Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191441 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faishal Ramadhana
"Satelit yang beroperasi pada pita frekuensi Ku-Band mampu menyediakan kapasitas yang besar untuk mendukung kemampuan broadcast (DVB). Selain itu dukungan teknologi VSAT (Very Small Aperture Terminal) yang memiliki antena kecil. Sayangnya frekuensi Ku-Band ini sangat dipengaruhi oleh curah hujan terutama didaerah tropis seperti Indonesia ini. Faktor cuaca akan menimbulkan atenuasi pada komunikasi satelit. Automatic Uplink Power Control (AUPC) mengatur keluaran power pada up-link dengan memepertahankan SNR tetap pada sisi remote. Adaptive Coding and Modulation (ACM) akan menjaga kualitas sinyal tetap konstan terhadap perubahan level SNR.

Satellite that operated in Ku-Band has ability to provide a large capacity to support Digital Video Broadcast (DVB). Additionalty technology of VSAT (Very Small Aperture Terminal) that have small antenna. Frequency Ku-Band will has a great attenuation of rain fall especially in a tropic area like Indonesian. Weather can cause attenuation on a satellite communication link. Automatic Uplink Power Control (AUPC) is adjusting the output power on the uplink with general maintaining a constant signal to noise (SNR) ratio at the remote. Adaptive Coding and Modulation (ACM) is known to keep received signal quality constant in the face of changing SNR level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51179
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Kurnia Supriadi
"Sistem komunikasi satelit di Indonesia mempunyai 2 frekuensi utama yaitu C-band (4-6 GHz) dan ku-band (12-14 GHz). Satelit Palapa C2 mempunyai transponder untuk kedua frekuensi ini. Frekuensi C-band banyak digunakan tetapi rawan interferensi pada saluran microwave terrestrial, sedangkan Ku-band bebas interferensi tetapi rawan akan redaman. Selain itu, Ku-band juga mempunyai bandwith yang lebih lebar dibandingkan dengan C-band. Skripsi ini dilakukan untuk menganalisa sejauh mana pengaruh redaman terhadap sistem komunikasi satelit Ku-band. Dalam skripsi ini dilakukan perhitungan redaman hujan, gas dan sintilasi troposfir dengan memakai model Dissayanake, Allnutt, dan Haidara (DAH). Perhitungan ini dilakukan pada satelit Palapa C2 (uplink 14 GHz, downlink 11.49 Ghz) untuk link ke berbagai kota di Indonesia. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa untuk nilai redaman hujan, ada beberapa kota yang mempunyai redaman yang tinggi yakni Putusibau, Padang, Maros dan Cibinong. Untuk redaman gas, nilai redaman yang diperoleh lebih kecil daripada redaman hujan. Kota Surabaya mempunyai nilai redaman gas tertinggi dan nilai minimum di kota Denpasar. Redaman sentilasi troposfir paling kecil dibanding redaman lainnya, yakni sekitar 0.1 dB. Selain itu didapat bahwa nilai redaman hujan, gas, dan sintilasi troposfir untuk uplink lebih besar bila dibandingkan dengan downlink."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S40088
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Eka Cahyadi
"Penggunaan Ku-band untuk sarana komunikasi pada siaran TV sudah dilakukan di Eropa dan Amerika sejak tahun 1980-an. Dengan penggunaan satelit sebagai sarana komunikasi wilayah layanan bisa lebih luas sampai wilayah yang belum tersentuh sarana komunikasi. Indonesia sebagai negara kepulauan, penggunaan satelit merupakan salah satu pilihan yang tidak dapat dihindari. Dimana dengan penggunaan satelit sebagai sarana komunikasi untuk siaran TV dapat memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan.
Pemanfaatan Ku-band untuk sarana komunikasi harus sudah mulai dilirik di Indonesia. Selain karena alokasi frekuensi untuk C-band sudah sangat penuh, pemanfaatan Ku-band mampu menghasilkan penggunaan diameter antena yang lebih kecil dan mendapatkan bandwidth yang lebih lebar. Tetapi komunikasi satelit pada Ku-band yang berada pada rentang frekuensi antara 12Ghz sampai dengan 18Ghz memiliki kendala pada redaman terhadap hujan yang cukup tinggi terlebih untuk wilayah tropis seperti Indonesia.
Pada tugas akhir ini akan dirancang simulator sebagai alat bantu perhitungan komunikasi satelit pada Kuband untuk aplikasi DVB-S. Dengan hasil perhitungan jalur komunikasi menggunakan simulator tersebut akan dianalisis sejauh mana availability yang dapat diterapkan di Indonesia dan perubahan apa yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan availability.
Dari hasil perhitungan C/Ntotal untuk redaman hujan dengan outage time dari 0,3%, 0,1%, 0,03%, dan 0,01% didapatkan bahwa untuk kondisi terburuk pada kondisi hujan pada arah pancar dan arah terima dengan diameter antena 0,8m hanya mampu untuk availabilty sebesar 99,7%. Dengan peningkatan diameter antena terima menjadi 1m mampu menghasilkan availability sebesar 99,9%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S40427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rofi`i
"Modem CnC mampu menghemat bandwith transponder dengan melewatkan dua carrier (frekuensi pembawa) secara bersama-sama menempati spektrum frekuensi yang sama. Normalnya hal ini akan besifat merusak (interferensi signal). Sebagai perbandingan, standar carrier harus menempati posisi spektrum frekuensi yang non overlapping, atau tidak ada carrier lain yang menempati spektrum yang sama. Untuk memperoleh hasil maksimal maka perlu diperhatikan prinsip management transponder yang berdampak pada utilisasi bandwidth dan daya /power yang harus seimbang.
Penelitian ini dengan menggunakan software satmaster pro (untuk perhitungan link budget) sehingga diperoleh persen utilisasi power dan bandwidth pada transponder. Merujuk pada referensi penelitian pihak PT. Telkom terkait dengan implementasi teknologi Carrier In Carrier pada link komunikasi Makassar - Jayapura, maka penulis mencoba untuk menganalisa tingkat effisiensi penggunaan modem CnC tsb. Dengan variabel terkait yaitu diameter antenna 3,5 m untuk Makassar dan 5 m untuk Jayapura dan penggunaan variasi modulasi (QPSK, 8PSK, QAM untuk masing-masing coding FEC 0,75 dan 0,875).
Hasil penelitian menunjukkan penggunaan modem CnC, didapatkan hasil penghematan bandwidth secara maksimal yaitu mendekati 50 % pada kondisi link bandwidth limited. Sedangkan pada kondisi power limited, penggunaan modem CnC kurang berpengaruh terhadap penghematan bandwidth.

DoubleTalk Carrier-in-Carrier (CnC) is technology that significantly reduces bandwidth occupancy of transponder by allowing two carriers to simultaneously occupy the same spectral location, a practice that is disastrous for normal carriers. By comparison, standard carriers must occupy non-overlapping spectral segments with no more than one carrier in the same space. The objective of this thesis is to gets maximum result of saving transponder.
This thesis use software Satmaster Pro (for link budget) to get percentage of bandwidth utilization and power utilization of transponder. According to research at PT. Telkom and discussion about implementation of technology Carrier In Carrier at Satellite Communication Link Makassar - Jayapura, Writer try to calculate and analyze the efficiency of using CnC. The calculation involved variable diameter of antenna 3,8 m for Makassar's ground segment and 5 m for Jayapura's ground segment, modulation of QPSK, 8PSK, QAM for each coding FEC 0,75 and 0,875.
The calculation result show that the use of CnC get maximum saving (approach of 50 %) at link bandwidth limited. Nevertheless at link power limited, the use of modem CnC doesn't effect for saving transponder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51253
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marcellinus Advent Adonura Nusa
"ABSTRAK
Peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satunya dilatarbelakangi oleh
peningkatan penetrasi broadband di kabupaten/kota di Indonesia. Di satu sisi,
Indonesia sedang mengalami spektrum crunch atau krisis spektrum, di mana
kebutuhan spektrum untuk mobile broadband meningkat, sementara ketersediaan
spektrum sangat terbatas. ACMA memperkirakan kebutuhan spektrum frekuensi
dunia sebesar 1.081 MHz pada tahun 2020. Untuk Indonesia diperkiran kebutuhan
spektrum frekuensi sebesar 500 MHz pada tahun 2020.
Solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah memanfaatkan lebar pita 150
MHz di spektrum frekuensi S band . ITU dalam rekomendasinya telah
mengidentifikasi lebar pita ini sebagai spektrum frekuensi IMT. Banyak negara
telah menggelar layanan LTE di spektrum ini. Dan secara bisnis, operator di
negara-negara tersebut memperoleh pendapatan yang siginifikan dari layanan
LTE di spektrum tersebut. Harga spektrum S band yang tinggi menunjukan betapa
berharganya spektrum tersebut jika dimanfaatkan untuk layanan pita lebar. Saat
ini frekuensi tersebut sedang digunakan oleh PT. X untuk layanan TV satelit
berbayar. Jika dibandingkan dengan layanan pita lebar, jarang ditemukan referensi
yang menunjukan bahwa layanan TV satelit berbayar mendorong pertumbuhan
ekonomi suatu negara. Dengan menggunakan metode yang direkomendasikan
oleh ITU tentang Spectrum Redeployment, tesis ini menghitung biaya dan
menganalisa proses redeployment frekuensi S band. Komponen-komponen yang
digunakan yaitu landasan hukum yang digunakan, skenario perpindahan, time
scale dan redeployment cost.
Hasil yang didapatkan yaitu, besar redeployment cost untuk proses redeployment
spektrum frekuensi S band PT. X adalah sebesar Rp. 4.258.560.326.727. Dari
besaran nilai manfaat U_incomer, U_outgoer, dan C_removal hasil perhitungan,
diperoleh nilai U_incomer (Rp. 5.669.082.138.308) lebih besar dari jumlah
U_outgoer dan C_removal (Rp. 4.259.263.921.947). Atau sesuai dengan formula
U_incomer > U_outgoer + C_removal. Dengan demikian maka, proses
redeployment frekuensi S band dapat dikatakan optimal untuk diimplementasikan.

ABSTRACT
One of the causes of social welfare improvement is the increased penetration of
broadband in districts or cities in Indonesia. On the other hand, Indonesia is
experiencing a spectrum crunch where the needs of spectrum for mobile
broadband increases, while the spectrum availability are very limited. ACMA
claimed that globally there will be 1,081 MHz spectrum demand in 2020.
Indonesia itself will need 500 MHz additional spectrum in same year.
Solution to meet those needs is to utilize 150 MHz bandwidth on spectrum
frequency S band. ITU has been identifying this spectrum as an IMT frequency.
Many countries have deployed this spectrum for LTE. Operators in those
countries are getting lot of revenues by occupying the spectrum for LTE service.
The spectrum price is high shown how valuable the spectrum is for broadband
sevice. This time in Indonesia, the frequency is being used by PT. X for satellitepay
TV services. There are less of references claim that this kind of service can
trigger national economy development. By using the method recommended by ITU
on spectrum Redeployment, this thesis analyzed and calculating the costs of S
band frequency redeployment process. The components used are the legal basis,
redeployment scenarios, time scale and redeployment cost.
The results obtained are as follows, the redeployment cost for the S band
frequency spectrum PT. X is Rp . 4,258,560,326,727. From the amount of utility
value U_incomer , U_outgoer , and C_removal calculations, the value of
U_incomer (Rp . 5.669.082.138.308) is greater than the sum U_outgoer and
C_removal (Rp . 4.259.263.921.947). Or in accordance with the formula
U_incomer > U_outgoer + C_removal . Thus , the process of redeployment S
frequency band can be said to be optimal for implementation"
2015
T44683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahid Ridho
"Berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi menjadi tantangan untuk menyediakan layanan tersebut di Indonesia. VSAT Ku-Band salah satu teknologi yang dapat digunakan di negara kepulauan seperti Indonesia. VSAT Ku-Band memiliki ukuran yang lebih kecil dan harga yang terjangkau dibandingkan VSAT C-Band dengan power penerima yang lebih kecil namun kapasitas kecepatan internetnya yang lebih besar. VSAT Ku-Band memiliki kelemahan dimana amat rentan terhadap gangguan cuaca khususnya hujan dan melemahnya sinyal satelit pada daerah batasan kerja satelit. Antena VSAT Ku-Band salah satu perangkat yang menentukan ketahanan dan kualitas sinyal yang didapatkan. Pada penelitian ini dilakukan perancangan antena horn sebagai pencatu parabola pada kanal Ku-Band untuk mendapatkan gain yang tinggi pada aplikasi VSAT Ku-Band. Pencatu horn dirancang menggunakan wire medium berbentuk persegi yang diletakkan di dalam antena dan penambahan bagian pada awal aperture horn untuk meningkatkan parameter gain antena. Pada penelitian ini dilakukan studi literatur untuk mempelajari teori pendukung, simulasi pada CST Microwave Studio, fabrikasi dan pengukuran untuk memvalidasi kinerja dari antena tersebut. Dari penelitian ini telah didapatkan desain antena VSAT Ku-Band untuk frekuensi kerja 10,7-14,5 GHz dengan polarisasi linear, VSWR pada frekuensi kerja penerima 1,5 dan VSWR pada frekuensi kerja pengirim max 1,3 kemudian gain pada frekuensi kerja penerima 38 dBi dan gain pada frekuensi kerja pengirim 42 dBi.

The development of information and communication technology is a challenge to provide these services in Indonesia. VSAT Ku-Band is a technology that can be used in an archipelago such as Indonesia. VSAT Ku-Band has a smaller size and an affordable price compared to VSAT C-Band with smaller receiver power but greater internet speed capacity. VSAT Ku-Band has a weakness where it is very vulnerable to weather disturbances, especially rain and weakening of satellite signals in satellite boundaries. Ku-Band VSAT antenna is a device that determines the resistance and quality of the signal obtained. In this study the design of horn antennas as a satellite dish on the Ku-Band channel to get high gain in the Ku-Band VSAT application. Horn feeders are designed using a rectangular wire medium placed inside the antenna and the addition of parts at the beginning of the aperture horn to increase the antenna gain parameters. In this research, a literature study was conducted to study supporting theories, simulations on CST Microwave Studio, fabrication and measurements to validate the performance of the antenna. From this research, a Ku-Band VSAT antenna design has been obtained for a working frequency of 10.7-14.5 GHz with linear polarization, VSWR at the working frequency of the receiver is 1.5 and VSWR at the maximum working frequency of the sender is 1.3 then the gain is at the working frequency of the receiver 38 dBi and the gain at the sender's working frequency is 42 dBi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Situmorang, Immer Joyarib
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39542
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Nurkhaerani N.
"Sistem komunikasi satelit merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk terselenggaranya telekomunikasi internasional maupun domestik. Dalam dunia sistem komunikasi satelit, frekuensi C-band telah lama dipergunakan dan saat ini telah penuh. Ku-band merupakan salah satu pita frekuensi alternatif setelah penggunaan frekuensi C-band dirasakan semakin padat. Bagi Indonesia yang beriklim tropis dengan curah hujan tahunan yang tinggi, penggunaan frekuensi Ku-band ini memerlukan pengkajian yang cermat. Propagasi pada frekuensi Ku-band sangat dipengaruhi oleh kondisi atmosfir, terutama hujan. Partikel hujan meredam gelombang elektromagnet yang dipancarkan dalam skala yang lebih besar dibandingkan unsur lain di atmosfir. Skripsi ini membahas tentang pengaruh curah hujan pada penggunaan frekuensi Ku-band di Indonesia, dengan terlebih dahulu memperoleh data curah hujan dan menghitung besar redaman hujan dengan metode CCIR. Data monitoring Ku-band signal menunjukan bahwa ketika cuaca hujan maka level sinyal yang diterima menurun dan kualitas gambar juga menurun. Bahkan pada curah hujan yang tinggi 86,4 mm dan redaman hujan 28,18 dB untuk uplink serta 21,78 untuk downlink, sinyal gambar sudah tidak dapat diterima lagi. Pemodelan redaman hujan dari CCIR menunjukan bahwa redaman hujan tidak hanya dipengaruhi oleh curah hujan, akan tetapi juga dipengaruhi oleh polarisasi, sudut elevasi, sudut lintang, dan garis lintang stasiun bumi.

Satellite communication system is the one of infrastructure that can be used to support international or national telecommunication. In the world of satellite communication systems, C-band is widely used and now it is full of. Ku-band is the one of alternative frequency band in the satellite communication system while C-band frequency seems to be overloaded. In Indonesia, a tropical climate country with high annual rain rate, Ku-band frequency using needs an accurate recitation. The propagation at Ku-band frequency has been limited by the atmosphere condition, mainly due to the encounter of rain attenuation. The particle of rain attenuates a radiated electromagnetic waves in high scale compared than the other substances in the atmosphere. This paper examines the effect of rain on Ku-band frequency used in Indonesia, with obtaining rain rate data first and calculating rain attenuation with CCIR methode. Monitoring Ku-band signal's data shows that when the climate is rainy, the signal level received and the quality of picture are on the decline. Moreover, at the rain rate 86,4mm and the rain attenuation 28,18 in uplink, and 21,78 in downlink, the signal cannot be received. Rain-attenuation model from CCIR shows that the rain attenuation is not only influenced by the rain rate, but also by the polarization, the elevation angle, the latitude, and the distance of the earth station from the sea level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S40274
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pratignyo Arif Budiman
"Timbulnya redaman propagasi pada komunikasi sangat mempengaruhi kualitas sinyal, demikian pula pada sistem komunikasi satelit. Dalam tugas tests ini, satelit Ku Band JCSAT-3, khususnya fluktuasi level sinyal beacon dan data curah hujan digunakan sebagai sumber data. Analisa dan prediksi redaman propagasi yang tersusuri dari redaman cerah dan redaman hujan dilakukan dengan bantuan program simulasi sebagai alat bantu analisa yang direalisasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab 5.3 dan Microsoft Exel.
Analisa redaman propagasi dilakukan untuk mendapatkan pernaharnan sifat masing-masing redaman dan selanjutnya dimodelkan untuk prediksi di masa depan. Pemodelan pada redaman hujan menggunakan pemodelan distribusi dan pembandingannya dengan model prediksi CCIR 1992, sedangkan redaman cerah menggukan pemodelan ARMA.
Hasil pemodelan redaman hujan menunjukkan Bandung lebih mendekati model CCIR zone N, sedangkan pemodelan redaman cerah dapat dilakukan dengan pemodelan metode ARMA orde 6 dengan panjang frame 8 sampling. Hasil ini diharapkan dapat dijadikan pijakan dalam perencanaan komunikasi satelit di Indonesia, khususnya pada daerah frekuensi Ku.

Loss propagation consist of rain. Attenuation and clear sky attenuation occurred could influence the quality of the satellite communication. In this paper, the fluctuation of beacon signal level and meteorological parameters as source of data will be analysis. Simulation programs as analysis rolls that realized with using Mat/dab 5.3 and Microsoft Exel do analysis and prediction of loss propagation.
Loss propagation analysis is done to understand each attenuation characteristic and further modeled for prediction. The rain attenuation uses cumulative models and compared to CCIR'92 prediction model, and clear sky attenuation use ARAM model.
The result of rain attenuation model shows Banding is close to CCIR zone N model, whereas clear sky attenuation model can be done by ARMA orde 6 model with 8 sampling each frame length. The result of data analysis of the JCSAT-3 earth station in Bandung for rain attenuation and clear sky attenuation prediction describes the loss propagation character in the Ku band satellite communication. This result could be used for reference in the planing and implementation of the Ku band satellite communication system.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T1058
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>