Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213278 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Taufik M. Nur
"Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap proses canai untuk mendapatkan material dengan sifat mekanis yang baik namun nilai ekonomisnya tetap tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh deformasi multipass searah proses canai pada temperatur 700 °C terhadap mikrostruktur dan kekerasan Baja API 5L X42. Sampel dideformasi pada temperatur 700_C dengan waktu tahan 10 menit dan derajat deformasi 60 % dilanjutkan dengan derajat deformasi 20%, 15%,10% pada temperatur 500 °C kemudian didinginkan cepat dengan media air. Dengan derajat deformasi 60% pada temperatur 700 °C akan terjadi rekristalisasi. Proses canai hangat yang dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi akan menghasilkan deformation band yang akan mempengaruhi kekerasan material. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses canai hangat dengan parameter yang ada akan meningkatkan kekerasan akhir material yaitu sebesar 252 BHN jika dibandingkan dengan kekerasan awal material141 BHN.

Various studies have been carried out on rolling process to obtain materials with good mechanical properties but its economic value remains high. This study aims to determine the influence of unidirectional multipass deformation process at a temperature of 700 °C rolled on the microstructure and hardness of API 5L X42 steel. Samples were heated and deformed at a temperature of 700 °C with holding time 10 minutes and 60% deformation degree, followed by the 20%, 15%, 10% deformation degree at a temperature of 500 oC and then quenched with water. With the degree of deformation 60% at a temperature 700 °C recrystallization will occur. Warm rolled process conducted under the recrystallization temperature will result a deformation bands that will affect the hardness of the material. The results showed that the warm rolling process with the existing parameters will increase the final hardness material that is equal to 252 BHN compared to the initial hardness material141 BHN."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S51670
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Suryo Herdiansyah
"Pada saat ini dunia industri sedang berusaha untuk mendapatkan suatu material yang memiliki sifat mekanik yang baik tapi dengan biaya produksi yang murah. Hal itu mendorong dilakukannya penelitian terhadap baja karbon rendah untuk mendapat sifat-sifat yang lebih baik. Baja karbon rendah biasanya memiliki struktur mikro ferit dan perlit dengan sifat mekanik yang rendah.
Dalam penelitian ini akan dipelajari pengaruh deformasi yang dilakukan terhadap sifat-sifat mekanis dan ketahanan korosi baja karbon rendah dengan TMCP dan Canai Hanga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa baja karbon rendah memiliki sifat-sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik melalui proses tersebut. Besar deformasi memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat tersebut.

Nowadays, industrial world is trying to get materials having the good mechanical properties and corrosion resistance with low cost production. It encourages of doing research on carbon steel to get better properties of carbon steel. Carbon steel usually has microstructure of ferrite and pearlite having low mechanical properties.
Research is done to study the effect of deformation on mechanical properties dan corrosion resistance by involving the TMCP and warm working. The results show that low carbon steels having the good mechanical properties and corrosion resistance by using these processes. Deformation influences those properties.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51650
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Meryanalinda
"ABSTRAK
Tingginya cadangan baja laterit (Fe-Ni) di Indonesia dimanfaatkan untuk meningkatkan kebutuhan baja nasional, salah satunya adalah pemenuhan komponen transportasi Indonesia dibidang rel kereta api. Pengembangan baja laterit (Fe-Ni) dilakukan dengan menambahkan paduan aluminium (2,23% wt). Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh TCMP canai hangat pada baja lateritik dengan penambahan Al terhadap pembentukan fasa bainik dan pengaruhnya terhadap peningkatan nilai kekerasan. Proses TMCP dan canai hangat dilakukan dengan melakukan pemanasan ulang pada temperatur 950oC dengan waktu tahan 20 menit kemudian diturunkan sampai temperatur 400oC, 450oC dan 500oC yang ditahan selama 30 menit kemudian dilakukan canai hangat dengan deformasi 50% dan 70% menggunakan mesin rol berkapasitas 20 ton dan dilanjutkan dengan pendinginan di udara. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan optical microscope (OM) dan scanning electron microscope (SEM) sedangkan untuk melihat kemungkinan karbida yang terbentuk dilakukan dengan pengujian menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) dan Energy Dispersive X Ray Spectroscopy (EDS). Pengujian kekerasan dilakukan dengan menggunakan metode Vickers. Hasil pengujian menujukan terbentuknya fasa bainit dan penambahan aluminium memberikan efek yang positif terhadap peningkatan kekerasan. Deformasi reduksi yang diberikan selama canai hangat juga diteliti untuk melihat pengaruh pertumbuhan butir pada Baja laterit Fe-Ni-Al.

ABSTRACT
The abundant reserve of lateritic ores in Indonesia is currently processed and studied to fulfill the national steel demand in several sectors, one of which is for railway application. The development of lateritic steel (Fe-Ni) as carbide free bainitic steel is carried out by adding Al to the Fe-Ni alloy. In this research, the effect of warm rolling and Al addition to the formation of carbide, phases development and mechanical properties was studied. The warm-rolled thermomechanical process (TMCP) was carried out by heating the material at 950oC for 20 minutes followed by second heating to 400oC, 450 oC and 500oC with holding time for 30 minutes. The materials then warm rolled with 50% and 70% reductions using 20 tons capacity roller machine and then air cooled outside the furnace chamber. The microstructure of the as-rolled materials were characterized using optical microscope (OM) and scanning electron microscope (SEM), while the phases, the chemical distribution and the possibility of carbide formation were examine using X-Ray Diffraction (XRD) pattern and energy dispersive X Ray spectroscopy (EDS). The hardness properties of the material were observed using macro Vickers hardness test. It was revealed that bainite was formed and Al addition gives positive effects to the Fe-Ni lateritic steel by increasing hardness. The reductions applied during warm rolling were observed to have effect on the growth of the grains in the Fe-Ni-Al lateritic steel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nofardiansyah Rizky Nugraha
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51663
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Bastian M.
"ABSTRAK
Studi terhadap penghalusan butir terus dikembangkan untuk mendapatkan sifat mekanis yang lebih baik pada baja karbon rendah. Slab baja karbon rendah berbentuk tangga dideformasi dengan metode warm rolling dengan temperature 500 0C, 550 0C, dan 600 0C untuk mendapatkan butir halus. Slab baja karbon rendah berbentuk tangga dideformasi sebesar 50 %, 66,67 %, 75 %, dan 80% di setiap temperatur, kemudian didinginkan dengan air. Rekristalisasi dinamis terjadi pada temperatur warm working di penelitian ini. Pengujian kekerasan dan hydrogen charging test dilakukan. Ketahanan baja karbon rendah terhadap serangan hidrogen dapat ditingkatkan dengan penghalusan butir ferit. Besar butir yang dihasilkan dari warm rolling mempengaruhi kekerasan dan ketahanannya terhadap serangan hidrogen.

ABSTRACT
Studiy of grain refinement have been developed to obtain better mechanical properties in low carbon steel. Wedge Shaped low carbon steel slabs were deformed with warm rolling method at temperature 500 0C, 550 0C, and 600 0C to obtain the refine grains. Wedge Shaped low carbon steel slabs were deformed with degree of deformation 50 %, 66,67 %, 75 %, and 80%. Dynamic recrystallization was confirmed at warm working temperature in this study. Hardness and hydrogen charging test had been done. Low carbon steel resistance to hydrogen attack can be improved with grain refinement. Grain size which been resulted from warm rolling process has an effect to hardness and hydrogen attack resistance."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S872
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Richardo Elkana
"Pada penelitian ini membahas perbedaan pengaruh media quenching (air,air garam (5% NaCl), dan Oli SAE 5W-40) yang tidak diaduk atau diaduk dengan kecepatan 200 rpm terhadap kecepatan pendinginan,kekerasan,dan struktur mikro dari baja S45C dan D2.Penelitian ini memilih baja S45C dan D2 untuk membedakan pengaruh media pendingin yang signifikan pada baja S45C yang merupakan baja karbon sedang dan baja D2 yang merupakan baja perkakas.Pada penelitian ini sampel awalnya diuji OES untuk mengetahui komposisi baja S45C dan D2 apakah sudah sesuai standar,lalu dilakukan karakterisasi OM dan kekerasan sebelum diquenching,setelah diquenching baja di karakterisasi kecepatan pendinginan,kekerasan,dan struktur mikronya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pendingin yang di agitasi memberikan pengaruh pada kecepatan pendinginan,struktur mikro dan kekerasan baja.Kecepatan pendinginan air garam(5%NaCl) lebih tinggi dibandingkan dengan air dan oli SAE 5W-40.Proses pengadukan memberikan hasil martensit yang lebih banyak dari pada yang tidak diaduk serta homogenitas struktur mikro yang lebih baik dan mengurangi resiko retak karena distorsi martensite.Baja D2 memiliki kekerasan yang lebih tinggi dari baja S45C karena unsur karbon pada baja D2 lebih tinggi dibandingkan dengan baja S45C,ditambah unsur Paduan yang lebih banyak pada baja D2 dibandingkan S45C membuat hidung CCT diagram baja D2 jauh lebih kekanan dari pada baja S45C.Hal ini mengakibatkan baja D2 lebih mudah membentuk martensit dibandingkan dengan baja S45C.Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kombinasi media quenching dan agitasi yang tepat akan menghasilkan sifat mekanik baja yang optimal untuk aplikasi industri.

This study discusses the differences in the effects of quenching media (water, saltwater (5% NaCl), and SAE 5W-40 oil) with and without agitation at 200 rpm on the cooling rate, hardness, and microstructure of S45C and D2 steels. The study selects S45C and D2 steels to differentiate the significant effects of cooling media on S45C, a medium-carbon steel, and D2, a tool steel. In this study, the initial samples were tested using OES to determine whether the chemical composition of S45C and D2 met the standard, followed by optical microscopy (OM) and hardness characterization before dequenching. After dequenching, the steel samples were characterized for cooling rate, hardness, and microstructure. The results showed that agitated quenching media had an effect on the cooling rate, microstructure, and hardness of the steel. Saltwater (5% NaCl) had a higher cooling rate than water and SAE 5W-40 oil. The agitation process resulted in a greater amount of martensite compared to the non-agitated samples, along with better microstructural homogeneity and reduced risk of cracking due to martensite distortion. D2 steel exhibited higher hardness than S45C steel due to the higher carbon content in D2 compared to S45C, along with a greater amount of alloying elements in D2. This made the CCT diagram for D2 shift significantly to the right compared to S45C, making D2 more susceptible to martensite formation. In conclusion, the study suggests that the proper combination of quenching media and agitation can optimize the mechanical properties of steel for industrial applications. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldhi Mahardhika
"Penelitian terhadap proses penghalusan butir harus dilakukan pada saat ini untuk mendapatkan material dengan sifat mekanis yang baik yang diharapkan dapat bermanfaat untuk masa depan industri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi media pendinginan terhadap pembentukan butir ferit, kekuatan, dan ketahanan korosi baja karbon rendah SS 400 setelah proses deformasi canai hangat. Sampel dideformasi pada temperatur 650°C dengan waktu tahan 5 menit dan derajat deformasi 70 %. Kemudian, sampel dipanaskan kembali hingga temperatur 500°C dengan waktu tahan 60 menit dan kemudian di-quench dengan media air dan es. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin cepat kecepatan pendinginan suatu media pendinginan, maka butir yang dihasilkan semakin halus dan kekuatan material yang dihasilkan juga semakin tinggi. Media pendinginan yang memiliki kecepatan pendinginan paling tinggi adalah es. Hasil yang didapatkan dari media pendinginan es adalah ukuran butir 7,68 ?m dengan nilai kekuatan 549,23 MPa.

Nowadays, the research of grain refinement process must be done.to get a material with good mechanical properties that expected will be a benefit for industry in the future. The object of the present work is to investigate the effect of cooling medium on ferritic grain structure, strength, and corrosion resistance of warm rolled SS 400 Low Carbon Steel. The samples were heated and deformed at 650°C for 5 minutes with 70% deformation degree. Then, the samples were reheated at 500°C for 60 minutes and quenched by water and ice. Experimental results have shown that increasing cooling rate of cooling medium increases significantly the grain refinement and strength. Ice is cooling medium that has the fastest cooling rate, its grain size is 7,68 ?m with 549,23 MPa of strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51534
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Kiswara
"Studi terhadap penghalusan butir terus dikembangkan untuk mendapatkan sifat mekanis yang lebih baik pada baja karbon rendah. Ferit merupakan salah satu fasa yang sering ditemui dalam struktur mikro baja karbon rendah. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui proses perubahan morfologi butir ferit dengan variasi temperatur canai hangat yaitu berkisar antara 500_C-700_C dan sifat mekanis yang dihasilkan dengan melihat strukur mikro, nilai kekerasannya, juga ketahanannya terhadap laju korosi polarisasi. Proses yang diterapkan ialah proses canai hangat (warm working) yang berbasis pada proses Thermomechanical Treatment dimana terjadi modifikasi terhadap temperatur pemanasan ulang dan temperatur akhir deformasi canai, dengan waktu tahan 120 menit dan deformasi searah tunggal sebesar 70% dengan menggunakan mesin rol berkapasitas 20 ton dan didinginkan dengan pendinginan udara. Baja karbon rendah yang digunakan mengandung 0.12%C. Untuk melihat fasa ferit digunakan nital 3% dan perhitungan butir ferit dengan menggunakan metode Heyn Intercept sesuai ASTM E112. Untuk mengetahui ketahanan korosi digunakan uji polarisasi di larutan garam NaCl 3.5% yang sesuai dengan ASTM G102. Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ukuran butir ferit tereduksi sesudah dilakukan pemanasan ulang dan deformasi dengan diameter terkecil yang didapat sekitar 6.54 _ 0.34 _m, dan nilai kekerasannya yang menurun serta laju korosi yang semakin menurun seiring dengan menurunnya nilai kekerasan yaitu ketika nilai kekerasannya 162.966 HVN dan laju korosinya polarisasinya yaitu 2.063 mpy.

Studies of grain refinement have continued to be developed to obtain better mechanical properties in low carbon steel. Ferrite is one of the most common phases in the microstructure of low carbon steel. The purpose of this study was to determine the process that changes the morphology of ferrite grains with warm rolling temperature variation ranging from 500_C - 700_C and mechanical properties generated by looking at the microstructure, hardness values, as well as the corrosion resistance to polarization test. The process applied is the warm working process based on the modification process of thermomechanical treatment on the reheating temperature and the final rolling deformation temperature, with holding time applied is 120 minutes and a single unidirectional deformation of 70% by using roller machine capacity with 20 tons and then cooled with air cooling. Low carbon steel that used contains 0.12%wt carbon. Nital 3% was used to view the ferrite phase and ferrite grain calculation used Heyn Intercept method according to ASTM E112. Polarization test was used for determining corrosion resistance in 3.5% NaCl saline solution in accordance with ASTM G102. The test results showed that the ferrite grain size is reduced after reheating and deformation applied with the smallest diameter of ferrite grain size is obtained around 6.54 _ 0.34 ?m, and value of its hardness and corrosion rate decreases with decreasing the hardness value when the value of hardness reached 162.966 HVN and corrosion rate of polarization test is 2.063 mpy."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51547
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrini Wulandari
"Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap proses canai untuk mendapatkan material dengan sifat mekanis yang baik namun nilai ekonomisnya tetap tinggi. Penghalusan ukuran butir ferit melalui kontrol proses termo mekanikal merupakan salah satu metode yang digunakan untuk peningkatan sifat mekanik baja karbon rendah. Pada penelitian ini slab baja karbon rendah dideformasi dengan metode warm rolling, kemudian diuji kekerasan dan ketahanan korosi-nya melalui hydrogen charging test. Salah satu penguatan material terhadap serangan difusi hidrogen adalah dengan penghalusan butir ferit melalui proses deformasi. Sehingga dapat dibuat suatu hubungan antara deformasi dengan perubahan struktur mikro ferritic dan ketahanan korosi baja karbon rendah.
Ukuran butir yang diperoleh dalam penelitian ini diukur dengan metode garis intercept. Hasilnya berupa ukuran diameter butir baja karbon rendah yang lebih kecil dibanding dengan diameter butir baja karbon rendah yang tidak dideformasi. Sementara ketahanan korosi baja karbon rendah terhadap pengaruh proses difusi hidrogen untuk benda uji yang ukuran butirnya lebih kecil cenderung meningkat. Peningkatan kekuatan-nya diamati melalui pengujian kekerasan setelah sebelumnya benda uji diaplikasi ke dalam larutan 0,5M H2SO4 + 100 mg/L Thiourea CS(NH2)2 selama 10 menit.

Various studies have been carried out on rolling process to achieve materials with good mechanical properties but its economic value remains high. Grain refinement through thermo-mechanical process control is one of many methods used to improve low carbon steel mechanical properties. On this paper, low carbon steel is deformed with warm rolling method, then the deformed material is applied to hardness test and corrosion resistance test against hydrogen charging. Hydrogen introduction into material may occur in many ways and one of physical properties of material against this introduction is through microstructure refinement of ferrite grain size by deformation process. So there is a connection between the deformation with the change in ferritic microstructure and corrosion resistance of low carbon steel.
The grain size was measured by intercept line method. The result is grain size of the deformed steel is smaller than the undeformed one. In addition, there is an improvement of corrosion resistance of low carbon steel with smaller grain size against hydrogen diffusion. The improvement can be seen from the result of hardness test. Before the hardness test began, the deformed specimen are introduced to 0,5M H2SO4 + 100 mg/L Thiourea CS(NH2)2 solution for 10 minutes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1637
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rafif Roid Shiddiq
"Bucket tooth pada alat berat excavator menggunakan baja High Strength Low Alloy sebagai material didasari oleh sifat-sifatnya. Perlakuan panas yang dilakukan pada baja HSLA adalah normalisasi, tempering, austenisasi, dan quenching, serta double tempering. Penemuan Delay Crack pada produk bucket tooth yang disebabkan oleh adanya austenit sisa pada komponen bucket tooth, austenite ini menimbulkan tegangan sisa di dalam produk. Meminimalisir jumlah austenite sisa serta keseragaman mikrostruktur adalah langkah yang tepat untuk mencegah Delay Crack. Penelitian ini berfokus pada kualifikasi kecepatan pendinginan media pendingin berupa air, air hangat, dan oli dan meneliti pengaruhnya terhadap struktur mikro dan kekerasan baja HSLA. Kecepatan pendinginan rata-rata yang paling tinggi secara berurutan adalah air, oli, dan air hangat, senilai 111,28 oC/s, 51.30 oC/s, 56.75 oC/s. Perbedaan kecepatan pendinginan akan menghasilkan struktur mikro baja HSLA yang berbeda. Fasa martensite terbentuk paling dominan pada setiap jenis media pendingin dengan sedikit austenite sisa yang kadarnya meningkat seiring dengan meningkatnya kecepatan pendinginan yaitu 0.8%, 2,4%, 3% . Kekerasan mikro menemukan fraksi area transformation zone keras akibat dikelilingi oleh martensite pada setiap baja, fasa lower bainite pada baja media pendingin air hangat, serta karbida pada baja media pendingin Air suhu kamar. Nilai kekerasan makro untuk tiap sampel meningkat seiring meningkatnya kecepatan pendinginan, yaitu secara berturut turut menjadi 49.1 HRC, 47.1 HRC, dan 44.3 HRC. Sehingga meningkatnya kecepatan pendinginan menyebabkan peningkatan kekerasan dan kadar austenite sisa. Beberapa temuan lainnya seperti dekarburisasi pada permukaan baja di analisis untuk mengetahui penyebab delay crack terjadi.

Excavator’s bucket tooth using High Strength Low Alloy Steel based material because of it’s properties. The heat treatment performed on HSLA steel is normalization, tempering, austenisation, and quenching, and the last double tempering. Delay Crack was discovered on bucket tooth products caused by the presence of retained austenite in the bucket tooth component, this austenite raises residual stresses in the product. Minimizing the amount of retained austenite and gaining microstructural uniformity is the right step to prevent Delay Crack. This research focuses on qualifying the cooling rate of quenching media in the form of water, hot water, and oil then examines their effects on the microstructure and hardness of HSLA steels. The highest average cooling speed, respectively, is water, oil and warm water, valued at 111.28 oC / s, 51.30 oC / s, 56.75 oC / s. The difference in cooling speed will produce a different HSLA steel microstructure. Martensite phase is formed dominantly in every quenching media variables with a little content of retained austenite whose levels increase with increasing cooling rate by 0.8%, 2.4%, 3%. Microhardness Testing found a hard zone named transformation zone fraction due to being surrounded by martensite in each variables, lower bainite phase in hot water variable, and carbide in water variable. The value of macro hardness for each sample increased with increasing cooling rate, which became 49.1 HRC, 47.1 HRC, and 44.3 HRC respectively. So that the increase in cooling rate causes an increase in hardness and residual austenite levels. Several other findings such as decarburization on the steel surface are analyzed to determine the cause of the delay crack.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>