Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 77037 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rini Aziarti
"Bata telah digunakan untuk material konstruksi lebih dari 5000 tahun yang lalu, dan saat ini pun bata masih banyak digunakan di berbagai tempat di dunia termasuk di Indonesia. Masih kurangnya berbagai macam referensi mengenai perilaku mekanik bata, merupakan latar belakang penelitian ini agar pasangan bata dapat diaplikasikan secara tepat, sesuai dengan fungsi bata itu sendiri. Perilaku mekanik bata pada penelitian ini menggunakan bata tradisional yang berasal dari pabrik Bapak H. Sugih di Cikarang, dimana proses pembakaran bata ini menggunakan kayu bakar.
Penelitian ini dilakukan secara sederhana di laboratorium dengan menganalisa karakteristik bata mulai dari tampak luar, warna, berat jenis bata , kepadatan, penyerapan, modulus elastisitas, poisson rasio, tegangan geser dan regangan geser bata. Bata di uji dengan pembebanan secara manual dengan kapasitas kelipatan maksimum sebesar 20 kg. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bata bata kelompok atas memiliki modulus geser lebih besar dibandingkan kelompok tengah dan bawah.

Brick has been used for the construction material for more than 5000 years ago, and until now it is still widely used in various places in the world including in Indonesia. Poor references on bricks' mechanical behavior is the background of this final project in order to better know their responses so it can be applied properly, matching with its own function. Mechanical behaviour of the masonry was observed through experimental approach using traditional brick from H. Sugih factory in Cikarang. The brick was fired by using wood.
The research was done in the laboratory simply by analizing the bricks caracteristics from the exterior shape, colour, mass per volume, density, absorption, elastic modulus, Poisson ratio, shear strain and shear stress of the masonry. Masonry were being tested using manually semicyclic load with maximum capacity of 20 kg/load. From the research the writer had gained the brick in upper group has bigger shear modulus than the group under.
"
[, ], 2008
S35789
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji kekuatan geser batu bata asal Cikarang, kemudian mencari hubungan antara kuat geser dan regangan. Pengujian laboratorium terhadap batu bata asal Cikarang dilakukan dengan menggunakan suatu percobaan uji geser sederhana dengan pembebanan manual. Hubungan antara tegangan geser dan regangan dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, dilakukan penelitian terhadap penempatan bata dalam tungku pembakaran. Kedua dilakukan penelitian dengan menggunakan cepat rambat gelombang ultrasonik dalam batu bata untuk mengelompokannya. Kemudian metode yang ketiga, dilakukan dengan mengelompokkan bata berdasarkan atas selisih rentang kecepatan yang sama."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
D.B. Satrio Wibowo
"Pasangan batu bata dapat memberikan sumbangan yang cukup diperhitungkan pada kekuatan struktur bangunan, disamping fakta bahwa penggunaan batu bata pada pembangunan akan meningkatkan efisiensi dan cenderung lebih murah. Di lapangan, karakteristik batu bata bisa jadi sangat variatif tergantung bahan dan proses pembuatannya. Karena hal-hal inilah maka perlu dilakukan penelitian terhadap batu bata terutama pada parameter-parameter kuat tarik, kuat tekan dan modulus elastisitasnya.
Tujuan karya tulis ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tarik, kuat tekan dan modulus elastisitas bata merah pejal Cikarang tipe HSG. Bata merah diuji dengan membandingkan penempatannya dalam tungku saat pembakaran. Hipotesa yang akan dibuktikan adalah: "Kuat tekan, kuat tarik dan modulus elastisitas dari bata merah pejal Cikarang dipengaruhi oleh penempatannya di dalam tungku, pada saat dilakukan pembakaran".
Dari pengujian dengan sampel, kubus, didapatkan nilai rata-rata kuat tekan bata HSG kelompok bawah paling tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain. Kuat tekan bata kelompok atas mempunyai nilai rata-rata yang paling rendah. Pada pengujian dengan sampel bentuk angka 8 didapatkan nilai rata-rata kuat tarik bata HSG kelompok bawah paling tinggi dibandingkan dengan kelompok yang lain, sedangkan kelompok bata tengah memiliki nilai rata-rata kuat tarik terendah.
Dalam pengukuran nilai modulus elastisitas statis hasil yang ditunjukkan ialah bahwa kelompok bata atas memiliki nilai paling tinggi, disusul dengan kelompok tengah, dan bawah. Hal yang sama terjadi pada pengukuran modulus elastisitas dinamis dengan alat ultrasonic. Secara umum dapat disimpulkan bahwa kuat tekan dan kuat tarik dan modulus elastisitas bata merah pejal Cikarang dipengaruhi oleh penempatannya di dalam tungku pembakaran, hal ini telah sesuai dengan hipotesa yang diujikan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34770
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34775
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elveri Ulina
"Hampir semua konstruksi bangunan di Indonesia menggunakan bata merah pejal sebagai bahan pengisi struktur, yaitu tembok. Hal ini disebabkan oleh faktor kemudahan dalam mendapatkannya, bahan bakunya yang banyak tersedia dan teknik pembuatannya pun sederhana, sehingga harganya relatif murah. Pembuatan bata merah di Indonesia lebih banyak dihasilkan oleh home industry sehingga karakteristik setiap pabrik berbeda-beda dan menyebabkan kesulitan dalam menentukan standarisasi karakteristik bata merah pejal tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku pasangan bata merah pejal Cikarang terhadap gaya pre kompresi dan gaya lateral. Benda uji berupa pasangan bata triplet yang tersusun dengan adukan mortar 1:4. Pengujian triplet dilakukan dengan pembebanan pre kompresi dan lateral. Gaya pre kompresi diberikan untuk mensimulasikan beban-beban vertikal permanen yang bekerja pada tembok bata, sedangkan gaya lateral mensimulasikan gaya yang menyerupai gaya statik yang mungkin bekerja pada pasangan bata tersebut. Hasil pengujian yang didapatkan adalah tegangan geser pasangan bata, displacement bata, regangan mortar dan pola retak pasangan bata.
Beberapa hasil tersebut dituangkan dalam bentuk grafik tegangan vs displacement dan grafik tegangan vs regangan. Selain itu dengan membandingkan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yang tidak memberikan beban pre kompresi pada triplet, terbukti bahwa pemberian beban pre kompresi meningkatkan tegangan geser pasangan bata. Adapun peningkatan kuat geser pasangan bata berbanding lurus dengan penambahan beban pre kompresi, terlihat dari beban pre kompresi sebesar 0.1 ton menghasilkan kuat geser pasangan sebesar 0.611 MPa, untuk beban 0.3 ton menghasilkan 0.776 MPa, untuk beban 0.5 ton menghasilkan 0.572 MPa dan untuk beban 0.7 ton menghasilkan 1.374 MPa. Penelitian ini juga berkontribusi untuk menjelaskan pola retak yang terjadi pada pasangan bata yang menerima beban pre kompresi dan beban lateral."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desrina Muthia Daniel
"Di dalam perhitungan analisa struktur, selama ini kekuatan batu bata sebagai material pengisi suatu struktur gedung tidak pernah diperhitungkan sebagai unsure penyumbang dari kekuatan struktur gedung. Salah satu penyebabnya adalah karena belum lengkapnya referensi mengenai parameter kekuatan batu batu serta perilaku pasangan batu bata itu sendiri. Kurangnya referensi mengenai batu bata ini, disebabkan karena masih sedikitnya penelitian mengenai batu bata merah pejal terutama di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab sejauh mana pengaruh kekuatan batu bata terhadap struktur bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengamati perilaku pasangan batu bata merah (mortar 1:4, setebal 1 cm) yang dibebani secara aksial sebagai beban tekan (pra kompresi) dan lateral.
Penelitian ini dilakukan pada batu bata merah pejal yang diambil dari tanah Cikarang dan diproduksi oleh industri rumah (home industry) pabrik H. Sugih yang selanjutnya disebut bata HSG yang teknik pembuatannya sederhana dan bersifat semi modern. Penelitian dilakukan pada bata HSG karena belum adanya studi serta penelitian mengenai type batu bata ini serta batu bata ini banyak digunakan di Jabotabek. Hasil dari penelitian ini adalah property mekanik bata merah pejal, kuat geser, perpindahan (displacement) bata baik vertical maupun horizontal serta pola retak pasangan bata yang terjadi karena gaya pra kompresi dan lateral."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34776
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhidin
"Penggunaan bata merah sudah sangat umum dalam berbagai bentuk dan jenis bangunan teknik sipil. Beberapa fungsi dari bata merah ini adalah dinding pengisi, partisi mangan, pondasi, kolom, dan lain-lain. Dalam struktur pasangan bata merah terdapat komponen-komponen yang memberikan sumbangan kepada kekuatan pasangan bata merah itu sendiri. Komponen-komponen tersebut adalah bata merah dan mortar sebagai pengikat. Namun dalam analisa perhitungan portal, kekuatan pasangan bata merah biasanya selalu diabaikan. Ini disebabkan karena kurangnya acuan yang memuat parameter kekuatan bata merah ataupun kekuatan pasangan bata merah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku pasangan bata merah pejal Cikarang terhadap gaya pra-tekan dan gaya lateral. Benda uji berupa pasangan bata triplet yang tersusun dengan adukan mortar struktural yaitu 1:3 dan 1:4 serta mortar non-struktural yaitu 1:5. Gaya pra-tekan merupakan representasi dari beban-beban vertikal permanen yang bekerja pada tembok bata, sedangkan gaya lateral merepresentasikan gaya yang menyerupai gaya statik arah horizontal yang bekerja pada pasangan bata tersebut seperti angin dan gempa bumi.
Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan mutu mortar yang berbeda dan pemberian beban pra-tekan yang bervariasi berpengaruh terhadap kekuatan pasangan bata dalam menahan gaya lateral. Semakin tinggi mutu mortar akan semakin tinggi pula kekuatan pasangan bata dalam menahan gaya lateral. Sampai batas kekuatan tekannya, semakin tinggi beban pra-tekan yang diberikan semakin tinggi pula kemampuan pasangan bata dalam menahan beban lateral. Selain itu diperoleh kekuatan geser awal/ kekuatan geser, ?o dan koefisien friksi, antara bata dengan mortar. Pada pasangan bata triplet yang menggunakan mortar 1:4 nilai ?o yang diperoleh berkisar antara 0.33 - 0.51 MPa dan nilai 4 berkisar antara 0.85 - 1.07. Sedangkan pada pasangan bata triplet yang menggunakan mortar 1:5 nilai ?o yang diperoleh berkisar antara 0.18 - 0.34 MPa dan nilai berkisar antara 1.07 - 1.44. Tipe keruntuhan yang mendominasi adalah keruntuhan ikatan/bond failure."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S35091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delpi Indra
"Bata merah pejal banyak digunakan di Indonesia untuk dinding rumah dan dinding pembatas atau bahan pengisi struktur pada gedung bertingkat. karena kemudahan dalam mendapatkannya dan harganyapun relatif murah. Pembuatan bata merah di Indonesia Iebih banyak dihasilkan dari home industri karena teknik pembuatannya cukup sederhana sehinggga ukuran dan mutu bata merah yang dihasilkan tidak seragam dan standar pada kebanyakan pabrik pembuatan bata.
Tugas akhir ini dilakukan untuk menyelidiki kekuatan tekan bata produk HSG serta studi perilaku mekanisnya, dengan membuat beberapa sampel pasangan bala dengan komposisi adukan 6 macam yaitu 1 : 3, 1 : 4, 1: 5, 1: 6, 1 : 7 dan 1 : 8. Sampel tersebut terbentuk dari sepotong bata yang di belah dua dan dijadikan pasangan bata yang menyerupai kubus, sesuai dcngan SNI 15-2094-1991 tentang "Mutu dan cara uji bata merah pejal". Setelah berumur 28 hari atau lebih di uji Lekan sampai hancur dan di dapat beban hancurnya.
Dari hasil penelitian ini didapat harga kuat lekan maksimum pada pasangan bata warna merah tua dengarn campuran 1 : 3 sebesar 17 MPa dan kuat tekan terkecil pasangan bata warna kuning dengan campuran 1 : 7 sebesar 8.9 MPa. Sedangkan pola retaknya/garis retak mengarah vertikal dari atas kebawah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S35657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ishlah Habibi
"Pada umumnya kerusakan pada strukstur ataupun kontruksi jalan biasanya disebabkan oleh tanah dasar yang mempunyai kemampuan kembang susut yang cukup tinggi atau yang sering disebut tanah ekspansif. Tanah ekspansif mempunyai sifat yang berbeda dari tanah pada umumnya seperti nilai plastisitas yang cukup tinggi, potensi kembang susut dan kemampatan atau perubahan volume yang cukup besar, selain itu tanah ini mempunyai kekuatan geser yang rendah. Untuk mengurangi kerusakan yang disebabkan oleh tanah ekspansif, maka diperlukan suatu studi penelitian untuk stabilitasi tanah baik yang sudah dilakukan sebelumnya maupun yang telah dilakukan saat ini.
Stabilitasi tanah ekspansif yang murah dan efektif adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu, dengan penambahan bahan kimia dapat mengikat mineral lempung menjadi padat, sehingga mengurangi kembang susut tanah lempung ekspansif. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan beberapa zat stabilisasi antara lain pasir, semen dan kapur yang mudah didapat dan cukup efektif untuk stabilisasi tanah ekspansif. Dengan penambahan zat tersebut diharapkan mampu memperbaiki sifat-sifat tanah ekspansif yang kurang baik. Pengujian pada tanah ekspansif yang diambil di daerah cikarang, jawa barat ini meliputi pengujian sifat fisis dan mekanik. Untuk tanah asli dilakukan uji laboratorium meliputi Spesivic gravity, Atterberg Limit, Grain size, Compaction standard, Unconfined compression test (UCT) dan Triaksial Consolidated Udrained (CU). Untuk pengujian tanah campuran baik pasir dan kapur (10% pasir + 5% kapur, 10% pasir + 10% kapur, 10% pasir +15% kapur) maupun pasir dan semen (10% pasir + 5% semen, 10% pasir + 10% semen, 10% pasir +15% semen) dilakukan pengujian SG, atterberg limit, Compaction standard, pengujian kuat tekan bebas (UCT) dan Triaksial Consolidated Undrained (CU). Pengujian akhir yang dilakukan untuk mendapatkan kekuatan geser tanah adalah dengan uji unconfined compression test (UCT) atau uji kuat tekan bebas dan Triaksial Conolidated Undrained (CU) dengan terlebih dahulu melakukan pemeraman selama 0, 4 ,7, 14 hari. Hasil yang didapat untuk triaksial CU kemudian dianalisa dengan metode Critical state concept. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa sejauh mana pengaruh waktu pemeraman terhadap kuat geser tanah tanah lempung ekspansif yang distabilisasi dengan semen, kapur dan pasir. Membandingkan parameter-parameter kuat geser tanah tanpa bahan campuran dan dengan campuran. Mengetahui persentase variasi campuran pasir dan semen, pasir dan kapur untuk stabilisasi tanah ekspansif yang baik dan efektif setelah pengujian laboratorium.
Hasil yang diperoleh adalah Tanah ini termasuk ke dalam tanah lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, tanah ekspansif (CH). variasi campuran kapur dan pasir dapat menurunkan nilai indeks plastisitas tanah, begitu pula dengan campuran pasir dan semen. Namun penggunaan campuran pasir dan semen terbukti lebih efektif (dengan perentase yang sama) dalam menurunkan indeks plastisitas tanah dibandingkan dengan pasir dan kapur. Adanya perubahan konsistensi dari tanah asli setelah dicampur dengan bahan stabilisasi ditambah dengan waktu pemeraman yang menunjukkan adanya perbaikan tanah. Percobaan unconfined baik campuran pasir dan semen maupun pasir dan kapur setelah pemeraman menunjukkan kenaikan nilai qu, semakin lama waktu pemeraman semakin besar nilai kenaikan nilai qu nya yang ditandai dengan masa pemeraman 14 hari adalah yang terbaik. Untuk pengujian UCT maupun triaksial CU, masa pemeraman 0 hari kurang menunjukkan hasil yang berarti.
Dari hasil UCT Pencampuran 5% Semen+10% Pasir dengan pemeraman jauh lebih baik dibandingkan dengan campuran 15% Kapur + 10% Pasir dengan waktu pemeraman yang sama. Sedangkan campuran 15% semen + 10% pasir memberikan hasil yang sangat signifikan dalam nilai qu nya jika dibandingkan dengan campuran tanah 15% Kapur + 10% pasir namun dari segi biaya cukup mahal, disisi lain campuran 15% kapur + 10% pasir juga dapat memperbaiki tanah dalam hal stabilisasi yang lebih ekonomis. Pengaruh pencampuran 15% Kapur + 10% pasir untuk pengujian triaksial CU terbukti dapat meningkatkan nilai parameter kuat geser tanah,terutama nilai sudut geser tanah asli mengalami peningkatan sebesar 11.41o dari 12.940 menjadi 24.350 setelah waktu pemeraman 14 hari namun nilai kohesi tidak banyak berubah dari tanah asli, hal ini disebabkan pasir yang bersifat lepas menurunkan kohesi tanah namun menaikkan nilai sudut geser.

In general, the damage of structures or road consructions are caused by sub grade that has capability to shrunk and expand highly, or often called as the expansive soil. Expansive soil has different properties from other type of soil in general, such as the high plasticity index, the shrinkage potential and the congestion or significant change in volume; however, it has a low shear strength. To reduce damage caused by expansive soil, there is an urgent need to conduct more research regarding its stability.
The relatively cheap and effective way to stabilize expansive soil is by adding chemical agents that will bind clay minerals, thereby reducing shrinkage. Therefore this study uses several stabilizing substances such as sand, cement and lime that are easily available and quite effective to stabilize this type of soil. The addition of these substances is expected to improve the properties of expansive soil. Experiment of expansive soil samples from Cikarang, West Java, consisted of a series physical and mechanical properties tests. The original soil was examined with laboratory tests: Spesific gravity, Atterberg Limits, Grain size, Compaction standard, unconfined compression test (UCT) and Triaksial Consolidated Undrained (CU). And the mixture of sand and limestone (10% sand + 5% lime, 10% sand + 10% lime, 10% sand +15% lime); and sand and cement (10% sand + 5% cement, 10% sand + 10% cement, 10% sand cement +15%) were examined with similar tests as the original soil except the grain size. The final test to obtain soil shear strength was the Unconfined Compression Test (UCT) and Triaxial Consolidated Undrained (CU). Prior to the tests, curing was performed for 0, 4, 7, and 14 days.
The results from the triaxial CU were then analyzed by the critical state concept method. The objectives of this study are to analyze the extent of influence of curing time on shear strength of expansive clay soil stabilized with cement, lime and sand; to compare the soil shear strength parameters with and without mixture; and to investigate the optimum percentage of mixture variation (sand-cement and sandlime) from laboratory experiment. From the experiment, the soil is categorized as anorganic clay with high plasticity index, expansive soil (CH). The Mixture of variation sand - lime and sand - cement can reduce soil plasticity index. However the variaton sand - cement (in same persentation) mixture more effective to reduce soil plasticity indeks than variation sand - lime mixture. Moreover, the alteration of original soil consistency after mixed with stabilizing agent and the increasing of curing time demonstrate a soil improvement. Unconfined test both for sand-cement and sand-lime mixture after curing showed an increased value of qu, the longer the curing time the greater the increase in value, in which 14 days curing time gains the greatest result.
From UCT and triaxial CU tests, 0 days curing period showed less significant result. The mixture of 5% cement + 10% sand with curing is better than the mixture of 15% lime +10% sand with same curing time. The mixture of 15% cement +10% sand gives significant result in improving qu rather than the mixture of 15% lime + 10% sand though quite expensive. The mixture of 15% lime +10% sand can also improve soil in more economical term. The effect of mixing 15% lime + 10% sand from CU triaxial test proved to increase the value of shear strength parameters, especially soil shear angle values increased after 14 days curing time for 11.41o from 12.940 to 24.350. However, the cohesion value decreased 6,13 Kpa, in which quite similar from the original soil. This is due to the characteristic of loose sand that reduces soil cohesion while at the same time increases soil shear angle.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S45703
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Januar Kurnia Wicaksana
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S35081
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>