Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 213734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dienni Nuragustin
"Ergonomi merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam merancang suatu sistem kerja yang baik, efektif, aman dan nyaman. Ergonomi memiliki tujuan agar manusia dapat melaksanakan pekerjaannya dengan nyaman dan sehat. Dimana sistem kerja yang ada disesuaikan dengan sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia. Jika semua elemen-elemen yang terkait dalam suatu proses produksi telah sesuai dengan prinsip ergonomi maka diharapkan pekerjaan dapat berjalan dengan efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Dari Occupational Health Service PT Unilever Indonesia didapatkan data hasil anamnesa ergonomi pekerja pada packing line Royco, pabrik SCC&C yang menyatakan adanya keluhan sakit pada bagian tubuh tertentu saat bekerja. Hal ini menjadi indikasi bahwa pekerja merasa tidak nyaman dalam melaksanakan pekerjaannya sehingga mengganggu produktivitas dan efisiensi kegiatan produksi. Penelitian ini memberikan usulan metode kerja dan rancangan tempat kerja yang disesuaikan dengan prinsip ergonomi. Diharapkan dengan usulan ini operator dapat bekerja dengan lebih nyaman sehingga efisiensi dan produktivitas kerja dapat tercapai. Data awal dikumpulkan berupa data work environment, ukuran work station serta peralatan kerjanya, dan metode kerja. Data work environment yang ada, dibandingkan dengan standar dalam ergonomi yang berlaku. Hasil perbandingan menyatakan bahwa keadaan awal work environment telah sesuai dengan standar ergonomi kecuali untuk iluminasi. Ukuran work station awal digunakan sebagai acuan pengembangan desain work station. Dalam pengembangannya, diterapkan prinsip ergonomi, motion economy, dan data antropometri, serta digambarkan dengan menggunakan software AutoCAD. Setelah didapatkan desain work station, yang ergonomis, maka metode kerja pun disesuaikan dengan dengan desain work station yang baru. Untuk mengetahui apakah desain work station dan metode kerja yang baru ini dapat meningkatkan produktivitas, maka dilakukan pengujian dengan mengukur waktu kerja secara tidak langsung metode MTM. Perhitungan menunjukkan pada work station awal waktu dalam 1 siklus adalah 1425,65 TMU. Sedangkan work station usulan membutuhkan waktu 1374,7 TMU. Sehingga produksi meningkat dari 561 fibrite/work station menjadi 581 fibnte/work station.

Ergonomic is a kind of systematic knowledge concern with human ability and limitation in designing good, effective, secure and comfortable work system. Creating a comfortable and healthy work place is the purpose of Ergonomic. Where ihe work place fit the man, not vice versa. When all the element in work system fit with ergonomic standard, all the task can be performed effectively an efficient. From PT Unilever Indonesia occupational health service, there was an information about fatigue complaint by packer in Royco packing line, SCC&C factory. Those complaint indicate disturbance on packer health during work, where they feel uncomfortable with the packaging task, it can reduce production productivity and efficiency. This final paper recommend an ergonomic work method and work place design. By using this proposed method and design, can reduce operator health complaint, and increase efficieny and productivity. Early collected data are, work environment data such as humidity rate, noise level, illumination, and temperature, work station and tools measurement and work method. Present work environment data are compared with ergonomic standard. Comparison result show that all work environment condition has fit ergonomic standard except illumination. Present work station measurement will be used as a guidance in designing proposed work station. Indonesian anthropometry data is used in designing proposed work station. The design is implemented by using AutoCAD. After getting ergonomic work station design, the next step are adjusting work method. To figure out whether proposed work station and method design increase productivity, indirect work time measurement was held with MTM method. The result show that in present work station and work method design took 1425.65 TMU in one cycle packaging process. Whereas proposed work station and work method design took 1374.7 TMU. So the output increase from 561 fibrite/day per work station to 581 fibrite/ day per work station."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enny Roossary
"Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat rentan mengalami gangguan muskuloskeletal. Kelelahan muskuloskeletal merupakan keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Kelelahan ini biasanya terjadi bukan hanya karena jenis pekerjaannya yang berulang, tetapi juga banyak faktor lainnya yang menyebabkan hal ini seperti cara kerja dan kondisi tempat kerja atau peralatan yang tidak ergonomis. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan muskuloskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Lini pengemasan Surf PT. Unilever Indonesia terdiri dari 7 stasiun kerja yang baru beroperasi sekitar 4 bulan yang belum memiliki standar dan cara kerja yang ergonomis, terbukti dari banyaknya packer yang mengeluh kelelahan muskuloskeletal. Bahkan beberapa packer berhenti bekerja karena kondisi dan cara kerjanya. Perusahaan menginginkan identifikasi penyebab terjadinya hal ini beserta dengan penyelesaian masalahnya. Jenis pekerjaan pada lini pengemasan ini adalah pekerjaan ringan yang berulang, maka untuk mengidentifikasi masalah ini diperlukan metode yang tepat dan sesuai.
Metode yang paling tepat dengan kondisi seperti ini adalah metode OCRA (OCcupational Repetitive Action). Metode OCRA yang pertama kali ditemukan oleh Occhipinti dan Colombini ini merupakan metode kuantitatif untuk mengidentifikasi cara kerja yang digunakan dalam pekerjaan berulang khusus alat gerak tubuh bagian atas. Metode ini mengklasifikasikan tingkat resiko pada tiga zona, tidak beresiko, agak beresiko, dan beresiko. Setelah kondisi awal diidentifikasi, menghasilkan indeks OCRA sebesar 3.77 untuk bagian kanan (beresiko) dan 3.32 untuk bagian kiri (agak beresiko). Kemudian dilakukanlah upaya pengurangan resiko dengan mengurangi tindakan teknis dan mengeliminasi postur tubuh yang tidak ergonomis. Hasilnya, indeks OCRA turun menjadi 0.72 untuk alat gerak tubuh atas kanan dan alat gerak tubuh atas kiri. Indeks di bawah 1 merupakan nilai yang optimal bagi pekerja untuk melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Operators, doing repetitive action tasks in a cycle, are very susceptible in suffering musculoskeletal disorder. Work Related Musculoskeletal Disorder is a pain in muscle and tendon skeletal which felt by people whether it is a symptom or serious condition. This tiredness is caused not only by the repetitive action tasks, but also by other factors such as work method, workstation, and tools which are not ergonomic. When all the element and the method of the repetitive action tasks in work system fit with ergonomic standard, musculoskeletal disorders will be reducing and all the task can be performed effectively and efficient. Surf packaging line in PT Unilever Indonesia consist of 7 work station have been operating about 4 months and do not have any ergonomic standard of work, proven by the packers resigned from this job. Company would like to identify the root of problem and solve it by using the right method appropriate to the repetitive action job.
OCRA method might be appropriate for reducing risk of ergonomics and musculoskeletal disorder at this repetitive action task line. This method found by Occhipinti and Colombini is a quantitative method to identify and reducing risk at repetitive action task specifically for upper limb. The type of risk will be classified in three zone, acceptable, average, and not acceptable. From identifying the previous condition, OCRA indexes are resulted 3.77 for right upper limb (risk) and 3.32 for left upper limb (low risk). Then, by reducing the technical action and eliminating the awkward postures, the OCRA indexes repeatedly count. The result is 0.72 for both upper limbs. The OCRA index below 1 is the optimal score for operator to work the job well.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49988
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
S9033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmisari Darya Yuwono
"Bekerja pada shift malam adalah periode yang sulit bagi pekerja. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, kerja shift malam dapat menimbulkan gangguan: tidur, neurologis umum, pencernaan dan juga gangguan kehidupan sosial. Gangguan-gangguan itu dapat meningkatkan absentisme pekerja dan merendahkan produktifitas kerjanya. Hal tersebut juga dapat dilihat dari lebih tingginya prosentase absensi karyawan Direct Soap (shift) dari prosentase karyawan Personnel (non shift).
Tujuan penelitian ini adalah untuk nengetahui apakah kelompok shift malam mempunyai angka ketidakthadiran yang lebih tinggi dan produktifitas yang lebih rendah daripada kelompok shift-pagi/siang. Jenis penelitian ini adalah studi prospektif dengan pengambilan sampel secara purposif. Data primer tentang gangguan yang diderita diambil dengan cara pengisian kuesioner selama 3 minggu. Data sekunder tentang absensi, produksi dan kecelakaan kerja dari seluruh pekerja Production Line Pabrik Sabun diambil selama 9 minggu. Teknik analisa yang digunakan adalah Chi-Square, Risiko Relatif, Analysis of Variance dan T-tes. Pengolahan data dan perhitungannya dilakukan dengan Statistical Analysis Package.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja shift malam mempunyai risiko menderita gangguan tidur, gangguan syaraf dan kelelahan lebih tinggi dari pekerja shift sore dan pagi. Selain itu pekerja shift malam mempunyai produktifitas kerja lebih rendah dan melakukan kesalahan kerja yang lebih tinggi dari pekerja shift sore dan pagi. Pekerja shift sore mempunyai risiko menderita gangguan kehidupan sosial lebih tinggi dari pekerja shift malam dan pagi. Selain itu angka ketidakhadiran pekerja shift sorepun lebih tinggi daripada shift pagi dan malam. Gangguan pencernaan tidak didapat hubungan nyatanya dengan kerja shift. Kecelakaan kerja tidak terjadi selama masa penelitian, jadi tidak dapat diambil kesimpulan tentang hubungan antara kecelakaan kerja dengan kerja shift.
Selanjutnya disarankan untuk membagi dua waktu istirahat shift malam, agar para pekerja shift malam tersebut terhindar dari rasa lelah dan kejenuhan."
Depok: Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setiawan Prasetia Toer
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1990
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tintrin Wahyuni
Depok: Universitas Indonesia, 1984
S26299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
"Operators, doing repetitive action tasks in a cycle, are very susceptible in s:&ring musculoskeletal disorder. Work Related Musculoskeletal Disorder is a Pain in muscle and tendon skeletal which felt by people whether it is a .symptom or serious condition. When all the element and the method of the repetitive action tasks in work system fit with ergonomic standard musculoskeletal disorders will be reduced and all the task can be performed effectively and efficient. Detergent packaging line in PT X consist of 7 work stations do not have any ergonomic standard of work, proven by the packers suffered musculoskeletal disorder. Company would like to identify the root of problem and solve it by using the right method appropriate to the repetitive action job. OCRA (occupotional Repetitive Action) method might be appropriate for reducing risk of ergonomics and musculoskeletal disorder at this repetitive action task line. This method found by Occhipinti and Colombini is a quantitative method to identify and reducing risk at repetitive action task specifically for upper limb. From identifying the previous condition. OCRA indexes are resulted 3. 77 for right upper limb (risk) and 3.32 for left upper limb (Tow risk). Then, by reducing the technical action and eliminating the awkward postures, the OCRA indexes repeatedly count. The result is 0. 72 for both upper limbs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
JUTE-21-3-Sep2007-231
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlinda Muslim
"Desain kerja yang kurang ergonomis dapat mengakibatkan gangguan muskuloskeletal pada pekerja dan dapat berlanjut pada kekurangp roduktifan pekerja. Oleh sebab itu, penilaian risiko ergonomi penting dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang harus dikurangi. Operator stasiun kerja inlow side cutting di PT X memiliki keluhan akibat desain kerja yang kurang ergonomis. Untuk menilai faktor-faktor risiko ini, digunakan metode yang memiliki lingkupan faktor risiko yang luas, yaitu OCRA (OCcupational Repetitive Actions). Dengan metode OCRA, faktor risiko repetisi, postur yang tidak nyaman, periode pemulihan, pengerahan kekuatan, dan faktor tambahan lainnya dievaluasi. Hasil indeks OCRA lengan kanan (4.33) menunjukkan area risiko merah (risiko rendah), dan lengan kiri (2.64) menunjukkan area kuning (risiko sangat rendah). Untuk mengevaluasi risiko akibat pekerjaan yang repetitif, objek penelitiannya hanyalah bagian lengan. Dengan metode REBA (Rapid Entire Body Assessment), postur seluruh tubuh dapat dievaluasi. Dari hasil perhitungan REBA, ternyata lengan kanan atas dan punggung berada pada skor risiko tertinggi. Setelah semua faktor risiko diketahui, desain kerja yang baru dapat dirancang untuk mengurangi risiko, seperti pendistribusian periode istirahat, pemakaian alat bantu angkat, dan perubahan desain alat.

A work place that is not well-ergonomically designed can cause Work Musculo-Skeletal Disorder (WMSD) to the worker and results in unproductive works. Therefore, an ergonomic risk assessment is needed to identify the risk factors that have to be eliminated. Inlow side cutting work station workers at PT X are exposed to WMSD because of the non-ergonomic design. To assess the risk factors, it?s best to use a method that has a wide covering of risk factors, like OCRA (OCcupational Repetitive Actions) which evaluates five factors: force exertion, awkward postures, repetitiveness, recovery period, and additional factors. OCRA indices show the area of risk for each upper limb. The OCRA index for right limb is 4.33 (red zone-low risk), and 2.64 (yellow zone-very low risk) for the left limb. Due to the concern to repetitiveness, OCRA only evaluates upper limbs. Using REBA (Rapid Entire Body Assessment) method, the postural analysis of the entire body can be conducted. REBA score indicates that trunk and right upper arms have the highest exposure to WMSD. After all the risk factors are identified, the actions are required to reduce or eliminate these risk factors, such as the recovery period distribution and lifting tools designs."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>