dilakukan dengan cara mencampurkan sekitar 25 gram garam NaCl yang mengandung sekitar 480 ppm kalium iodat dengan masing-masing 25 gram bumbu dapur (cabe, ketumbar dan merica). Campuran ini kemudian dilarutkan dengan aquades menjadi 100 ml dan dianalisis dengan alat X-ray Fluorescence. Intensitas yang dihasilkan dari unsur iodium dalam campuran bumbu dapur dan garam iodat dibandingkan dengan intensitas unsur iodium larutan standar iodat yang diketahui konsentrasinya menggunakan perhitungan regresi linier. Hasil yang diperoleh dari pengujian ini adalah untuk bumbu cabe terjadi penurunan iodat sekitar 12,84 %, bumbu ketumbar sekitar 6,42 % dan merica sekitar 1,14 %.
Metode iodometri dilakukan dengan cara melarutkan 62,5 gram masing-masing bumbu dapur (cabe, ketumbar dan merica) ke dalam 500 ml aquades. Larutan ini disaring dan hasil saringan diambil 10 ml kemudian ditambahkan 1 gram NaCl dengan variasi konsentrasi iodat. Campuran ini kemudian dititrasi dengan natrium tiosulfat. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan sampel garam tanpa penambahan bumbu dapur. Dari hasil perbandingan ternyata pada konsentrasi iodat sekitar 470 ppm terjadi penurunan untuk masing-masing bumbu dapur yaitu cabe sekitar 75,5%, ketumbar 51,43% dan merica 20,99%.
Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. lodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa . X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelson Saksono
"ABSTRAK
Program iodisasi garam dengan cara fortifikasi iodium ke dalam garam merupakan cara yang paling tepat guna dan ekonomis untuk menanggulangi masalah gangguan akibat kekurangan iodium. Tetapi dalam perkembangannya ada beberapa isu yang menyatakan bahwa penggunaan garam beriodium tidak efektif karena kadar iodiummya akan berkurang bahkan hilang bila dicampur dengan bumbu dapur.
Untuk mengetahui lebih jauh keberadaan iodium dalam bumbu dapur perlu diadakan penelitian dengan menggunakan beberapa metode analisis yang lebih sensitif dibanding metode yang pernah di lakukan (Todometri) karena banyaknya senyawa kimia dalam bumbu dapur.yang berinteraksi dengan iodat. Metode X-ray Fluorescence digunakan untuk menganalisis secara total kandungan iodium dalam suatu sampel. Metode ini dapat digunakan dalam menganalisis iodium dalam berbagai spesies baik itu dalam bentuk iodida , iodat, iodium dan bentuk kompleks. Metode X-ray Fluorescence sangat sensitif dalam menganalsis suatu unsur yaitu sampai kisaran ppm. Dalam penelitian ini selain metode X-ray Fluorescence juga dilakukan pengujian menggunakan metode iodometri dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dengan metode ini.
Hasil yang diperoleh dari metode X-ray Fluorescence adalah untuk bumbu cabe terjadi penurunan iodat sekitar 12,84 %, bumbu ketumbar sekitar 6,42 % dan merica sekitar 1,14 %. Sedangkan dengan metode Iodometri hasil yang diperoleh terjadi penurunan untuk masing-masing bumbu dapur yaitu cabe sekitar 75,5%, ketumbar 51,43% dan merica 20,99%.
Perbedaan penurunan iodat dalam bumbu dapur dari kedua metode ini disebabkan karena perbedaan prinsip dan fungsi dari metode. Iodometri hanya dapat menganalisis iodium dalam bentuk iodat saja sedangkan dalam matrik bumbu dapur yang mengandung senyawa-senyawa kimia kemungkinan iodat berada dalam beberapa bentuk senyawa . X-ray Fluorescence dapat menganalisis iodat dalam beberapa bentuk senyawa iodium sehingga matrik bumbu dapur yang begitu kompleks tidak menjadi masalah ."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Setiana
"Kemajuan industri di Indonesia erat kaitannya dengan pengolahan baja perkakas yang baik pula. Baja perkakas umumnya digunakan untuk dies dan perkakas sehingga harus mempunyai sifat mekanis yang sesuai dengan kebutuhan proses dalam pengolahan material dasar menjadi produk jadi. Baja ASSAB 88 merupakan baja perkakas paduan sedang pengerjaan dingin (medium alloy cold work tool steel) yang dalam penggunaan dan aplikasinya harus memiliki dimensi yang stabil agar didapatkan hasil dengan sifat sesuai dengan kebutuhan. Pada penelitian ini dilakukan variasi penggunaan dapur (dapur vakum dan fluidized bed), temperatur austenisasi (960, 1030 ' C) dan temperatur temper (200. 530 dan 570' C) sehingga dapat dianalisa pengaruh jenis dapur, temperatur austenisasi dan temperatur dan temperatur temper terhadap perubahan dimensi yang terjadi pada baja ASSAB 88."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S41338
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Haryo Wibowo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S41011
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desire M. Rizkar
"Ruang lingkup dan metodologi : Gas NO2 adalah bagian dari polutan udara dan merupakan radikal bebas yang sangat mudah teroksidasi. Salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap radikal bebas adalah enzim SOD. Penelitian menguji hipotesa bahwa kadar SOD akan lebih rendah pada tenaga kerja di bagian dapur dibandingkan dengan tenaga keija di bagian administrasi. Metode penelitian adalah analisis komparasi dengan studi potong lintang yang dilakukan di RS X. Kepada 20 orang tenaga kerja di bagian dapur dan 20 orang tenaga kerja di bagian administrasi dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar SOD dalam darah pada setiap peserta. Pengukuran pajanan NO2 dilakukan dengan menggunakan impinger.
Hasil dan Simpulan : Hasil pengukuran pajanan NO2 di dapur sebesar 0,000097 ppm, di bagian administrasi 0,0000062 ppm, masih jauh di bawah ambang batas TLV-TWA = 3 ppm (ACGIH). ata-rata kadar SOD pada kelompok tenaga kerja bagian dapur = 848,8 U/gr Hb dan kelompok tenaga kerja bagian administrasi = 851,1 U/gr Hb. Tidak didapatkan perbedaan bermakna kadar SOD pada kedua kelompok (pl,956). Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh pada kadar SOD seperti usia, indeks masa tubuh, kebiasaan makan dan mengkonsumsi buah-buahan, suplemen vitamin, kebiasaan merokok, olahraga, stress, pajanan NO2 di lingkungan tempat tinggal, penggunaan kompor gas, pajanan alat transportasi dan pajanan sinar matahari tidak memberikan perbedaan yang bermakna pada kadar SOD (p>0,05). Dan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar SOD pada tenaga kerja yang terpajan NO2 dalam ruangan di bagian dapur dan administrasi tidak berbeda. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh pada kadar SOD tidak memberikan perbedaan bermakna.

Scope and methodology: Nitrogen dioxide (NO2) is one component of air pollutants that is highly oxidizing free radical gas. Superoxide dismutase enzyme is one of the defense mechanism of the body. The objective of the study was to test a hypothesis that SOD level in the kitchen division's workers were lower than workers in the administration. This study was conducted using a comparative analysis with cross sectional design in the X hospital. Twenty workers in kitchen division were selected as the same as in administration office. They were interviewed, physically examined and taken their blood sample for SOD level. Exposure level of NO2 was measured using air impinger.
Result and conclusion : The exposure level of NO2 in the kitchen was 0,000097 ppm while in administration office was 0,0000062 ppm, both are far lower than ACGIH TLV-TWA point (3 ppm). The workers in the kitchen division has an average 848,8 U/gr HB for level SOD and the workers in the administration office has an average of 851,1 U/gr 1- b. There was no significant difference between two group (p=0,956). Determinant factors to SOD level such as age, body mass index, vitamin supplement, smoking habit, sport, stress, domestic NO2 exposure, gas stove usage, transportation and sun exposure were proved not to have significant effects (p>O, OS) We conclude in this study that there was no difference of SOD level among workers in the kitchen and the administration divisions. The studied determinant factors have no effect on SOD level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T16213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>