Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 139803 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fani Siti Hanifah
"Harga bahan bakar minyak (BBM) terus mengalami kenaikan. Hal ini dikarenakan cadangan minyak bumi sebagai sumber bahan bakar utama jumlahnya semakin berkurang di lapisan bumi sedangkan kebutuhan akan energi semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dikembangkan sumber energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut. Pengembangan bioetanol dari biomassa berbasis lignoselulosa seperti bagas merupakan salah satu sumber energi alternatif yang cukup berpotensi untuk diterapkan di Indonesia. Selain karena sumber bahan bakunya yang melimpah di negara kita, prosesnya juga ramah lingkungan.
Pada penelitian ini telah dilakukan konversi selulosa pada bagas menjadi etanol menggunakan teknologi sakarifikasi dan fermentasi serentak atau Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF) dengan menggunakan enzim selulase dan selobiase. Pada proses sakarifikasi, enzim selulase akan memecah polimer selulosa menjadi glukosa sedangkan enzim selobiase akan memecah selobiosa (disakarida) menjadi glukosa. Selanjutnya glukosa melalui fermentasi diubah menjadi etanol dengan menggunakan yeast Saccharomyces cerevisiae. Variasi yang dilakukan meliputi variasi pH sistem yaitu pH 4 ; 4,5 dan 5, penambahan HCl konsentrasi rendah pada pH 5 dengan variasi konsentrasi 0,5 % dan 1 %, serta variasi jenis sampel pada pH 5 dimana bagas biasa tanpa pretreatment dibandingkan dengan bagas yang telah dilakukan pretreatment menggunakan jamur Lentinus edodes selama 4 minggu.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan enzim selulase dan selobiase dengan kondisi optimum pH 5 menghasilkan konsentrasi etanol yang lebih tinggi daripada penggunaan enzim selulase saja pada kondisi pH yang sama. Untuk konsentrasi substrat 45,455 g/L, pada penggunaan enzim selulase dan selobiase, konsentrasi etanol tertinggi yang dihasilkan bagas tanpa pretreatment adalah sebesar 5,79 g/L atau 25,45 % dari bagas sedangkan pada penggunaan enzim selulase saja sebesar 5,46 g/L atau 24,01 % dari bagas. Pada penambahan HCl dengan enzim selulase dan selobiase, konsentrasi etanol tertinggi dihasilkan oleh konsentrasi 1 % sebesar 6,49 g/L atau 28,55 % dari bagas sedangkan dengan enzim selulase sebesar 6,40 g/L atau 28,14 % dari bagas. Dengan bagas LE 4W pada penggunaan enzim selulase dan selobiase, dihasilkan konsentrasi etanol yang lebih tinggi lagi yakni sebesar 6,61 g/L atau 29,07 % dari bagas sedangkan dengan enzim selulase saja sebesar 6,49 g/L atau 28,55 % dari bagas. Ini juga menunjukkan bahwa penambahan HCl konsentrasi rendah serta pretreatment dengan jamur pelapuk putih L. edodes dapat meningkatkan kuantitas etanol yang dihasilkan dari konversi bagas.

The price of oil fuel material keep on increasing. It is because the quantity of oil reserve as a main fuel material source is more and more decrease in earth layer while energy requirement goes higher up. Therefore, the alternative energy source is necessary developed to supply it. The bioetanol development from biomass bases of lignocellulose like bagasse is a alternative energy which has potential to be applied in Indonesia. Beside of raw material source that is so many in our country, the process is also environment friendly.
On this research had been done the cellulose conversion of bagasse becomes etanol using Simultaneous Sacharification and Fermentation (SSF) technology by cellulase and cellobiase enzyme. On sacharification process, cellulase enzyme will break cellulose polimer becomes glucose whereas cellobiase enzyme will break cellobiose becomes glucose. Then glucose through fermentation is changed to be etanol by using yeast Saccharomyces cerevisiae. The variations include pH of system that is pH 4 ; 4,5 and 5, HCl addition low concentrated at pH 5 with variation of concentration that is 0,5 % and 1 %, also the kind of sample at pH 5 where bagasse without pretreatment is compared with bagasse which had been done pretreatment by using fungi Lentinus edodes for 4 weeks.
The result shows that the use of cellulase and cellobiase enzyme with system optimum condition pH 5 produce etanol concentration is higher than using only cellulase enzyme at the same pH condition. For substrate concentration 45,455 g/L, on the use of cellulase and cellobiase, the highest etanol concentration which is produced bagasse without pretreatment is 5,79 g/L or 25,45 % from bagasse whereas on the use of cellulase enzyme only is 5,46 g/L or 24,01 % from bagasse. On HCl addition, the highest etanol concentration using cellulase and cellobiase enzyme is produced by concentration HCl 1 % with amount 6,49 g/L or 28,55 % from bagasse whereas by cellulase enzyme only is 6,40 g/L or 28,14 % from bagasse. With bagasse LE 4W, on the use of cellulase and cellobiase enzyme is produced the highest etanol concentration that is 6,61 g/L or 29,07 % from bagasse whereas by cellulase enzyme only is 6,49 g/L or 28,55 % from bagasse. It also shows that HCl addition low concentrated and pretreatment by white rot fungi L. edodes can increase the etanol quantity that is produced from bagasse conversion.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2007
S49835
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richi Mardias
"Penggunaan bahan bakar fosil oleh manusia menimbulkan ancaman serius, yaitu jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa dekade mendatang dan polusi akibat emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Kesadaran terhadap ancaman tersebut telah mengintensifkan berbagai riset yang bertujuan menghasilkan sumber-sumber energi alternatif yang berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan. Salah satu energi alternatif yang relatif murah ditinjau aspek produksinya dan relatif ramah lingkungan adalah pengembangan bioetanol dari limbah-limbah pertanian (biomassa) yang mengandung banyak lignoselulosa seperti bagas (limbah padat industri gula). Bagas mengandung sekitar 50% selulosa, 20% hemiselulosa, 25% lignin dan sisanya berupa senyawa abu. Pada penelitian ini telah dilakukan percobaan untuk membuat etanol dari bagas dengan proses Sakarafikasi dan Fermentasi Serentak (SSF). Enzim selulase dan yeast Saccharomyces cerevisiae digunakan untuk hidrolisis dan fermentasi dalam proses SSF tersebut. Variasi pH yang digunakan adalah pH 4; 4,5 dan 5 untuk mendapat pH optimum. Untuk lebih meningkatkan kuantitas etanol yang dihasilkan, dilakukan penambahan HCl dengan konsentrasi 0,5% dan 1% (v/v) serta perlakuan awal dengan jamur pelapuk putih Lentinus edodes (L.edodes) selama 4 minggu. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama 24, 48, 72, 96 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol tidak dapat dihasilkan tanpa enzim selulase. Pada pH 4; 4,5 dan 5 diperoleh konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 5,29 g/L, 5,6 g/L, 5,46 g/L. Penambahan HCl dengan konsentrasi 0,5% dan 1% dan perlakuan awal dengan L.edodes mampu meningkatkan yield etanol yang diperoleh. Konsentrasi etanol tertinggi pada penambahan HCl dengan konsentrasi 0,5% dan 1% (v/v) berturut-turut adalah 6,02 g/L dan 6,4 g/L. Konsentrasi etanol tertinggi pada perlakuan awal dengan L.edodes adalah 6,49 g/L.

The use of fossil fuel by human can cause seriously threat likes available of fossil fuel for further decade and pollution to the environment by emission from fossil fuel. Consider of that threats, caused intensify many researches to produce sustainability alternative energy resources and more environments friendly. One of the sustainable alternative energy is relatively cheap production and environment friendly was development bio ethanol from waste residue agriculture. It does contain many lignocelluloses like bagasse (waste residue sugar industry). Bagasse contains approximately 50% cellulose, 20% hemicelluloses, 25% lignin and the other such as ash compound. This research deals with ethanol production from sugar cane bagasse using Simultaneous Saccharification and Fermentation (SSF) process. Cellulase enzyme and Saccharomyces cerevisiae was used to hydrolyse and fermentation in SSF process. Variation of pH was used pH 4; 4.5 and 5. For increasing ethanol quantity, SSF process was done by added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and also pre-treatment with white rot fungi such as Lentinus edodes (L.edodes) as long 4 weeks. The SSF process was done with 24, 48, 72, and 96 hour?s incubation time for fermentation. The results show that ethanol can?t be produce without cellulase enzyme. In pH 4, 4.5 and 5 was obtained highest ethanol concentration consecutively is 5.29 g/L, 5.6 g/L, 5.46 g/L. The added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and L.edodes can increase ethanol yield. The highest ethanol concentration with added chloride acid (HCl) concentration 0.5% and 1% consecutively is 6.02 g/L and 6.4 g/L. The highest ethanol concentration with pre-treatment by L.edodes is 6.49 g/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49809
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Baiquni
"Bagas merupakan residu padat pada proses pengolahan tebu menjadi gula, yang sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Bagas yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas. Dengan pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dapat mengatasi krisis energi terutama sektor migas. Pada penelitian ini telah dilakukan konversi bagas menjadi etanol dengan menggunakan enzim xylanase Hasil penelitian menunjukkan kandungan lignoselulosa pada bagas sebesar lebih kurang 52,7% selulosa, 20% hemiselulosa, dan 24,2% lignin. Hemiselulosa merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis oleh enzim xylanase dan kemudian akan difermentasikan oleh yeast S. cerevisiae menjadi etanol melalui proses Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak (SSF). Beberapa parameter yang dianalisis pada penelitian ini antara lain kondisi pH (4, 4,5, dan 5), untuk meningkatkan kuantitas etanol dilakukan penambahan HCl berkonsentrasi rendah (0,5% dan 1% (v/v)) dan bagas dengan perlakuan jamur pelapuk putih (L. edodes) selama 4 minggu. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama 24, 48, 72, dan 96 jam. Perlakuan dengan pH 4, 4,5, dan 5 menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 2,357 g/L, 2,451 g/L, 2,709 g/L. Perlakuan penambahan HCl konsentrasi rendah mampu meningkatkan produksi etanol, penambahan dengan konsentrasi HCL 0,5 % dan 1 % berturut-turut menghasilkan etanol 2,967 g/L, 3,249 g/L. Perlakuan dengan menggunakan jamur pelapuk putih juga dapat meningkatkan produksi etanol yang dihasilkan. Setelah bagas diberi perlakuan L. edodes 4 minggu mampu menghasilkan etanol dengan hasil tertinggi 3,202 g/L.

Bagasse is a solid residue from sugar cane process, which is not many use it for some product which have more added value. Bagasse, which is a lignosellulosic material, be able to be use for alternative energy resources like bioethanol or biogas. With renewable energy resources a crisis of energy in Republic of Indonesia could be solved, especially in oil and gas. This research has done the conversion of bagasse to bioethanol with xylanase enzyme. The result show that bagasse contains of 52,7% cellulose, 20% hemicelluloses, and 24,2% lignin. Xylanase enzyme and Saccharomyces cerevisiae was used to hydrolyse and fermentation in SSF process. Variation in this research use pH (4, 4,5, and 5), for increasing ethanol quantity, SSF process was done by added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and also pre-treatment with white rot fungi such as Lentinus edodes (L.edodes) as long 4 weeks. The SSF process was done with 24, 48, 72, and 96 hour?s incubation time for fermentation. Variation of pH 4, 4,5, and 5 can produce ethanol with concentrations 2,357 g/L, 2,451 g/L, 2,709 g/L. The added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and L. edodes can increase ethanol yield, The highest ethanol concentration with added chloride acid (HCl) concentration 0.5% and 1% consecutively is 2,967 g/L, 3,249 g/L. The highest ethanol concentration with pre-treatment by L. edodes is 3,202 g/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49821
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ramadhani
"Hidrolisis enzim seperti α-amilase dan β-glukosidase dapat diproduksi dari jamur Aspergillus niger dan menggunakan metode fermentasi padat. Dalam penelitian ini dilakukan proses fermentasi dari jamur A. niger dengan berbagai jenis substrat seperti sekam padi, bagasse tebu dan tongkol jagung. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan enzim hidrolisis yaitu α-amilase dan β-glukosidase menggunakan limbah agro-industri. Berdasarkan hasil penelitian, waktu optimum untuk fermentasi untuk setiap substrat dan jenis enzim adalah 6 hari atau 144 jam. Unit aktivitas tertinggi untuk enzim α-amilase adalah 81,86 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Untuk β-glukosidase, unit aktivitas tertinggi adalah 95,02 U / ml dari hasil fermentasi menggunakan substrat jagung tongkol. Enzim ekstrak kasar cair kemudian dikeringkan dengan menggunakan metode spray dryer dengan menggunakan penyalut susu skim. Enzim ekstrak kering yang dihasilkan memiliki retensi enzim 85-98% dibandingkan dengan ekstrak cair. Unit aktivitas untuk kering α-amilase adalah 73,94 U / ml dan untuk kering β-glukosidase adalah 82,35 U / ml. Enzim ini stabil digunakan untuk proses hidrolisis pada suhu 30-50°C.

Hydrolysis enzyme such as α-amylase and β-glucosidase can be produced from fungi Aspergillus niger and using solid state fermentation method. This research is doing fermentation process from fungi A. niger with different variety of the substrate such as rice husk, sugarcane bagasse and corn cob. The purpose of this researches is to produce hydrolysis enzyme which is α-amylase and β-glucosidase using agro-industry waste. Based on research result, Optimum time for fermentation for each substrat is 6 days or 144 hours. The highest activity unit for α-amylase is 81,86 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. For β-glucosidase, activity unit is 95,02 U/ml from fermentation using substrat corn cob with 6 days fermentation. Liquid crude enzyme dried using spray dryer with matrix skim milk will produce dry crude enzyme with enzyme retention 85-98% compared to liquid crude enzyme. Activity unit for dry α-amylase is 73,94 U/ml and for dry β-glucosidase is 82,35 U/ml. This enzyme is stable for hydrolysis process at temperature 30-50°C."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Said Zul Amraini
"ABSTRAK
Enzim selulase digunakan secara luas dalam industri bioetanol, pulp dan kertas, tekstil, pakan dan deterjen, namun hampir 99 kebutuhan enzim domestik dipenuhi oleh impor. Salah satu biomassa lignoselulosa yang memiliki potensi tinggi produksi selulase adalah Tandan Kosong Sawit TKS karena kandungan selulosanya cukup tinggi, yaitu mencapai 41,3 ndash;46,5 w/w . Metode konvensional untuk produksi enzim selulase adalah menggunakan jamur, namun diketahui bahwa bakteri juga dapat memproduksi enzim selulase dengan laju yang lebih cepat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan kondisi optimal proses produksi selulase dari bakteri rekombinan E. coli EgRK2 berbasis Tandan Kosong Sawit serta melakukan analisis keekonomian berdasarkan simulasi SuperPro Designer. Penelitian ini juga mempelajari bagaimana produksi enzim selulase oleh isolat Bacillus sp. RK2 dan rekombinan E. coli EgRK2 dengan melakukan penentuan waktu inkubasi, suhu operasi, pH optimum dan kinetika reaksi enzimatik. Didapat bahwa waktu optimum produksi selulase untuk kedua jenis isolat adalah 24 jam, dengan pH dan suhu optimum untuk rekombinan EgRK2 adalah 7 dan 40 C. Setelah ekstraksi enzim, diperoleh nilai pH dan suhu optimum untuk selulase dari Bacillus sp. RK2 sebesar 6,5 dan 50 C, sementara selulase dari E. coli EgRK2 adalah sebesar 6,5 dan 60 C. Nilai Km dan Vmax selulase dari Bacillus sp. RK2 untuk degradasi CMC adalah sebesar 0,021 ?mol/ml dan 1,631 mol/ml/min dan dari rekombinan E. coli EgRK2 adalah sebesar 0,097 ?mol/ml dan 2,739 mol/ml/min. Sementara, nilai Km dan Vmax selulase pada degradasi TKS adalah sebesar 0,704 ?mol/ml dan 0,943 mol/ml/min untuk Bacillus sp. RK2 dan 0,26 ?mol/ml dan 1,934 mol/ml/min untuk rekombinan E. coli EgRK2. Penelitian ini juga melakukan simulasi perancangan pabrik serta perhitungan ekonomi produksi enzim selulase di Indonesia berbasis Tandan Kosong Sawit dengan simulasi menggunakan software SuperPro v9.0. Simulasi dilakukan sebagai estimator nilai kelayakan proses dan kelayakan pabrik. Data diambil dari literatur maupun hasil penelitian laboratorium. Berdasarkan simulasi dan analisis dari softwarre SuperPro Designer 9.0, diperoleh, kapasitas produksi sebesar 1191 kg/batch akan menghasilkan nilai ROI, Payback Period, IRR dan NPV berturut-turut sebesar 32,70 , 3,06 tahun, 38,98 dan 21.345.000 USD.

ABSTRACT
Cellulase enzymes were widely used in the bioethanol industry, pulp and paper, textiles, feed and detergents. Unfortunely, they are still imported as much as 99 for industrial need in Indonesia. Base on the previous research, lignocellulosic biomass of OPEFB was known as a potential cellulose. The content of cellulose in OPEFB achieves 41.3 ndash 46.5 w w . Fungi was used also for production of cellulose. However, E. coli bacteria has known faster production rate of of cellulose than fungi. So, this research focuse on optimally cellulose production base on OPEFB using recombinant of E. coli EgRK2 and Bacillus sp. RK2 by determine of incubation time, temperature, optimally pH and kinetics of enzymatic reaction. Design base on simulation was conducted also by SuperPro Designer. The result showed that optimally cellulose production for E. coli EgRK2 and Bacillus sp. RK2 were 24 hours, with the optimum pH and temperature for recombinant E. coli EgRK2 were 7 and 40 C. After enzyme extraction, the optimum pH and temperature of Bacillus sp. RK2 and also E. coli EgRK2 were 6.5 at 50 C and 6.5 at 60 C, respectively. but it is known that bacteria can also produce cellulase enzymes at a faster rate. The Km and Vmax cellulase values of Bacillus sp. RK2 and E. coli EgRK2 for degradation of CMC were 0.021 mole.ml 1 and 1.631 mole.ml 1.min 1 0.097 mole.ml 1 and 2.739 mole.ml 1.min 1 respectively. Km and Vmax cellulase values of Bacillus sp. RK2 and E. coli EgRK2 for degradation of OPEFB were 0.704 mole.ml 1 and 0.943 mole.ml 1.min 1 0.26 mole.ml 1 and 1.934 mole.ml 1.min 1, respectively. The result of simulation design by SuperPro Designer including on economic evaluation of celluase enzyme production in Indonesia were acvieved. Result showed that capacity of cellulase production was 1191 kg.batch 1, while values of ROI, payback period, IRR and NPV were 32.70 3.06 years 38.98 and 21,345,000 USD, respectively."
2017
D2408
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Gunawan Haryanto
"ABSTRAK
Enzim selulase banyak digunakan dalam berbagai industri seperti industri deterjen, bioethanol, pakan ternak, tekstil dan kertas. Akan tetapi saat ini kebutuhan enzim selulase paling banyak didapat dari impor. Salah satu bakteri penghasil enzim selulase adalah Eschericia coli BPPT-CC EgRK2. Bakteri hasil rekombinasi yang dapat memproduksi enzim protein endo- 𝜷-1,4-glukanase, diteliti di dalam kultur batch untuk ditentukan parameter-parameter kinetikanya seperti konstanta Michaelis-Menten (Km) dan kecepatan maksimum (Vmax). Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 dikultur di dalam media cair Luria Bertani. Selanjutnya dilakukan purifikasi dan karakterisasi dari enzim selulase. Purifikasi menggunakan metode kromatografi penukar ion dan filtrasi gel setelah itu dianalisis aktifitas enzim dengan substrat carboxymethyl cellulose (CMC), kadar protein menggunakan metode Bradford, berat molekul menggunakan sodium deodecyl sulfate (SDS-PAGE) dan kinetika enzim menggunakan plot Michaelis-Menten. Hasilnya menunjukkan aktivitas enzim tertinggi adalah 3.114 U/ml dan konsentrasi selulase 0.723 mg/ml. Konstanta Michaelis-Menten (Km) dan kecepatan maksimum (Vmax) untuk hidrolisis substrat CMC adalah 0.314 μmol/ml and 3.511 μmol/ml/sec. Hasil dari analisis berat molekul selulase menggunakan metode SDS-PAGE adalah 58 kDa pada 7.5% stacking gel. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 menjadi sebuah sumber terbarukan dari enzim selulase untuk aplikasi pada skala industrial

ABSTRACT
Cellulase enzymes are widely used in various industries such as detergent industry, bioethanol, animal feed, textile and paper. This research is focused on characterization cellulase enzyme from bacteria. One of the bacteria producing cellulase enzyme is Eschericia coli BPPT-CC EgRK2. Recombinant bacteria that can produce protein enzymes endo- β-1,4-glucanase. Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 is cultured in 1 litre liquid medium Luria Bertani. Because the bacteria is intracellular, need sonication to break the cell to get the cellulase enzyme. Then purification with ion exchange chromatography and gel filtration to purified the enzyme. After that analyzed the enzyme activity with carboxymethyl cellulose (CMC) substrate at different concentration, protein content analysis using Bradford method, molecular weight analysis using sodium deodecyl sulfate (SDS-PAGE) and enzyme kinetics using Michaelis-Menten plot. This results showed the highest enzyme activity is 3.11 U/ml at 2% CMC and the cellulase concentration is 0.723 mg/ml. The Michaelis-Menten constant (Km) and maximum velocity (Vmax) for CMC substrate hydrolysis is 0.314 μmol/ml and 3.511 μmol/ml/sec. The results of cellulae enzyme molecular weight is 58 kDa using SDS-PAGE with 7.5% stacking gel. The result of this research have known that Eschericia coli BPPT-CC EgRK2 become a promising renewable source for cellulase enzyme for industrial application."
2018
T51406
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edita Martini
"Krisis minyak bumi yang melanda dunia sejak beberapa dekade silam menyebabkan para peneliti mulai mencari sumber-sumber energi alternatif. Salah satu yang cukup potensial adalah biomassa yang dapat dikonversi menjadi bioetanol ataupun biodiesel. Sumber-sumber biomassa ini dapat berupa limbah industri yang belum dimanfaatkan kembali dengan optimal seperti serbuk gergaji bekas media tanam jamur dari limbah industri jamur yang dapat dimakan (edible mushroom). Serbuk gergaji yang merupakan material berbasis lignoselulosa ini biasanya akan dibuang begitu saja atau dijadikan kompos setelah digunakan sebagai media tanam jamur padahal limbah ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioetanol karena masih mengandung selulosa. Terlebih lagi, kandungan lignin pada limbah ini telah diuraikan oleh jamur kayu jenis pelapuk putih seperti jamur Tiram (Pleurotus sp.) dan Kuping (Auricularia sp.) sehingga proses pembuatan bioetanol selanjutnya akan lebih mudah. Pada penelitian ini diketahui selektifitas jamur kuping (Auricularia sp.) terhadap lignin lebih besar daripada terhadap holoselulosa karena dari analisa yang dilakukan ternyata jamur kuping (Auricular! sp.) dapat mengurangi kadar lignin sebesar 6,97% dan holoselulosa 4%. Selain itu ada dua macam hidrolisis yang digunakan, yaitu secara kimiawi dan enzimatis. Fermentasi dilakukan selama 72 jam menggunakan Saccharomyces cerevisae yang dikultur pada media cair ekstrak yeast (YMEB). Hidrolisis asam pada penelitian ini menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,3 M serta variasi ratio massa dengan pelarut 1:6,7; 1:10 dan 1:17,5 (gr/ml). Pada tiap ratio, konversi tertinggi didapatkan pada konsentrasi HC1 0,3 M. Untuk ratio massa 1:6,7 didapatkan konversi tertinggi sebesar 0,3256%, kemudian untuk ratio massa 1:10 konversinya sebesar 0,5029% sedangkan untuk ratio massa 1:17,5 konversinya 0,3565%. Hidrolisis enzim selulase yang dilakukan pada kondisi optimum hidrolisis asam mampu meningkatkan konversi etanol sebesar 46,55 kali dibandingkan dengan hidrolisis asam klorida pada konsentrasi 0,3 M dan ratio 1:10 yaitu dari 0,503% menjadi 23,41%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Agustina
"Pelepah sawit merupakan salah satu limbah lignoselulosa tanaman sawit yang jumlahnya cukup melimpah dan mengandung komponen lignin, selulosa, dan hemiselulosa yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku/substrat yang digunakan untuk pembuatan selulase, sehingga memiliki nilai ekonomi dan ramah lingkungan. Sebelum lignoselulosa digunakan sebagai substrat perlu dilakukan minimalisasi kadar ligninnya dengan menggunakan pretreatment kimia basa dengan menggunakan NaOH 2% dan juga digunakan pelepah sawit serbuk sebagai kontrol. Jamur yang digunakan adalah Trichoderma sp. strain T004 dan T051, jamur ini merupakan penghasil enzim selulase yang berfungsi menghidrolisis selulosa menjadi glukosa.
Karakteristik enzim selulase berdasarkan mekanisme hidolisis ada tiga jenis, yaitu endoglukanase, exoglukanase dan glukosidase. Hasil aktivitas enzim dengan menggunakan substrat pelepah sawit yang didelignifikasi basa untuk jamur T004 lebih tinggi 59.79% dibandingkan dengan pelepah sawit tanpa delignifikasi, sedangkan untuk jamur T051 menghasilkan aktivitas 47.06% lebih tinggi dibandingkan pelepah sawit tanpa delignifikasi.
Variasi substrat yang memberikan unit aktivitas optimum pada jamur T004 adalah dengan perbandingan sumber nitrogen dan glukosa tambahan sebesar 1:2 pada substrat uji aktivitas CMC 1% sebesar 0.1663 U/ml dan pada jamur T051 dengan perbandingan N:C=1:1 sebesar 0.1145 U/ml pada substrat uji aktivitas CMC 1%, keduanya pada substrat pelepah sawit hasil delignifikasi basa. Definisi satu unit aktivitas adalah 1 µmol glukosa yang dihasilkan permenit pada pH 5 dan suhu 300C.

Palm fond is one of lignocellulosic waste oil plant which is quite abundant and contain components of lignin, cellulose and hemicellulose that can be used as raw materials / substrates used for the manufacture of cellulase, so it has economic value and environmental friendliness. Before the lignocellulose is used as the substrate is necessary to minimize the levels of lignin using alkaline chemical pretreatment using 2% NaOH and palm frond powder is also used as controls. Fungi used were Trichoderma sp. strains T004 and T051, this fungus is a producer of cellulase enzymes that hydrolyze cellulose into glucose.
Characteristics of cellulase enzymes based on mechanism of hydrolyze, there are three types, namely endoglucanase, exoglucanase and glucosidase. The results of enzyme activity by using substrates that palm frond pretreatment base for strain T004 is 59.79% higher compared to palm midrib without delignification, while for T051 fungi produce 47.06% higher activity than the palm midrib without delignification.
Variation of substrate to give optimum unit activity in the strain T004 is by comparison a nitrogen source and glucose supplement of 1:2 on the activity of the test substrate CMC 1% of 0.1663 U/mL and in strain T051 with a ratio N:C = 1:1 at 0.1145 U/mL in substrate activity assay CMC 1%, both on a substrate of alkaline delignification of palm frond. Definition of one unit of activity is 1 µmol of glucose produced per minute at pH 5 and temperature of 300C.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S347
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhan Iskandar
"ABSTRAK
Enzim lipase dapat digunakan di berbagai macam industri, seperti industri pangan, deterjen, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini enzim lipase akan diuji kemampuannya sebagai bahan additive pada deterjen. Enzim lipase yang diproduksi dari Bacillus licheniformis F11.4 dimurnikan dengan dua tahap yaitu dengan ultrafiltrasi dan dialisis. Pemurnian dengan stirred-cell ultrafiltration pada kondisi optimum yaitu menggunakan ukuran membran 50 kDa, tekanan gas nitrogen 30 psi dan pemekatan dilakukan hingga maksimal. Efisiensi washing enzim lipase pekat pada kain dengan noda minyak zaitun sebesar 16,07%, jika digabung dengan deterjen menjadi 34,88%, dan dapat meningkatkan efisiensi washing oleh deterjen sebesar 6,05%.

ABSTRACT
Lipase enzyme can use in many industries, such as food industry, detergent, and others. In this research, lipase enzyme will be tested its ability as a additive in detergent. Lipase enzyme produced by Bacillus licheniformis F11.4 purified two times, by stirred-cell ultrafiltration and dialysis. Purification with stirred-cell ultrafiltration conduct at optimum operation condition; 50 kDa membrane size, 30 psi nitrogen gas pressure, and maximal concentrate. Washing efficiency of purified lipase enzyme on cloth with artificial dirt, olive oil, is 16,07%, if combine with detergent is 34,88%, and can enhance washing efficiency by detergent up to 6,05%.;"
2016
S65584
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chandra Paska Bakti
"ABSTRAK
Bioetanol generasi kedua merupakan salah satu solusi energi alternatif yang tidak
memiliki efek samping dalam pemanfaatan bahan bakunya. Saat ini meskipun
Indonesia memiliki bahan baku pembuatan etanol yang melimpah, proses
produksi etanol generasi kedua masih terhambat oleh ketidaktersediaan enzim
dalam proses penguraian lignoselulosa menjadi sakarida yang dapat diolah
melalui fermentasi menjadi etanol. Selulase merupakan salah satu enzim yang
dapat digunakan untuk proses tersebut. Enzim tersebut diketahui dapat dihasilkan
oleh bakteri Bacillus sp. dalam submerged fermentation. Dalam penelitian ini
dilakukan evaluasi produksi selulase oleh Bacillus sp. BPPT CC RK2 pada
substrat alami (dedak padi dan air kelapa) dengan cara mencari nilai kondisi
produksi optimum selulase pada skala laboratorium 50 ml. Optimasi dilakukan
menggunakan response surface methodology. Kondisi yang dioptimasi adalah pH
dan suhu. Nilai kondisi optimasi model RSM adalah 6.23 untuk pH dan 40.04°C
untuk suhu. Sedangkan kondisi optimasi saat percobaan RSM adalah pH 7.0 dan
37°C. Pengaruh dan interaksi variabel yang diuji terhadap aktivitas selulase
dilaporkan pada penelitian ini.

ABSTRACT
Second-generation bioethanol is one of the alternative energy solutions that do not
have any side effects in the utilization of raw materials. Currently though
Indonesia has a raw material for making ethanol in abundance, the secondgeneration
ethanol production process is still hampered by the unavailability of an
enzyme in the process of decomposition of lignocellulose into saccharides that
can be processed through fermentation into ethanol. Cellulase enzymes is one that
can be used for the process. This enzyme is known to be produced by the
bacterium Bacillus sp. in submerged fermentation. In this study, the cellulase
production by Bacillus sp. CC BPPT RK2 on natural substrates (rice bran and
coconut water) by searching the optimum conditions for cellulase production on a
laboratory scale 50 ml, was evaluated. Optimization carried out using response
surface methodology. Optimized conditions are pH and temperature. RSM
optimization model state values for pH is 6.23 and 40.04°C for temperature.
While the current experimental conditions RSM optimization were pH 7.0 and
37°C. The influence and interaction variables were tested against the cellulase
activity reported in this study.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43738
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>