Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169019 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanwarizal
"Bahan bakar merupakan suatu kebutuhan primer pada masyarakat Indonesia. Pada umumnya, masyarakat Indonesia memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk rumah tangga dengan menggunakan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yaitu gas LPG. Karena cadangan minyak bumi Indonesia terus mengalami penurunan, maka sudah waktunya untuk menggunakan gas kota sebagai sumber bahan bakar yang berasal dari gas alam. Hal ini dikarenakan jumlah cadangan gas alam Indonesia yang masih banyak. Meskipun demikian, sistem distribusi gas kota ke perumahan masih sangat minim khususnya masalah infrastruktur. Padahal gas kota memiliki lebih banyak keuntungan dari bahan bakar yang berasal dari minyak bumi. Oleh karena itu, dalam studi ini akan dirancang perpipaan distribusi gas untuk perumahan sebagai salah satu langkah awal pembangunan infrastruktur sistem distribusi gas kota. Studi kasus yang akan dilakukan mengambil studi kasus di perumahan pesona kayangan estat yang terletak di kota Depok.
Perancangan diawali dengan menghitung kebutuhan gas kota. Selanjutnya, dibuat beberapa rute alternatif dan disimulasikan menggunakan piranti lunak fluid flow. Hasil rancangan berupa desain jaringan, proses instalasi dan konstruksi, tekanan operasi, pipa dan komponen penunjang yang dibutuhkan. Untuk menentukan kelayakan sistem jaringan distribusi ini maka dilakukan perhitungan investasi yang akan dibutuhkan.

Fuel is a primary need for Indonesian people. In general, Indonesian fulfils their household need of fuel by using petroleum based fuel, one of them is the LPG. Because Indonesia's petroleum reserve slightly decline, city gas should be considered to be used as a natural gas based fuel. It is also caused by Indonesia's plenty of natural gas reserve. Somehow, the problem is that the lack of its distribution system to residential costumer. In fact, city gas is more advantegous than those from petroleum based fuel, such as LPG. In order to that, city gas piping system in residence will be designed as a first step of city gas infrastructure development. This time, pesona kayangan estat located in Depok will be chosen as our residential model.
The design is begun with calculating how much is costumer's need of city gas. Then, several alternative routes will be constructed and simulated using fluid flow software. After that, the design turns out to be the network design, installation and construction process, operation pressure, pipe and its supporting component. Finally, capital investment is calculated to determine wheter this distribution network system will be valuable or not economically.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49787
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariza Ahmad Satriaperdana
"Salah satu kebutuhan utama masyarakat adalah energi dari bahan bakar. Bahan bakar yang umum dikonsumsi masyarakat untuk keperluan rumah tangga seperti memasak adalah gas LPG yang berasal dari gas minyak bumi. Karena pemakaian yang terus menerus dan bertambah seiring waktu, cadangan minyak bumi Indonesia akan terus berkurang sehingga diperlukan alternatif untuk menggantikan peran LPG sebagai bahan bakar rumah tangga. Gas kota yang berasal dari gas alam dapat menjadi solusi karena Indonesia memiliki cadangan gas alam yang besar. Seiring bertumbuhnya jumlah penduduk, maka kebutuhan energi khususnya untuk rumah tangga akan terus meningkat. Bertumbuhnya penduduk juga memperbesar jumlah tempat tinggal yang harus tersedia dan apartemen atau rumah susun menjadi salah satu solusi yang populer belakangan ini.
Oleh karena itu, pada penelitian ini akan diketahui bagaimana rancangan perpipaan distribusi gas kota untuk apartemen yang terbaik. Penelitian ini akan mengambil studi kasus pada apartemen X yang berada di Depok. Penelitian dimulai dengan mengambil data-data seperti menghitung kebutuhan gas kota untuk tiap rumah tangga, dan kondisi operasi gas kota di Depok. Hasil simulasi menunjukkan pipa utama yang digunakan adalah pipa PE SDR 11 63 mm, lalu pipa distribusi tiap sektor menggunakan pipa carbon steel inch. Kedua ukuran pipa tersebut dapat menghantarkan gas dengan laju alir 0,2 m3/hr yang dibutuhkan tiap unit. Investasi yang dibutuhkan untuk membangun jaringan pipa distribusi gas pada apartemen X adalah Rp. 6.888.377.628. Dan biaya untuk pipa servis adalah Rp. 2.880.000.

One of the most essential needs in human life is energy from fuels. The common fuel people consume for household purposes such as cooking is Liquified Petroleum Gas LPG , which is produced from petroleum gas. Continous usage from time to time results in the depletion of petroleum reserve in Indonesia, hence it is important to use an alternative fuel to replace LPG as household fuel. City gas which is produced from natural gas can be the solution to replace LPG as Indonesia has a massive natural gas reserve. As the population grows, the energy demand especially for household purposes will always increase. The population growth also increase the number of homes needed and apartments are one of the most popular type of home that people chose.
A suitable piping system for apartment is necessary therefore this paper's goal is to find the best design of piping system for Apartment X in Depok. This study will start by gathering datas such as gas demand for household in Depok. Next there will be a simulation for the piping system design which covers all apartment unit by using a software, FluidFlow Piping System. The simulation results in having PE SDR 11 63 mm pipe as mainline, and carbon steel inch as service pipe. These 2 pipe sizes can distribute natural gas with flowrate of 0.2 m3 hr for each consumer. Total investment cost for the piping system in the apartment is Rp. 6.888.377.628, and investment cost for service pipe is Rp. 2.880.000.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghofar Rozaq Nazila
"Perumahan merupakan kebutuhan dasar bagi manusia untuk melangsungkan aktifitas sehari-hari. Sebagai kebutuhan dasar, perumahan menempati ruang-ruang panting dalam mempengaruhi pola hidup penghuninya. Pengaruh tersebut meliputi berbagai aspek, diantaranya aspek fisik bangunan, kenyamanan, keindahan. sosial dan interaksi, ideologi, religius dan budaya bagi para penghuninya. Berbagai aspek tersebut kemudian bersimpul dan bermuara pada satu kajian, yaitu kualitas hidup dan hunian dalam perumahan.
Perumahan telah berkembang sesuai dengan perkembangan zamannya. Banyak jenis dan macam gaya arsitektur telah digunakan, berbagai penerapan teknologi tidak terlepas dari perkembangannya, akan tetapi perumahan tetap menyimpan banyak permasalahan. Kualitas hidup dan hunian, sekali Iagi, merupakan aspek yang sering kali menjadi latar belakang dari permasalahan-pennasalahan tersebut.
Skripsi dengan judul "Menuju Perumahan Ideal" ini dibuat untuk menjawab tantangan permasalahan-permasalahan tersebut di atas. Istilah 'perumahan ideal', pada sisi yang lain, akan menirnbulkan pertanyaan tentang definisi dan parameter. Untuk itu, skripsi ini akan membatasi makna dan definisinya dengan menggunakan beberapa pendekatan teori tentang perumahan, kemudian dirumuskan konsep ideal perumahan.
Tiga studi kasus dengan karakter hunian yang berbeda digunakan untuk membuktikan dan mengujicobakan sejauh mana kualitas hidup dan hunian telah sesuai dengan konsep ideal perumahan, yaitu Pesona Khayangan Estat (Depok, Jawa Barat, Indonesia), Kota Wisata Estat (Bogor, Indonesia), dan Taman Melawati (Johor Bahru, Malaysia). Pesona Khayangan Estat yang paling mendekati nilai ideal, walaupun tentu saja beberapa kondisi tidak tercapai. Kedua adalah Kota Wisata Estat, sebuah hunian dengan banyak gagasan, hanya saja menjadi hunian eksklusif dan banyak menggunakan gaya arsitektur jiplakan, ketiga adalah Taman Melawati, hunian heterogen dan inklusif yang istimewa, hanya saja kurang didukung dengan realitas dan konteks budaya serta permasalahan infrastruktur dan fasilitas yang sedikit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Aris Saleh
"ABSTRAK
Kawasan permukiman menurut RTRW Propinsi Jawa Barat adalah kawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam dan buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha. Secara ruang apabila digunakan untuk kegiatan permukiman akan memberi manfaat meningkatkan ketersediaan permukiman dan mendayagunakan prasarana dan sarana permukiman, meningkatkan perkembangan lintas sektoral dan subsektor serta kegiatan ekonomi sekitarnya, tidak mengganggu fungsi lindung, tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam, meningkatkan pendapatan nasional dan daerah, menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Permukiman menurut Pasal 1 (3) Undang-Undang No.4/1992, adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Depok selama 12 tahun (sampai tahun 2002) meningkat hampir 5 kali lipat dengan laju pertambahan penduduk 13,6 % pertahun. Pertambahan penduduk ini memberi tekanan terhadap Kota Depok dan mengakibatkan semakin meluasnya daerah permukiman. Indikasi terjadinya ketidaksesuaian penggunaan tanah di Kota Depok dapat dilihat dari basil overlay antara permukiman eksisting dengan lokasi permukiman RTRW Kota Depok 2010 yang terdistribusi di 6 kecamatan dengan luas yang berbeda¬beda. Target objek penelitian adalah permukiman yang terbangun di kawasan non-budidaya terutama di kawasan sempadan sungai karena telah melanggar "Fungsi Lindung". Analisis spasial dilakukan dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis mengenai kesesuaian tanah untuk permukiman berdasarkan aspek fisik tanah dan aspek legalitas. Untuk pembanding dan membantu hasil analisis spasial tersebut dilakukan pengambilan angket di lokasi penelitian.
Klasifikasi kesesuaian tanah didasarkan kepada kelas interval terhadap total nilai yang diperoleh setiap poligon hasil overlay melalui pembobotan dan skoring, yang kemudian dikelompokkan menjadi 4 kelas yaitu, Sangat Sesuai (SI), Cukup Sesuai (S2), Sesuai Marginal (S3) dan Tidak Sesuai (N). Dari hasil analisis spasial kesesuaian tanah untuk permukiman berdasarkan aspek fisik tanah didapatkan bahwa klassifikasi kesesuaian tanah daerah yang diteliti untuk Kelas Sangat Sesuai (Si) memiliki luas 1%, Kelas Cukup Sesuai (S2) adalah 4%, Kelas Sesuai Marginal (S3) dengan luas tanah 85% dan Tidak Sesuai (N) dengan luas 10% dari luas seluruh daerah penelitian. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa sebagian besar lokasi permukiman yang diteliti kurang layak dijadikan lokasi permukiman.
Dari hasil analisis spasial kesesuaian tanah untuk permukiman berdasarkan aspek Legalitas berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor: 8 Tahun 2005 Tentang Sempadan Sumber Air dan Peraturan Daerah Kota Depok No. 18 tahun 2003 tentang Garis Sempadan sungai didapatkan telah terjadi penyimpangan penggunaan tanah di kawasan sempadan Ci Liwung khususnya dalam lokasi penelitian terdapat permukiman seluas 108.417,62 m2.
Dari hasil penilaian terhadap variabel analisis didapatkan salah satu faktor pendorong terjadinya penyimpangan penggunaan tanah tersebut adalah variabel akses, Hasil analisis SIG menunjukkan bahwa kawasan sempadan Ci Liwung mempunyai akses yang baik tehadap jalan raya (Margonda Raya). Dari hasil angket didapat jawaban tentang keamanan tempat tinggal Sangat aman 18%, Aman 44%, Cukup aman 28%, Tidak aman 10% dan Sangat tidak aman 0%. Dengan demikian mereka menganggap bahwa lokasi tempat tinggal mereka adalah aman walaupun berada di kawasan yang terlarang untuk permukiman.

ABSTRACT
Land suitability is defined as the adaptability of land for a certain purpose of use. Land suitability for settlement area is general referred to suitability related to law, security and safety of the inhabitants. For example, the utilization of a certain land use must be in line with City Spatial Planning on land utilization, easily accessible, free of flood, in stable land condition, distanced from pollution sources, and have water resources.
The use of a certain land that does not in line with its purpose of use, will create generally some problems as happened in Depok in the last several years. Natural disasters such as landslide and flood at the end of the year, hit some settlement areas in Depok causing some material damages and loss of lives. The indication of unsuitability in Depok can be seen from the overlay result between the existing settlement areas and settlement locations from the City Spatial Planning of Depok 2010 distributed over 6 sub-districts with different area sizes. The targeted object of the research is the settlement areas in the non-cultured areas, especially in the buffer zone of a river, because it is against its "conservation function" as defined by the law. Spatial analysis is done with a geographic information system (GIS) on the land suitability for settlement area based on the land's physical and legal aspects. A questionnaire is also collected in the research location for the purpose of bench marking and supporting the spatial analysis.
Land suitability classification is performed based on the interval class value obtained by each polygon resulted from the overlay, through weighting and scoring. Land suitability is then classified into 4 classes: Very Suitable (SI), Suitable (S2), Marginally Suitable (S3), and Not Suitable (N). The result of spatial analysis of the Iand suitability for settlement area based on the physical aspects of the land shows that only 1% of the researched area falls into the class Very Suitable (SI); 4% into the class Suitable (S2); 85% into the class Marginally Suitable (S3), and 10% falls into the class Not Suitable (N). This analysis shows that most of the areas being used for settlement, is actually moderate suitable for settlement purpose.
The result of spatial analysis of the land suitability for settlement area based on the legal aspect, i.e. Local Regulation of The Province of West Java, No: 812005 on Buffer Zone of Water Resources and Local Regulation of The City of Depok No. 18/2003 on River's Buffer Line, shows an infraction of these laws because of the existing settlement areas in Ci iwung's buffer zone of 108,417,62 m2.
From the result of variable analysis, it is found out that one of the factors causing this unsuitability of land use, is the accessibility. The GIS- analysis shows that Ci Liwung buffer zone is easily accessible from a big road (Margonda Raya Street). From the questionnaire, it is also found out that 18% of the people living in this buffer zone think that the place is very safe, 44% think it is safe, 28% think it is moderately safe, 10% think is unsafe, and 0% think it is very unsafe. Therefore, they consider that their area is safe although it is located in the forbidden zone for settlement.
"
2007
T20649
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Rahman Haq
"Pertambahan penduduk dan pertumbuhan ekonomi mengakibatkan kebutuhan gas masyarakat Kota Depok terus meningkat. Namun, infrastruktur gas di Kota Depok masih belum memadai padahal di Kota Depok terdapat pipa transmisi dan distribusi gas. Karena itu diperlukan pengembangan infrastruktur gas di Kota Depok untuk mendorong pemanfaatan gas secara lebih luas. Tujuan penyusunan skripsi mi adalah untuk menghasilkan suatu rancangan sistem perpipaan distribusi gas di Kota Depok. Perancangan sistem distribusi gas ini dimulai dengan pengumpulan data teknis dan data suplai-permintaan gas di Kota Depok, dilanjutkan dengan analisis data, pembuatan rute, simulasi dengan piranti lunak, perhitungan keekonomian serta analisis dampak sosial dan lingkungan. Standar desain yang digunakan dalam perancangan sistem perpipaan distribusi gas ini adalah ASME B31.8-1995. Kondisi optimal dari rancangan dicari dengan melakukan simulasi menggunakan piranti lunak Piping Systems FLUID FLOW versi2.1. Kebutuhan gas Kota Depok hingga tahun 2025 mencapai 3,51 MMSCFD. Dari simulasi, diperoleh panjang total rute altematif A sebesar 118,29 km dan panjang rute altematif B sebesar 127,86 km. Diameter pipa polyethylene yang digunakan berkisar antara 63 mm sampai 280 mm. Tekanan suplai gas yang digunakan adalah 8 barg dengan batasan tekanan minimum ditetapkan sebesar 500 mbarg dan kecepatan gas maksimum sebesar 100 ft/s. Pada altematif A, diperoleh tekanan gas terkecil sebesar 585 mbarg dan kecepatan gas terbesar sebesar 79,75 ft/s, sedangkan pada altematif B diperoleh tekanan gas terkecil sebesar 553 mbarg dengan kecepatan gas terbesar sebesar 78,82 ft/s. Total biaya investasi yang telah ditambahkan dengan bunga untuk altematif A mencapai US$ 12,14 juta sedangkan untuk altematif B mencapai US$ 11,89 juta. Pada kasus dasar dimana margin harga jual gas ditetapkan sebesar 3$/MMBtu, didapat NPV pada tahun 2025 untuk altematif A sebesar US$ 0,57 juta dengan IRR 12,95%, payback period 7,6 tahun, dan rasio B/C 1,68. Sementara altematif B, NPV sebesar US$ 0,73 juta dengan IRR 13,23%, payback period 7,5 tahun, dan rasio B/C 1,63. Dilihat dari parameter-parameter tersebut, kedua altematif layak dibangun secara ekonomi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39504
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Pratiwi
"ABSTRAK
Gejolak suatu ekonomi di Indonesia berdampak parah pada sektor rill
termasuk binis real etate. Penurunan nilai properti di Indonesia sebesar . 60.2 % ,
merupakan yang tertingi di kawasan Asía laínnya Adanya kebijakan tentang pelarangan
bank umum untuk memberikan kredit kepada pengembang dan membeli/menjamin surat
berharga yang dikeluarkan pengembang untuk pengadaan atau pengolahan tanah, kecuali
dalam rangka pembangunan RSS mengakibatkan pihak yang sangat merasakan dampaknya
adalah pengembang perumahan menengah ke atas.
Upaya yang dilakukan oleh pengembang real estate untuk memperoleh aliran
dana dengan menawarkan berbagai strategi pemasaran seperti penurunan harga jual,
pemberian discount, hadiah, insentif pembayaran atau penjualan aset serta rasionalisasi
karyawan hanya hersifat sementara dan jika tidak diikuti oleh perbaikan ekonomi maka
kebangkrutan pengembang tidak akan terbendung lagi.
Hal-hal diatas tidak terjadi pada pengembang perumahan Pesona Khayangan
Estat. Perumahan Pesona Khayangan Estat melalui pengembang PT Pedoman Tata Bangun
telah menerapkan strategi pemasaran secara tepat sehingga unggul dalam persaingan dan
mampu bertahan bahkan mengembangkan areal pembangunannya dalam situasi krsis
sekarang ini.
Keberhasilan strategi pemasaran dapat dilihat dari tingkat kepuasan
konsumennya. Penelitian ini akan mempelajan kepuasan konsumen perumahan Pesona
Khayangan Estate dengan cara membandingkan ekspektasi dan persepsi konsumen ,
sehingga diperoleh gambaran mengenai keberhasiIan strategi pemasaran perumahan ini.
Penelitian menggunakan metode self administered survey dengan sistem drop
off survey terhadap 30 responden yang dipilih secara acak .Partisipan merupakan konsumen
yang terdiri atas pemilik sekaligus penghuni perumahan Pesona Khayangan Estat. Analisa
menggunakan teknik distribusi frekuensi dan dipresentasikan dalam importance-performance
matriks.
Hasil penelitian menemukan bahwa (a) Secara umum perumahan Pesona
Khayangan Estat dinilai memiliki kepuasan konsumen yang cukup baik, karena terdapat
kesesualan antara ekspektasi dan persepsí terhadap atribut yang dianggap penting dalam
membeli rumah, yakni keamanan, lingkungan, lokas, aksesibil Etas dan kualitas (b) Kepuasan
konsumen dapat dilihat dan tingginya keinginan melakukan pengulangan pembelian dan
positive word of mouth. (c) Komitmen pengembang untuk memenuhi konsep yang telah
dijualnya dengan menekankan pada kineia sesuai dengan kemampuan yang ada, mampu
mengembangkan perusahaan dan menyesuaikan din terhadap perubahan yang terjadi (e)
Atribut yang penting dan dinilai memiliki kinerja kurang balk seperti tersedianya sarana dan
prasarana serta promosi yang informatif perlu diprioritaskan untuk segera diperbaiki . Hal ini
menjadi penting karena rumah merupakan produk yang memerlukan tingkat keterlibatan
cukup tinggi dalam bertransaksi sehingga calon konsumen memerlukan kelengkapan
informasi mengenai produk yang akan dibelinya."
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Musyafa Rois
"Kota Depok merupakan bagian dari wilayah aglomerasi Jabodetakbek (Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi) yang tergolong kawasan metropolitan. Tata kelola kota Depok harus mengimbangi kota-kota lain yang tergabung dalam wilayah aglomerasi tersebut. Salah satu permasalahan yang dimiliki oleh kota metropolitan adalah volume sampah yang besar dan memerlukan penanganan khusus. Kota Depok memiliki luas wilayah 200.29 Km2 dengan jumlah penduduk 1.179.813 jiwa. Volume sampah yang dihasilkan mencapai 600 Ton sampah/ hari (Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, 2018). Dari jumlah tersebut, terdapat sampah yang tidak terkelola sebanyak 528 ton/hari. Komposisi sampah di kota Depok didominasi oleh sampah sisa makanan sebesar 40%, ranting kayu serta daun 15%, kertas 5%, plastik 10%, logam 2%, kain tekstil 8%, karet kulit 2%, kaca 3%, dan lain-lain 15%. Pada penelitian terdahulu mengungkapkan bahwa sampah anorganik yang terkelola di kota Depok sebesar 20%, sedangkan sampah organik yang terkelola sebesar 3,64%. Alasan rendahnya angka sampah organik yang terkelola dikarenakan keterbatasan daya tampung unit pengolahan sampah yang ada. Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan pendekatan khusus yang dapat digunakan untuk mengatasi pengolahan sampah organik di kota Depok. Pendekatan yang dilakukan diharapkan dapat melihat berbagai perspektif sehingga hasil yang didapat juga memberikan dampak yang besar bagi pengolahan sampah organik di kota Depok. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan adalah design thinking yang terdiri dari tahapan emphatise, define, ideate, prototype, dan test.
Perancangan solusi sistem pengelolaan sampah organik dengan pendekatan design thinking bertujuan merancang sistem pengolahan sampah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. produk yang dihasilkan berupa aplikasi komunikasi antara aktor pengelolaan sampah. Dengan aplikasi tersebut diharapkan dapat meningkatkan angka sampah organik yang terkelola dan mengurangi penimbunan sampah organik (landfill) di Tempat Pembungan Akhir (TPA).

Depok City is part of the agglomeration area of Jabodetakbek (Jakarta Bogor Depok Tanggerang Bekasi) which is classified as a metropolitan area. The governance of Depok city must compensate for other cities incorporated in the agglomeration area. One of the requirements of a metropolitan city is a large volume of waste and requires special handling. Depok City has an area of 200.29 Km2 with a population of 1,179,813 inhabitants. The volume of waste produced reaches 600 tons of waste / day (Ministry of Environment and Forestry, 2018). Of this amount, 528 tons / day of unmanaged waste. The composition of waste in Depok is 40%, wood branches and 15% leaves, 5% paper, 10% plastic, 2% metal, 8% textile fabric, 2% rubber skin, 3% glass, and others-lay 15%. In the initial research revealed that inorganic waste that is managed in Depok is 20%, while managed organic waste is 3.64%. The reason for the low number of managed organic waste is considering the capacity of existing waste processing units.
Based on the above problems, it should be considered that can be used to overcome the processing of organic waste in the city of Depok. The results carried out are expected to be able to see the various perspectives obtained also provide a large amount of processing of organic waste in the city of Depok. One discussion that can be done is design thinking which consists of stages of emphatise, define, ideaate, prototype, and test. The design of an organic waste management system solution with an approved design thinking discusses a waste treatment system that fits the needs of the community. the product produced consists of communication applications between waste management actors. With this application, it is expected to increase the number of managed organic waste and reduce the accumulation of organic waste (TPA) in Final Disposal Sites (TPA)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S34517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rangi Faridha Asiz
"Gated community merupakan contoh penyegregasian yang terjadi dalam skala urban. Area perumahan yang memisahkan dan mengelompokan diri dari lingkungan sekitar ini menimbulkan permasalahan yang tak hanya berdampak bagi perkotaan namun juga juga turut memberi pengaruh ke lingkungan sosial. Penyegregasian ini berdampak terhadap terpecah-pecahnya ruang urban perkotaan yang seharusnya dapat dinikmati oleh publik. Selain itu pemisahan kelompok berdasarkan kelas-kelas sosial ini juga meningkatkan kesenjangan sosial serta meminimumkan interaksi sosial yang terjadi di dalam masyarakat.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa itu Gated community dan bagaimana Gated Community dapat tumbuh kembang di perkotaan. Terdapat beberapa factor yang diduga menjadi penyebab tumbuhnya gated community, akan tetapi latar belakang penyebab tumbuhnya gated community di tiap negara ternyata berbeda-beda. Lalu bagaimana dengan gated community yang ada di Indonesia? Hal ini akan dibahas dengan mengambil beberapa perumahan yang setipe dengan gated community sebagai kajian studi Kasus.
Gated community tumbuh sebagai dampak dari perkembangan kota. Kota yang semakin tak bersahabat memaksa segelintir orang untuk pindah ke area suburban yang dianggap memiliki kualitas daerah yang lebih baik bagi hunian. Namun, ternyata ada faktor lain di luar hal itu yang juga turut mempengaruhi. Hal itu adalah gaya hidup manusia itu sendiri. Perkembangan peradaban membuat manusia kini tak lagi banyak berhubungan dengan lingkungan dan orang-orang disekitarnya. Kehidupannya lebih banyak dipenuhi oleh aktivitas dan pekerjaan. Hingga akhirnya kebutuhan akan hunian saat ini tak lagi dianggap hanya sebagai tempat bernaung atau mencari perlindungan, akan tetapi juga sebagai sarana untuk "menyendiri dan menunjukan diri" terhadap sekitarnya.
Hal ini kini tercermin dalam bentuk penyegregasian pola permukiman. Golongan mampu lebih memilih untuk tinggal dalam "kantung" pemukiman ketimbang tinggal di tengah permukiman penduduk. Oleh karenya hal ini memang tak terelakan mengingat gated community saat ini telah menjadi kebutuhan. Namun sebenarnya terdapat beberapa desain gated community yang lebih "ramah" bagi lingkungan sekitar, oleh karenanya dibutuhkan pengajian dan penelitian lebih lanjut mengenai hal ini.

Gated community is one of examples of urban scale segregation. Housing area which segregate them self from environment making any problems which are not causing cities only but also gives any problem to the social environment. This segregation impact the urban space which is devided it into many enclaves and make it secluded from public. In addition, the group based on social classes separation also increase social discrepancy and decrease social interaction between another in society.
The purpose of this writing is want to know what is gated community and how it can growcup in cities. There are several factors which is estimated as the cause of the gated community's growing in cities. But, the background of gated community's cause in each country is different. And then, how about the gated community in Indonesia? This question will be answeres by taking several housing which are typicalwith gated community as case studies.
Gated community's growth is appear as an impact of city's development. The city which is more and more unfriendly, forcing some people to move to suburban area which is known as a better place to live. But, there is another factor that also influence its growth. That is lifestyle of the human it self. The growing of human civilization make them having not relation anymore with their environment. Now, The city's people life is much more loaded by jobs and activities. So then, the necessity of dwelling is not guessed as a place for shelter only, but also as tools for "separated and show up" them self to their environments.
The attitude of "separated and showing up" of human it self, now is seemed in a form of segregation in settlement pattern. Actually, remembering that gated community is now has changed as a necessity, this phenomenon is unavoidable. But actually, there are several design that can become more "friendly" for the environment, so that the research and examination about the good design of gated community still needed.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48427
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>