Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170606 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pemahaman terhadap proses pengadukan dan pencampuran penting untuk dimiliki oleh seorang mahasiswa Teknik Kimia. Selain karena proses ini tidak bisa dinyatakan hanya dengan sebuah kajian teoritis, kualitas dari proses ini pun pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas dari proses lain yang melibatkannya. Oleh karena itu, perlu tersedianya alat unit operasi yang melengkapi kurikulum praktikum Proses Operasi Teknik pada Departemen Teknik Kimia. Secara sederhana, alat tersebut bisa berupa tangki berpengaduk. Penelitian ini dilakukan dalam sebuah tangki silinder berkapasitas 2 liter dengan diameter 15 cm dan tinggi 20 cm yang diaduk dengan posisi sumbu center, center dengan baffle, off center dan incline. Pengaduk yang digunakan terdiri dari pitch blade propeller, pitch turbine propeller, sharp blade propeller, turbine impeller, hole blade impeller, radial blade impeller dan rose blade impeller. Kecepatan pengaduk bervariasi antara 50 hingga 1750 rpm. Fluida yang diaduk adalah air dan fluida kental. Pemilihan jenis pengaduk dan posisi sumbu pengaduk diteliti pengaruhnya terhadap kebutuhan daya pengadukan. Penentuan kondisi optimum dari operasi pencampuran dilakukan dalam sebuah proses dispersi padat ? cair berupa pencampuran warna primer menjadi warna sekunder pada tangki kapasitas 2 dan 20 liter. Sharp blade propeller membutuhkan daya pengadukan yang minimum pada setiap posisi sumbu pengaduk dalam air maupun fluida kental. Posisi sumbu center membutuhkan daya pengadukan minimum untuk setiap jenis pengaduk. Kondisi optimum pencampuran dengan waktu tercepat dihasilkan oleh sharp blade propeller. Sedangkan, untuk daya pencampuran minimum dihasilkan oleh rose blade impeller."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bondan Priyambodo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
S38437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Munawir Yusuf
"Penelitian ini dilaksanakan atas dasar kenyataan bahwa hasil belajar yang tinggi merupakan dambaan bagi setiap anak lebih-lebih bagi orangtua. Karena itu tidak jarang terjadi orangtua yang kadang-kadang memaksakan anaknya untuk masuk ke sekolah tertentu dengan harapan prestasinya menjadi baik. Padahal kita tahu bahwa untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik atau tinggi, banyak faktor yang terkait, tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan harapan orangtua maupun kualitas sekolah. Masih banyak faktor lain yang berpengaruh dan harus diperhatikan, baik yang bersifat internal maupun eksternal, baik yang bersifat intelektif maupun non intelektif. Karena itu perlu ditelusuri sejauh mana peran faktor intelektif dan non intelektif terhadap hasil belajar pada siswa yang terbukti telah mampu mencapai prestasi unggul atau tinggi.
Duaratus siswa Kelas I SMP Negeri I Surakarta ditetapkan sebagai sampel penelitian dari sejumlah 355 siswa yang menjadi populasi penelitian. Mereka ini berdasarkan NEM SD yang diperoleh, termasuk golongan paling tinggi untuk wilayah Surakarta, yang berarti termasuk berprestasi Unggul. Dengan mengkhususkan pada variabel Inteligensi, dan Kreativitas (disebut faktor intelektif), serta Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar (disebut faktor non intelektif), dicari hubungannya dengan Prestasi Belajar yang dicapai siswa pada Catur Wulan Pertama 1995/1996 untuk beberapa mata pelajaran yang ditetapkan. Masing-masing variabel dicari hubungan atau korelasinya, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama.
Dengan menggunakan analaisis Regresi Ganda dengan bantuan komputer Program Statistik SPS dari Sutrisno Hadi dan Sena Pamardiyanto Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (1994), diperoleh hasil sebagai berikut:
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Inteligensi, Kreativitas, Pala Asuh Orangtua, dan Perilaku Belajar, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama, dengan Prestasi Belajar pada Siswa Berprestasi Unggul (F x.458 dengan P = 0.000).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Inteligensi dengan Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Unggul setelah pengaruh Kreativitas, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar dikontrol (r = 0.185 dan p= 0.001).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Kreativitas dengan Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Unggul setelah pengaruh Inteligensi, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar dikontrol (r = 0.0126 dan p = 0.011).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Pola Asuh Orangtua dengan Prestasi Belajar setelah pengaruh Inteligensi, Kreativitas dan Perilaku Belajar dikontrol (r = 0.172 dan p = 0.010).
- Ada hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa Berprestasi Unggul setelah pengaruh Inteligensi, Kreativitas, dan Pola Asuh Orangtua dikontrol (r x.146 dan p = 0.027).
- Ada perbedaan besamya sumbangan efektif maupun relatif antara Inteligensi, Kreativitas, Pola Asuh Orangtua dan Perilaku Belajar terhadap Prestasi Belajar. Sumbangan efektifnya adalah 4,4% (Inteligensi), 2,2% (Kreativitas), 2,9% (Pola Asuh Orangtua) dan 2,1% (Perilaku Belajar). Sedangkan sumbangan relatifnya adalah Inteligensi (37,5%), Kreativitas (18,8%), Pola Asuh Orangtua (25,2%), dan Perilaku Belajar (18,3%).
Dengan demikian keenam hipotesis yang diajukan terbukti kebenarannya dengan tingkat signifikansi yang cukup tinggi (p = < 0.01). Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak dengan prestasi tinggi yang dicapai pada NEM SD, secara umum dapat diterangkan melalui keempat variabel yang diteliti ini sebesar 11.7%. Walaupun besarnya sumbangan efektif tidak terlalu tinggi, namun secara statistik temuan ini sangat meyakinkan / signifikan.
Untuk penelitian lebih lanjut, kiranya dapat diajukan saran-saran antara lain sebagai berikut. (1) Mengenai sampel penelitian, hendaknya dapat diperluas tidak hanya satu sekolah tetapi dapat dicari beberapa sekolah yang memiliki karakteristik berbeda. (2) Mengenai variabel penelitian, juga dapat ditambah karena masih banyak faktor lain yang masih harus digali. (3) Mengenai skala pengukuran yang telah dikembangkan dapat dilakukan kalibrasi lagi untuk menampung perkembangan-perkembangan baru yang terjadi dalam masyarakat sehingga dapat ditambah butir-butir baru yang relevan. (4) Sementara itu dari hasil penelitian ini kiranya orangtua dan guru lebih memperhatikan dalam hal pembinaan kedisiplinan belajar pada anak didiknya, serta memacu perkembangan kreativitas anak, terutama menghadapi perkembangan yang penuh dengan tantangan dan pilihan-pilihan seperti sekarang Dengan demikian anak didik kita lebih memiliki kesiapan dalam memasuki era globalisasi di masa yang akan datang (mys)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Adythya Fernando
"ABSTRAK
Penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa ada 2 regime reaksi co-pyrolysis yang memiliki perbedaan trend pada yield bio-oil-nya, yaitu regime dengan komposisi plastik dalam umpan reaktor kurang dari 40 regime 1 dan regime dengan komposisi plastik dalam umpan reaktor lebih dari 40 regime 2 .Penelitian yang dilakukan saat ini berhasil membuktikan bahwa hal tersebut merupakan pengaruh perpindahan panas bahan dalam reaktor. Perpindahan panas dipelajari dengan melihat suhu yang direkam oleh termokopel pada tujuh lokasi yang berbeda di dasar reaktor. Hasil yang didapatkan adalah pada regime 1, perpindahan panas terjadi dengan dominasi oleh radiasi ke biomassa, sedangkan pada regime 2 didominasi oleh konveksi ke plastik.Variasi komposisi pada regime 1 tidak berpengaruh kepada perubahan suhu dalam campuran sedangkan pada regime 2 menunjukkan semakin kecil komposisi biomassa maka semakin tinggi suhu campuran yang dicapai. Penelitian ini menunjukkan bahwa perpindahan panas belum terjadi dengan merata pada campuran sehingga pirolisis biomassa belum dapat mencapai pirolisis sekunder dengan baik sedangkan pirolisis plastik sudah menghasilkan distribusi produk yang merata.

ABSTRACT
The previous research shows that there are two regimes of co pyrolysis reaction which have different trend of bio oil rsquo s yield, they are the regime with plastic composition in reactor feed less than 40 regime 1 and regime with plastic composition in reactor feed more than 40 regime 2 .Current research has proved that it is the effect of heat transfer of materials in the reactor. The heat transfer was studied by looking at the temperature recorded by the thermocouple at seven different locations at the bottom of the reactor. The result is that in regime 1, heat transfer occurs dominanty by radiation to biomass, whereas in regime 2 it is dominated by convection to plastic.The variation of composition in regime 1 does not affect the temperature change in the mixture, while in regime 2 the smaller the composition of the biomass the higher the mixed temperature is achieved. This study shows that heat transfer has not occurred evenly on the mixture so that biomass pyrolysis has not been able to achieve the secondary pyrolysis well whereas plastic pyrolysis has produced an even distribution of the product."
2017
S67133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Kusmayadi
"Pada penelitian ini diparkenalkan suatu faktor yang disebut dengan Kolom Aerasi Sistem Injeksi Berganda, yang selanjutnya cukup disebut dengan kolom aerasi berganda saja. Kolom ini merupakan kolom gelembung (bubble column) yang berfungsi sebagai alat kontak antar fasa gas-cair sehingga terjadi proses perpindahan massa gas ke dalam fasa cair. Kolom gelernbung banyak ditemui dalam industri, seperti pada industri kimia dan petrokimia. Selain ilu, kolom gelembung juga penting peranannya dalam bidang bioteknologi, khususnya dalam bidang fermentasi dan pengolahan air limbah industri.
Kolom aerasi berganda pada penelitian ini dibuat untuk mengurangi limbah cair fenol dengan menggunakan sistem oksidasi. Sistem oksidasi yang digunakan adalah dengan proses biologi dan proses langsung. Proses biologi adalah dengan menggunakan mikroorganisma yang dilarutkan dalam kolom aerasi.
Mikrorganisma ini dapat mengoksidasi fenol sehingga dapat terurai menjadi senyawa lain yang tidak berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan proses langsung yaitu dengan mcnggunakan gas ozon (O3) dan oksigen (O2) sebagai oksidatornya.
Proses dengan menggunakan mikroorganisme atau disebut proses lumpur aktif yang telah banyak digunakan, mempunyai kelemahan dalam pengadukan yang kurang sempurna dan menyebabkan aerasi kurang merata sehingga banyak mikroorganisme mati. Kelemahan lainnya adalah tinggi/kedalaman tangki aerasi terbatas (tidak boleh Iebih dari 1 meter) dan konstruksi bioreaktor yang kurang menjamin aerasi di semua Iitik sehlngga timbul banyak dead zone. Untuk mengatasi kendala-kendala dalam sistem acrobik di atas maka dalam penelitian ini diperkenalkan suatu unit aerasi (bioreaktor) berupa kolom aerasi berganda."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S49055
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Afreza Shidiq
"ABSTRAK
Adanya ketidaklinearan pada reaktor alir tangki berpengaduk mampu menyebabkan gangguan ketika proses sedang berjalan. Gangguan tersebut menyebabkan turunnya kualitas produk, sehingga diperlukan penanganan terhadap gangguan. Skripsi ini membahas penggunaan Representative Model Predictive Control (RMPC) dalam memilih beberapa model predictive control (MPC) lokal yang kemudian dikombinasikan untuk membuat Multi Model Predictive Control (MMPC), dan digunakan untuk menangani gangguan pada proses. Penelitian ini menggunakan model reaktor Bequette dan disimulasikan menggunakan perangkat lunak MATLAB. Variabel bebasnya adalah konsentrasi feed sedangkan variabel kontrolnya adalah konsentrasi produk dan suhu reaktor. Hasil dari penelitian menunjukkan IAE MMPC lebih kecil dari IAE PI.

ABSTRACT
Existing nonlinearity in continuous stirred tank reactor can cause disturbances when the process is running. Those disturbances cause a decline in product quality, so that disturbances rejection control is needed. The use of Representative Model Predictive Control (RMPC) in selecting some of the local Model Predictive Control (MPC) and then combined to make Multi Model Predictive Control (MMPC) are discussed and explained. MMPC, a Bequette reactor model, and MATLAB software were used and applied to handle disturbances and simulate. Manipulated variable is feed concentration while the controlled variables are product concentration and reactor temperature. The results of this study show that IAE value of MMPC is smaller than IAE value of PI."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42686
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Trisna Silawati
"Penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan salah satu kelainan kongenital paling umum pada anak. Bedah jantung koreksi dengan cardiopulmonary bypass (CPB) adalah penatalaksanaan definitif untuk banyak kasus PJB. Namun, angka mortalitas dan morbiditas pascabedah jantung tetap tinggi, sehingga pemantauan hemodinamik yang efektif di Cardiac Intensive Care Unit (CICU) menjadi sangat penting. Parameter mikrosirkulasi seperti kadar laktat darah telah lama digunakan untuk mengevaluasi luaran klinis. Namun, metode non-invasif seperti indeks perfusi (IP) kini semakin diminati untuk memantau mikrosirkulasi secara real-time dan berkelanjutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara IP dan kadar laktat darah pada pasien anak pascabedah jantung koreksi. Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif dilakukan di ruang perawatan jantung intensif Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada September-Oktober 2024. Subjek penelitian adalah anak berusia 1 bulan hingga 18 tahun yang dirawat setidaknya 8 jam pascabedah jantung koreksi yang memenuhi kriteria inklusi. Pemeriksaan IP dan kadar laktat darah dilakukan pada jam ke-1, 4, dan 8 pascabedah. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan SPSS versi 25.0. Berdasarkan analisis studi yang didapatkan pada 34 anak yang diikutsertakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik demografis subjek memiliki usia median 21,5 bulan (rentang interkuartil: 10,25–79,5 bulan). Dengan penyakit jantung bawaan (PJB) asianotik merupakan diagnosis terbanyak, yaitu 20 subjek (58%). Sebagian besar subjek mengalami malnutrisi, dengan distribusi status gizi buruk pada 14,7% dan gizi kurang pada 44,1%. Sebanyak 23 subjek (66%) menjalani operasi bedah jantung koreksi dengan bantuan mesin sirkulasi ekstrakorporeal (CPB). Dari jumlah tersebut, 20 subjek (86%) memiliki durasi CPB di bawah 120 menit, sementara 3 subjek (14%) memiliki durasi CPB lebih dari 120 menit. Selain itu, 6 subjek (18,2%) mengalami Low Cardiac Output Syndrome (LCOS), sedangkan 27 subjek lainnya (81,8%) tidak mengalami LCOS. Sedangkan dari hasil penelitian ini juga ditemukan korelasi negatif yang signifikan antara IP <1,4 dengan kadar laktat darah pada jam ke-4 (-0,455, p=0,038) dan jam ke-8 (-0,515, p=0,017). Sebaliknya, IP ≥1,4 pada jam ke-4 menunjukkan korelasi positif yang kuat dengan bersihan laktat (0,719, p=0,006). Hal ini menunjukkkan bahwa Indeks perfusi memiliki korelasi yang signifikan dengan kadar laktat darah, sehingga dapat menjadi parameter non-invasif yang berguna untuk memantau status mikrosirkulasi pada anak pascabedah jantung korektif.

Congenital heart disease (CHD) is among the most common congenital disorders in children. Corrective cardiac surgery with cardiopulmonary bypass (CPB) is a definitive treatment for many CHD cases. Despite advances, post-cardiac surgery morbidity and mortality remain significant, emphasizing the importance of effective hemodynamic monitoring in the Cardiac Intensive Care Unit (CICU). Blood lactate levels are well-established microcirculatory indicators for clinical outcomes. Recently, non-invasive methods like the Perfusion index (PI) have gained traction for continuous and real-time microcirculatory assessment. The Objective of this study aimed to evaluate the correlation between PI and blood lactate levels in pediatric patients post-cardiac corrective surgery. An prospective cohort study was conducted in the CICU of Cipto Mangunkusumo Hospital from September to October 2024. Pediatric patients aged 1 month to 18 years who were hospitalized for at least 8 hours post-cardiac surgery were included. PI and blood lactate levels were measured at the 1st, 4th, and 8th hours post-surgery. Data were analyzed using Spearman’s correlation test via SPSS version 25.0. Based on the analysis study from thirty-four children participated in this study. The results showed that from the demography caracteristic the subjects showed that the median age was 21,5 months (interkuartil range: 10,25–79,5 months). With the acyanotic congenital heart disease (CHD) as the most diagnosis are 20 subject (58%). Most of the subject with malnutrision, with the poor nourished distribution was 14,7% and undernourished was 44,1%. With 23 subject (66%) have undergone the heart correction surgery with Cardiopulmonary bypass machine (CPB) with 20 subject (86%) had the CPB time under 120 minutes, 3 subject (14%) with CPB time more than 120 minutes. Beside that, 6 subject (18,2%) had. the Low Cardiac Output Syndrome (LCOS), and another 27 subject (81,8%) didn’t. A significant negative correlation was observed between PI <1.4 and blood lactate levels at the 4th hour (-0.455, p=0.038) and the 8th hour (-0.515, p=0.017). Conversely, PI ≥1.4 at the 4th hour showed a strong positive correlation with lactate clearance (0.719, p=0.006). This results showed that the Perfusion index demonstrates a significant correlation with blood lactate levels, supporting its utility as a non-invasive parameter for monitoring microcirculation in pediatric patients post-cardiac corrective surgery."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nurfallah
"Hasil cholinesterase serta survey tentang persepsi, pengetahuan, personal hygiene, penggunaan APD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi tahun 2005 terhadap 200 petani didapatkan hasil rata rata 40,50 % petani dengan keracunan berat, rata rata 75,50 % pelani memiliki persepsi buruk, rata rata 76,00 % petani memiliki pengetahuan buruk rata rata 83,00 % petani dengan personal hygiene buruk, rata rata 71,00 % petani berperilaku buruk dalam menggunakan APD.Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara faktor - faktor yang mempengaruhi persepsi risiko dalam mengelola pestisida dengan tingkat keracunan pestisida pada petani sayunan yang meliputi : faktor internal (pengetahuan, perilaku penggunaan alat pelindung diri, perilaku higiene perorangan, masa kerja ), faktor eksternal (penyuluhan/pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja, budaya keselamatan dan kesehatan kerja dan frekuensi kontak dengan pestisida), tingkat keracunan pada petani dan persepsi risiko.Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif (descriptive research) adaiah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti dengan pendekatan cross-sectional study.
Hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi persepsi yaitu ; pengetahuan dalam mengelola pestisida; perilaku penggunaan APD ; perilaku personal hygiene ; budaya keselamatan dan kesehatan kerja sedangkan yang tidak berkorelasi yaitu : masa kerja petani ; penyuluhan /pelatihan K3 dan frekuensi kontak. Disamping itu faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi risiko yang diterima (tingkat keracunan pestisida) yaitu ; pengetahuan rnengelola pestisida ; perilaku penggunaan alat pelindung diri perilaku personal hygiene; frekuensi kontak; budaya K3, sedangkan yang tidak mempengaruhi risiko yang diterima yaitu : masa kerja petani ; pelatihan K3 serta tidak ada korelasi antara persepsi petani dengan tingkat keracunan/risiko yang diterima petani. Kesimpulan : ada 3 variabei faktor internal yang berkorelasi dengan persepsi ( pengelahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada 1 variabel faktor eksternal yang berkorelasi dengan persepsi petani yaitu : budaya K3 , ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan risiko yang diterima (pengetahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada 2 varibel faktor eksternal yang berkorelasi dengan tingkat keracunan/risiko (frekuensi kontak dan budaya K3).

Result from previous study on conducted by Public health service Bekasi District year in 2005 among 200 farmers indicated that the majority of the farmers ( 40,50 %) had a severe pesticide poisoning level. Based on the study, the majority of the farmers have poor perception( 75,50 %), low level of knowledge (76,00 %), poor personal hygiene ( 83,00 %) and poor safe behavior towards the use of personal protective equipment (PPE) ( 71,00 %).The aim ofthe study is to evaluate correlation between factors that influencing the vegetable farmer risk perception in pesticide handling whit the levei of pesticide poisoning. The factors that influencing the risk perception of the vegetable farmer including internal factors ( Knowledge, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, work period) ; external factors (OHS training, safety culture and frequency of contact with pesticide), level of poisoning in the farmer and risk perception. The type of research design used in the study was a descriptive research which describing on a particular object or condition without any treatment manipulation. The approach used in the study was based on cross sectional.
Resulth suggested that internal external factors which influencing risk perception including knowledge on pesticide handling, the use of PPE , personal hygiene, OHS culture were not correlated with work period., OHS training and frequency of contact. Furthermore internal and external factor which influencing the level of risk accepted by the farmer (level of pesticide poisoning) were : knowledge on pesticide handling, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, frequency of contact, OHS culture. In addition, factors that were not influencing the level of risk were : work period and OHS training. There were also no correlation between farmers risk perception with thc level of risk accepted (level of pesticide poisoning). In conclusion, there were 3 variable derived from internal factors that correlated with risk perception ( knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There was one variable derived from external factor which was correlated with farmers risk perception (safety culture). There 3 variable derived from internal factors which was correlated with of risk accepted (knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There 3 variable derived from internal factors which was correlated with level of risk (level of pesticide poisoning): frequency of contact and OHS culture.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Nurfallah
"Hasil cholinesterase seita survey tentang persepsi, pengetahuan, personal hygiene, pcnggunaan APD yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belmi tahun 2005 terhadap 200 petani didapatkan basil mia rata 40,50 % petani dengan keracunan berat, lata rata 75,50 % petani memiliki persepsi buruk, rata rata 76,00 % peta.ni` memiliki pengetahuan bumk, rata rata 83,00 % petani dengan personal hygiene buruk, rata rata 71,00 % petani berpcrilaku bnmik dalam menggunakan APD_Tesis ini bertujuan unmk mengelnhui korelasi anlara faktor - Ezktor yang mcmpengaruhi pcrsepsi risfko dalam mengelola pestisida denpn tingkat keracunan pestisida pada pctani sayuran yang meliputi : fhktor intemal (pengetahuan, perilaku penggunaan ala! pelindung diri, perilaku higiene perorangan, masa kegia ), faktor ekstemal (penyuluhan/pclatihan keselamatan dan kesehatn kerja, budaya keseiamatan dan keseharn kenja dan frekuensi komak dengan pestisida), tingkat keracunan pada petani dan persepsi xisiko.Jenis penelitian yang dilakukan adalah peneiitian deskriptif (descriptive research) adaiah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan seiclas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap obyek yang diteliti dengan pendekatan cross-seclionul smdjul-lasil penelitian yang tclah dilakukan terhadap faktor intcmal dan ckstemal yang mempcngaruhi persepsi yaitu ; pengetabuan dalam mengelola pestisida; perilaku penggunaan APD ; perilaku persona! hygiene ; budaya keselamatan dan kesehatan kelja sedangkan yang tidak berkorelasi yaitu : rnasa kelja petani ; penyuluhan /peiatihan K3 dan frekuensi kontak. Disamping ilu faktor internal dan ekstemal yang mempengaruhi risiko yang diterima(tingkat keracunan pestisida) yaitu ; pcngetahuan mengclola pestisida ; pcriiaku penggunaan alat pclindung diri perilaku personal hygiene; iiekuensi kontak; budaya K3, scdangkan ynag tidak mempcngarusi risiko yang diterima yaitu : masa kerja petani ; peiatihan K3 serta tidak ada koreiasi antara persepsi petani dcngan tingkat kemcunan/risiko yang diterima petani. Kesimpulan : ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan persepsi ( pengezahuan ,penlaku penggunaan APD , perilaku personal hygiene ), ada l variabei faktor ekstcmal yang berkorelasi dengan persepsi pelani yaitu : budaya K3 , ada 3 variabel faktor internal yang berkorelasi dengan risiko yang diterima (pengetahuan ,perilaku penggunaan APD , perilaku persona] hygiene ), ada 2 varibel faktor ekstemal yang berkoreiasi dengan tingkat keracunan/risiko (Erekuensi kontak dan budaya K3).

Result from previous study on conducted by Public health service Beltasi District year in 2005 among 200 farmers indicated that the majority ofthe farmers ( 40,50 %) had a severe pesticide poisoning level. Based on the study, the majority of the farmers have poor perception ( 75,50 %), low level of knowledge (76,00 %), poor personal hygiene ( 83,00 %) and poor safe belmvior towards the use of personal protective equipment (PPE) ( 71,00 %).The aim ofthe study is to evaluate correlation between factors that influencing the vegetable lamrer risk perception in pesticide handling whit the lcvci of pesticide poisoning. The factors that influencing the risk perception of the vegetable farmer including internal factors ( Knowledge, safe behavior towards the use of PPE, personal hygiene, work period) ; external factors (OHS training, safety culture and frequency of contact with pesticide), level of poisoning in the farmer and risk perception. The type of research design used in the study was a descriptive research which describing on a particular object or condition without any treatment manipulation. The approach used in the study was based on cross sectional. Resulth suggested that internal external factors which influencing risk perception including knowledge on pesticide handling, the use- of PPE , personal hygiene, OHS cuiture were not correlated with work period, OHS training and tiequency of contact. Furthcmtore internal and external factor which influencing the level of' risk accepted by the farmer (level of pesticide poisoning) were : knowledge on pesticide handling, safe belmvior towards the use of PPE, personal hygiene, frequency of contact, OHS culture. In addition, factors that were not influencing the level of risk were : work period and OHS training, There were also no correlation between farmers risk perception with the level of risk accepted (level of pesticide poisoning). In conclusion, there were 3 vanble derived from internal factors that correlated with risk perception( knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There was one variable derived from extemal factor which was correlated with farmers risk perception (safety culture). There 3 variable derived from intemal factors which was correlated with of risk accepted (knowledge on pesticide handling, safe behavior on the use of PPE and personal hygiene). There 3 variable derived from internal &ctors which was correlated with level of risk (level of pesticide poisoning): frequency of contact and OHS culture."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T34426
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>