Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 192370 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azril Nazahar
"Telah dilakukan penilitian terhadap besarnya distorsi angular (sudut) terhadap posisi pengelasan dan ketebalan pelat serta pengukuran tegangan sisa dengan menggunakan difraksi sinar neutron. Posisi pengelasan yaitu posisi tegak (3G) dan posisi datar (1G) menurut AWS dilakukan dengan parameter ketebalan pelat 10 mm, 16 mm dan 20 mm. Posisi tegak diperoleh nilai distorsi angular yang paling besar dibandingkan dengan posisi datar setiap bertambahnya ketebalan. Berturut-turut nilai perubahan sudut distorsi angular untuk ketebalan 10, 16, 20 mm pada posisi tegak yaitu 1,560, 3,520 dan 4,020 sedangkan pada posisi datar yaitu 0,870, 2,990 dan 3,640. Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada pelat 16 mm dengan arah longitudinal, transversal dan normal. Diperoleh nilai tegangan sisa terbesar pada arah longitudinal posisi tegak (3G) yaitu 101,61 MPa. Tegangan sisa berupa tegangan tarik terlihat pada derah kampuh las dan HAZ kasar dengan rentang -10 mm sampai 10 mm.

Research about welding angular distortion concerning on plate thickness and welding position has been conducted. This research come along with residual stress measurenment on 16 mm of plate thickness by using neutron scattered diffraction. The welding position are vertical position (3G) and flat position (1G) according to AWS code which done with 10 mm, 16 mm and 20 mm of plate thickness. Vertical position obtained that angular distortion was happened in rather than flat position which every increasing of plate thickness. As follow as the value of angular distortion for 10, 16 and 20 mm of thickness on vertical position is 0,870, 2,990 and 3,640whereas flat position is 1,560; 3,520 and 4,020. The measurement for residual stress on 16 mm of thickness with longitudinal, transversal and normal direction. The result obtained that the largest residual stress on vertical position in longitudinal direction is 101.61 MPa. Residual stress which tensile stress is close to weldpool area and coarse HAZ with range -10 mm to 10 mm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51494
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Sani
"Telah dilakukan penelitian terhadap besarnya distorsi angular terhadap ketebalan pelat serta pengukuran tegangan sisa dengan menggunakan difraksi sinar X. Pengelasan dilakukan dengan metode GMAW yang dibantu dengan Bug-O. Posisi pengelasan yaitu posisi posisi datar (1G) menurut AWS dilakukan dengan parameter ketebalan pelat 10 mm, 16 mm dan 20 mm. Pengukuran distrosi angular menggunakan dial gauge. Berturut-turut nilai perubahan sudut distorsi angular untuk ketebalan 10, 16, 20 mm yaitu 4,75°, 7,74°, dan 11,71 °. Pengukuran tegangan sisa dilakukan pada pelat 10 dan 20 mm di bagian logam las dan 5 mm ke arah dari logam las. Tegangan sisa tarik pada pelat 20 mm lebih besar dari pada pelat 10 mm. Pelat 20 mm memiliki tegangan sisa sebesar 750 MPa pada jarak 5mm dari pusat las sedangkan pelat 10 mm memiliki tegangan sisa sebesar 562 Mpa untuk posisi yang sama. Sedangkan pada logam las, tegangan sisa yang muncul berupa tegangan sisa tekan pelat 20 mm sebesar sebesar 186 MPa, dan pada pelat 10 mm sebesar 257 Mpa.

Research about welding angular distortion concerning on plate thickness has been conducted. Welding process is done by GMAW method using Bug-O. This research comes along with residual stress measurement on 10 and 20 mm of plate thickness by using X-Ray diffraction. The welding position is in flat position (1G) according to AWS code which done with 10 mm, 16 mm and 20 mm of plate thickness. The angular distortion measurement has been done using dial gauge. As follow as the value of angular distortion for 10, 16 and 20 mm of thickness o flat position is 4,75°, 7,74° and 11,71°. The measurement of residual stress on 10 and 20 mm of thickness is conducted on weldment and 5 mm from weldment. The result of residual stress on various plate shows that the thicker plate has higher value of residual stress."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abdillah Enstein
"Tegangan sisa dan distorsi adalah dua hal yang sulit dihindari ketika proses pengelasan selesai dilakukan. Distorsi terjadi karena sifat alamiah dari logam cair yang akan menyusut ketika membeku dan akan menghadirkan tegangan sisa. tegangan sisa pada produk hasil las sangat dihindari karena dapat memicu terjadinya retak.
Di dalam penelitian ini dilakukan pengukuran distorsi angular yang terjadi akibat proses pengelasan FCAW pada pelat dengan ketebalan 10, 16, dan 20 mm dan juga pengukuran tegangan sisa yang terjadi dengan menggunakan metode difraksi sinar-X.
Hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa distorsi angular yang terjadi berbanding lurus dengan ketebalan pelat. Sedangkan pada pengujian tegangan sisa memperlihatkan bahwa daerah terpengaruh panas memiliki tegangan sisa terbesar.

Distortion and residual stress are the things that can't be hindered after welding process. Distortion occur because the nature of liquid metal that will be shrinkage after the liquid metal solidify. With the distortion occur, the residual stress will also occur. Residual stress in the weld product restrict to happen because it can lead to cracking.
This research is carried out by flux core arc welding with flat (1G) position performed on three steel plates with different thickness. Steel plate used is JIS 3101 SS400 with 10mm, 16mm and 20mm thickness. The residual stress measurement in the weld area and heat affected zone (HAZ) using X-ray diffraction method.
The result show that the value of angular distortion proportional with the thickness of the plate and the residual stress value gives that the heat affected zone has the biggest residual stress.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51539
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Pradipta Wijayamurti
"Dissimilar metal adalah gabungan dari dua jenis logam berbeda yang dapat diperoleh dengan menggunakan proses pengelasan. Pada penelitian ini, pengelasan dilakukan dengan metode GTAW. Dalam proses pengelasan, panas yang diberikan pada logam menyebabkan distribusi suhu yang tidak seragam yang nantinya akan menyebabkan terjadinya tegangan sisa dan distorsi. Distribusi tegangan sisa hasil pengelasan dari SUS304 dan baja karbon SS400 mengalami perbedaan yang signifikan karena adanya perbedaan koefisien ekspansi termal dan konduktifitas termal antara kedua logam induk. Ada tiga buah pelat dengan ketebalan berbeda yang digunakan, yaitu 8 mm, 10 mm, dan 12 mm. Besarnya nilai tegangan sisa diukur menggunakan instrument difraksi neutron, dan besarnya nilai distorsi angular diukur menggunakan dial gauge. Dari hasil penelitian, didapatkan nilai distorsi angular sebesar 1,07o untuk pelat 8 mm, 2,14o untuk pelat 10 mm, dan 3,21o untuk pelat 12 mm. Nilai tegangan sisa untuk pelat 12 mm yaitu -15,650 MPa pada arah transversal, -2,716 MPa pada arah normal, dan -16,462 MPa pada arah axial, dan besar tegangan sisa untuk pelat 10 mm, dan 8 mm berturut - turut sebagai berikut, -46,146 MPa dan -63,658 MPa untuk arah transversal, -94,302 MPa dan -99,718 MPa untuk arah normal, dan -28,162 MPa dan -99,118 MPa untuk arah axial.

Dissimilar metal is a combination of two different types of metals that can be obtained by using welding process. This research uses Gas Tungsten Arc Welding method. Heat input in the process of welding on the metal causes non-uniform temperature distribution that would lead to the occurrence of residual stress and distortion. Distribution of welding residual stress of SUS304 and SS400 carbon steel having a significant difference due to different coefficients of thermal expansion and thermal conductivity between the base metal. There are three plates with different thicknesses are used, namely 8 mm, 10 mm and 12 mm. From the results of the research, obtained the value of the angular distortion of 1.07° to plate 8 mm, 2.14° for plate 10 mm, and 3.21° for 12 mm plate. Residual stress values for plates of 12 mm is -15.650 Mpa in the transverse direction, -2.716Mpa in the normal direction, and -16.462 Mpa in the axial direction, and the value of residual stress for 10 mm, and 8 mm plates respectively as follows, -46.146 Mpa and -63.658 Mpa for the transverse direction, and -94.302 Mpa and -99.718 Mpa for the normal direction, and -28.162 MPa and -99.118Mpa for the axial direction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1751
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Fajar Primasatya
"Perubahan bentuk dalam produksi baja konstruksi akibat proses pengelasan adalah hal yang sangat menggangu. Hal ini menyebabkan adanya penambahan biaya produksi dan kehilangan waktu untuk proses perbaikan akibat adanya perubahan bentuk tersebut. Salah satu perubahan bentuk yang mudah diamati dalam produksi baja konstruksi adalah adanya penyimpangan sudut.
Penyimpangan sudut dalam produk las disebabkan karena adanya pemanasan dan pendinginan yang tidak seragam pada proses pengelasan yang menyebabkan adanya penyusutan yang tidak seragam. Selain menyebabkan terjadinya penyimpangan sudut adanya pemanasan dan pendinginan yang tidak seragam juga meninggalkan tegangan sisa didalam material. Hadirnya tegangan sisa, terutama tegangan sisa tarik didalam produk las sangat dihindari karena dapat memicu timbulnya retak.
Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran penyimpangan sudut yang tejadi pada proses pengelasan FCAW dengan ketebalan sampel 10, 16 dan 20mm dan dengan posisi pengelasan vertikal dan horizontal dan juga pengukuran tegangan sisa dengan menggunakan metode difraksi neutron.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penyimpangan sudut akibat proses pengelasan memiliki besaran yang berbanding lurus dengan ketebalan pengelasan. Sedangkan pada pengujian tegangan sisa menunjukkan bahwa pada daerah terpengaruh panas memiliki nilai tegangan sisa yang paling besar pada produk las yang dihasilkan.

Distortion on construction steel as result of welding proses is very annoying and avoided. It is make time lost and cost production increment. Angular distortion is one kind of distortion that easy to examined. The angular distortion on welded structure occur because of heating and cooling process that make material expending and contracting.
The non uniform heating and cooling process on welding make an obstruction on expending and contracting, and results residual stress on material. Residual stress on material especially on tensile stress is very avoided because initiate a crack on material.
On this study angular distortion on JIS G3101- SS400 steel plates are measured on FCAW process with 10, 16, and 20mm on thickness, welding position is horizontal and vertical up and measure the residual stress with neutron diffraction measurement.
The result shows that angular distorion that occur on material increase with thickness increment and on residual stress measurement shows that the highest stress is occur on heat affected zone.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51110
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rafdi Hidayat
"Pengelasan pada industri kapal di Indonesia cenderung masih banyak menggunakan metode las SMAW. Dengan menggunakan metode pengelasan GMAW yang memiliki deposition rate dan efisiensi yang tinggi, proses pengelasan dapat dilakukan lebih cepat. Dengan meningkatnya kecepatan dan kuat arus las, rentan terjadinya kemungkinan distorsi pada pengelasan. Salah satu penyebab terjadinya distorsi adalah heat input yang tidak merata pada material las, sehingga muncul perbedaan suhu antara area las dan area yang telah dilas dan mengakibatkan tegangan pada area yang telah mendingin dan regangan pada area yang dilas. Dengan demikian, diperlukan heat input yang tepat agar hal tersebut tidak terjadi, distorsi sudut menyebabkan munculnya pekerjaan tambahan yang memerlukan waktu tak sedikit seperti seperti fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input seperti kuat arus dengan kecepatan pengelasan terhadap distorsi sudut yang muncul setelah pengelasan akibat adanya tegangan sisa. Selain dari munculnya distorsi sudut, pada bagian HAZ Heat Affected zone terdapat perbedaan kekuatan yang mengakibatkan rentannya patahan terjadi disana, dengan menggunakan kekerasan, dan rumus empiris didapatkan HAZ las yang mewakili kekuatan sambungan. Pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa kuat arus memiliki pengaruh terhadap distorsi transversal yang hampir sama dengan kecepatan pengelasan dan makin tinggi heat input yang diberikan maka makin besar residual atau distorsi yang dihasilkan.dan pengaruh kuat arus lebih tinggi terhadap distorsi longitudinal dibanding kecepatan pengelasan. Proses pengelasan mempengaruhi kekuatan sambungan.

Welding in the ship industry in Indonesia tends to still use the SMAW welding method, by using GMAW welding method that has a high deposition rate and high efficiency, welding process can be done more quickly. With the increasing speed of welding and electricity current, it is prone to possible distortion in welding. One of the causes of distortion is the uneven heat input of the welding material, resulting in a temperature difference between the weld area and the welded area and causing the tension in the area to cool and strain on the welded area. Thus, proper heat input is required so that it does not occur, angular distortion leads to the emergence of additional jobs that require less time such as fairing, cutting, attaching, fitting, gap fitting. Therefore, this study aims to determine the effect of heat input such as the current strength with welding speed to the angular distortion that emerges after welding due to residual stresses. Apart from the emergence of angular distortion, in the Heat Affected zone HAZ section there is a difference in strength that causes the fracture susceptibility to occur there, using hardness, and empirical formula obtained HAZ welding representing the strength of the connection. In this study it can be concluded that the current strength has an effect on the transversal distortion which is almost equal to the welding speed and the higher the heat input given the greater the residual or distortion generated. And the effect of higher current strength on longitudinal distortion than welding speed The welding process affect the strength of the connection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Hafid
"Tegangan sisa merupakan salah satu penyebab terjadinya retak. Pada instalasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), karakterisasi tegangan sisa sangat penting karena banyak komponen PLTN dibentuk dengan sambungan las dari dua logam berbeda. Hal yang sama juga ditemukan pada kapal laut dan gerbong kereta.
Tesis ini bertujuan untuk melakukan karakterisasi pada sambungan dua logam berbeda (disimilar metal). Dengan mengetahui karakteristik sambungan dissimilar metal maka dapat dipikirkan upaya meminimalisasi terjadinya retak. Sebagai sampel dalam penelitian ini digunakan bahan SUS304 dan JIS 3101 SS400 yang dilas dengan metode GTAW atau TIG menggunakan filler AWS A5.22 DW 309L dengan sambungan V tunggal. Sampel terdiri dari 3 jenis dengan ketebalan berbeda masing-masing 8 mm, 10 mm dan 12 mm. Dalam susunan pengelasannya, sampel ditahan dengan menggunakan tack weld di empat posisi yang sama.
Hasil las menunjukkan distorsi yang terjadi adalah 1,29° pada pelat tebal 8 mm, kemudian 1,93° pada pelat tebal 10 mm dan 3,22° pada pelat tebal 12 mm. Pengukuran tegangan sisa dilakukan dengan menggunakan alat difraksi neutron DN1-M milik PTBIN BATAN. Tiga posisi yang menjadi target pengukuran, yaitu daerah las, daerah HAZ dan logam induk. Pada daerah HAZ SUS304 pelat dengan tebal 12 mm nilai tegangan sisa sebesar 17 MPa arah transversal, 3 MPa arah axial dan -4 MPa arah normal merupakan nilai tegangan sisa terbesar dari ketiga sampel. Pada daerah las diperoleh tegangan sisa arah tekan dengan nilai -16 MPa arah transversal dan axial serta -3 MPa dalam arah normal yang juga merupakan nilai tertinggi di daerah las terletak pada sampel dengan tebal 12 mm. Pada daerah HAZ SS400 tegangan sisa tekan terjadi pada sampel dengan tebal 12 mm yaitu -16 MPa arah transversal, -47 MPa arah axial dan -35 MPa arah normal.
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian metalografi untuk memperoleh gambar struktur makro dan struktur mikro dari hasil las. Hasil analisis struktur makro menunjukkan dilusi yang terjadi sebesar 25 % dan dengan menggunakan diagram Schaeffler diperoleh delta ferit yang terbentuk sebesar 10%. Analisis struktur mikro menunjukkan bahwa pada daerah las tidak terbentuk martensit dan pada daerah HAZ SUS304 terjadi korosi batas butir yang ditunjukkan dengan terbentuknya endapan krom karbida pada batas butir logam. Hal ini mengakibatkan besar tegangan sisa pada daerah HAZ SUS304 menjadi lebih tinggi dibanding daerah las. Hasil ini juga diperkuat dengan hasil uji kekerasan makro yang menunjukkan bahwa daerah HAZ SUS304 lebih keras dibanding daerah las sedangkan pada logam SS400 kenaikan angka kekerasan relatif kecil antara 8 hingga 12 HV.
Hasil penelitian dengan simulasi menunjukkan bahwa distribusi temperatur dalam arah transversal pada permukaan pelat memperlihatkan bahwa kehilangan panas konduksi pada pelat dengan tebal 12 mm sangat besar. Ini meyebabkan pada sampel tersebut membutukan temperatur las yang lebih tinggi. Akibatnya jumlah masukan panas menjadi jauh lebih besar. Karena masukan panas yang lebih besar dengan perpindahan panas konduksi yang lebih luas maka tegangan sisa menjadi lebih tinggi.

Residual stress is one of the causes of crack. For a nuclear power plant, characterization of residual stress is very important since there are many joints welded of two different metals. Similar phenomena are also often found in ship and train.
This thesis is made available in order to describe characterization of joint of two different metals (dissimilar metal). By knowing the characteristics of dissimilar metal joint, some efforts can be considered to minimize crack from occurring. This research uses SUS304 and JIS 3101 SS400 as sample welded by technique of GTAW or TIG using filler AWS A5.22 DW 309L with single V joint. The samples consist of three types with different thickness: 8 mm, 10 mm, and 12 mm. During welding, the samples were held by tack weld at four same positions.
The results showed that distortion of 1.29°, 1.93°, and 3.22° occurred on the plate of 8 mm, 10 mm, and 12 mm, respectively. The measurement of residual stress was carried out by using a neutron diffraction device DN1-M of PTBIN BATAN. Three areas that became the target of measurement were weld area, HAZ, and main metal. On the area of HAZ of SUS304 plate of 12 mm in thickness, the residual stress is 17 MPa in transversal direction, 3 MPa in axial direction, and -4MPa in normal direction, which are the highest residual stress of the three samples. On the weld area, the residual stress in the pressing direction was -16 MPa in transversal and axial direction and -3 MPa in normal direction, which was the highest value of weld areas of the 12-mm sample. For the HAZ SS400 areas, the residual stress occurred on the 12-mm sample, as follows: -16 MPa in transversal direction, -47 MPa in axial direction, and -35 in normal direction.
This research also included metallographic examination to obtain the visualization of macro structure and micro structure of welding results. The results of macro structure analysis showed that dilution occurred as high as 25% and, by using Schaeffler diagram, ferrite delta formed as high as 10%. The analysis of micro structure indicated that in the weld areas, martensit did not occur and in the area of HAZ SUS304, corrosion of grain boundary occurred as showed by the presence of chrome carbide precipitated on grain boundary. This phenomenon causes residual stress in the area of HAZ SUS304 is higher than that in other area. This result is also supported by the results of macro hardness test, which shows that the area of HAZ SS304 is harder than that of other weld areas, meanwhile the increase of hardness value is relatively small, only between 8 and 12 HV.
The results of simulation indicate that, by examining temperature distribution in transversal direction of plate surface, the 12-mm plate experiences very much losses of conduction heat. This makes the corresponding sample require higher weld temperature. Consequently, the amount of heat input becomes much higher. Because heat input is much higher and conductive heat transfer is much larger, the residual stress becomes much higher.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
T29778
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dhedhe Rodat Budi P.
"Baja tahan karat stainless steel 304 merupakan baja yang memiliki ketahanan korosi yang baik dan tahan temperature tinggi sehingga banyak digunakan dalam dunia industri. Penggunaan baja tahan karat umumnya membutuhkan proses penyambungan dimana proses penyambungan yang sangat umum digunakan adalah proses pengelasan. Untuk mendapatkan hasil pengelasan yang baik, diperlukan pemilihan parameter yang tepat agar tidak timbul permasalahan seperti distorsi pengelasan. Distorsi merupakan fenomena perubahan bentuk yang terjadi akibat pengelasan.
Pada penelitian ini dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh kuat arus dan kecepatan pengelasan terhadap hasil manik las dan juga distorsi yang dihasilkan menggunakan GMAW. Kuat arus yang digunakan yaitu 115, 120, dan 125 A sedangkan kecepatan pengelasan yang digunakan 3,6; 3,9; dan 4,2 mm/s.
Hasil las dilakukan pengukuran terhadap lebar maniknya, kemudian dilakukan pengukuran distorsi menggunakan CMM Coordinate Measuring Machine setelah material mengalami pendinginan alami. Dari hasil penelitian yang didapatkan, diketahui bahwa semakin besar kuat arus, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin besar. Sedangkan jika kecepatan pengelasan semakin besar, maka lebar manik las dan distorsi angular yang dihasilkan akan semakin kecil.

Stainless steel has good corrosion resistance and high temperature resistance, especially for 304 Stainless steel and widely used in many industries. The use of stainless steels generally requires a jointing process, and the most common jointing process used in stainless steel is the welding process. To get a good welding results, the selection of appropriate parameters is needed to avoid problems such as welding distortion. Distortion is a phenomenon of form changes that occur due to welding.
This experiment is conducted to find out the effect of welding current and welding speed toward weld bead and also distortion produced using GMAW. The welding current used is 115, 120, and 125 A while the welding speed used is 3.6 3.9 And 4.2 mm s. The weld bead then measured, and also the distortion is measured using CMM Coordinate Measuring Machine after the material is naturally cooled.
From the results obtained, it is known that the rise of welding current, the width of the weld bead and the resulting angular distortion will be increased. Whereas if the welding speed is increased, the width of the weld bead and the angular distortion will be smaller.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Usman Munandar
"Pengelasan sambungan banyak digunakan pada industri berbahan baja termasuk kapal. Permasalahan utama untuk proses pengelasan tersebut adalah terjadinya distorsi dan tegangan sisa. Tegangan sisa dan distorsi adalah fenomena yang terjadi pada logam yang dilas, yang dapat menyebabkan kegagalan pada logam tersebut saat beroperasi. Proses pengelasan tipe butt joint dilakukan pada spesimen baja SS400 dengan ukuran panjang, lebar, dan tebal adalah 100 x 50 x 2 mm. Mesin las yang digunakan adalah mesin las TIG otomatis di laboratorium Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia.
Pada penelitian ini akan diuji hubungan antara parameter kuat arus dengan variasi 60, 70, 80 ampere dan kecepatan pengelasan dengan variasi 1,2; 1,4; 1,8 mm/s terhadap terciptanya distorsi setelah proses las. Kajian dititik beratkan pada perhitungan distorsi dan tegangan sisa dengan pengukuran distorsi menggunakan mesin CMM (Coordinate Measuring Machine) setelah material mengalami pendinginan menuju temperatur ruangan. Dari hasil uji coba di laboratorium diperoleh distorsi terbesar diperoleh pada variabel kuat arus terbesar dan kecepatan terkecil. Dari hasil analisa didaptkan bahwa besarnya tegangan sisa yang terbentuk berbandung lurus dengan besarnya distorsi yang tercipta.

The application of welding used in many industries such as shipbuilding. The trouble which is often occurred is distortion and residual stress on the plate after welding. Residual stress and distortion is a phenomenon that can cause the failure of the material at operation condition. Butt joint weldment is applied onto SS400 steel with measurement of length, width, and thickness is 100 x 50 x 2 mm. This experiment used automatic TIG machines in Departemen Teknik Mesin Universitas Indonesia laboratory.
In this experiment, the correlation between welding current and welding speed will be examined. Using 60, 70, and 80 ampere welding current and 1,2; 1,4; 1,8 mm/s welding speed. The measuring of distortion is using CMM (Coordinate Measuring Machine) after the material undergoing cooling process into room temperature. From the experiment it shows that the biggest distortion is obtained when using highest welding current and the lowest welding speed. From analysis it is obtained that the number of residual stress is linear with the formation of distortion in welding.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Afrizal Ihza Mahendra
"Pembangunan infrastruktur yang masif yang dilakukan pada akhir ini membuat banyak membutuhkan berbagai jenis baja sebagai penopang dari struktur infrastruktur tersebut. Salah satu jenis baja yang digunakan adalah high strength steel. Baja SM570 yang merupakan jenis high strength steel cocok digunakan sebagai material pada struktur jalan layang karena sifatnya yang kuat dan tangguh. Namun sifat mekanik baja ini jika dilakukan pengelasan akan menurun. Sehingga perlu dilakukan penelitian agar sifat mekanik dari baja SM570 tetap terjaga. Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh heat input terhadap mikrostruktur, distribusi panas dan tegangan sisa dengan pengalasan menggunakan metode Flux-Cored Arc Welding (FCAW) pada baja SM570-TMC. Pengelasan dilakukan menggunakan metode FCAW dengan gas pelindung CO2 dan menggunakan empat variabel yang terdiri dari variabel kawat las dan arus. Kawat las yang digunakan adalah Primeweld E71 LT H4 (Ni=0,4%) dan Primeweld E81-K2 (Ni=1,5%). Arus yang digunakan adalah low heat input (0,9 kJ/mm) dan high heat input (1,4 kJ/mm). Terdapat pula pengujian yang dilakukan sebagai penunjang data dalam analisa yaitu pengujian kekerasan untuk mengetahui kekerasan di daerah hasil las, HAZ dan logam induk dengan metode vickers (ASTM E92-82), pengujian EPMA untuk mengukur unsur nikel pada daerah weld metal, pengamatan makro, pengamatan metalografi (ASTM E3-11) untuk melihat struktur mikro pada daerah logam induk, HAZ dan weld metal, pengamatan accicular ferrite dan inklusi pada hasil las menggunakan pengujian SEM/EDS. Selain pengujian diatas dilakukan pula simulasi distribusi panas dan tegangan sisa menggunakan ANSYS serta membandingkannya dengan pengujian menggunakan difraksi neutron.

The massive development of infrastructure that being worked recently needed appropriate steel types as structure cantiveler. One of them is a high strength steel. SM570-TMC steel is a type of high strength steel that suitable for used as overpass road structure because of it's strength and toughness. However, the steel mechanical properties became lower after weld process. Research for this problem is important due to increasing the mechanical properties of SM570-TMC after welding process. This research is aim to investigate the effect of heat input of FCA welded steel SM570-TMC on microstructure, hardness and residual stress. FCAW was used for weld method with CO2 as shield gas and used four variables consist of filler and current. Type of filler metal in this research is Primeweld E71 LT H4 (Ni = 0.4%) and Primeweld E81-K2 (Ni = 1.5%). Moreover, the weld parameter was used low heat input (0.9 kJ/mm) and the high heat input (1.4 J/mm). There are also testing to support data in the analysis, such as hardness testing, macro and micro structure observation. In addition, a simulation of heat distribution and residual stress is also carried out using ANSYS compared with residual stress using neutron diffraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>