Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45685 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zaneta Pelangi
"Skripsi ini membahas mengenai pembangunan aplikasi Voice Over IP (VoIP) pada jaringan Open IMS Core dengan SIP sebagai signalling protocol. VoIP merupakan teknologi untuk mengirim suara dan memungkinkan percakapan suara melalui internet menggunakan internet protokol. IMS yaitu suatu arsitektur layanan berbasis IP yang memungkinkan penyediaan layanan multimedia yang terintegrasi. IMS memungkinkan konvergensi suara, video, data dan teknologi jaringan selular melalui infrastruktur berbasis IP. Pengujian jaringan ini adalah dengan melakukan perubahan bandwidth dan melihat performansi QoS VoIP, yaitu delay, jitter dan packet loss untuk mendapatkan bandwidth minimum sehingga performansi VoIP dapat berjalan baik sesuai dengan standar rekomendasi ITU-T.

This thesis discusses about the implementation of Voice Over IP (VoIP) application in the Open IMS core network with SIP as the signaling protocol. VoIP is a technology to send voice and allows voice conversations over the Internet using Internet protocols. IMS is an IP-based service architecture that enables the provision of integrated multimedia services. IMS enables convergence of voice, video, data and mobile network technology over an IP-based infrastructure. This network test is by conducting bandwidth changes and observe the performance of VoIP QoS parameter, i.e. delay,jitter, and packet loss, to obtain the minimum bandwidth so that the VoIP performances run well according to the ITU-T standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono
"Skripsi ini membahas mengenai salah satu aplikasi dari IP Multimedia Subsystem (IMS) yakni Internet Protocol Televison (IPTV). Dalam emulasi jaringan ini digunakan Open IMS Core, UCT IMS Client, dan jaringan yang terdiri dari 2 router, dan 1 buah switch. Sedangkan untuk pengambilan dan pengujian data digunakan program Wireshark untuk menganalisa message flow registrasi client, pemohonan layanan IPTV sampai deregistrasi dan parameter-parameter Quality of Service (QoS) seperti: delay, dan packet loss. Pengujian dilakukan dengan merubah bandwidth pada hubungan kedua rouer, dengan kisaran nilai dari 64 kbps sampai 2.112 kbps. Pada setiap nilai bandwidth, dilakukan 3 kali percobaan dan kemudian nilai parameter-parameter QoS yang didapatkan akan dirata-ratakan. Hasil dari pengujian ini didapatkan bandwidth optimum untuk layanan iPTV yakni 2112 kbps dengan packet loss 0,85% (sesuai dengan standar ITU-T yakni kurang dari 1 %).

This final assignment discusses about one of the applications of IP Multimedia Subsystem (IMS), namely Internet Protocol Television (IPTV). This network emulation is using Open IMS Core, UCT IMS Client, and network that consisting of two router and a switch. While for the taking and testing data are used Wireshark program to analyze the message flow from client registration, request for IPTV service, client deresgistration, and Quality of Service (QoS) parameters such as: delay, and packet loss. Testing is doing by changing the bandwidth on the network between two router, with a range of values from 64 kbps to 2,112 kbps. In each bandwidth, there are three times experiments and then the QoS parameters that obtainable is divided to get mean score. The result from this test showed the optimum bandwidth for IPTV service is 2112 kbps with packet loss 0.85 % (in accordance with ITU-T standard that is less than 1%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Jamil
"Skripsi ini membahas tentang implementasi ENUM Server pada jaringan IMS. ENUM server adalah sebuah solusi penomoran dalam terciptanya hubungan antara jaringan yang menggunakan sistem penomoran konvensional dan jaringan yang menggunakan identitas URI dalam jaringan Internet. Dengan implementasi ENUM Server pada jaringan IMS, pengguna IMS dapat lebih fleksibel dalam melakukan koneksi ke siapapun tujuannya. Tetapi implementasi ENUM Server dalam jaringan IMS akan mempengaruhi tahapan yang terjadi dalam melakukan panggilan. Tahapan ini akan mempengaruhi waktu proses saat melakukan panggilan.
Dari data percobaan didapatkan waktu proses pada panggilan yang tidak melalui ENUM Server sebesar 0.1071274 detik (107.2 ms), sementara waktu proses pada panggilan yang melalui ENUM Server sebesar 0.1332041 detik (133.2 ms). Jika dibandingkan dengan standard waktu respon VoIP yang ada yaitu maksimum sebesar 205-218 ms, maka dapat disimpulkan bahwa baik waktu proses panggilan yang melalui ENUM Server maupun yang tidak melalui ENUM Server masih memenuhi standard yang ada.

This thesis discussed about the implementation of ENUM server on IMS Network. ENUM server is a solution for numbering process between the conventional numbering system and URI identity-based networks. By implementing ENUM server on IMS network, IMS user could improve their connection flexibility on any numbering identity. However the implementation of ENUM Server to IMS network will effect the steps on calling process. Eventually this will lead to an addition of time on the calling process.
From the simulation, a 0,1071274 seconds is obtained by the calling process without ENUM Server, While a 0,1332041 seconds is acquired by the calling process using ENUM Server. When compared with the maximum standard response time of existing VoIP (maximum 205-218 ms) , it can be concluded that both the processing time of the call through ENUM Server or not via ENUM Server still meet existing standards.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Wibawa
"ABSTRAK
Next Generation Network (NGN) merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk mengintegrasikan berbagai macam layanan jaringan. Salah satu model yang dapat menyokong konvergensi pada NGN adalah IP Multimedia Subsystem (IMS). Perkembangan IMS saat ini menjadi salah satu celah bagi pihak-pihak yang tak bertanggung jawab untuk melakukan penyerangan pada keamanan IMS. Maka dari itu, muncullah sebuah pemikiran untuk menciptakan sebuah sistem keamanan pada jaringan IMS dengan menerapkan Protokol PPTP dan L2TP remote access Virtual Private Network.
Kedua protokol tentunya memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Untuk itu, akan dibandingkan QoS dari kedua protokol tersebut pada jaringan IMS yang melakukan layanan VoIP. Dan akan dilakukan tiga skenario pengujian untuk mengukur QoS tersebut, yaitu pertama tanpa menerapkan VPN, kedua dengan menerapkan VPN PPTP, dan ketiga dengan menerapkan VPN L2TP. Nilai delay pada VPN PPTP lebih baik 4.08% daripada VPN L2TP. Nilai jitter pada VPN PPTP lebih baik 2.06% daripada VPN L2TP. Dan nilai throughput pada VPN PPTP lebih baik 4.07% daripada VPN L2TP.

ABSTRACT
Next Generation Network (NGN) is a system designed to integrate wide range of network services. One of model that can support convergence in NGN is the IP Multimedia Subsystem (IMS). Nowadays, The development of IMS, is being one of the gaps for an unauthorized person to attack on security of IMS. Then it emerges an idea to build a security system on IMS network by implementing PPTP and L2TP Protocol remote access Virtual Network.
Both protocols certainly have weaknesses and strengths of each. Hence, It will compared the QoS of both protocols on the IMS network to VoIP services. And it will be carried out three test scenarios to measure the QoS, the first without implementing a VPN, the second by applying a PPTP VPN, and the third by applying the L2TP VPN. The result of this impelementation is delay value in VPN PPTP 4.08% better than the VPN L2TP. Jitter value in VPN PPTP 2.06% better than the VPN L2TP. And the throughput on the PPTP VPN 4.07% better than the VPN L2TP."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42303
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mark Swapo Noveanto
"Skripsi ini membahas tentang performansi layanan Instant Messaging pada jaringan implementasi Open IMS Core. Jaringan ini menggunakan sebuah IMS Core Server, dua router, sebuah switch dan dua laptop yang digunakan sebagai client. Dari kedua router, bandwidth dikontrol sehingga besar bandwidth pada hubungan keduanya dapat dijaga. Perubahan bandwidth menggunakan standar ITU-T seri V, IDSL, dan HDSL. Pada setiap bandwidth, parameter QoS delay diukur sebannyak tiga kali percobaan melalui SIP MESSAGE yang diperoleh. Hasil delay ketiga percobaan dirata-rata untuk melihat nilai delay pada bandwidth tersebut. Standar minimum fungsi IM pada V.32 (9,6 kbps) sedangkan untuk performansi yang optimal didapatkan pada standar V.92 (56 kpbs).

This final assignment discusses about Instant Messaging service performance in Open IMS Core implementation network. This network is using an IMS Core Server, two router, a switch, and two laptop as clients. From two router, the bandwidth is controlled so the volume of the bandwidth can be maintained. ITU-T V Series, IDSL, and HDSL are used as the standard to change the bandwidth. In each bandwidth, delay QoS parameter is measured by three times experiments from SIP MESSAGE that obtainable.The delay result is evenly divided to get the delay mean score for this bandwidth. For IM function, the minimum standard is V.32 (9,6 kbps). Furthermore, for optimum performance, IM can use V.92 (56 kbps) standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa
"Skripsi ini membahas mengenai IMS sebagai arsitektural subsistem yang memfasilitasi konvergensi antara jaringan fixed dan mobile untuk menjadi sebuah jaringan yang berbasiskan IP. Untuk menjamin performansi dari sisi penyedia layanan dan pelanggan, manajemen dan pemeliharaan yang baik di control layer jaringan IMS harus dipenuhi. Pada mekanisme session establishment jaringan IMS saat ini menunjukkan bahwa Serving-Call Session Control Function (S-CSCF) merupakan tempat yang paling rentan terjadinya bottle neck dan mengakibatkan timbulnya long call set up delay. Pada skripsi ini dilakukan pengujian distribusi beban S-CSCF dan melihat pengaruhnya terhadap jaringan IMS.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas suatu S-CSCF antara lain besar memori yang digunakan, jumlah pelanggan serta jumlah layanan yang ditangani S-CSCF tersebut. Selain itu didapatkan bahwa untuk daerah kepadatan rendah lebih baik menggunakan jaringan IMS tanpa pemisahan kemampuan S-CSCF dengan efisiensi sebesar 99.86%, sedangkan pendistribusian beban dengan metode pemisahan kemampuan S-CSCF lebih cocok untuk dilakukan pada daerah padat dengan efisiensi sebesar 99.31%.

This thesis presents IMS as an architectural subsystem which facilitates convergence between fixed and mobile network to an IP-based network. In order to guarantee performance to both service provider and end user, management and maintenance within the control layer must be fulfilled. In the session establishment mecanishm of current IMS network shows that Serving-Call Session Control Function (S-CSCF) is the most probable phase where bottleneck may occur and long call set up delay. This thesis examines the S-CSCF load balancing and sees the impact to IMS network.
From the experiments, it can be conclude that the capacity of S-CSCF depend on size of the memory used, amount of users and services handled by S-CSCF. In addition, it is more suitable to use IMS network without S-CSCF?s capabilities separation for low to mid density region with the efficiency value of 99.86%. In other hand, load balancing with S-CSCF?s capabilities separation in IMS network is more suitable to be implemented in dense region with the efficiency of 99.31%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
R. Kharisma Adhiputra Suardy
"Skripsi ini membahas rancang bangun jaringan IMS yang berbasis SIP menggunakan Open IMS core serta pengimplementasian layanan video call pada jaringan tersebut. Kualitas layanan video call diukur dengan memvariasikan besarnya bandwidth jaringan, parameter QoS objektif yang diukur adalah delay dan packet loss. Dari hasil pengukuran diperoleh bahwa layanan video call ini dapat bekerja dengan baik pada bandwidth 384 kbps keatas, dimana besarnya delay dan packet loss memenuhi standard yang dikeluarkan oleh ITU-T.

The focus of this study is build and design of IMS network that based on SIP using Open IMS Core and the implementation of video call service on it. The quality of video call service was measured by varying network's bandwidth, parameters of the objective QoS that were measured are delay and packet loss. From the measurement, video call service works well on bandwidth 384 kbps and above, where delay and packet loss that occurred satisfy ITU-T standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51251
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mar Atul Azizah
"Kebutuhan informasi dan semakin majunya perkembangan teknologi mendorong lahirnya Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dapat memberi efektifitas dan efisiensi kerja manusia. Akses internet yang juga mudah dijangkau, kapan saja, dan dimana saja memicu lahirnya integrasi semua teknologi dan aplikasinya. Telepon, e-mail, instant messaging, bahkan video conference, mulai didorong agar dapat saling terintegrasi dan sinkron sehingga berbagai jenis aplikasi dan coba.
Didapatkan bahwa QoS berupa delay, jitter, packet loss, dan throughput tidak mengalami perubahan yang signifikan dan masih memenuhi standar ITU-T. Nilai delay yang didapatkan sebelum pengamanan SIP sebesar 33,974 ms, sedangkan setelah implementasi secure-SIP naik menjadi 39,964 ms. Untuk nilai jitter dengan dan tanpa menggunakan secure-SIP sekitar 0,6 ms. Tidak ada paket yang hilang, dalam hal ini nilai packet loss sebesar 0%. Sedangkan nilai throughput sekitar 50 paket/detik.

Information needs and more advanced technological developments led to the establishment of information and communication technology which allowed human to work more effectively and efficiently. Internet access which available in anytime and anywhere, also triggered the integration of all means of technology and its applications. Telephone, e-mail, instant messaging, even video conference, are all begin to be integrated and synchronized so that they all could be accessed all at once, in a single device or application. As a new technological advancement, Unified Communications is expected to not only serve the business world, but
also education, to increase the effectiveness and efficiency in conducting their daily activities. But this integration and ease comes with some unfavorable aspect. Security aspect becomes a very important part to support quality of services. This final paper was implemented the IP telephony for VoIP application with security scenario on different SIP protocol: RTP (non-secure), SRTP, and SSL. Then, the the performance and security on IP Video Telephony after and prior to the implementation of secure-SIP method was analyzed.
The results show that QoS in forms of delay, jitter, packet loss and throughput, did not reveal significant changes and is still within the standard of ITU-T. Delay measurement prior to the SIP securing is 33,974 ms, whereas after the implementation of secure SIP, it increase to 39,964 ms. As for the jitter measurement, with or without secure-SIP, is approximately 0,6 ms. No packets are lost, so the value of packet loss is 0%. Throughput is about 50 packet/second
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mar`atul Azizah
"Kebutuhan informasi dan semakin majunya perkembangan teknologi mendorong lahirnya Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dapat memberi efektifitas dan efisiensi kerja manusia. Akses internet yang juga mudah dijangkau, kapan saja, dan dimana saja memicu lahirnya integrasi semua teknologi dan aplikasinya. Telepon, e-mail, instant messaging, bahkan video conference, mulai didorong agar dapat saling terintegrasi dan sinkron sehingga berbagai jenis aplikasi dan perangkatnya tersebut dapat diakses dalam satu waktu dan hanya dalam satu perangkat atau aplikasi. Unified Communications sebagai terobosan teknologi baru yang menjawab tantangan global ini diharapkan dapat memberikan layanan tidak hanya di dunia bisnis, namun juga di dunia pendidikan agar lebih meningkatkan efektifitas dan efisiensi sivitas akademika dalam melaksanakan aktivitas kesehariannya. Integrasi dan kemudahan ini bukan lantas tanpa meninggalkan masalah. Aspek keamanan menjadi sangat penting untuk mendukung kualitas layanan. Pada skripsi ini diimplementasikan aplikasi telepon berbasis VoIP dengan skenario pengamanan pada protokol SIP yang berbeda, yaitu tanpa adanya metode keamanan (RTP non-secure), SRTP, dan SSL. Kemudian dianalisa bagimana kinerja dan keamanan pada aplikasi IP Video Telephony sebelum dan sesudah menggunakan metode secure-SIP. Dari hasil uji coba, didapatkan bahwa QoS berupa delay, jitter, packet loss, dan throughput tidak mengalami perubahan yang signifikan dan masih memenuhi standar ITU-T. Nilai delay yang didapatkan sebelum pengamanan SIP sebesar 33,974 ms, sedangkan setelah implementasi secure-SIP naik menjadi 39,964 ms. Untuk nilai jitter dengan dan tanpa menggunakan secure-SIP sekitar 0,6 ms. Tidak ada paket yang hilang, dalam hal ini nilai packet loss sebesar 0%. Sedangkan nilai throughput sekitar 50 paket/detik.

Information needs and more advanced technological developments led to the establishment of information and communication technology which allowed human to work more effectively and efficiently. Internet access which available in anytime and anywhere, also triggered the integration of all means of technology and its applications. Telephone, e-mail, instant messaging, even video conference, are all begin to be integrated and synchronized so that they all could be accessed all at once, in a single device or application. As a new technological advancement, Unified Communications is expected to not only serve the business world, but also education, to increase the effectiveness and efficiency in conducting their daily activities. But this integration and ease comes with some unfavorable aspect. Security aspect becomes a very important part to support quality of services. This final paper was implemented the IP telephony for VoIP application with security scenario on different SIP protocol: RTP (non-secure), SRTP, and SSL. Then, the the performance and security on IP Video Telephony after and prior to the implementation of secure-SIP method was analyzed. The results show that QoS in forms of delay, jitter, packet loss and throughput, did not reveal significant changes and is still within the standard of ITU-T. Delay measurement prior to the SIP securing is 33,974 ms, whereas after the implementation of secure SIP, it increase to 39,964 ms. As for the jitter measurement, with or without secure-SIP, is approximately 0,6 ms. No packets are lost, so the value of packet loss is 0%. Throughput is about 50 packet/second."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S62658
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Taufik Saputra
"Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak layanan multimedia telah dikembangkan di internet. Salah satu dari layanan itu adalah VoIP. Teknologi VoIP sangat menguntungkan karena menggunakan jaringan berbasis IP, sehingga biaya untuk melakukan panggilan jauh lebih efisien daripada menggunakan telepon analog. Masalah keamanan menjadi kebutuhan yang mendasar karena VoIP dikirimkan melewati jaringan publik yang tidak aman, dimana banyak kemungkinan terjadi penyalahgunaan seperti hacking dan data-sniffing. Salah satu cara untuk membangun keamanan dalam jaringan internet adalah dengan menggunakan jaringan Virtual Private Network (VPN). VPN merupakan sebuah jaringan private yang menghubungkan satu node jaringan ke node jaringan lainnya dengan menggunakan jaringan publik. Data akan dienkapsulasi dan dienkripsi agar terjamin kerahasiaannya.
Pada tugas akhir ini, data VoIP akan dilewatkan pada jaringan MPLS dengan tunnel IPSec untuk meningkatkan unjuk kerja dan keamanan. Pengujian sistem melibatkan penggunaan 3 jenis codec G.711 , G.729 dan GSM dengan berbagai variasi pengujian untuk mengukur dan menganalisa unjuk kerjanya. Dari hasil pengujian, diketahui codec G.711 memiliki kualitas suara yang paling bagus (MOS = 4.4) tetapi membutuhkan bandwidth yang paling besar (128 Kbps). Codec G.729, membutuhkan bandwidth yang lebih kecil (64 Kbps), dengan nilai MOS 4.1 menghasilkan kualitas suara yang hampir sama bagusnya dengan G.711. Sedangkan codec GSM mempunyai nilai MOS 3.4 kualitas suara tidak terlalu bagus, tetapi membutuhkan bandwidth yang relatif kecil sama seperti G.729 dan codec ini bersifat open source.
Untuk keamanan data VoIP, VPN dapat mengamankan data dari ancaman penyalahgunaan. Sebelum menggunakan VPN data VoIP dapat direkam dan di- playback, data payload-nya juga dapat di-capture dan dilihat. Tetapi setelah menggunakan VPN, data VoIP tidak dapat direkam dan payload-nya pun tidak dapat dilihat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bandwidth yang terbatas (dibawah 128 Kbps) G.729 adalah codec yang paling bagus dan efisien daripada G.711 dan GSM untuk diimplementasikan pada jaringan MPLS dengan tunneling IPSec.

Along with development of technology, many multimedia services have been developed on the Internet. One of these services is VoIP. VoIP technology is very advantageous because it uses IP-based network, so that the cost to make calls much more efficient than using an analog phone. But security problem becomes a fundamental need, because it is transmitted through the Internet as public network that not secure, there're a lot of possibilities of abuses such as hacking and data-sniffing occurred. One of ways to build security over the Internet is by using a Virtual Private Network (VPN). It is a private network that connects one network node to other network nodes using a public network. The data will be encapsulated and encrypted to assure confidentiality.
In this final project, VoIP data will be run over MPLS network with IPSec tunneling to increase performance and security. System testing involves the use of three types of codec G.711, G.729 and GSM, with a variety of tests to measure and analyze their performances. From the test results, known that G.711 codec has the best voice quality (MOS = 4.4), but it takes the most bandwidth 128 Kbps. G.729 codec requires a smaller bandwidth 64 Kbps, it has MOS value 4.1 but voice quality almost as good as G.711. Whereas, GSM codec has the smallest MOS value (MOS = 3.4), voice quality is not too good but required bandwidth relatively small as G.729, and it's open source.
VPN can secure the VoIP data from the threat of data misuse. Before using VPN, VoIP data can be recorded and played back, it can also be captured its payload and views. But after using VPN, VoIP data cannot be recorded and the payload cannot be seen. Then, it can be concluded that in limited bandwidth (under 128 Kbps) G.729 is the best codec and most efficient than G.711 and GSM to implement in MPLS network with IPSec tunneling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>