Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163943 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Ketut Indra Prabawa
"Mikroalga telah dikenal memiliki kemampuan untuk melakukan fiksasi CO2 melalui proses fotosintesis dan mengubah CO2 secara langsung menjadi senyawa karbon atau biomassa seperti polisakarida, protein, atau lipid yang bernilai cukup ekonomis. Penelitian mengenai proses fiksasi CO2 dengan memanfaatkan kemampuan fotosintesis mikroalga Spirulina platensis merupakan salah satu aternatif yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan gas rumah kaca, yang telah menjadi permasalahan yang serius akhir-akhir ini. Proses fiksasi CO2 dan produksi biomassa menggunakan Spirulina platensis ini dilakukan dengan menggunakan medium Conwy dalam sebuah fotobioreaktor dengan perlakuan alterasi pencahayaan dan pencahayaan konstan. Fotobioreaktor yang digunakan tersusun secara seri dan tunggal dengan volume masing-masing 500 ml dan 1.500 ml. Proses tersebut berlangsung pada kondisi : suhu 29_C, kecepatan superfisial gas sebesar 1,2 m/jam, kandungan CO2 3% volume dalam aliran udara dan intensitas cahaya berkisar antara 1,48 Watt/m2 ?5,76 Watt/m2. Secara umum hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah dengan semakin banyak konfigurasi reaktor dan semakin tingginya intensitas cahaya yang diterima oleh sel dalam medium, peningkatan jumlah sel yang terjadi juga semakin tinggi. Besarnya peningkatan jumlah sel ini berbanding terbalik dengan kemampuan fiksasi CO2. Laju fiksasi CO2 dan laju pertumbuhan sel yang tertinggi dicapai dengan menggunakan reaktor susun seri melalui perlakuan alterasi pencahayaan. Peningkatan fiksasi CO2 ditandai dengan meningkatnya nilai rata CTR dan qCO2 hingga mencapai 5,53 g/dm3 h-1 dan 41,77 h-1. Model pendekatan secara empiris terhadap laju fiksasi CO2 mengikuti persamaan Haldane dan persamaan Ierusalemsky.

Microalgae has known for its ability to fix CO2 with photosynthesize and convert into biomass product such as polysacharide, protein, or lipid. The research of CO2 fixation using Spirulina platensis has become a promising alternative to reduce green house effect. CO2 fixation process and biomass production with Spirulina platensis was cultivated in photobioreactor with fixed and alteration of light illumination with Conwy as a medium. Two configuration of photobioreactors are arranged in single and three stages serial photobioreactor with reactor volume of photobioreactors are 1.500 mL and 500 mL/reactor, orderly. The fixation experiment were carried out in : Temperatur 29_C , gas supervicial velocity 1,2 m/hour, CO2 concentration : 3 % volume and range of light intensity 1,48 Watt/m2 ? 5,76 Watt/m2. The experimental findings for this system show that the increasing of reactor number and accepted light intensity in medium will be rise the number of cell in reactor. The rate of cell growth was oppposite to CO2 fixation rate. The highest of CO2 fixation and cell growth rate was reached in three stages serial photobioreactor with alteration light of illumination. The highest mean value of CTR and qCO2 could reach 5,53 g/dm3 h-1 dan 41,77 h-1. The empirical equation models of CO2 fixation rate follow Haldane and Ierusalemsky equation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelvina Hartono
"Penelitian mengenai pengaruh pencahayaan LED merah terhadap laju pertumbuhan dan fiksasi CO2 mikroalga Spirulina platensis masih terus dikembangkan hingga saat ini, dimana mikroalga telah banyak dikenal sebagai organisme yang sangat efisien dalam menyerap karbon dioksida secara biologis dan mikroalga telah digunakan untuk memperbaiki kualitas udara dengan mengurangi kadar karbon dioksida dan meningkatkan jumlah oksigen. Pada penelitian ini, mikroalga Spirulina platensis dikultivasi menggunakan lampu LED merah dengan variasi intensitas cahaya (1000 lux, 3000 lux, dan 5000 lux) dan inokulum sel awal (OD 0,2, OD 0,3, dan OD 0,5) untuk mengetahui pengaruhnya terhadap jumlah biomassa kering, laju pertumbuhan, kemampuan fiksasi CO2, kandungan fikosianin, dan kandungan klorofil. Analisis menunjukan bahwa berat kering biomassa tertinggi dan laju pertumbuhan tertinggi didapatkan pada OD 0,5 dengan intensitas 5000 lux menggunakan lampu LED merah sebesar 0,069 mg/ml dan 0,0374 mg/hari. Lalu, fiksasi CO2 tertinggi didapatkan sebesar 0,00110 mg/mg alga menggunakan lampu LED merah pada intensitas 5000 lux. Kandungan fikosianin tertinggi didapatkan menggunakan lampu LED putih pada intensitas 3000 lux sebesar 0,033 mg/mg alga dan kandungan klorofil tertinggi didapatkan menggunakan lampu LED merah pada intensitas 3000 lux sebesar 0,883 mg/mg alga.

Research on the effect of red LED lighting on the growth rate and CO2 fixation of Spirulina platensis microalgae is still ongoing. Microalgae are well-known organisms that are highly efficient in biologically absorbing carbon dioxide. They have been used to improve air quality by reducing carbon dioxide levels and increasing oxygen levels. In this study, Spirulina platensis microalgae were cultivated using red and white LED lights with variations in light intensity (1000 lux, 3000 lux, and 5000 lux) and initial cell density (OD 0.2, OD 0.3, and OD 0.5) to determine their effect on dry biomass, growth rate, CO2 fixation ability, phycocyanin content, and chlorophyll content. The analysis showed that the highest dry biomass weight and growth rate were obtained at OD 0.5 with an intensity of 5000 lux using red LED lights, which were 0.069 mg/ml and 0.0374 mg/day, respectively. The highest CO2 fixation was obtained at 0.00110 mg/mg algae using red LED lights at an intensity of 5000 lux. The highest phycocyanin content was obtained using white LED lights at an intensity of 3000 lux, which was 0.033 mg/mg algae. The highest chlorophyll content was obtained using red LED lights at an intensity of 3000 lux, which was 0.883 mg/mg algae. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabrina Zahra Fitriani
"Penggunaan listrik di dunia semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan dan populasi manusia sehingga dibutuhkan energi berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan listrik, salah satunya pemanfaatan Biological Photovoltaic Cell (BPV). Sel BPV memanfaatkan sifat fotosintetik mikroalga untuk memproduksi arus listrik. Sistem BPV akan mengambil elektron yang terbentuk pada mikroalga yang sedang berfotosintesis.
Penerapan reaktor BPV tanpa membran dan tanpa biofilm pada bioanoda meskipun memiliki laju transfer elektron yang relatif kecil dapat tetap dilakukan dan produksi listrik masih dapat ditingkatkan, diantaranya dengan meningkatkan densitas sel dan mengatur intensitas cahaya pada reaktor BPV. Oleh karena itu, pada penelitian kali ini telah dilakukan variasi intensitas cahaya dan densitas sel mikroalga pada BPV tanpa mediator. Mikroalga yang akan digunakan adalah Spirulina platensis.
Pada penelitian ini, Open Circuit Voltage terbesar yang dihasilkan adalah 320 mV pada saat kondisi Optical Density sel S. platensis bernilai 0,9 dengan intensitas cahaya 1700 lux. Densitas daya yang dihasilkan 1,5 mW/m2 masih relatif kecil dibandingkan penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan densitas sel dan pengaturan konfigurasi intensitas cahaya dapat meningkatkan listrik yang dihasilkan dan perlu dilakukan hal-hal lain untuk meningkatkan produksi listrik seperti menambah permukaan elektroda dan membuat biofilm mikroalga agar BPV nantinya dapat digunakan digunakan secara komersial sebagai sumber energi listrik terbarukan yang ekonomis dan ramah lingkungan.

Electricity consumption in the world is increasing along with the increasing needs and the human population, then we need sustainable and environmentally friendly energy to produce electricity, one of the application is Biological Photovoltaic Cell (BPV). BPV cells utilizing the properties of photosynthetic microalgae to produce electric current. BPV system will take the electrons that produced by photosynthetic microalgae.
The application of BPV reactor without membrane and without biofilm on bioanoda yielding a low rate of electron transfer, but still can be done and electricity production can be improved, such as by increasing the cell density and adjust the light intensity at the reactor BPV. Therefore, the present study has been done variations of light intensity and density of microalgae cells in BPV without mediators. Microalgae to be used is Spirulina platensis.
In this study, the Open Circuit Voltage generated the largest is 320 mV when the condition Optical Density S. platensis cells is about 0.9 with 1700 lux light intensity. The resulting power density of 1.5 mW/m2 is still relatively small compared to studies conducted earlier.
From this study it can be concluded that the increase in cell density and configuration settings light intensity can improve the electricity is generated and the other things needs to be done to increase electricity production, such as increasing the electrode surface and makes biofilm microalgae so that BPV later can be used in commercial use as a source of electrical renewable energy that economically and environmentally friendly.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62410
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ledy Febriana Nur Wulan Ayu
"Spirulina platensis adalah mikroalga hijau-biru yang berfotosintesis menghasilkan kultur biomassa yang komersil. Spirulina terkenal akan kandungan protein (60-74%(w/w) dan pigmen fikosianin (pigmen hijau biru). Kandungan biologis yang dimilkinya membuat ia spesial dijadikan suplemen makanan, anti-inflammatory untuk manusia atau dipakai sebagai pewarna alami di industri farmasi, terlebih lagi kemampuannya yang dapat memfiksasi kadar CO2 di atmosfir.
Pada penelitian kali ini Spirulina platensis akan dikultivasi dalam medium Conwy pada pencahayaan konstan sebesar 500 lx. Pencahayaan secara konstan ini dilakukan dengan sistem tertutup menggunakan fotobioreaktor, dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh konfigurasi reaktor susun seri (3 buah) terhadap produksi biomassa Spirulina platensis. Sebagai perbandingan dilakukan pula kultivasi Spirulina platensis pada reaktor tunggal dengan volume yang ekuivalen (1500 ml) dan kondisi operasi yang sama yakni Ug = 1,2 m/h, aliran gas CO2 3%(v/v) udara, tekanan 1 atm, dan temperatur ruang.
Hasil akhir yang dicapai pada penelitian ini adalah peningkatan jumlah produksi biomassa yang dihasilkan pada reaktor susun seri 1.31 kali lipat dibanding reaktor tunggal. Peningkatan ini disertai dengan peningkatan pH kultur, Konsentrasi [HCO3-] dan laju pertumbuhan spesifik (μ). Konsumsi energi Spirulina platensis pada reaktor susun seri untuk produksi biomassany mengalami kenaikan sebesar 3-5 kali lipat dibanding reaktor tunggal. Model Ierusalimsky digunakan untuk menggambarkan kinetika reaksi penyerapan substrat non-kompetitif dengan nilai laju pertumbuhan maksimum (μmax) 0.058-0.077 h-1, konstanta penjenuhan substrat (KS) -1.9 sampai -0.72, dan konstanta inhibisi (KI) 16.772 sampai 33.2.

Spirulina platensis is a marine microalga photoautotropic whose cultivation is particularly attractive for several commercial purposes. Its main interest is centered in its high protein content, 60?74% on a dry weight basis and phycocyanin pigment. It can be used either as anti-inflammatory, nutritional supplement for humans and animals or as source of active principles in pharmaceutical, cosmetic industries moreover fixation CO2 in atmosphere.
The study attemps to investigate the effects of configuration reactor in order to increasing Spirulina platensis biomass yield. Conwy medium was used for the batch culture in auto claved sea water. This experiment, light was adjust to 500 lx, superficial velocity of air was adjust to 1,2 m/h, and concentration of carbondioxide as source carbon was adjust to 3%(v/v) of air stream. At the beginning cultivation, inoculum was started from 4.000.000 cell/cm3. System photobioreactor respectively using reactor in 3 series with 500 mL in each reactor and it was compared with single reactor at equivalen total volume.
The specific growth rate and biomass production S.platensis at 3 series reactor achieved in this present experiment are higher than the single reactor. The series effect was also increasing levels of medium substrat, higher pH medium and energy consumption. At the end of this experiment ( after 87 hour of culture ), 3 series reactor resulted 1.31 increase times in biomass production which is energy consumption increasingly three to five times rather than single reactor. For pilot scale purposes, this experiment was also studied to predict the kinetic reaction models of substrat absorption in S.platensis cell. A number of kinetic models were constructed to see the conjunction of growth rate and concentration substrat in S.platensis cell while producing biomass. Finally, Ierusalimsky equation was significantly resulted growth rate calculation data closer to the experimental data with constant substrat saturation value (KS) was -1.9 to -0.72, and constant inhibition (KI) 16.772 to 33.2.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49721
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anifah
"ABSTRAK
Tingginya emisi gas buang dan ancaman kelangkaan pangan akibat pertambahan penduduk dunia menjadi masalah serius pada dekade terakhir. Mikroalga Spirulina sp. berpotensi mengatasi kedua masalah tersebut karena kemampuan fiksasi dan ketahanan terhadap kondisi stress CO2 yang cukup baik disamping kandungan nutrisinya yang berpotensi sebagai sumber pangan non-konvensional. Namun, resistansi mikroalga terhadap kadar CO2 yang tinggi masih menjadi tantangan dalam penggunaan mikroalga sebagai agen fiksasi CO2. Oleh karena itu, penelitian ini difokuskan untuk menginvestigasi bagaimana pengaruh peningkatan pengaliran konsentrasi karbon dioksida terhadap laju pertumbuhan, kemampuan fiksasi dan kandungan essensial dari Spirulina sp. Penelitian dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi CO2 masukan sebesar 10%, 20%, 30%, 35% dan 40%vol udara secara kontinu selama 164 jam masa kultivasi pada fotobioreaktor plat datar dan intensitas cahaya tetap sebesar 2450 lux di dalam medium zarrouck. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi CO2 sampai pada konsentrasi 30%vol udara meningkatkan laju pertumbuhan dan kemampuan fiksasi CO2 dari Spirulina sp. Pengaliran konsentrasi CO2 yang lebih pekat dari 30%vol udara menurunkan laju pertumbuhan dan kemampuan fiksasi CO2. Laju pertumbuhan terbaik terjadi pada konsentrasi CO2 masukan sebesar 30%vol udara. Produksi biomassa tertinggi sebesar 6,931 g/L terjadi pada pengaliran konsentrasi CO2 30%vol udara. Fraksi fiksasi CO2 terbesar mencapai 81,52% dengan fraksi fiksasi rata-rata sebesar 33,5% terjadi pada pemberian konsentrasi CO2 10%vol udara. Sementara itu, yield kandungan essensial semuanya meningkat dan lebih besar dari kontrol sampai pada pengaliran CO2 konsentrasi 40%vol udara pada yield protein, 30%vol udara pada yield klorofil dan 35%vol udara pada yield lipid. Yield lipid dan protein tertinggi berturut-turut sebesar 0,159 g/g dan 0,1237 g/g dan terjadi pada pengaliran konsentrasi CO2 masukan sebesar 30% dan 20%vol udara

ABSTRACT
High carbon-dioxide emission and threat of food scarcity is become seious problem in last decade. Spirulina sp. microalgae is potential to deal with both of those problems because of its good adaptation in high carbon dioxide concentration while its good essential contents. Unfortunately, the resistance of microalga in high carbon dioxide concentration still being the threat of using microalgae as CO2 fixation agent. By that reason, this research is purposed to investigate the effect of CO2 concentration enhancement to growth rate, CO2 fixation ability and essential contents of Spirulina.sp. This research was done by flowing some variations input CO2 concentration (10%, 20%, 30%, 35% and 40%vol air) during 164 hours cultivation time to the flat plate photobioreactor with 2450 lux continue light intensity in Zarrouck medium. The result of this research showed that CO2 concentration enhancement until 30%vol air increased the growth rate and CO2 fixation ability of Spirulina sp. Meanwhile CO2 concentration enhancement bigger than 30%vol air decreased the growth rate and CO2 fixation ability. The highest biomass production is 6,931 g/L that was occurred in 30%vol air of CO2 concentration. The highest CO2 fixation fraction reached 81,52% with 33,5% average CO2 fixation fraction was occurred in 10%vol air of CO2 concentration. Meanwhile, all of essential contents (lipid, protein and chlorophyll) yield was increased and bigger than control (without flowing CO2 concentration) until on flowing 40%vol air of CO2 concentration on protein yield, 35%vol air of CO2 concentration on lipid yield and 30%vol air of CO2 concentration on chlorophyll yield. The highest lipid yield is 0,159 g/g that occurred on flowing 30%vol air of CO2 concentration. The highest protein yield is 0,1237 g/g that occurred on flowing 20%vol air of CO2 concentration.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luluk Habibah
"Spirulina platensis memiliki kemampuan adaptabilitas yang tinggi terhadap berbagai lingkungan sehingga spesies ini memiliki potensi untuk dikembangkan dalam skala besar. Selain itu Spirulina platensis memiliki kandungan protein yang besar yaitu, 65,7%. Salah satu protein yang bernilai tinggi, memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang berpotensi dikembangkan untuk industri farmasi. Proses produksi biomassa pada mikroalga dibutuhkan sistem kultivasi yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan sel dengan proses fotosintesis. Pada proses ini, mikroalga Spirulina platensis memanfaatkan energi cahaya menjadi energi ATP untuk pertumbuhan dan pembentukan senyawa karbon dengan proses fiksasi CO2. Cahaya merupakan parameter operasi penting dalam sistem kultivasi mikroalga. Pada penelitian sebelumnya yang telah ada mengenai kultivasi mikroalga Spirulina platensis menggunakan lampu biru meningkatkan produksi pigmen protein fikosianin dan klorofil-a. Namun, peninjauan terhadap ukuran inokulum yang sesuai dengan intensitas lampu untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi energi belum banyak diteliti. Pada penelitian ini ukuran inokulum menjadi variabel yang ditinjau untuk mendapatkan intensitas cahaya optimum. Hasil biomassa yang diproduksi dengan pencahayaan alterasi akan diuji kandungan karbon, fikosianin, klorofil. Laju pertumbuhan spesifik mikroalga Spirulina platensis diolah dengan menggunakan pendekatan Monod. Laju pertumbuhan maksimum didapatkan oleh Laju pertumbuhan maksimum yang paling tinggi didapatkan oleh kultur dengan pencahayaan lampu putih pada 5000 lux dengan laju spesifik maksimum 0,0196/jam. Konsentrasi fikosianin dan klorofil tertinggi didapatkan pada lampu biru dengan konsentrasi masing-masing 0,236 dan 0,183 mg/mg alga

Spirulina platensis has high adaptability to various environments so this species has the potential to be developed on a large scale. Apart from that, Spirulina platensis has a large protein content, namely 65.7%. One of the high-value proteins, it has antioxidant and anti-inflammatory properties that have the potential to be developed for the pharmaceutical industry. The biomass production process in microalgae requires a suitable cultivation system to support cell growth through the photosynthesis process. In this process, the microalgae Spirulina platensis utilizes light energy into ATP energy for growth and the formation of carbon compounds using the CO2 fixation process. Light is an important operating parameter in microalgae cultivation systems. In previous research, the cultivation of the microalga Spirulina platensis using blue light increased the production of the protein pigments phycocyanin and chlorophyll-a. However, reviewing the appropriate inoculum size for light intensity to increase productivity and energy efficiency has not been widely studied. In this study, inoculum size was the variable considered to obtain optimum light intensity. The biomass produced by alternating lighting will be tested for carbon, phycocyanin and chlorophyll content. The specific growth rate of the microalga Spirulina platensis was processed using the Monod approach. The maximum growth rate was obtained by The highest maximum growth rate was obtained by culturing with white light lighting at 5000 lux with a maximum specific rate of 0.0196/hour. The highest concentrations of phycocyanin and chlorophyll were obtained in blue light with concentrations of 0.236 and 0.183 mg/mg algae respectively."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desya Pramadhanti
"Sabun antibakteri merupakan sabun yang paling diminati di Indonesia sebagai agen pembersih. Sayangnya, sabun antibakteri yang selama ini digunakan memiliki beberapa masalah, seperti bahan antibakteri yang digunakan. Bahan antibakteri yang biasa digunakan dalam sabun, seperti triclosan, triclocarban, dan lainnya, telah dilarang penggunaannya oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat karena berbahaya untuk penggunaan jangka panjang. Namun, sabun antibakteri tetap diperlukan di tempat-tempat yang memiliki tingkat penyebaran bakteri yang tinggi, seperti rumah sakit. Untuk itu, diperlukan bahan antibakteri yang aman, baik digunakan dalam jangka panjang maupun pendek. Mikroalga Spirulina platensis merupakan salah satu microflora dengan kandungan zat esensial yang beragam serta berpotensi sebagai zat antibakteri. Di samping itu, jenis mikroalga ini memiliki khasiat lain yang sangat banyak bagi kulit. Selain bahan, bentuk sabun juga perlu dipertimbangkan untuk menghindari kontaminasi. Bentuk sabun dengan lapisan tipis merupakan bentuk yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suhu reaksi saponifikasi dan konsentrasi NaOH yang optimal. Variasi suhu reaksi yang digunakan adalah 50, 60 dan 70oC, sedangkan variasi massa NaOH yang digunakan adalah 3,75, 5, 6,25, dan 8,75 M. Konsentrasi NaOH yang optimal untuk pembuatan sabun antibakteri ini berkisar 5-6,25 M dengan suhu 60oC. Namun, berdasarkan kualitas sabun dengan konsentrasi 5 M dan suhu 60oC merupakan sampel terbaik dengan kadar air 13,86, kadar asam lemak bebas 0,18 dan nilai konsentrasi hambat minimum 0 atau tidak ada bakteri yang hidup hingga pengenceran 25.

Antibacterial soap is the most popular soap in Indonesia as a cleaning agent. Unfortunately, antibacterial soap has some issues, such as the antibacterial ingredients used. Antibacterial ingredients commonly used in soaps, such as triclosan, triclocarban and others, have been banned from use by the United States Food and Drug Administration (FDA) because they are dangerous for long-term use. However, antibacterial soap is still needed in places that have high levels of bacterial spread, such as hospitals. For this reason, we need safe antibacterial ingredients for long and short term use. Microalgae Spirulina platensis is one of microalgae that contains safe antibacterial compound. In addition, these types of microalgae have other compounds that are very beneficial for skin. Besides the ingredients, the form of soap also needs to be considered to avoid bacterial contamination. The form of soap with a thin layer is the right form to solve this problem. This research aims to obtain the optimal saponification reaction temperature and NaOH concentration. The variation of reaction temperature used is 50, 60 and 70oC, while the mass variations of NaOH used are 3.75, 6.25, and 8.75 M. Optimal NaOH concentration for making this anti-bacterial soap is about 5-6.25 M at 60oC. But, based on quality, soap that made of 5 M NaOH concentration solution at 60oC is the best sample with 13.86 of water, 0.18 of free fatty acid and minimum inhibitory value 0 or no bacteria growth until 25 of dilution.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Noviasari
"Plastik yang dapat terbiodegradasi merupakan salah satu solusi dalam upaya mengurangi limbah plastik. Plastik dapat diproduksi dari mikroalga dengan kandungan protein yang tinggi, seperti Spirulina platensis. Mikroalga dicampur dengan polimer; dalam penelitian ini polivinyl alkohol digunakan sebagai polimer untuk menghasilkan bioplastik. Material lain yang dibutuhkan yaitu gliserol sebagai plasticizer untuk meningkatkan fleksibilitas dan maleat anhidrida sebagai compatibilizer untuk memperkuat ikatan antara mikroalga dan polimer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan plastik biodegradable dengan sifat mekanik yang mirip dengan plastik komersial, yaitu dengan kuat tarik sebesar 26,4 kgf/cm2 dan elongasi 222,5.
Dalam penelitian ini, hal yang divariasikan adalah jumlah maleat anhidrida, yaitu 0 wt, 2 wt, 4 wt, dan 6 wt dan jumlah gliserol, yaitu 15 wt, 20 wt, 25 wt, dan 30 wt. Sifat mekanik, seperti kuat tarik dan elongasi, dan morfologi permukaan dengan menggunakan SEM telah dianalisis. Dari percobaan ini diperoleh konsentrasi optimal compatibilizer adalah 6 wt dan konsentrasi optimal plasticizer adalah 30, menghasilkan kuat tarik film bioplastik 27,7 kgf/cm2dan elongasi 66. Morfologi permukaan yang terbentuk dilihat dengan SEM menunjukkan bahwa film bioplastik yang menggunakan compatibilizer memiliki permukaan yang lebih homogen dibandingkan dengan film bioplastik tanpa compatibilizer.

Biodegradable plastics are one of the breakthrough in the effort to reduce plastic waste. Plastic can be produced from microalgae with a high protein content, such as Spirulina platensis. Microalgae were mixed with polymer polyvinyl alcohol was used in this research to produce the bioplastics. Other materials were glycerol as plasticizer to increase flexibility and maleic anhydride as compatibilizer to strengthen the bond between the microalgae and polymer. The aim of this research is to produce biodegradable plastic with mechanical properties similar to commercial plastics, i.e. tensile strength of 26,4 kgf cm2and elongation of 222,5.
This research varied the amount of maleic anhydride, which were 0 wt, 2 wt, 4 wt, and 6 wt and the amount of glycerol, which were 15 wt, 20 wt, 25 wt, and 30 wt. Mechanical properties, i.e. tensile strength and elongation and surface morphology with SEM have been analyzed. Based on the experiment, the optimum compatibilizer composition for bioplastic film is 6 wt and the optimum plasticizer composition is 30 wt, which shows the tensile strength at 27,7 kgf cm2and elongation at 66. Surface morphology comparison with SEM shows that bioplastic film with compatibilizer have more homogeneous surface than without compatibilizer.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elisa Oktaviani
"Masalah pemanasan global yang disebabkan peningkatan gas CO2 di udara membuat banyak penelitian yang dilakukan untuk mengatasinya. Salah satu alternatif yang efektif yaitu dengan menggunakan mikroalga Spirulina platensis karena selain kemampuannya dalam memfiksasi CO2, produksi biomassa yang dihasilkan juga sangat bermanfaat bagi kehidupan karena Spirulina mempunyai kandungan protein yang tinggi serta dapat mengatasi berbagai macam penyakit seperti kanker dan dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Adanya potensi-potensi tersebut membuat penelitian ini difokuskan untuk peningkatan produksi biomassa Spirulina platensis. Metode yang digunakan yaitu melalui perlakuan alterasi pencahayaan dimana intensitas cahaya yang diberikan akan ditingkatkan sesuai dengan peningkatan biomassanya. Kultivasi akan berlangsung dalam fotobioreaktor yang disusun secara seri dengan volume masing-masing sebesar 500 mL dengan menggunakan medium Conwy sebagai sumber nutrisi dan pada temperatur 29°C serta tekanan operasi 1 atm. Sebagai sumber karbon digunakan gas CO2 dengan konsentrasi masukan sebesar 3% dengan kecepatan superfisial sebesar 1,2 m/h. Sumber cahaya yang digunakan berasal dari lampu Phillips Halogen 20W/12V/50Hz. Sebagai perbandingan dilakukan kultivasi Spirulina platensis dengan menggunakan metode pencahayaan kontinu (Intensitas yang diberikan nilainya tetap). Kultivasi Spirulina platensis dengan menggunakan metode alterasi pencahayaan menghasilkan peningkatan produksi biomassa dengan jumlah produksi akhir rata-rata sebesar 0,084, lebih besar dibandingkan metode pencahayaan kontinu yang hanya sebesar 0,071. Perbandingan hasil produksi akhir metode alterasi ini sampai 13,6 % dibandingkan dengan metode pencahayaan kontinu. Selain itu energi yang diperlukan pada pencahayaan alterasi juga lebih sedikit bila dibandingkan pencahayaan kontinu yakni hanya sebesar 20 % dari energi yang dibutuhkan pada pencahayaan kontinu.

There are a lot of researched to fixed the problem of Global Warming which is caused by incresing gas CO2 in the air. One of efective alternative is by using microalgae Spirulina platensis because the ability of fixation the gas CO2 and producing biomass which very usefull in life due to Spirulina platensis have high protein and can cure a lot of diseases such as cancer and also can reducing colesterol in blood. Because of this potention, this research focused in increasing the biomass production of Spirulina platensis. the method is by alteration illumination which is the illumination given in the culture will be increased as the increasing of biomass production. Cultivation will be in series fotobioreactor which is each of fotobioreactor has 500 mL in volume, by using Conwy medium as a nutrition and in 29°C temperature and 1 atm operation pressure. As a carbon source the cultivation will use gas CO2 with 3% concentration and the superficial velocity is 1,2 m/h. The illumination using Phillips Halogen 20W/12V/50Hz lamp. The cultivation using method continous intensity of illumination will also be done as a control. Cultivation Spirulina platensis with alteration illumination method make the increasing of biomass production with the final production 0.084 g/dm3, it s higher than continuos intensity of illumination which is only has 0,071 g/dm3. beside that the energy in producing biomass in alteration illumination method lower than continous intensity illumination which is only 20% than continous intensity illumination."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Santoso
"Krisis energi menyebabkan kebutuhan akan biodiesel meningkat secara signifikan setiap tahunnya. Untuk mengatasi hal tersebut, Chlorella vulgaris diteliti karena memiliki lipid yang potensial untuk sintesis biodiesel. Akumulasi lipid pada mikroalga dapat ditingkatkan dengan mengontrol kandungan nitrogen. Salah satu pengontrol kandungan nitrogen alami ialah cyanobacteria seperti Spirulina platensis. Penggunaan S. platensis sebagai agen simbiosis dapat memungkinkan akumulasi lipid pada produksi skala pabrik menggunakan medium komersiil seperti kompos dan limbah organik. Pada studi ini, C. vulgaris dan S. platensis dikultur dengan medium BG-11 pada fotobioreaktor datar dengan melihat biomassa dan produktivitas lipid. Komposisi koloni optimum ditentukan dengan intensitas pencahayaan kontinu tertentu untuk menghasilkan lipid tertinggi. Penggunaan S. platensis meningkatkan laju pertumbuhan akibat biosintesis simbiotik dengan yield lipid yang lebih tinggi. Koloni 3:2 (S. platensis 40%wt) menghasilkan yield 6,72% pada intensitas pencahayaan 3000 lux, lebih tinggi dibandingkan kontrol 100% C. vulgaris (5,13%). Hal ini mengkonfirmasi bahwa keberadaan S. platensis menginduksi akumulasi lipid pada mikroalga. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami proses biosintesis dalam koloni.

Due to energy crisis, demand on biodiesel inclines significantly year by year. In order to cope with that, Chlorella vulgaris is often observed for having potential amount of lipid for synthesizing biodiesel. Lipid accumulation in potential C. vulgaris could be induced by controlling nitrogen concentration in optimum level. One of natural nitrogen controller is cyanobacteria. The use of Spirulina platensis as symbiosis agent could enable higher lipid content in non-synthetic, more economic, plant scale medium such as compost and bio-waste. In this study, C. vulgaris and Spirulina platensis were cultured in BG-11 medium in microalgal flat plate photobioreactor to assess biomass and lipid productivity. We also determine optimum colony composition on certain light intensity to yield highest lipid amount. Colony composition 3:2 (40%wt S. platensis) gives highest lipid yield (6.72%) in continuous illumination 3000 lux compare to control sampel (100% C. vulgaris) which only yields 5,13%. This confirms that the existence of cyanobacteria induces lipid accumulation in microalgae Chlorella vulgaris. Further study is needed to understand better biosynthesis in colony and optimum parameters for plant scale establishment.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55491
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>