Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 104521 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49764
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julius
"Bensin saat ini merupakan bahan bakar minyak yang paling banyak digunakan di Indonesia saat ini. Sementara itu, harga minyak mentah dunia terus meningkat, cadangan minyak yang terus menurun dan kondisi Indonesia sebagai net importir telah membuat sbsidi BBM sangat besar. Untuk mengatasi hal ini diperlukan suatu alternatif yang dapat mengurangi tingkat konsumsi bahan bakar minyak ini. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, biogasoline dapat dibuat dari minyak sawit melalui reaksi perengkahan katalitik. Biogasoline ini memiliki senyawa yang mengandung ester (25% volume). Ester ni dapat terhidrolisis menghasilkan alkohol dan asam karboksilat. Alkohol merupakan senyawa dengan angka oktana tinggi dan karenanya angka oktana biogasoline dapat ditingkatkan dengan menghidrolisis fraksi esternya.
Penilitian ini memiliki tujuan menghasilkan biogasoline berangka oktana tinggi yang nantinya dapat menggantikan bensin angka oktana tinggi atau mampu dicampur dengan bensin untuk meningkatkan angka oktananya. Reaksi dilakukan dalam reaktor dengan katalis HCl yang beroperasi pada tekanan atmosferik. Reaksi akan dilakukan dengan suhu reaksi 60_C sampai dengan 95_C. Selain itu, perbedaan waktu reaksi (1 jam sampai 4 jam) dan perbandingan katalis yang berbeda (1:7.5 sampai dengan 1:3.75). Produk yang dihasilkan akan dipisahkan, diuji produknya dengan FT-IR, dan dihitung angka oktananya dengan korelasi indeks setana dan derajat API. Hasil reaksi hidrolisis mampu meningkatkan angka oktana dari biogasoline. Angka oktana tertinggi produk reaksi adalah 74.91 pada suhu reaksi 80_C, perbandingan katalis HCl 1:5 selama 2 jam dan konversi ester sebesar 12.44%.

Nowadays, gasoline is oil fuel that mostly used in Indonesia. In the mean time, world crude oil price keep increasing, oil reserve decrease and Indonesia condition as net importer have made oil fuel subsidy become larger and larger. To handle this thing, it is needed an alternative which can reduce fuel consumption level. Based on the former research, biogasoline can be made from palm through catalytic cracking reaction. This biogasoline contains compounds that have ester functional group (25% volume). This ester can be hydrolized to produce alcohol and carboxcilyc acid. Alcohol is compound with high octane number and because of that biogasoline octane number can be increased if we can hydrolize its ester fraction.
This research have goals to produce high octane number biogasoline that can subsitute high octane number gasoline or can be mixed with gasoline to increase its octane number. This reaction is conducted in reactor with HCl as catalyst which operates at atmospheric pressure. Reaction will be conducted at temperature 60_C until 95_C. Aftar that, time reaction varies from 1 hour until 4 hours and catalyst ratio varies from 1:7.5 until 1:3.75. Product which produced after reaction will be seperated, tested with FTIR and calculatd its octane number using API degree and cetane index correlation. Hydrolysis reaction result can increase octane number of biogasoline. Highest octane number of reaction product is 74.91 at temperature reaction 80_C, catalyst ratio HCl 1:5 for 2 hours and ester conversion 12.44%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Jane Ellyn
"Perkembangan di sektor transportasi dewasa ini meningkatkan konsumsi bensin (gasoline). Hal ini menimbulkan isu krisis energi karena cadangan minyak bumi di alam yang semakin menipis. Oleh sebab itu, dibutuhkan bahan bakar alternatif yang bersifat dapat diperbaharui dan ekonomis. Minyak kelapa sawit adalah salah satu sumber daya alam yang dapat dijadikan bahan bakar alternatif. Melalui proses catalytic cracking, minyak kelapa sawit dapat diproses menjadi biogasoline, yaitu bahan bakar gasoline yang berasal dari biomassa. Penelitian ini akan mencoba melakukan pengolahan lebih lanjut terhadap biogasoline untuk meningkatkan bilangan oktana. Penelitian dilakukan dengan mereaksikan biogasoline dengan air. Pada proses ini, air mengadisi sebagian alkena penyusun biogasoline sehingga terbentuk alkohol. Reaksi berlangsung pada rentang suhu 110_C-160_C di dalam reaktor batch dengan katalis HCl. Analisa FTIR dilakukan untuk melihat apakah senyawa alkena penyusun biogasoline dapat dihidrasi melalui perubahan ikatan kimia. Reaksi hidrasi dapat meningkatkan bilangan oktana biogasoline hingga 6 angka. Kondisi operasi optimum untuk reaksi hidrasi yaitu pada suhu 140_C selama 1 jam dengan katalis 1.5 ml larutan HCl 6 M. Kondisi ini menghasilkan produk biogasoline dengan densitas rendah dan bilangan oktana paling tinggi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49842
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gandi Iswara
"Jumlah konsumsi bensin di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun, cadangan minyak bumi di Indonesia yang terus berkurang menuntut untuk ditemukannya sumber energi alternatif pengganti bensin. Telah dipublikasikan sebelumnya bahwa minyak kelapa sawit dapat direngkah menjadi senyawa hidrokarbon melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa' gas menggunakan katalis asam, namun produk yang dihasilkan memiliki yield bensin yang kecil, yaitu 4-20%. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bensin dari minyak kelapa sawit melalui reaksi perengkahan katalitik pada fasa cair dengan jumlah yield bensin yang tinggi. Minyak kelapa sawit direaksikan dengan katalis H-Zeolit yang dipreparasi dari Zeolit Alam melalui metode pertukaran ion. Reaksi dilakukah dalam fasa cair dengan rasio berat katalis per berat umpan 1:75 di dalam reaktor tumpak berpengaduk. Reaksi dilakukan dengan variasi waktu 1 hingga 2 jam pada suhu 300-320°C. Reaksi yang terjadi adalah reaksi perengkahan katalitik, dimana H-Zeolit merengkah ikatan kimia minyak kelapa sawit menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek. Agar diperoleh yield bensin yang tinggi, produk reaksi didistilasi secara tumpak sebanyak 2-3 kali. Distilasi dihentikan apabila diperoleh produk yang memenuhi spesifikasi bensin dalam hal titik didih dan densitas. Produk yang memenuhi spesifikasi bensin ini disebut Bensin-Bio. Pada Bensin-Bio, dilakukan analisis GC-MS, angka oktana dan RVP. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi optimum reaksi adalah pada reaksi selama 1 jam pada suhu 320°C dan dilanjutkan dengan dua kali distilasi secara tumpak. Produk yang dihasilkan memiliki densitas 0,77 g/mL dan titik didih akhir 255°C. Komposisi Bensin-Bio adalah senyawa hidrokarbon dengan jumlah rantai Ci-Cn , memiliki RVP 48,23 serta angka oktana 122,24. Konversi reaksi adalah 21,56% dan yield bensin sebesar 58%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49605
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry
"Produksi etilen sebagian besar (97%) melalui proses perengkahan (cracking) thermal naphta. Namun demikian, naphta adalah bahan baku tak terbarukan, sehingga diperlukan altematif bahan baku dan proses yang lain untuk produksi etilen. Reaksi dehidrasi etanol menjadi etilen merupakan reaksi yang diharapkan menjadi sumber alternatif produksi etilen.
Perancangan reaktor bench scale atau pilot untuk dehidrasi etanol, perlu dilakukan untuk memenuhi tujuan di atas. Upaya pengembangan reaktor tersebut tidak mudah dan memerlukan banyak biaya. Oleh karena itu sebelum kegiatan perancangan dilakukan, perlu dibuat model persarnaan reaktor dan dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi terhadap unjuk kerja reaksi.
Pada makalah ini dilakukan simulasi reaksi dehidrasi etanol dalam reactor fixed bed, sebagai reaktor katalitik heterogen. Model kinetika reaksi yang digunakan pada simulasi ini, berdasarkan kinetika reaksi yang dilaporkan oleh Akaratiwa. Aliran gas dalam reaktor hanya pada arah aksial (plug flow). Simulasi pada skala pelet dilakukan untuk mendapatkan faktor efektifitas yang digunakan sebagai fuktor koreksi korelasi kinetika pada simulasi skala reaktor. Pada skala reaktor diperoleh tiga persamaan diferensial dari nerasa massa, dan satu persamaan diferensial dari neraca momentum. Seluruh persamaan diferensial itu dipecahkan dengan metode Runge Kutta-Gill.
Hasil simulasi menunjukkan, pada kondisi operasi P=1 atm dan T=673 K dihasilkan produk etilen maksimum dengan selektifitas 96,4%, yield 92,4%, dan konversi etanol 95,8%. Produk eter maksimum dihasilkan dengan dengan selektifitas 14,7%, yield 14,39% dan konversi etanol 97,68% pada P=9 atm, dan T=673 K.
Dengan demikian reaktor isotermal untuk reaksi dehidrasi etanol dapat menghasilkan produk etilen optimum pada kondisi operasi P=1 atm dan T=673 K, dengan dimensi reaktor : L = 3 m, D reaktor = 10 cm dengan diameter pelet katalis 0,5 cm."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eliani
"Sintesis senyawa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit maupun palmitat dapat dilakukan secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa dalam pelarut n-heksana. Reaksi esterifikasi dilakukan dengan menggunakan variasi perbandingan mmol antara asam lemak dengan gliserol 1:1; 1:2; 1:3; dan 1:4 mmol agar produk yang terbentuk mono-digliserida. Hasil FTIR ester gliserol asam lemak menunjukkan adanya puncak serapan gugus C=O ester pada bilangan gelombang 1741 cm-1 pada ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit dan 1736 cm-1 ester gliserol palmitat. Ester yang dihasilkan diuji kemampuannya sebagai emulsifier menggunakan campuran minyak dan air.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit maupun palmitat dapat berperan sebagai emulsifier tipe minyak dalam air. Emulsi yang terbentuk stabil hingga 24 jam. Pada ester yang terbentuk juga dilakukan uji antimikroba menggunakan bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ester gliserol asam lemak hasil hidrolisis maupun ester gliserol palmitat tidak memiliki aktivitas antibakteri tehadap Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis.

Synthesis of glycerol ester hydrolized palm oil fatty acid and palmitic acid was conducted enzymatically using Candida rugosa in n hexane solvent. Esterification reaction using mmol ratio between fatty acids and glycerol were varied on 1 1 1 2 1 3 and 1 4 in order for the product to be formed mono diglyceride. glycerol ester hydrolized palm oil fatty acid and palmitic acid were characterized using FT IR. The results of FT IR analysis showed absorp tion peak that were related to the stretching of C O ester group at 1741 cm 1 for glycerol ester hydrolized palm oil fatty acid and at 1736 cm 1 for glycerol ester of palmitic acid. Esters were tested for their ability as emulsifiers using a mixture of oil and water.
The test results show that glycerol ester hydrolyzed palm oil and glycerol ester of palmitic acid can act as emulsifier type oil in water. The emulsion is stable for up to 24 hours. In the esters also performed an antimicrobial test using bacteria Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis. The results showed that glycerol ester hydrolyzed palm oil and glycerol ester of palmitic acid showed no antibacterial activity against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S69864
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Novianingsih
"ABSTRAK
Ester sukrosa adalah emulsifier ramah lingkungan, yang dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak secara kimiawi maupun secara enzimatik. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sintesis ester sukrosa secara enzimatik dapat dilakukan dengan menggunakan lipase dalam kondisi terdapat pelarut organik dan kandungan air yang sedikit. Pada penelitian ini, ester sukrosa disintesis melalui reaksi esterifikasi antara sukrosa dengan asam lemak hasil hidrolisis minyak sawit menggunakan lipase Candida rugosa dengan pelarut heksana. Optimasi reaksi esterifikasi dilakukan pada beberapa parameter seperti waktu inkubasi, suhu, dan rasio substrat untuk menghasilkan persentase konversi tertinggi. Kondisi optimum diperoleh pada waktu inkubasi 12 jam, suhu reaksi 30 0C, dan rasio mol asam lemak dengan sukrosa 64:1. Identifikasi produk menggunakan instrumen FT-IR memberikan serapan gugus ester pada bilangan gelombang 1739 cm-1. Pada uji emulsi sederhana, produk yang dihasilkan dapat bertindak sebagai emulsifier. Pada hasil analisis menggunakan HPLC, diperoleh puncak monoester sukrosa pada waktu retensi 5,39; 5,71; 5,98; 6,11; 6,42 menit, puncak diester sukrosa pada waktu retensi 7,49 dan 7,85 menit, puncak triester sukrosa pada waktu retensi 12,93 menit, dan puncak tetraester sukrosa pada waktu retensi 18,12 menit. Analisis kuantitatif HPLC menunjukkan bahwa komposisi tertinggi yang terbentuk merupakan ester sukrosa dengan diester sukrosa, yaitu sebesar 77,22%.

ABSTRACT
Sucrose esters are biodegradable emulsifiers, that may be synthesized by numerous methods which involve the use of either chemical or enzymatic esterification between fatty acids and sucrose. A previous study showed that enzymatic synthetis of sucrose ester could be carried out in organic media and minimum amount of water with lipase as biocatalyst. In this study, sucrose esters were synthesized by enzymatic esterification between hydrolyzed palm oil fatty acids and sucrose using lipase from Candida rugosa with hexane as solvent. Optimization of esterification reaction including incubation time, temperature reaction, and substrate molar ratio for a high conversion of sucrose ester. The optimum conditions were achieved at incubation time 12 h, temperature 30 0C, substrate fatty acid to sucrose molar ratio 64:1. Identification of products using FT-IR instrument gave an ester band at wave number 1739 cm-1. In a simple emulsion test, the synthesized product could be act as emulsifier. Analysis using HPLC gave sucrose monoester peak at the retention time of 5.39; 5.71; 5.98; 6.11; 6.42 minutes, sucrose diester peak at retention time 7.49 and 7.85 min, peak sucrose triester at retention time 12.93 minutes, and peak tetraester sucrose at retention time 18.12 minutes. Quantitative analysis using HPLC, the highest composition formed was diester sucrose, that is equal to 77.22%."
Universitas Indonesia, 2011
S683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anondho Wijanarko
"Konversi minyak kelapa sawit menjadi fraksi bensin merupakan salah satu upaya pencarian energi alternatif sebagai pengganti suplai energi berbasis minyak bumi. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan minyak kelapa sawit dapat direngkah menjadi hidrokarbon melalui reaksi perengkahan katalik dengan katalis asam, salah satunya adalah katalis γ-alumina. Dalam penelitian ini dilakukan reaksi minyak sawit dengan katalis γ-alumina di dalam reaktor tumpak berpengaduk yang dilakukan dengan variasi perbandingan berat minyak/katalis 100:1, 75:1 dan 50:1 pada variasi suhu reaksi antara 260 - 340 °C dalam variasi waktu reaksi 1-2 jam. Pasca reaksi perengkahan, produk bensin alternatif ini (biogasoline) diperoleh setelah perlakuan distilasi tumpak 2 tahap. Uji densitas dan viskositas produk ini menunjukkan hasil yang mendekati sifat fisika bensin komersial. Dari hasil uji densitas, viskositas, dan Fourier Transform Infra Red Spektrofotometer (FTIR) produk reaksi perengkahan dapat disimpulkan bahwa produk optimum reaksi terjadi pada perbandingan berat minyak/katalis 100:1 dalam waktu 1.5 jam dan suhu 340 °C, dan hasil uji kandungan produk dengan FTIR, Gas Chromatography (GC), dan Gas Chromatografi-Mass Spectrofotometer (GC-MS) menunjukkan adanya kemiripan dengan kandungan bensin komersial. Berdasarkan hasil uji tersebut, produksi biogasoline pada penelitian ini memiliki yield 11.8% (v/v) dan konversi 28.0% (v/v ) terhadap umpan minyak sawit dengan bilangan oktana produknya sebesar 61.0.

Biogasoline Production from Palm Oil Via Catalytic Hydrocracking over Gamma-Alumina Catalyst. Bio gasoline conversion from palm oil is an alternative energy resources method which can be substituted fossil fuel base energy utilization. Previous research resulted that palm oil can be converted into hydrocarbon by catalytic cracking reaction with γ-alumina catalyst. In this research, catalytic cracking reaction of palm oil by γ-alumina catalyst is done in a stirrer batch reactor with the oil/catalyst weight ratio variation of 100:1, 75:1, and 50:1; at suhue variation of 260 to 340°C and reaction time variation of 1 to 2 hour. Post cracking reaction, bio gasoline yield could be obtained after 2 steps batch distillation. Physical property test result such as density and viscosity of this cracking reaction product and commercial gasoline tended a closed similarity. According to result of the cracking product?s density, viscosity and FTIR, it can conclude that optimum yield of the palm oil catalytic cracking reaction could be occurred when oil/catalyst weight ratio 100:1 at 340°C in 1.5 hour and base on this bio gasoline?s FTIR, GC and GC-MS identification results, its hydrocarbons content was resembled to the commercial gasoline. This palm oil catalytic cracking reaction shown 11.8% (v/v) in yield and 28.0% (v/v) in conversion concern to feed palm oil base and produced a 61.0 octane number?s bio gasoline."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Anastasia Moestika
"Kebutuhan akan bensin mendorongg dilakukannya penelitian untuk menemukan sumber daya Iain sebagai bensin alternatif. Minyak kelapa sawit yang dimiliki Indonesia secara melimpah dapat dijadikan sumber bahan bakar bensin dengan melakukan reaksi perengkahan untuk didapatkan struktur molekul yang lebih kecil dan memiliki karakterislik yang menyerupai bensin.
Reaksi perengkahan katalistik terhadap minyak kelapa sawil dilakukan dengan mengadaptasi prinsip FCCU (Fluidized Catalytic Cracking Unit) yang dapat memecahkan rantai hidrokarbon panjang menjadi fraksi yang lebih pendek. Reaksi perengkahan katalistik ini dilakukan dengan kehadiran kalalis asam alumina. Dalam penelilian ini digunakan katalis alumina JRC (Japan Reference Catalys)-ALO-3 dan JRC-ALO-6. Reaksi dilakukan pada reaktor batch sederhana.
Untuk mengetahui terjadinya perengkahan dilakukan analisis berat molekul dengan metode kenaikan titik didih, viskositas dengan menggunakan viskometer Ostwald.
Bilangan oktana dengan metode ASTM D-976 termodifikasi dan analisa perubahan struktur molekul dengan menggunakan metode FTIR.
Kondisi operasi optimum umuk merengkahkan minyak kelapa sawit adalah pada komposisi katalis-minyak 1:1O0, waktu reaksi 15 menit dan suhu reaksi 150℃.
Reaksi perengkahan tersebut dapat menurunkan berat molekul menjadi 597 gr/mol dari 849 gr/mol dengan struktur molekul dimana ramai lurus senyawa menjadi lebih pendek dari senyawa awalnya. Senyawa produk ini juga memiliki bilangan oktana yang jauh lebih tinggi daripada bensin yang banyak digunakan saal ini, yaitu 111.2.
Namun dari segi viskositas, senyawa ini masih lebih besar daripada bensin premium."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49023
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Adam Hirsaman
"Pesatnya pembangunan di bidang transportasi berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan bensin (gasoline). Peningkatan ini tidak sejalan dengan cadangan minyak bumi dunia sebagai bahan baku utama pembuatan bensin yang terus menurun. Ini menyebabkan urgensi kebutuhan akan bensin dari bahan baku altelnatif yang terbarukan semakin meningkat dari waktu ke waktu. Minyak sawit, merupakan salah satu bahan yang disebut-sebut dapat digunakan untuk menghasilkan alternatif bensin (biogasoline). Pada penelitian ini biogasoline disintesis dari minyak sawit melalui reaksi hydrocracking dengan katalis NiMo/zeolit yang merupakan katalis pada proses hydrocracking minyak bumi. Penelitian dilakukan dengan mereaksikan minyak sawit dalam reaktor batch berpengaduk bersama katalis NiMo/zeolit dan gas hidrogen. Perbandingan berat katalis/reaktan yang digunakan adalah 1:75. Gas hidrogen dialirkan dengan laju alir rendah pada suhu ruang. Reaksi dilakukan pada tekanan atmosferik dengan 2 variasi suhu, yaitu 300°C dan 320°C masing-masing selama 1 jam, 1.5 jam, dan 2 jam. Penurunan densitas produk reaksi terhadap densitas minyak sawit, penambahan jumlah gugus -CH3, dan pengurangan gugus -C=C- yang ditunjukkan oleh spektrum FTIR, menunjukkan bahwa reaksi hydrocracking yang diinginkan pada penelitian ini memang benar terjadi. Untuk mendapatkan produk biogasoline, dilakukan distilasi batch secara bertahap sebanyak dua kali untuk masing-masing produk reaksi. Pengukuran densitas produk biogasoline menunjukkan hasil yang mendekati densitas bensin komersial. Uji GC dan GC-MS menunjukkan adanya kemiripan kandungan produk biogasoline dengan kandungan bensin komersial. Namun demikian masih terdapat kandungan senyawa yang tidak termasuk dalam fraksi bensin dalam proporsi yang cukup besar sehingga produk biogasoline yang didapatkan ini belum dapat digunakan untuk menggantikan bensin. Ini ditunjukkan oleh bilangan oktan produk biogasoline yang jauh lebih kecil dibanding standar bilangan oktan bensin komersial. Untuk mendapatkan produk biogasoline yang memenuhi kriteria bensin, diperiukan proses pemisahan lebih lanjut untuk memisahkan fraksi berat tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>