Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 78612 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hartono
"Skripsi ini membahas mengenai salah satu aplikasi dari IP Multimedia Subsystem (IMS) yakni Internet Protocol Televison (IPTV). Dalam emulasi jaringan ini digunakan Open IMS Core, UCT IMS Client, dan jaringan yang terdiri dari 2 router, dan 1 buah switch. Sedangkan untuk pengambilan dan pengujian data digunakan program Wireshark untuk menganalisa message flow registrasi client, pemohonan layanan IPTV sampai deregistrasi dan parameter-parameter Quality of Service (QoS) seperti: delay, dan packet loss. Pengujian dilakukan dengan merubah bandwidth pada hubungan kedua rouer, dengan kisaran nilai dari 64 kbps sampai 2.112 kbps. Pada setiap nilai bandwidth, dilakukan 3 kali percobaan dan kemudian nilai parameter-parameter QoS yang didapatkan akan dirata-ratakan. Hasil dari pengujian ini didapatkan bandwidth optimum untuk layanan iPTV yakni 2112 kbps dengan packet loss 0,85% (sesuai dengan standar ITU-T yakni kurang dari 1 %).

This final assignment discusses about one of the applications of IP Multimedia Subsystem (IMS), namely Internet Protocol Television (IPTV). This network emulation is using Open IMS Core, UCT IMS Client, and network that consisting of two router and a switch. While for the taking and testing data are used Wireshark program to analyze the message flow from client registration, request for IPTV service, client deresgistration, and Quality of Service (QoS) parameters such as: delay, and packet loss. Testing is doing by changing the bandwidth on the network between two router, with a range of values from 64 kbps to 2,112 kbps. In each bandwidth, there are three times experiments and then the QoS parameters that obtainable is divided to get mean score. The result from this test showed the optimum bandwidth for IPTV service is 2112 kbps with packet loss 0.85 % (in accordance with ITU-T standard that is less than 1%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51163
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zaneta Pelangi
"Skripsi ini membahas mengenai pembangunan aplikasi Voice Over IP (VoIP) pada jaringan Open IMS Core dengan SIP sebagai signalling protocol. VoIP merupakan teknologi untuk mengirim suara dan memungkinkan percakapan suara melalui internet menggunakan internet protokol. IMS yaitu suatu arsitektur layanan berbasis IP yang memungkinkan penyediaan layanan multimedia yang terintegrasi. IMS memungkinkan konvergensi suara, video, data dan teknologi jaringan selular melalui infrastruktur berbasis IP. Pengujian jaringan ini adalah dengan melakukan perubahan bandwidth dan melihat performansi QoS VoIP, yaitu delay, jitter dan packet loss untuk mendapatkan bandwidth minimum sehingga performansi VoIP dapat berjalan baik sesuai dengan standar rekomendasi ITU-T.

This thesis discusses about the implementation of Voice Over IP (VoIP) application in the Open IMS core network with SIP as the signaling protocol. VoIP is a technology to send voice and allows voice conversations over the Internet using Internet protocols. IMS is an IP-based service architecture that enables the provision of integrated multimedia services. IMS enables convergence of voice, video, data and mobile network technology over an IP-based infrastructure. This network test is by conducting bandwidth changes and observe the performance of VoIP QoS parameter, i.e. delay,jitter, and packet loss, to obtain the minimum bandwidth so that the VoIP performances run well according to the ITU-T standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51164
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mark Swapo Noveanto
"Skripsi ini membahas tentang performansi layanan Instant Messaging pada jaringan implementasi Open IMS Core. Jaringan ini menggunakan sebuah IMS Core Server, dua router, sebuah switch dan dua laptop yang digunakan sebagai client. Dari kedua router, bandwidth dikontrol sehingga besar bandwidth pada hubungan keduanya dapat dijaga. Perubahan bandwidth menggunakan standar ITU-T seri V, IDSL, dan HDSL. Pada setiap bandwidth, parameter QoS delay diukur sebannyak tiga kali percobaan melalui SIP MESSAGE yang diperoleh. Hasil delay ketiga percobaan dirata-rata untuk melihat nilai delay pada bandwidth tersebut. Standar minimum fungsi IM pada V.32 (9,6 kbps) sedangkan untuk performansi yang optimal didapatkan pada standar V.92 (56 kpbs).

This final assignment discusses about Instant Messaging service performance in Open IMS Core implementation network. This network is using an IMS Core Server, two router, a switch, and two laptop as clients. From two router, the bandwidth is controlled so the volume of the bandwidth can be maintained. ITU-T V Series, IDSL, and HDSL are used as the standard to change the bandwidth. In each bandwidth, delay QoS parameter is measured by three times experiments from SIP MESSAGE that obtainable.The delay result is evenly divided to get the delay mean score for this bandwidth. For IM function, the minimum standard is V.32 (9,6 kbps). Furthermore, for optimum performance, IM can use V.92 (56 kbps) standard."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51200
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Jamil
"Skripsi ini membahas tentang implementasi ENUM Server pada jaringan IMS. ENUM server adalah sebuah solusi penomoran dalam terciptanya hubungan antara jaringan yang menggunakan sistem penomoran konvensional dan jaringan yang menggunakan identitas URI dalam jaringan Internet. Dengan implementasi ENUM Server pada jaringan IMS, pengguna IMS dapat lebih fleksibel dalam melakukan koneksi ke siapapun tujuannya. Tetapi implementasi ENUM Server dalam jaringan IMS akan mempengaruhi tahapan yang terjadi dalam melakukan panggilan. Tahapan ini akan mempengaruhi waktu proses saat melakukan panggilan.
Dari data percobaan didapatkan waktu proses pada panggilan yang tidak melalui ENUM Server sebesar 0.1071274 detik (107.2 ms), sementara waktu proses pada panggilan yang melalui ENUM Server sebesar 0.1332041 detik (133.2 ms). Jika dibandingkan dengan standard waktu respon VoIP yang ada yaitu maksimum sebesar 205-218 ms, maka dapat disimpulkan bahwa baik waktu proses panggilan yang melalui ENUM Server maupun yang tidak melalui ENUM Server masih memenuhi standard yang ada.

This thesis discussed about the implementation of ENUM server on IMS Network. ENUM server is a solution for numbering process between the conventional numbering system and URI identity-based networks. By implementing ENUM server on IMS network, IMS user could improve their connection flexibility on any numbering identity. However the implementation of ENUM Server to IMS network will effect the steps on calling process. Eventually this will lead to an addition of time on the calling process.
From the simulation, a 0,1071274 seconds is obtained by the calling process without ENUM Server, While a 0,1332041 seconds is acquired by the calling process using ENUM Server. When compared with the maximum standard response time of existing VoIP (maximum 205-218 ms) , it can be concluded that both the processing time of the call through ENUM Server or not via ENUM Server still meet existing standards.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1213
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Ronald
"Internet Protocol Television (IPTV) merupakan suatu layanan multimedia seperti TV, video, audio, text, grafik, dan data yang dikirim melalui jaringan berbasis Internet Protocol (IP) yang membutuhkan suatu level quality of service (QoS). Internet Protocol Multimedia Subystem yang dikenal dengan IMS adalah suatu teknologi dimana layanan komunikasi multimedia multi akses pada jaringan IP dengan memberikan suatu Jaminan QoS. Dengan layanan IPTV melalui IMS diharapkan layanan IPTV dapat diakses dari jaringan akses yang berbeda. Dari hasil testbed IPTV melalui IMS, pelanggan yang melakukan roaming di visited network pada jaringan wireless ketika putus dari jaringan dan mendapatkan sinyal kembali tidak perlu melakukan register ulang. Dan dari hasil pengukuran semakin tinggi video bit rate dari server IPTV, throughput semakin tinggi sedangkan delay dan jitter semakin menurun. Nilai dari delay lebih kecil dari 32 ms dan jitter lebih kecil dari 20 ms, masih dalam range spesifikasi standard ITU-T Y.1541.

Internet Protocol Television (IPTV) is multimedia services such as TV, video, audio, text, graphics, and data that sent through the network based Internet Protocol (IP), which requires a level of quality of service (QoS). Internet Protocol Multimedia Subsystem known as IMS is a technology where multi-access multimedia communication services on IP networks by providing a QoS guarantee. With IMS based IPTV service is expected to be accessible from different access networks. From the results of testbed IMS based IPTV, user who is roaming in the visited network on wireless networks when disconnected from the network and get the signal back do not need to register again. And from the result of measurement the higher video bit rate of the server IPTV, the higher throughput while the lower delay and jitter. The value of delay is below 32 ms and jitter is below 20ms, still in range specification standard ITU-T Y.1541."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27917
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hari Wibawa
"ABSTRAK
Next Generation Network (NGN) merupakan sebuah sistem yang dirancang untuk mengintegrasikan berbagai macam layanan jaringan. Salah satu model yang dapat menyokong konvergensi pada NGN adalah IP Multimedia Subsystem (IMS). Perkembangan IMS saat ini menjadi salah satu celah bagi pihak-pihak yang tak bertanggung jawab untuk melakukan penyerangan pada keamanan IMS. Maka dari itu, muncullah sebuah pemikiran untuk menciptakan sebuah sistem keamanan pada jaringan IMS dengan menerapkan Protokol PPTP dan L2TP remote access Virtual Private Network.
Kedua protokol tentunya memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Untuk itu, akan dibandingkan QoS dari kedua protokol tersebut pada jaringan IMS yang melakukan layanan VoIP. Dan akan dilakukan tiga skenario pengujian untuk mengukur QoS tersebut, yaitu pertama tanpa menerapkan VPN, kedua dengan menerapkan VPN PPTP, dan ketiga dengan menerapkan VPN L2TP. Nilai delay pada VPN PPTP lebih baik 4.08% daripada VPN L2TP. Nilai jitter pada VPN PPTP lebih baik 2.06% daripada VPN L2TP. Dan nilai throughput pada VPN PPTP lebih baik 4.07% daripada VPN L2TP.

ABSTRACT
Next Generation Network (NGN) is a system designed to integrate wide range of network services. One of model that can support convergence in NGN is the IP Multimedia Subsystem (IMS). Nowadays, The development of IMS, is being one of the gaps for an unauthorized person to attack on security of IMS. Then it emerges an idea to build a security system on IMS network by implementing PPTP and L2TP Protocol remote access Virtual Network.
Both protocols certainly have weaknesses and strengths of each. Hence, It will compared the QoS of both protocols on the IMS network to VoIP services. And it will be carried out three test scenarios to measure the QoS, the first without implementing a VPN, the second by applying a PPTP VPN, and the third by applying the L2TP VPN. The result of this impelementation is delay value in VPN PPTP 4.08% better than the VPN L2TP. Jitter value in VPN PPTP 2.06% better than the VPN L2TP. And the throughput on the PPTP VPN 4.07% better than the VPN L2TP."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42303
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa
"Skripsi ini membahas mengenai IMS sebagai arsitektural subsistem yang memfasilitasi konvergensi antara jaringan fixed dan mobile untuk menjadi sebuah jaringan yang berbasiskan IP. Untuk menjamin performansi dari sisi penyedia layanan dan pelanggan, manajemen dan pemeliharaan yang baik di control layer jaringan IMS harus dipenuhi. Pada mekanisme session establishment jaringan IMS saat ini menunjukkan bahwa Serving-Call Session Control Function (S-CSCF) merupakan tempat yang paling rentan terjadinya bottle neck dan mengakibatkan timbulnya long call set up delay. Pada skripsi ini dilakukan pengujian distribusi beban S-CSCF dan melihat pengaruhnya terhadap jaringan IMS.
Dari hasil pengujian didapatkan bahwa faktor yang mempengaruhi kapasitas suatu S-CSCF antara lain besar memori yang digunakan, jumlah pelanggan serta jumlah layanan yang ditangani S-CSCF tersebut. Selain itu didapatkan bahwa untuk daerah kepadatan rendah lebih baik menggunakan jaringan IMS tanpa pemisahan kemampuan S-CSCF dengan efisiensi sebesar 99.86%, sedangkan pendistribusian beban dengan metode pemisahan kemampuan S-CSCF lebih cocok untuk dilakukan pada daerah padat dengan efisiensi sebesar 99.31%.

This thesis presents IMS as an architectural subsystem which facilitates convergence between fixed and mobile network to an IP-based network. In order to guarantee performance to both service provider and end user, management and maintenance within the control layer must be fulfilled. In the session establishment mecanishm of current IMS network shows that Serving-Call Session Control Function (S-CSCF) is the most probable phase where bottleneck may occur and long call set up delay. This thesis examines the S-CSCF load balancing and sees the impact to IMS network.
From the experiments, it can be conclude that the capacity of S-CSCF depend on size of the memory used, amount of users and services handled by S-CSCF. In addition, it is more suitable to use IMS network without S-CSCF?s capabilities separation for low to mid density region with the efficiency value of 99.86%. In other hand, load balancing with S-CSCF?s capabilities separation in IMS network is more suitable to be implemented in dense region with the efficiency of 99.31%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S1137
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Gunawan
"Skripsi ini membahas tentang implementasi sistem charging untuk layanan IPTV (VoD) pada IMS. IMS merupakan salah satu platform berbasis IP yang mendukung adanya konvergensi telekomunikasi. Salah satu layanan IMS yang akan berkembang adalah IPTV, dan salah satu aplikasinya adalah Video on Demand (VoD). Dengan adanya VoD, pengguna layanan dapat memilih dan menonton video sesuai dengan keinginannya. Selain itu, pengguna layanan juga bisa kapan saja menonton video pilihan mereka sendiri. Seperti yang distandarkan oleh 3GPP, sistem charging pada IMS terdiri dari beberapa elemen utama, yaitu Charging Trigger Function (CTF), Charging Data Function (CDF), dan Online Charging Function (OCF).
Pada implementasi sistem charging untuk layanan IPTV (VoD) ini, digunakan UCT IMS Charging System yang telah dikembangkan oleh University of Cape Town, application server, media server, OpenIMSCore, dan software interface perhitungan biaya. Sistem charging ini dapat digunakan untuk online charging dan offline charging. Setelah memperoleh data dari UCT IMS Charging System, data tersebut kemudian akan masuk secara otomatis ke dalam software interface perhitungan biaya untuk dilakukan penghitungan total biaya yang dikenakan kepada client atas penggunaan layanan IPTV (VoD).

The focus of this thesis is the implementation of charging system for IPTV (VoD) service in IMS. IMS is one of the IP based platform that supports the convergence of telecommunications. One of the IMS services that will be evolve is IPTV, and one of its applications is Video on Demand (VoD). With VoD, users can select and watch the videos as they wish. In addition, users can also watch their selected videos anytime they want. As standardized by 3GPP, IMS charging involves the following main entities: a Charging Trigger Function (CTF), a Charging Data Function (CDF), and Online Charging Function (OCF).
In this charging system, UCT IMS Charging System which has been developed by University of Cape Town is used. Application server, media server, OpenIMSCore, and interface software costing is used as well. Charging system for IPTV (VoD) service can be used for online charging and offline charging. After obtaining the data from the UCT IMS Charging System, the data will be entered automatically into interface software costing for a head count of the total fees charged to client for the use of IPTV (VoD) service.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S978
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelio Rahmadian
"Skripsi ini memberikan hasil-hasil percobaan dan analisa dari teknologi IPTV. IPTV adalah sistem yang digunakan untuk mengirimkan data multimedia melalui jaringan berbasis Internet Protocol (IP). Teknologi ini mengubah cara manusia berkomunikasi dengan televisi menjadi lebih interaktif. IPTV merupakan teknologi yang sedang dikembangkan di berbagai negara, termasuk Indonesia, yang dikatakan akan segera mengimplementasikannya. Layanan IPTV ini berada pada Local Community Network (LCN) dimana akan digabungkan dengan beberapa aplikasi lainnya yaitu VoIP, Web Conference, dan Radio Streaming. Digunakan standar 802.11n dengan bandwidth maksimum 300 Mbps untuk membangun jaringan LCN tersebut.
Analisa yang diberikan dilihat dari kualitas trafik yang terjadi dalam menjalankan aplikasi IPTV. Kualitas yang dimaksud dilihat dari bandwidth yang dikonsumsi (throughput), delay, jitter, serta packet loss. Hasil yang didapatkan akan dibandingkan dengan bila menggunakan standar 802.11g untuk menunjukkan kelebihan dari 802.11n.
Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa standar 802.11n yang memang merupakan teknologi baru, lebih superior dibandingkan standar 802.11g. Banyaknya packet loss yang terjadi merupakan faktor akan perlunya menggunakan standar 802.11n dalam aplikasi IPTV ini.

This thesis provides experimental results and analysis of IPTV technology. IPTV is a system that is used to transmit multimedia data through a network based on Internet Protocol (IP). This technology is changing the way humans communicate with the television becomes more interactive. IPTV is a technology that is being developed in various countries, including Indonesia, which it says will soon be implemented. IPTV services are located in the Local Community Network (LCN), which will be combined with several other applications of VoIP, Web Conference, and Radio Streams. 802.11n standard with a maximum bandwidth of 300 Mbps used to build the network, LCN.
The analysis provided views of the quality of traffic that occurs when running IPTV applications. Quality is seen from the bandwidth consumed (throughput), delay, jitter, and packet loss. The results obtained will be compared to 802.11g standard to show the advantages of 802.11n.
From the measurement, results showed that the 802.11n standard that is indeed a new technology, more superior than the 802.11g standard. Number of packet loss that occurs is a factor would need to use the 802.11n standard in IPTV applications.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51165
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danto Yuliardi Wirawan
"Dengan cepatnya perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini menyebabkan adanya konvergensi antara bidang telekomunikasi dan bidang penyiaran. Salah satu hasil dari kemajuan teknologi tersebut adalah teknologi IPTV yang dapat menyajikan layanan mutimedia bahkan secara interaktif. Sehubungan dengan hal tersebut perlu adanya antisipasi dari pihak pemerintah untuk dapat mempersiapkan penerapan teknologi dan layanan IPTV yang sesuai dengan perkembangan jaman dan identitas bangsa yang multikultural. Persiapan inilah yang akan menjadi dasar bagi para penyelenggara IPTV nantinya agar penerapan teknologi ini dapat berdampak positif bagi semua pihak serta dapat memberi peranan terhadap tumbuhnya industri layanan IPTV di Indonesia yang berarti pula ikut andil dalam meningkatkan penetrasi pengguna ICT di Indonesia. Diharapkan. melalui langkah persiapan yang tepat dapat meningkatkan perkembangan teknologi IPTV di Indonesia dalam segi layanan serta meningkatkan segi profesionalisme para pelaku bisnis IPTV. Bagaimanapun juga minat serta kepercayaan masyarakat kepada suatu layanan telekomunikasi bergantung kepada kualitas pelayanan yang diberikan oleh para operator/provider kepada para pelanggan. Untuk itu maka peran persiapan penerpan bagi sebuah layanan telekomunikasi sangat penting sekali guna meningkatkan kepuasan pelanggan, meningkatkan profesionalisme pelaku layanan telekomunikasi serta meningkatkan industri telekomunikasi pada umumnya.

With the fast development of telecommunication today has make a convergence between telecommunication and broadcasting. IPTV technology is one from many technology development products that can deliver multimedia services even in a most interactive way. As a result of this, it needs anticipation from the government to prepare in technology application as well as in IPTV service contents that properly fits to the global era and at the same time, meets the ideal identity of a multicultural nation. From this preparation, it can become the basis for the IPTV provider to deliver a positive impact for everyone and it can give a role to the growth of IPTV service industry in Indonesia which mean that it could also involve in increasing the ICT users in Indonesia. It is hoped that through the right preparation steps that the IPTV technology development in Indonesia can be grow in terms of services and increasing the profesionalism among business player of IPTV. However, people?s interest and belief on telecommunication services are depends on service quality gave by the operator/provider to the costumers. For this reason, the prepared role for a telecommunication service is very important to increase costumer satisfaction, increase the professionalism of telecommunication service players and increasing telecommunication industry in general."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T25320
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>