Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52572 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosep Iswadi
"ABSTRAK
Seiring membaiknya perekonomian Indonesia, PT. Merpati Nusantara Airlines (MNA) berencana akan membuka kembali beberapa penerbangan regionalnya yang dulu pernah dihentikan akibat krisis moneter. Salah satu rute yang akan diterbangi adalah Denpasar-Sidney dan Sidney-Denpasar.
Sebelum membuka kembali penerbangan rute tersebut, PT. MNA harus melakukan studi kelayakan penerbangan untuk rnelihat layak tidaknya rute tersebut untuk dibuka Studi kelayakan ini meliputi anaiisis keiayakan potensi dan prospek pasar,
analisis finansial, serta pemilihan tipe pesawat yang layak untuk disewa dan menguniungkan untuk menerbangi rute tersebut.
Untuk melayani rute Denpasar-Sidney pulang-pergi tersebut, ada 3 alternatif pilihan pesawat yang akan dianaIisis, yaitu A310-300, B747-300, dan B747-400 dengan status pesawat tersebut sewa.
Frekuensi penerbangan yang akan dilakukn adalah 4 kali per minggu atau 208 kali per tahun dengan pertimbangan 2 penerbangan untuk hari-hari padat (Sabtu dan Minggu), dan 2 penerbangan lagi dilakukan antara hari Senin sampai Jumat.
Analisis potensi dan prospek pasar bertujuan untuk menentukan kelayakan potensi dan pasar rute tersebut dengan melihat tingkat persaingan dan peramalan jumlah penumpang pada rute tersebut. Hasii analisis menunjukkan bahwa tingkat load factor rata-rata untuk rute Denpasar-Sidney adalah 30%, sedangkan lingkat load factor rata-rata untuk rute Sidney-Denpasar adalah 25%. Tingkat load factor yang rendah akan menyebabkan harga tarif per penumpang nya tinggi. Hal ini akan menimbulkan kesulitan untuk bersaing dengan operator-operator yang lain sehingga menunjukkan bahwa potensi dan prospek pasar rute tersebut tidak Iayak dibuka. Analisis finansial tidak perlu dilakukan karena kedua rute tersebut secara potensi dan prospek pasar tidak Iayak dibuka.
Dalam penelitian ini pun dilakukan analisis dengan tingkat load factor60%, dimana dengan tingkat load factor 60% tersebut maka secara potensi dan prospek pasar rute tersebut Iayak dibuka. Analisis finansial dilakukan untuk melihat kelayakan penerbangan tersebut secara finansial melalui perhitungan biaya operasional penerbangan dan perhilungan tarif dengan asumsi kurs dollar 1 USS = Rp. 8.000,00. Analisis finansial kemudian dilakukan untuk menghitung biaya operasional penerbangan untuk kemudian dianalisis dengan menyusun proyeksi cash flow dan perhitungan niiai BCR (Benefit Cost Ratio) untuk setiap alternatif pilihan pesawat untuk 10 tahun ke depan.
Hasil analisis dengan nilai BCR > 1 menunjukkan bahwa rute ini Iayak diterbangi dan pesawat yang nilai BCR nya paling besar dianlara semuanya akan dipilih untuk menerbangi rute Denpasar-Sidney pulang pergi. Dan pesawat yang paling layak untuk disewa dan paling menguntungkan dari ketiga alternatif pilihan pesawat adalah B747-400."
2000
S49896
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Rahmasita
"Etika memberikan serangkaian standar perilaku yang membatu kita mengambil keputusan dalam berbagai situasi. Dalam tesis ini, saya akan menganalisa Qantas dan laporan tahunan 2018 Qantas sebagai studi kasus untuk membahas lebih lanjut mengenai etika. Tugas ini akan pertama membahas mengenai apa saja pengaruh penting yang dimiliki pemegang saham terhadap dewan direksi. Kedua, daftar pelanggaran Qantas teradap standar Kode Etik dan Perilaku yang dimiliki Qantas. Selain itu, bagaimana Kode Etik Qantas sehubungan dengan Tata Kelola Sistem Informasi Qantas dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut. Selanjutnya, kepatuhan Qantas terhadap tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan tindakan-tindakan yang diambil untuk mematuhi Qantas Modern Act 2018. Terakhir, bagaimana kontribusi Qantas dalam Global Compact PBB.

Ethics provides range of standard on behaviour to help us decide how we act in a various situation. In this assignment, I am going to analyse Qantas and its 2018 annual report as a case for further analysis on their compliance with ethics. This assignment will discuss on what influence major shareholders will have on the Board, a list of Qantas breaches of its Code of Conduct and Ethics. In addition, to what extend Qantas Code of Ethics in relation to Qantas Information System Governance can add value to the company. Furthermore, how are Qantas compliance with corporate social responsibility (CSR) and major actions taken by Qantas to comply with Qantas Modern Act 2018. Lastly, how Qantas has been performing in the United Nations Global Compact. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Maya Cahyanti
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan rekonsiliasi fiskal atas biaya yang dikeluarkan untuk revaluasi aktiva yang dilakukan PT. XYZ dalam menghitung laba usahanya serta untuk mengetahui besar penghematan pajak PT. XYZ jika melakukan revaluasi aktiva dibandingkan dengan bila tidak melakukan revaluasi aktiva. Pendekatan penelitian yang dipakai adalah kualitatif. Tujuan penelitian berdasarkan jenis penelitian adalah untuk memperinci informasi yang tersedia atas suatu permasalahan bila informasi belum cukup terperinci, sedangkan analisis yang ada dilakukan guna menciptakan hasil penelitian yang mampu mengatasi problematika pada penelitian yang dilakukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan karena penelitian ini dasarnya diambil berdasarkan studi kasus pada PT. XYZ. Hasil penelitian berupa meningkatnya beban perusahaan sesudah melakukan revaluasi aktiva tetap dibandingkan sebelum melakukan revaluasi aktiva tetap tersebut, kemudian perusahaan juga mendapatkan penghematan pajak akibat melakukan revaluasi atas aktiva tetapnya tersebut.

This study aims to determine whether that company has implied the fiscal reconciliation on their expenses that used for any fix assets revaluation from PT. XYZ to calculate their final profit and to know how much PT XYZ can get the tax saving for their company with doing a revaluation for fix assets than without doing a revaluation for fix assets. The type of data used is qualitative method. Research purposes from the basis of this research is to clarify the information that is available for a problem when that information has not been detailed enough, while the analysis is applied to create the research that able to cope with problems on the research conducted. Data collection technique using the study of library and study field for this research essentially taken based on case study in PT. XYZ. Research results is about the increasing of company expenses after the company did any revaluation for their fixed assets that are compared with before did any revaluation for their fixed assets, and then the company also obtain a tax savings as a result of fixed assets revaluation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cheppy Tri Martanto
"Tujuan dari thesis ini adalah untuk study kelayakan bisnis berdasarkan analisa keuangan dan pemasaran di pabrik penghasil resin pada PT. Kansai Paint Indonesia. Dalam rangka untuk memenuhi permintaan dan mengurangi biaya bahan material yang selalu didapat melalui impor dari Thailand dan Jepang, PT. Kansai Paint akan membangun gedung baru yang akan digunakan sebagai pabrik pengolahan resin yang dapat memproduksi resin sekitar 500 ton/bulan. Tesis ini menganalisa keuntungan dan kelayakan bisnis yang didapat dari pembangunan dan ekspansi pabrik baru yang memproduksi resin dengan menggunakan analisa keuangan Payback Period, Profitability Index, Net Present Value, dan Internal Rate Return. Kriteria agar proyek ekspansi ini dapat dilanjutkan apabila NPV bernilai positif, Internal Rate of Return sama dengan nilai Cost of Capital, Proyek ini telah menghasilkan Net Present Value positif sebesar Rp. 3.798.620.000, 00 Internal Rate of Return (IRR) sebesar 35%, yang melebihi biaya modal.

The purpose of this thesis is to analyze feasibility study based on marketing and financial analysis of new factory for resin product at PT. Kansai Paint Indonesia. In order to fulfil the order and to reduce cost for raw material that always imported from Thailand and Japan, PT. Kansai Paint would expanding to build new resin factory to produce for about 500 tons per/month.This thesis examines the profitability in commencing the expansion of new factory for resin product and the feasibility of the business through the use of financial tools namely Payback Period, Profitability Index, Net Present Value (NPV) and Internal Rate of Return (IRR). Criterion for a project to be accepted is where Net Present Value is positive, Internal Rate of Return exceeds the cost of capital and Profitability Index exceeds 1.The project has result positive Net Present Value as Rp. 3.798.620.000, 00 Internal Rate of Return (IRR) as 35 %, which is exceed the cost of capital; Profitability Index exceeding to 1 as 4.15 ; Payback period is 2.11 years which is less than the period of project 10 years. The marketing mix strategy I' used to serve PT. Kansai Paint Indonesia target market by focusing primarily on the buyer that adapted by combination between the 4Ps and 4Cs model, where 4Ps is a product - centric approach while 4Cs is customer- centric approach."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T29179
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Abdissalam
"Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh working capital management
terhadap profitabilitas perusahaan serta peran moderasi kepemilikan keluarga
dalam pengaruh working capital management terhadap profitabilitas perusahaan.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 218 perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021. Penelitian ini menggunakan
unbalanced panel data, dimana model diestimasi dengan menggunakan metode
fixed effect model (FEM), random effect model (REM), dan generalized method of
moments (GMM). Hasil regresi menunjukan adanya pengaruh negatif signifikan
dari CCC terhadap ROA dan ROE, menjelaskan bahwa pengelolaan modal kerja
yang efektif dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Selain itu, ditemukan
pula bahwa kepemilikan keluarga secara signifikan memperkuat pengaruh negatif
CCC terhadap ROA. Meskipun begitu, efek moderasi tersebut tidak ditemukan
pada pengaruh CCC terhadap ROE.

This study aims to determine the effect of working capital management on
company profitability and the moderating role of family ownership in the effect of
working capital management on company profitability. Using a sample of 218
manufacturing companies on the Indonesia Stock Exchange in the 2018-2021
period with unbalanced panel data, the research model was estimated using the
fixed effect model (FEM), random effect model, and generalized method of
moments (GMM). The regression results show a significant negative effect of CCC
on ROA and ROE, explaining that effective working capital management can
increase firm profitability. In addition, it is also found that family ownership
significantly strengthens the negative effect of CCC on ROA. However, the
moderating effect was not found on the effect of CCC on ROE.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Saptiana Dewi
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang bagaimana suatu perdamaian yang disahkan oleh pengadilan niaga mengikat kepada para pihak yang tidak ikut menyetujui perdamaian tersebut, utamanya terhadap kreditor separatis yang tidak hadir dalam rapat pembahasan dan pengambilan keputusan perdamaian, serta terhadap pemegang saham debitor. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan hasil penelitian deskriptif-analitis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perdamaian yang disahkan oleh pengadilan niaga seharusnya tidak mengikat bagi kreditor separatis yang tidak hadir dalam rapat pembahasan dan pengambilan keputusan perdamaian, namun bersifat memaksa mengikat pemegang saham dalam kaitannya dengan pemberian persetujuan RUPS.

ABSTRACT
This thesis provides an overview of how reorganization plan approved by the commercial court, binding to the parties who have not acceded the plan, primarily to secure creditors who have not attended the discussion meeting and decision making of the plan, as well as the debtor?s shareholders. This research is a qualitative with result of descriptive-analytical research. The result of this research shows of how the reorganization plan approved by the commercial court should not be binding to the secure creditors who have not attend the discussion meeting and decision making of the plan, but it is forced to bind shareholders approval on General Meeting of Shareholders."
2013
S47340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusuma Prabandari
"Dalam rangka memperoleh dana yang besar guna mendukung kegiatan ekspansi usaha, perusahaan tidak boleh mengabaikan upaya untuk memperkokoh struktur finansialnya. Struktur finansial mencerminkan bagaimana aktiva perusahaan dibelanjai, dan hal ini tercermin pada komposisi pasiva dalam neraca. Berdasar asumsi bahwa pendanaan perusahaan yang sehat pada awalnya harus dibangun dengan modal sendiri, maka aturan struktur finansial vertikal yang konservatif menetapkan Batas perimbangan yang harus dipertahankan suatu perusahaan mengenai besarnya modal asing (hutang) dan modal sendiri yang tercermin dalam Debt-to-Equity Ratio tidak boleh lebih dari 1.
Dengan mempertimbangkan aspek FRICT (flexibility, risk income, control, dan timing), upaya memperkokoh struktur finansial perusahaan dengan menambah modal sendiri dianggap sebagai cara yang paling aman dan menguntungkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal.
Didasarkan pada asumsi bahwa debt-to-equity ratio (DER) perusahaan akan turun setelah perusahaan go publik penelitian ini dimaksudkan untuk melihat apakah terdapat perbedaan yang signikan antara DERt-1dan DERt-0, DERt-1 dan DERt+1,, DERt-0 dan DERt+1, DERt-0 dan DERt+2, serta antara DER t+I dan DERt+2. Penelitian terhadap 147 emiten Baru yang tercatat di Bursa Efek Jakarta pada periode tahun 1989-1993 ini dilakukan dengan mengelompokkan objek penelitian kelompok sub sektor, kelompok tahun listing, dan masing-masing perusahaan secara keseluruhan.
Dengan menggunakan alat uji statistik "matched pairs samples method"dalam melakukan analisa, penelitian ini memberikan hasil bahwa ada perbedaan yang signifikan antara DERt-0 dan DERt-1, yaitu DERt-o < DERt-1, untuk seluruh kelompok penelitian yaitu pengelompokan berdasar sub sektor, tahun listing, dan masing-masing emiten secara keseluruhan. Demikian pula halnya penelitian ini juga memberikan kesimpulan bahwa DERt+1< DER t-1, atau dengan kata lain ada perbedaan yang sign ifikan antara DERt+1 dan DERt-1 untuk seluruh emiten yang diobservasi.
Pengujian antara DERt+1 dan DERt-0 memberikan kesimpulan bahwa untuk kelompok sub sektor maka diluar sub sektor real estate and property terdapat perbedaan yang signifikan antara DER t+1 dan DERt-0, Atau dengan kata lain hanya sub sektor real estate and property menunjukkan DERt+1 > DERt-0. Sementara untuk kelompok tahun listing, hanya emiten yang listing tahun 1991 dan 1992 saja yang menunjukkan perbedaan yang signifikan antara DER t+1 dan DERt-0 Atau dengan kata lain emiten yang listing tahun 1989, 1990 dan 1993 menunjukkan DERt+1 > DERt-o. Namun demikian secara keseluruhan emiten yang diobservasi menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara DER t+1 dan DERt-o. Atau dengan kata lain secara keseluruhan emiten yang diobservasi menunjukkan DER,+1 >DERt-o."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
T5889
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruri Suhada Budiastyo
"PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. merupakan salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara adalah sebagai perusahaan maskapai penerbangan tertua di Indonesia dan the Airline of Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline. Pada program magang ini, penulis ditempatkan di divisi Commercial Research (CMR) pada bagian Marketing. Jabatan penulis adalah karyawan magang di divisi Commercial Research. Penulis diberikan pekerjaan yaitu updating competitor profile, yakni mencari dan memperbaharui informasi terbaru perkembangan dari para pesaing pada rute internasional. Penulisan laporan magang ini menganalisis strategi pemasaran pesaing pada rute internasional yang mencakup analisis Segmenting, Targeting, Positioning, dan Marketing Mix.

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk is one of the State-Owned Enterprises as the company is the oldest airline in Indonesia and the Airline of Indonesia has its own concept as a full service airline. In the internship program, the author placed in the Commercial Research (CMR) division of the marketing. The author title is an intern position. The author's job work is to update competitor profiles which is searching and updating the latest information and development of the competitors on the international route. This report analyzes the competitor marketing strategy on the international route that includes segmenting, targeting, positioning, and marketing mix analysis.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Bahrawi
"Perkembangan perusahaan-perusahaan penerbangan (airline) dengan konsep biaya murah (low cost airlines) sejak pertengahan tahun 2000 berdampak pada terjadinya kompetisi antar airline. Persaingan antar perusahaan penerbangan dalam rangka mendapatkan pasar dapat kita lihat dari terjadinya 'perang tarif' antar perusahaan. Perang tarif antar airline perlu dikaji dan dicermati, sehingga tidak merugikan baik konsumen selaku pengguna jasa maupun perusahaan penyedia jasa itu sendiri.
Untuk itu perlu diadakan suatu kajian mengenai kompetisi yang terjadi antar perusahaan penerbangan. Sumatera Utara dengan bandaranya Polonia merupakan salah satu daerah yang juga dilayani oleh perusahaan penerbangan berbiaya mewah. Penelitian ini dilakukan untuk melakukan dokumentasi dan mengkaji kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah terkait dengan low cost carriers, mengetahui tingkat elastisitas pengguna jasa penerbangan (jumlah penumpang) dengan tingkatan tarif untuk masing-masing maskapai penerbangan.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah masih cenderung reaktif atas perkembangan yang terjadi di lapangan. Hal ini terlihat dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan adalah setelah terjadinya suatu peristiwa atau kejadian di lapangan. Dari hasil model utilitas yang dibangun, dimana variabel-variabel yang digunakan adalah variabel kenaikan harga, keterlambatan yang dialami selama penerbangan dan sumber dana yang ada didapatkan bahwa ketiga variabel tersebut sangat mempengaruhi probabilitas pemilihan suatu airline. Model utilitas dibangun dengan menggunakan data yang didapatkan dari quisioner dengan menggunakan metode stated preference."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16963
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Ulya
"Sebuah perusahaan harus mampu menyikapi berbagai perubahan lingkungan industri yang dapat mempengaruhi bisnisnya baik secara langsung maupun tidak langsung termasuk dalam industri penerbangan rute pengumpan dan perintis dimana industri penerbangan sarat dengan modal dan sifat produk yang mudah hangus. Strategi bersaing yang termanifestasi dalam bentuk model bisnis penting untuk dilakukan analisis guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Studi Karya Akhir ini berangkat dari fenomena unik industri penerbangan rute pengumpan dan perintis dengan adanya outsourcing yang dilakukan maskapai penerbangan untuk proses pemasaran dan penjualan. Bentuk ini dikenal dengan model bisnis bulk yang memberikan hak eksklusif penjualan seluruh kapasitas pesawat.
Pokok mendasar penyebab urgensitas LYA Airlines harus meninjau model bisnisnya datang dari kebijakan pemerintah yang merangsang perkembangan usaha dimana memberikan kesempatan LYA Airlines untuk berkembang sekaligus membuka peluang peningkatan persaingan yang muncul dari maskapai lama ataupun pemain Baru. Tantangan tersebut aka' berwujud serangan alas kekuatan ikatan dua entitas yang bekerjasama antara LYA Airlines dengan mitra general sales agent (GSA).
GSA dapat melepaskan diri dan beralih kepada maskapai penerbangan lain yang menawarkan keuntungan lebih besar terutama dari national network carrier melalui jaringan rote yang besar. Kemungkinan lain adalah lepasnya GSA untuk mendirikan maskapai penerbangan sendiri. Indikasi kemungkinan pemutusan hubungan kerjasama tampak dari perilaku GSA yang berusaha melobi pemerintah dimana saat ini telah membuka kembali keran perijinan pendirian maskapai penerbangan khusus untuk rule pengumpan dan perintis.
Panting bagi LYA Airlines untuk mengamankan bisnis Non Papua mengingat wilayah ini menjadi sandaran pertumbuhan usaha dengan prospek masa depan yang menjanjikan, selain itu wilayah Papua mulai menampakkan kejenuhan dengan indikasi tidak terserapnya kapasitas angkutan kargo yang ditawarkan. Lepasnya GSA akan menyebabkan putusnya mata rantai penciptaan nilai pada proses hilir sehingga bisnis Non Papua tidak berjalan. Oleh karena itu, langkah yang harus dilakukan adalah memastikan bahwa seluruh rangkaian proses penciptaan nilai tersedia.
LYA Airlines memiliki asset speccity berupa armada pesawat dimana hal tersebut menjadi exit barrier yang besar sehingga akan sangat merugikan jika keluardari bisnis Non Papua karena harus menangguk beban biaya tetap yang timbul sementara pendapatan tidak dapat diperoleh dengan kekosongan operasi. Dengan demikian, ketergantungan LYA Airlines atas bisnis Non Papua bukan saja datang dari prospek yang menjanjikan namun jugs efek kerugian yang ditimbulkan jika keluar dari bisnis ini.
Meskipun demikian, upaya pengamanan proses hilir tidak serta merta dapat dilakukan dengan mengambil alih peranan GSA untuk dikerjakan secara internal perusahaan. Kendala yang mencuat adalah karakteristik industri penerbangan rate pengumpan dan perintis dimana terdapat afilasi biro perjalanan yang dapat bereaksi negatif dengan melakukan blockaded entry. Kendala lain adalah waktu yang dibutuhkan untuk membangun kesiapan internal. Semakin lama proses maka akan semakin besar biaya yang ditanggung.
Langkah preventif untuk pengamanan bisnis Non Papua dapat dilakukan dengan joint venture dengan mitra GSA terkuat yaitu LST Travel. Secara jangka pendek solusi joint venture akan menghindarkan dari resiko kehilangan bisnis dan investasi yang besar untuk pembentukan kapabilitas internal. Solusi ini secara strategic juga menguntungkan dalam jangka panjang dengan kesempatan pembelajaran proses hilir berupa marketing dan penjualan, khususnya dalam jaringan distribusi sekaligus penetrasi kepada afiliasi biro perjalanan.
Faktor kunci keberhasilan terbentuknya joint venture terletak pada daya tawar dimana LYA Airlines dapat menawarkan pertambahan keuntungan dari kondisi kerjasama model bisnis bulk yang berasal dari pemberian hak penjualan seluruh teritori ditambah jalinan kerjasama dengan maskapai lain dalam bentuk interline. Ancaman LST Travel akan dinetralisir melakui joint venture agar berubah menjadi mitra yang bersahabat.
Pada akhirnya independensi sebagai sasaran jangka panjang harus tetap diupayakan melalui peningkatan kapabilitas internal. Hal ini dapat dimulai dengan melakukan penyesuaian organisasi yang difasilitasi oleh joint venture.

Commuter airlines facing a fast changing business environments that can lead to company sustainability. Carriers are driven to conduct an appropriate strategy to obtain such a competitive advantage in order to adept with competition forces. The airlines industry basically is very capital-intensive business whilst produce perishable product. The increased competition thus associated with new regulation emphasizes the need to reconsider the business model.
Previous studies on outsourcing stated that the company should keep the core process inside, In contrast, this research would explore the unique phenomenon in Indonesia's commuter airlines industry that outsources marketing and sales function. - Marketing and sales are the airlines core process value chain. The outsourcer is general sales agent (GSA) who will conduct those activities as if airlines branch offices. This model also known as bulk business model.
The main challenge is how LYA Airlines, as one of the commuter player in Indonesia, must respond to government policies. Almost from the inception of commercial aviation industry, the governments regulate airlines. In recent year, substantial government policy was made to stimulate the business growth as well as to raise the competition. Problem associate with the environment changes due to government policy will threatening the Non Papua Business in the form of breaking forces to the business contract between LYA Airlines and GSA.
GSA could easily terminate the contract and shift to other airlines especially national network carrier who offers more benefit with their wider route network.
Another possibility is GSA backward integration facilitated by new government policy. The government had already opened the airlines license for those who will operate in the commuter services.
LYA Airlines should reassure the continuity of their Non Papua business which is well promising for future growth. Another reason is the Papua business could not absorb any incremental freighter capacity supplied that indicate as market saturation. If the contract termination from GSA occurs, core process value chain would not complete and LYA Airlines would loose the market to generate revenue. Therefore, LYA Airlines must ensure the whole value chains are functioning.
The present of asset specificity in the form of aircraft would impede LYA Airlines to exit from the business as well as to stay-in without operation. Aircraft would make a big exit barrier which is burdened LYA Airlines with fixed cost. Thus LYA Airlines need Non Papua business not only for future prospect but also the losses if quit from the business.
Lack of resources and commuter airlines industry characteristic turn out to be limitation of the action required to secure the value chain. LYA Airlines could not take over the downstream process while spokes city intermediary could react negatively by doing blockaded entry. In the mean while LYA Airlines internal resources has not ready yet and time for developing skill and knowledge emerge as an issue. Longer time needed would increase the cost required.
LYA Airlines should constitute joint venture with the current biggest GSA partner, LST Travel, as prevention action. In the short term, loosing the Non Papua business and additional investment to secure the business could be avoided. In the long term, joint venture also gives benefit as an opportunity to acquire the downstream process skill and knowledge. While continuing to acquire internal capability for future independency, LYA Airlines working to resolve issues with forming joint venture, so additional cost could be avoided.
Key success factor in forming joint venture is bargaining power between parties. LYA Airlines could offer more benefit by giving LST Travel selling right for the whole territory. In addition, more benefit could come from interline agreement with another carrier especially national network carrier. Hereby, treat from LST Travel could be neutralized.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18501
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>