Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 31815 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yodya Yola Pratiwi
"Audit keselamatan jalan merupakan suatu pengujian formal terhadap potensi konflik lalu lintas dan kecelakaan lalu lintas dari suatu desain jalan baru atau jalan yang sudah terbangun, sehingga audit ini dinilai penting terutama untuk membantu pemilik proyek dan pengelola jalan untuk mengidentifikasi permasalahan keselamatan jalan dari proyek ataupun jalan yang sudah dioperasikan. Sasaran utama audit ini adalah desain jalan yang mencakup desain geometri, bangunan pelengkap, fasilitas jalan dan kondisi lingkungan sekitar jalan. Tujuan penelitian terhadap Jalan Layang Akses UI adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan yang terjadi pada arus lalu lintas Jalan Layang Akses UI ditinjau dari segi desain geometrik jalan yang dapat menimbulkan kecelakaan lalu lintas. Hasil dari penelitian ini berupa usulan perbaikan yang disesuaikan dengan pemahaman desain geometrik jalan, baik berupa with project maupun without project.
Road safety audit is a formal examination of potential traffic conflicts and road accident than a design of new roads or roads that have been built, so that the audit is considered important especially to help project owners and managers to identify road safety problems of road projects or road already operated. The main goal of this audit is a road design that includes design geometry, auxiliary buildings, facilities, road and environmental conditions surrounding the road. The objective study of Jalan Layang Akses UI is to determine whether there is any deviation that occurs in traffic flow Jalan Layang Akses UI in terms of geometric design of roads that can cause traffic accidents. The results of this research is a proposed improvement which is adjusted with an understanding of geometric design of roads, either with or without the project project."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S50683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Alawiyah
"Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang berkembang cukup prospektif di sektor jasa transit dan transportasi, maka keselamatan jalan di wilayah ini perlu mendapatkan perhatian. Dalam melakukan investigasi daerah rawan kecelakaan diperlukan data kecelakaan dari instansi terkait, yang perlu diidentifikasi secara tepat untuk dapat menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan. Kemudian, tindakan penanganan dapat dilakukan berdasarkan pola dan sebab kecelakaan yang telah diidentifikasi. Pemahaman dasar tentang faktor manusia dan karakteristik kendaraan serta interaksi keduanya dengan jalan dan lingkungannya sangat diperlukan untuk melakukan tindakan penanganan kecelakaan dalam upaya meningkatkan keselamatan jalan. Penentuan tindakan penanganan kecelakaan yang tepat bergantung pada aplikasi rekayasa lalulintas yang baik dan prinsip keselamatan jalan, pada umumnya melibatkan pemilihan atau beberapa tipe penanganan yang telah terbukti baik.

The heavily traveled highway in nothern coast highway (Pantura) gives potentially development for Batang county in transit and transportation service sector so that road safety in this area should be highly concerned. In investigation of accident, the documentation and data collection on road accidents from all organizations involved which require to identify precisely to determine factors causing of accident. And then, Problem solving of accident can be done pursuant to accident cause pattern which have been identified. The base knowledge about human being factor and vehicle characteristic and also interaction both with road and environment very needed to solve problem of accident in measures to improve traffic safety. The determination handling action of accident depend on good application of traffic engineering and road safety principal, in general involve the election of some handling type which have proven goodness"
2008
S50560
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dionisius Widijanto
"ABSTRAK
Kebijakan menambah kapasitas jalan untuk mendukung pengembangan jaringan
angkutan umum massal dan meningkatkan layanan angkutan umum yang ada
merupakan pilihan solusi mengurai kemacetan yang optimal. Hingga saat ini,
prioritas penanganan sistem jaringan jalan cenderung hanya mempertimbangkan
nilai manfaat ekonomi yang diterima pengguna jalan dibandingkan dengan biaya
pembangunan dan pemeliharaan. Pembangunan dan pengoperasian jalan juga
berdampak terhadap lingkungan di sekitarnya, yang jika tidak dikelola dengan
baik akan menimbulkan kerugian yang bakal ditanggung pemukim di sekitar
jalan dan generasi penerus. Kesan keberpihakan dalam kebijakan tersebut dapat
menunda hingga batal terwujudnya jaringan jalan sebagai bentuk penolakan
yang kuat oleh pihak yang paling dirugikan.
Kajian dilaksanakan terhadap program kerja hasil perencanaan proyek
pembangunan jalan layang non tol (program JLNT) pemerintah provinsi DKI
Jakarta. Penelitian dilakukan dengan cara pendekatan persepsi para pemangku
kepentingan (Pengguna jalan, Pemerintah dan Pemukim di sekitar jalan) untuk
mempertimbangkan sejumlah kriteria penilaian dominan terpilih. Kriteria
tersebut adalah waktu tempuh, biaya perjalanan, tingkat kemacetan,keselamatan,
kelayakan ekonomi, besaran investasi dan pemeliharaan, polusi udara, polusi
suara dan ketersediaan lahan. Persepsi atas kriteria mana yang paling prioritas
hingga yang paling kurang penting diperoleh melalui wawancara dan pengisian
kuesioner yang dianalisis dengan metode Analytic Hierarchy Process (AHP).
Tujuan kajian ini adalah diperolehnya suatu model yang menggambarkan
kondisi saling bertukar diantara para pemangku kepentingan dalam melakukan
penilaian skala prioritas dan pemeringkatan sejumlah alternatif yang diajukan.
Penurunan tingkat kemacetan merupakan prioritas utama yang dipertimbangkan
dengan bobot penilaian 21%. Selanjutnya adalah penghematan waktu tempuh
sebesar 15%, tingkat kelayakan ekonomi sebesar 12%, biaya investasi dan
pemeliharaan sebesar 12%, peningkatan keselamatan sebesar 10%, penghematan
biaya perjalanan dan pengurangan polusi udara masing-masing sebesar 9%.
Kriteria minimalisnya pembebasan lahan dan pengurangan polusi suara sebagai
target pertimbangan yang bobot pengaruhnya terendah masing-masingsebesar 6%.
Penerapan model pengambilan keputusan ini diharapkan dapat saling
melengkapi kajian kelayakan teknis, sosial ekonomi dan finansial yang ada.
Hasilnya sebagai dasar kebijakan pembangunan infrastruktur jalan dalam upaya
mitigasi dampak sedini mungkin dan pemberian fasilitas dan pelayanan kepada
peran masyarakat dalam penyelenggaraan jalan."
2012
T31072
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Haryadi
"Salah satu dampak peningkatan arus lalu lintas pada jalan-jalan antar kota mengakibatkan bertambahnya permasalahan-permasalahan lalu lintas. Kondisi geometrik jalan dan fasilitas perlengkapan jalan dapat dijadikan salah satu identifikasi permasalahan keselamatan lalu lintas di daerah tersebut. Standar geometrik jalan hanya bisa dipahami oleh pengguna jalan melalui rambu dan marka. Sehingga ekspektasi pengemudi perlu diarahkan ke arah positif agar terhindar dari kecelakaan.
Tujuan penelitian terhadap jalan di luar kota ini adalah untuk mengetahui keselarasan antara geometrik jalan terhadap penempatan rambu dan marka sebagai pengarah positif bagi pengguna jalan dan berdasar nilai keselamatan. Hasil dari penelitian ini berupa kajian akademis penempatan serta pemasangan rambu dan marka dengan pemahaman visibilitas jarak pandang.

One of the impacts of increased traffic flow on roads between cities lead to increased traffic problems. Geometric conditions of roads and road equipment facility can be one of identifying traffic safety problems in the area. Geometric standard can only be understood by road users through signs and markings. Thus expectations of the driver needs to be directed toward to the positive direction in order to avoid accidents.
The research objective of the road outside the town is to find harmony between the geometric design of traffic signs and markings for the positive steering to road users and based on the value of safety. The results of this study in the form of academic study of the installation of traffic signs and markings with an understanding of sight visibility.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42957
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Maya Kusuma
"ABSTRAK
Perkembangan lalu lintas semakin hari semakin kompleks, dengan bertambahnya jumlah kendaraan, adanya pelebaran jalan dan juga perkembangan teknologi yang membuat kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi. Setiap pengguna kendaraan ingin menempuh perjalanan dalam waktu singkat. Namun sering kali mereka mengabaikan segi keselamatan, baik keselamatan bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Hal ini yang menimbulkan terjadinya kecelakaan.
Bagaimana caranya untuk menciptakan suatu lalu lintas yang bisa membuat setiap orang merasa senang, aman dan nyaman dalam berkendara, dimana setiap pengendara dapat menggunakan jalan tanpa rasa takut. Traffic Conflict Technique (TCT) adalah salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan keselamatan dalam berkendara. Cara ini telah diterapkan di negara Swedia, dikembangkan oleh Jurusan Transportasi dan Perencanaan di Lund University. Yang pertama kali dilakukan adalah menentukan lokasi yang beresiko terhadap kecelakaan. Cara TCT ini adalah mendeteksi jumlah kecelakaan yang hampir terjadi (preventive), bukan yang sudah terjadi (curative). Kemudian dilanjutkan dengan analisa tindakan apa yang menyebabkan ter)adi kecelakaan dan dengan cara bagaimana agar kecelakaan itu tidak terjadi. Hasil dari TCT ini bisa berupa peringatan dan larangan dalam bentuk rambu, pemberian bangunan/fasilitas dan lain sebagainya.
Studi ini dilaksanakan di lokasi Jalan Layang UI-Depok, dimana diidentifikasikan memiliki jumlah kecelakaan yang tinggi. TCT merupakan kombinasi dari metode-metode yang telah ada, seperti Study Behavior. Acciddent Analysis, dll. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah menghindari terjadinya kecelakaan, memperkecil jumlah kecelakaan, memperbaiki sikap pengguna jalan, merencanakan lalu lintas yang baik serta membuat pengguna jalan aman dan nyaman.

"
2000
S35042
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzi Tirta Kusuma Setiawan
"Indonesia yang memiliki kondisi geografis yang sebagian besar terdiri dari perbukitan dan pegunungan dengan geometrik jalan tanjakan maupun turunan. Kriteria teknis yang membedakan kategori medan tersebut berupa angka lengkung horizontal serta vertikal alinyemen jalan (Bendiness dan hilliness) Salah satunya berada di kawasan Wonosobo, Jawa Tengah. Salah satu daerah di Jawa Tengah yang memiliki kondisi geografis jalan pegunungan. Kecelakaan yang sering terjadi pada Turunan dan Tanjakan. Sehingga pada penelitian ini, untuk menganalisa model hubungan Alinyemen Vertikal yaitu Bendiness dan Hilliness dan potensi kecelakaan yang berada di daerah Pegunungan maupun perbukitan sehingga dapat menekan serta mengurangi tingginya angka kecelakaan pada daerah pegunungan. Didapatkan hubungan antara variabel geometrik jalan maupun karakteristik lalu lintas terhadap jumlah terjadinya kecelakaan secara total maupun meninggal dunia berdasarkan pendekatan binomial negatif. Berdasarkan pemodelan yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh variabel prediktor yang berpengaruh adalah Average Gradien, Lebar Rata, Bendiness, Volume, Percent Truck, dan Slow Truck yang meningkatkan kecelakaan. Sedangkan untuk kecelakaan meninggal dunia diperoleh variabel prediktor yang berpengaruh adalah Average Gradien, Volume, Percent Truck, dan Slow Truck yang meningkatkan kecelakaan meninggal dunia.

Indonesia, which has geographical conditions that mostly consist of hills and mountains with geometric roads going up and down. The technical criteria that distinguish these terrain categories are the horizontal and vertical curves of the road alignment (Bendiness and hilliness). One of them is in the Wonosobo area, Central Java. One of the areas in Central Java which has the geographical conditions of mountain roads. Accidents that often occur on Derivatives and Ascents. So in this study, to analyze the Vertical Alignment relationship model, namely Bendiness and hilliness and the potential for accidents in mountainous and hilly areas so that it can suppress and reduce the high number of accidents in mountainous areas. There is a relationship between road geometric variables and traffic characteristics to the total number of accidents and deaths based on the negative binomial approach. Based on the modeling that has been done before, it is obtained that the influential predictor variables are Average Gradien, Average Width, Bendiness, Volume, Percent Trucks, and Slow Trucks which increase accidents. Meanwhile, for fatal accidents, the influential predictor variables were Average Gradien, Volume, Percent Trucks, and Slow Trucks which increased the number of fatal accidents."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alifah Komaraningsih
"Pekerjaan bangunan atas merupakan salah satu tahap kegiatan dalam konstruksi pembangunan jalan layang, dimana banyak pekerjaan yang dilakukan di ketinggian menggunakan peralatan dan material kerja berat. Penelitian ini mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004, dengan menggunakan analisis risiko semi kuantitatif. Yang meliputi penilaian risiko dasar dan penilaian risiko eksisting, yaitu dengan menganalisis nilai konsekuensi, pajanan, dan kemungkinan dari setiap tahap pekerjaan yang kemudian dibandingkan dengan standar level risiko semi kuantitatif W.T. Fine.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tingkat risiko pada kegiatan pekerjaan bangunan atas di proyek pembangunan jalan layang tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 2A oleh PT. Wijaya Karya tahun 2013 meliputi tingkat risiko very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable.

The upper structure erection is one of the phases of the flyover construction. Wherein, any works done at height are using heavy tools and materials. This research refers to the semi quantitative approach of AS/NZS 4360:2004 standard, includes the assessment of basic risk and existing risk, which is done by analyzing the consequences value, exposure value and the possibility value from each phases of working that is compared with the semi-quantitative risk level standard of W.T. Fine.
According to the research done, the risk level of the upper structure erection on the Bogor Outer Ring Road elevated highway flyover project section 2A by PT. Wijaya Karya in 2013 includes: very high risk level, priority 1 level, substantial level, priority 3 level and acceptable level.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Tjahjono
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Santoso
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan jarak minimum ramp masuk dan ramp keluar ditinjau dari aspek keselamatan jalan. Aspek keselamatan yang ditinjau adalah mencari hubungan aspek-aspek geometrik jalan tol dengan tingkat kecelakaan yang terjadi. Kecelakaan yang terjadi dibagi lagi menjadi tiga kategori yakni kecelakaan yang menyebabkan meninggal dunia, menyebabkan luka dan total kecelakaan secara keseluruhan. Data geometrik jalan tol dan kecelakaan diambil dari jalan tol antar kota Jagorawi, Jakarta-Tanggerang, Padaleunyi, dan Palikanci. Model tingkat kecelakaan dikembangkan dengan menggunakan teknik generalized linear modelling (GLM), dan dikalibrasi dengan menggunakan teknik-teknik statistik. Beberapa kesimpulan yang dapat ditarik adalah: (1) Jarak antara ramp masuk dan ramp keluar memiliki nilai koefisien yang signifikan terhadap semua model prediksi; (2) Jarak minimum ramp yang dihasilkan untuk kasus 2 lajur pada model kecelakaan meninggal dunia sebesar 9000 m, untuk kecelakaan luka sebesar 6000 m dan total kecelakaan sebesar 5000m; (3) Jarak minimum ramp yang dihasilkan untuk kasus 3 lajur pada model kecelakaan meninggal dunia sebesar 9000 m, untuk kecelakaan luka sebesar 5500 m dan total kecelakaan sebesar 5000m; (4) Jarak minimum ramp yang dihasilkan untuk kasus 4 lajur pada model kecelakaan meninggal dunia sebesar 6000 m, untuk kecelakaan luka sebesar 5000 m dan total kecelakaan sebesar 4000 m.

ABSTRACT
This study was designed to discuss the minimum distance of access and exit in terms of road safety aspects. The safety aspect reviewed is looking for the relationship between the geometric aspects of the toll road to the level of accidents that occur. Accidents that occur are divided into three categories, namely; accidents that caused the death of the world caused injuries and total accidents. The prediction model that will be made is a comparison of the three types of accidents with the geometric aspects of the toll road. Geometric data on toll roads and accidents are taken from toll roads between the cities of Jagorawi, Jakarta-Tangerang, Padaleunyi, and Palikanci. The accident level model was developed using generalized linear modeling (GLM), and calibrated using statistical techniques. Some conclusions that can be drawn are: (1) The distance between the ramp entered and ramp out has a significant coefficient value for all prediction models; (2) The minimum road distance generated for the case of a 2 lanes in the death accident model is 9000 m, for accidental injuries is 6000 m and the total accident is 5000 m; (3) The minimum road distance generated for the case of a 3 lanes in the death accident model is 9000 m, for accidental injuries is 5500 m and the total accident is 5000 m; (4) The minimum road distance generated for the case of a 4 lanes in the death accident model is 6000 m, for accidental injuries is 5000 m and the total accident is 4000 m.
"
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Triwidayati
"Perkembangan infrastruktur jalan adalah sebuah kebutuhan mutlak bagi pengembangan transportasi di Indonesia. Jalan juga menjadi unsur penting dalam rangka pengembangan wilayah serta peningkatan kesejahteraan secara umum. Untuk itu Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pekerjaan Umum bertekad untuk terus melakukan pengembangan infrastruktur khususnya jalan. Pengelola jalan tol memiliki kewajiban Standar Pelayanan Minimum seperti, Kondisi jalan tol, Kecepatan tempuh rata-rata, Aksessibilitas, Mobilitas, Keselamatan, dan Unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan. Oleh karena itu pengusaha jalan tol harus berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik dan harus menyadari bahwa sumber pendapatan adalah pemakai jalan. Pelayanan yang buruk berakibat pada minat pemakai jalan untuk menggunakan jalan tol. Atas dasar itu, betapa pentingnya mendengarkan dan memahami kebutuhan pengguna jalan tol. Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 392/PRT/M/2005 tentang Standar Pelayanan Minimal adalah ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol. SPM jalan tol mencakup kondisi jalan tol, kecepatan tempuh rata-rata, aksesibilitas, mobilitas, keselamatan, serta unit pertolongan/penyelamatan dan bantuan pelayanan. Besaran ukuran yang harus dicapai untuk masing-masing aspek dievaluasi secara berkala berdasarkan hasil pengawasan fungsi dan manfaat. SPM jalan tol wajib dilaksanakan oleh Badan Usaha Jalan Tol ( BUJT) dalam rangka peningkatan pelayanan kepada pengguna jalan tol. Pada intinya penerapan SPM perlu diterapkan untuk menjunjung prinsip dimana jalan tol mempunyai tingkat pelayanan, keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi dari jalan umum yang ada dan dapat melayani arus lalu lintas dengan mobilitas tinggi. Dalam Kajian Pustaka telah dibahas mengenai PP No.15 Tahun 2005 Pasal 8 yang menyebutkan bahwa standar pelayanan minimal adalah ukuran yang harus dicapai dalam pelaksanaan penyelenggaraan jalan tol. Besaran ukuran sebagaimana dimaksud sebelumnya dievaluasi secara berkala berdasarkan hasil pengawasan fungsi dan manfaat Standar Pelayanan Minimal. Jalan Tol diselenggarakan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sebagai pengguna jalan tol dan wajib dilaksanakan oleh Badan Usaha Jalan Tol.

Development of road infrastructure is an absolute necessity for the development of transportation in Indonesia. The road is also an important element in the development of the region as well as improving the general welfare. For the Government of Indonesia through the Ministry of Public Works is committed to continuing to develop infrastructure, particularly roads. Is the highway has an obligation as the Minimum Service Standards, highway conditions, average travel Speed??, Accessibility, Mobility, Safety, and Unit relief / rescue and relief services. Therefore, employers must motorway is committed to providing the best service and should be aware that the source of income is the road user. Poor service resulted in the interests of road users to use the toll road. On that basis, the importance of listening to and understanding the needs of highway users. Minimum Service Standards (MSS) in accordance with Government Regulation No. 15 of 2005 and the Regulation of the Minister of Public Works No. 392/PRT/M/2005 on Minimum Service Standards is a measure that must be achieved in the implementation of the implementation of the toll road. SPM highways include toll roads, the average travel speed, accessibility, mobility, safety, and rescue units / rescue and relief services. Sizing is to be achieved for each of the aspects evaluated periodically based on the results of monitoring functions and benefits. SPM highway must be carried out by the Business Entity Toll Road (BUJT) in order to improve service to toll road users. In essence, the application of SPM needs to be applied to uphold the principle that the highway has a level of service, security and comfort that is higher than the existing public road and can serve traffic with high mobility. In Studies Library has been discussed on PP 15 Year 2005 Article 8 which states that the minimum standard of service is a measure that must be achieved in the implementation of the implementation of the toll road. Sizing as mentioned previously evaluated regularly based on the results of monitoring functions and benefits of Minimum Service Standards. Toll Road was held to improve the public as users of the highway and shall be implemented by the Entity Toll Road"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>