Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 140850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Heidi
"Bioremediasi adalah teknologi remediasi yang menggunakan sistem biologi untuk menanggulangi masalah polusi. Teknologi yang cukup baru dalam pengembangan teknologi pengolahan air limbah adalah teknologi in situ. In situ Bioremediasi mengarah pada penggunaan proses mikrobiologi alami yang dilakukan pada lingkungan bawah tanah untuk mematahkan senyawa kompleks menjadi lebih sederhana, atau biasa disebut biodegradasi. Komponen dari minyak bumi yang berbahaya dan berpotensi sebagai kontaminan dalam pencemaran air adalah benzena dan toluena. Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan uji coba proses degradasi benzena dengan menggunakan konsorsium bakteri yang terdiri dari Pseudomonas aeroginosa, Pseudomonas elongata dan Bacillus subtilis. Penelitian ini merupakan rangkaian dari penelitian bioremediasi yang dilakukan di Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia. Pelaksanaan proses biodegradasi dilakukan selama 10 hari dengan medium Lockhead and Chase, pada temperatur ruang, kecepatan pengocokan tetap, dengan inokulum awal bakteri sebesar 2,13E+04 CFU/mL. Sementara itu variasi konsentrasi awal benzena dan toluena yang digunakan adalah 50, 100, 200, 500, dan 1000. Secara umum hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adanya kecendrungan bahwa laju pertumbuhan optimum bakteri akan lebih rendah dengan semakin bertambahnya konsentrasi kontaminan, sehingga degradasi kontaminan benzena dan toluena dengan konsentrasi lebih besar akan membutuhkan waktu lebih lama. Hal ini ditunjukkan dengan semakin bertambahnya konsentrasi maka persentasi yang kontaminan terdegradasi akan semakin kecil yaitu pada variasi konsentrasi yang ditambahkan 50 ppm persentasi degradasi kontaminannya adalah 77,91 % untuk benzena dan 67,51% untuk toluena dan untuk konsentrasi 1000 ppm hanya 38,88% untuk benzena dan 33,72% untuk toluena. Keadaan bakteri yang berada dalam keadaan konsorsium membutuhkan waktu lebih lama bagi bakteri untuk mendegradasi kontaminan karena didahului dengan adanya persaingan atau kompetisi dalam memanfaatkan nutrisi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49490
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muliadi Ramli
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T40188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiffany Patra
"Biodegradasi fenol sebagai salah satu senyawa polutan yang sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup, terutama manusia yang hidup di lingkungan tersebut, dilakukan dengan menggunakan bakteri dari lambung sapi yang diinkubasi di suhu ruang, pH awal medium 7.0. Penelitian dilakukan dengan variasi generasi bakteri pertama dan kedua, konsentrasi fenol 0 ppm, 10 ppm, 50 ppm dan 100 ppm, dan variasi kada glukosa dalam medium sebesar 0 g/L, 0,5 g/L dan 1 g/L. Hasil penelitian menunjukkan fenol dapat dimanfaatkan sebagai subtrat pertumbuhan bakteri dan belum terjadi inhibisi yang signifikan terhadap pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 100 ppm. Terdapat penurunan kemampuan degradasi fenl pada generasi bakteri yang berbeda Generasi bakteri pertama dapat mendegradasi 98,04% fenol 100 ppm, sementara generasi kedua hanya dapat mendegradasi 69,31% fenol. Fenomena inhibisi oleh glukosa mulai terlihat pada konsentrasi 0,5 g/L.

Biodegradation of phenol as one of dangerous polutant is done by using bacteria consortium originated from cattle’s stomach. The bacteria was incubated on room temperatur, medium pH = 7. The assessed variable are bacteria generation; first and second generation, fenol concentration from 0, 10, 50 and 100 ppm, glucose concentration from 0, 0.5 g/L and 1 g/L. The result show that the bacteria consortium was abled to use phenol as growth nutrition and there is no inhibiion observed for phenol concentration up to 100 ppm. The consortium bacteria ability to degrade phenol was greatly reduced on the second generation. The first generation is able to degrade 98.04% 100 ppm phenol for 10 hour, meanwhile the second generation can only degrade 69.31% 100 ppm phenol for 100 hour. Glucose was found to decrease phenol biodegradation rate and inhibit the bacteria growth from concentration 0.5g/L."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45353
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marisa Tedjo
"Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia telah melakukan beberapa penelitian tentang kemampuan pendegradasian satu jenis mikroorganisme terhadap senyawa hidrokarbon tertentu. Untuk melanjutkan dan lebih mengembangkan penelitian sebelum-sebelumnya, dilakukan penelitian untuk menguji ketahanan dan keefektifan konsorsium bakteri (kultur campuran) dalam mendegradasi limbah produk petroldmia yang digunakan oleh masyarakat secara luas. Dalam penelitian ini digunakan jenis sampel kontaminan berupa surfactant sintetis Linear AlkylBenzene Sulfonate (LAS), yang banyak diaplikasikan dalam detergen pembersih. Sedangkan mikroorganisme yang digunakan adalah mikroorganisme konsorsium yang telah dikultur sendiri oleh LEMIGAS, yaitu Pseudomonas aeroginosa, Bacillus subtilis, Bacillus aglomerans. Bacillus cereus, Bacillus alvae. Pelaksanaan proses biodegradasi dilakukan selama 12 hari dengan medium Lockhead and Chase, pada temperatur ruang, kecepatan pengocokan tetap, dengan inokulum awal bakteri sebesar 1.59 x 108 CFU/mL. Sementara itu variasi konsentrasi awal LAS yang digunakan adalah 100,400,700,1000 dan 1500 ppm. Hasil yang diperoleh dan penelitian menunjukkan bahwa konsorsium bakteri yang digunakan dapat hidup dalam lingkungan LAS sampai 1500 ppm. Pertumbuhan dan penurunan chemical oxygen demand teriadi maksimum pada konsentrasi yang terkecil, yaitu 100 ppm. Di sini LAS dapat berfungsi sebagai sumber karbon namun juga dapat berisiko tinggi terhadap kelangsungan hidup beberapa jenis bakteri karena faktor penurunan tegangan permukaan. Hal ini menyebabkan konsorsium bakteri dengan jenis bakteri yang digunakan dalam penelitian ini dapat mendegradasi LAS, namun kurang efektif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teuku Ibnu Sina
"Pencemaran limbah cair organik menjadi masalah serius saat ini terutama pada lingkungan perairan. Bahan pencemar organik yang sering ditemui adalah Benzena dan Toluena. Berbagai teknik aplikasi biologis untuk menghilangkan kontaminan organik ini telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Biobarrier. Biobarrier merupakan penggabungan teknik adsorpsi karbon aktif dan biodegradasi. Pada proses biobarrier digunakan elektron akseptor untuk mengoksidasi substrat yang teradsorp pada permukaan adsorben dengan bantuan bakteri sebagai katalis reaksi redoks. Bakteri membutuhkan elektron akseptor sebagai penghasil energi untuk reaksi aerob. Oksigen merupakan elektron akseptor yang paling disukai Bakteri. Oksigen yang digunakan sebagai elektron akseptor dalam bentuk NaNO3. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi NaNO3 terhadap degradasi kontaminan serta pertumbuhan bakteri pada proses biobarrier. Pelaksanaan proses biobarrier diawali dengan tahap penjenuhan karbon aktif. Setelah karbon aktif jenuh, dilakukan tahap biodegradasi benzena dan toluena dengan menyuntikkan konsorsium bakteri dan penambahan NaNO3(elektron akseptor). Konsentrasi NaNO3 divariasikan yaitu 25 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L dan 125 mg/L. Tiap variasi berlangsung selama 57 jam dengan laju alir kontaminan 18,2 ml/menit dan laju alir elektron akseptor 1 ml/menit. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi NaNO3 mempengaruhi laju degradasi benzena dan toluena serta pertumbuhan bakteri. Jumlah benzena dan toluena yang terdegradasi terbesar dan konsorsium bakteri dapat tumbuh optimal terjadi pada konsentrasi NaNO3 75 mg/L dengan jumlah oksigen yang dihasilkan sebesar 0.441 mmol/L. Penambahan konsentrasi NaNO3 menjadi 100 mg/L dan 125 mg/L menyebabkan lambatnya pertumbuhan bakteri dan berpengaruh pada penurunan degradasi benzena dan toluena.

The organic contamination on water environment is a major problem at this present time. The organic contaminant which is found in the water environment is Benzene and Toluene. Many technology biological was do in order to eliminate this organic contaminant. One of this biotechnology called Biobarrier. Biobarrier is the combination of pollutant adsorption on granular activated carbon (GAC) and biodegradation. In this process, electron acceptor is used, in order to oxidation of organic substrates such as benzene-toluene on the adsorben surface with bacterial assist as redoks reaction catalytic. Bacterial need electron acceptor as energy produce for aerobic reaction. Oxygen is electron acceptor that most of bacterial liked. Source of oxygen which is used in this research from NaNO3. The research goal to know how addition of NaNO3 concentration can effect the degradation contaminant and how growth of bacterial consortium in this NaNO3 variation concentration on biobarrier process. Biobarrier process start with loading phase of activated carbon. After activated carbon is load by organic substrates (benzene-toluene), bacterial consortium and NaNO3 as electron acceptor is added to bioregenerator column (biodegradation process). The variation of NaNO3 are 25 mg/L, 75 mg/L, 100 mg/L, 125 mg/L. Interval of each variation are 57 hours with contaminant flowrate 18,2 ml/minute and the electron acceptor flowrate 1 ml/minute. The results showed that the additional amount of NaNO3 as electron acceptor influence the degradation rate of benzene-toluene and growth of bacterial consortium. Greatest degradation of benzene-toluene and the optimum growth of bacterial consortium occur on NaNO3 concentration 75 mg/L with amount of oxygen produce 0.441 mmol/L. Increased of NaNO3 concentration from 75 mg/L to 100 mg/L and 125 mg/L cause growth of bacterial consortium slowly and influence on decrease degradation of benzene-toluene."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49704
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haafizh Izzatullah
"Kandungan pyrene merupakan kandungan yang paling besar dalam kandungan PAH pada limbah minyak. Salah satu cara terbaik untuk mendegradasi senyawa berbahaya tersebut adalah penggunaan mikroorganisme. Proses ini bersifat lebih ramah lingkungan, cepat, dan ekonomis, dibandingkan menggunakan bahan sintetik. Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, dan konsorsiumnya akan mengintensifikasi proses biodegradasi pyrene yang terlarut dalam air dan menjadikannya sumber energi untuk pertumbuhan bakteri. Penelitian ini juga membahas kemampuan hidup mikroorganisme tersebut dalam konsentrasi pyrene yang tinggi 1000 mg/L. Diawali dengan prekultur bakteri pada larutan pyrene dengan medium yeast extract, Ochrobactrum sp M2292 mampu mendegradasi konsentrasi pyrene sebanyak 44,7 % dengan substrat awal 200 mg/L. Evaluasi kecepatan pertumbuhan spesifik pada biodegradasi pyrene konsentrasi 1000 mg/L dengan metode berat kering mengindikasikan bahwa Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, dan konsorsiumnya merupakan bakteri yang dapat mengutilisasi pyrene dalam air. Hasilnya, Ochrobactrum sp M2292 merupakan bakteri yang mempunyai laju pertumbuhan spesifik paling cepat pada konsentrasi pyrene 1000 mg/L daripada Bacillus subtilis C19 dan bakteri konsorsiumnya.

Pyrene is the greatest content of PAH on the waste oil. One of the best ways to degrade these harmful substance is use microorganism. This process is more environmentally friendly, fast, and economical, compared to using synthetic materials. Bacillus subtilis C 19, Ochrobactrum sp M2292, and consotium both of them will intensify biodegradation process of pyrene that are dissolved in the water and make it a source of energy for bacterial growth. This study also discusses the ability of the microorganism living in high pyrene concentration 1000 mg/L. Starts from initiated preculture on pyrene and yeast extract medium solution, Ochrobactrum sp can degrade pyrene by 44,7% with initial consentration is 200 mg/L. Evaluation of specific growth rate at high concentration of pyrene biodegradation by dry weight method indicated that Bacillus subtilis C19, Ochrobactrum sp M2292, and konsorsium of bacteria that can utilize pyrene in water condition. The result, Ochrobactrum sp M2292 has the fastest specific growth rate in 1000 mg/L pyrene concentration than Bacillus subtilis C19 and consortium bacterial."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45729
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Althea Buntaro
"Pseudomonas sp. SM 1_7 merupakan isolat bakteri Gram-negatif aerob hidrokarbonoklastik yang dapat mendegradasi senyawa naftalena pada sampel cair. Isolat Pseudomonas sp. SM 1_7 yang ditumbuhkan dalam medium Bushnell-Haas dengan penambahan ko-substrat glukosa 0,5% (b/v) dan naftalena 0,02% (b/v). Pengukuran pertumbuhan dilakukan dengan metode angka lempeng total dan pengukuran absorbansi suspensi sel menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada periode inkubasi 0 jam, 24 jam, dan 48 jam. Hasil pengukuran pertumbuhan Pseudomonas sp. SM 1_7 10% (v/v) pada medium Bushnell-Haas + naftalena 0,02% (b/v) + glukosa (0,5%) menunjukkan batch 1 mengalami kenaikan angka lempeng total dari 6,50 x 109 CFU/mL menjadi 4,26 x 1010 CFU/mL, batch 2 kenaikan angka lempeng total dari 3,94 x 109 CFU/mL menjadi 3,10 x 1010 CFU/mL, batch 3 mengalami kenaikan angka lempeng total dari 5,99 x 109 CFU/mL menjadi 3,39 x 1010 CFU/mL, kemudian mengalami penurunan angka lempeng total menjadi 1,99 x 1010 CFU/mL. Hasil analisis HPLC menunjukkan pengurangan konsentrasi naftalena sebesar 38,65% pada periode inkubasi 48 jam.

Pseudomonas sp. SM 1_7 is a Gram-negative aerobic hydrocarbonoclastic bacterial isolate renowned for the ability of hydrocarbon degradation in liquid samples. Pseudomonas sp. SM 1_7 is grown in Bushnell-Haas media with the addition of 0.02% naphthalene (w/v) and 0.5% glucose (w/v) as co-substrate. Enumeration of cells was carried out using the total plate count method simultaneously with the measurement of suspended cell absorbance in the media, using UV-Vis spectrophotometry at the 0, 24, and 48 hours incubation period. The results showed that the number of bacteria increased from 6.50 x 109 CFU/mL to 4.26 x 1010 CFU/mL in the first batch, 3.94 x 109 CFU/mL to 3.10 x 1010 CFU/mL in the second batch, and 5.99 x 109 CFU/mL to 3.39 x 1010 CFU/mL and then into 1.99 x 1010 in the third batch. The concentration of naphthalene in the medium after 48 hours decreased by 38.65%. Pseudomonas sp. SM 1_7 has the capability to degrade naphthalene.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Oktavianto
"Telah dilakukan penelitian biodegradasi pewarna tekstil congo red oleh kultur tunggal L2C dan kultur campuran L2C dan I4M. Biodegradasi pewarna tekstil dilakukan dengan kultur statis pada medium Bushnell-Haas dengan konsentrasi 1000 ppm congo red. Hasil biodegradasi kultur tunggal dan campuran dianalisis menggunakan Spektrofotometer. Uji toksisitas supernatan hasil biodegradasi diujikan terhadap perkecambahan biji jagung (Zea mays). Hasil penelitian menunjukkan kultur tunggal mampu mendegradasi congo red (97,79%) lebih baik dibandingkan dengan kultur campuran (26,24%). Hasil scanning pada supernatan maupun endapan mengindikasikan congo red telah terdegradasi. Uji toksisitas menunjukkan bahwa biji jagung yang diberi perlakuan supernatan berkecambah (50%) lebih banyak dibandingkan dengan biji jagung yang diberi perlakuan larutan congo red (33,33%). Panjang akar perlakuan supernatan menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan congo red sementara berat basah dan panjang total tidak berbeda nyata.

A research on biodegradation of congo red textile dye has been carried out using single culture (L2C) and mixed culture (L2C&I4M). Biodegradation used static culture in Bushnell-Haas medium with a congo red concentration of 1000 ppm. The results of single and mixed cultures biodegradation were analyzed using a spectrophotometer. The toxicity test of supernatant from biodegradation was tested against corn seed (Zea mays) germination. The results showed single culture is more capable of degrading congo red (97,79%) than mixed cultures (26,24%). The scanning of supernatant and the sediment indicated congo red was degraded. Toxicity tests showed that the corn seed germination treated with supernatant (50%) was better than the corn seed treated with congo red solution (33,33%). Root length of corn seed treated supernatant was better than the control congo red while the total wet weight and shoot length were not significantly different."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S61313
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasti Yunita
"Universitas Indonesia memiliki enam situ yakni Situ Kenanga, Agathis, Mahoni, Puspa, Ulin, dan Salam. Keenam situ tersebut merupakan daerah resapan air untuk wilayah sekitar. Namun, dengan adanya banyak aktivitas masyarakat di sekitar wilayah UI, Situ UI berpotensi tercemar oleh limbah domestik. Limbah domestik dapat mengandung deterjen dengan surfaktan linear alkylbenzene sulfonates (LAS) sebagai salah satu komponennya. LAS dapat bersifat toksik terhadap organisme akuatik sehingga dilakukan penelitian untuk menguji kemampuan mikroorganisme dari Situ Universitas Indonesia dalam mendegradasi LAS. Hasil uji pendahuluan memperlihatkan bahwa konsentrasi LAS tertinggi terdapat pada Situ Agathis yaitu 4,410 mg LAS/L. Hasil isolasi terhadap sedimen Situ Agathis diperoleh isolat A dan B yang teridentifikasi masing-masing sebagai bakteri Pseudomonas sp. A dan Pseudomonas sp. B serta isolat bakteri C (belum teridentifikasi). Berdasarkan waktu adaptasi dan pertumbuhan dalam medium yang digunakan (2 mg/L), bakteri Pseudomonas sp. A menunjukkan kemampuan biodegradasi yang lebih baik dibandingkan dua jenis bakteri lainnya, sehingga bakteri tersebut digunakan untuk penelitian lebih lanjut terhadap biodegradasi LAS. Hasil uji biodegradasi LAS menggunakan kultur bakteri campuran (terdiri dari Pseudomonas sp. A, Pseudomonas sp. B, dan bakteri C) dan kultur bakteri tunggal (Pseudomonas sp. A) memperlihatkan bahwa LAS terdegradasi masingmasing sebanyak ±89,6% dan ±86,5% dalam waktu 10 hari. Disimpulkan LAS dapat didegradasi oleh bakteri dari Situ UI. Namun, hasil identifikasi produk biodegradasi LAS pada hari ke-28 menggunakan spektrofotometer infra merah dan uji karbon organik total menunjukkan seluruh komponen LAS belum terdegradasi secara total.

University of Indonesia (UI) has six lakes, namely Kenanga Lake, Agathis Lake, Mahoni Lake, Puspa Lake, Ulin Lake, and Salam Lake. Each plays a role as water catchment for the surrounding area. However, UI lakes has the risks of contamination from domestic wastewater from the community activities nearby. The domestic wastewater could consists of detergent which is has linear alkylbenzene sulfonates (LAS) as one of its component. LAS has toxic effect to aquatic organisms, thus in this research the capability of microorganism from UI Lakes to degrade LAS is studied. Preliminary test results shows, the highest LAS concentration detected in Agathis Lake (4,410 mg/L). Isolation result from the lakes's sediment obtained isolates A and B which was identified as Pseudomonas sp.A, Pseudomonas sp.B., and isolate C (not identified yet). Based on the adaptation time and growth with LAS concentration (2 mg/L) in medium, Pseudomonas sp.A showed better biodegradation ability than the two other bacteria used. Thus, Pseudomonas sp.A is used further for LAS biodegradation. LAS biodegradation test results shows that mixed cultures (consists of Pseudomonas sp.A, Pseudomonas sp.B, and isolate C) and Pseudomonas sp.A could reach 89,6% and 86,5% respectively in 10 (ten) days. Thus, LAS could be degraded by UI lakes bacteria. Identification product of LAS biodegradation in day-28 using infra red spectrophotometer and total organic compound test shows that LAS has not undergo an ultimate biodegradation."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S43234
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fami Adetyas Maulana Pratama
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan biodegradasi limbah cair
berminyak dengan metode ozonasi, dimana ozon akan mengoksidasi senyawasenyawa
organik di dalam limbah cair berminyak yang sulit untuk didegradasi
oleh bakteri sehingga strukturnya menjadi lebih sederhana. Proses ozonasi
dilakukan dengan menggunakan ozonator corona-discharge dan reaktor semibatch,
dimana pada proses tersebut divariasikan nilai dosis ozon dan pH. Proses
ozonasi kemudian dilanjutkan dengan proses biodegradasi, dimana bakteri yang
digunakan dalam proses tersebut adalah jenis Pseudomonas aeruginosa. Pada
penelitian ini juga diamati efek penggunaan surfaktan dalam menunjang proses
biodegradasi. Indikator keberhasilan penelitian ditunjukkan dengan peningkatan
nilai persentase biodegradasi dari sampel yang diikuti dengan peningkatan nilai
konstanta laju pertumbuhan bakteri. Hasil penelitian yang didapat menunjukkan
bahwa proses ozonasi dan penggunaan surfaktan dapat menunjang proses
biodegradasi limbah cair berminyak. Hal tersebut ditunjukkan oleh besarnya nilai
persentase biodegradasi dan konstanta laju pertumbuhan bakteri yang didapat,
dimana berturut-turut nilainya mampu mencapai 86,787% dan 0,339 pada kondisi
operasi optimal (dosis ozon 0,53 g/jam; pH 7; surfaktan Bios-H dengan
konsentrasi 500 ppm).

ABSTRACT
This research aims to improve the ability of oily wastewater biodegradation with
ozonation method, where ozone will oxidize organic compounds in the oily
wastewater that are difficult to be degraded by bacteria so that the structure
becomes simpler. Ozonation process is done by using a corona-discharge ozonator
and semi-batch reactor, where the process is varied ozone dose and pH value.
Ozonation process then followed by biodegradation process, where the kind of
bacteria that are used in the process is Pseudomonas aeruginosa. In this study also
observed the effect of surfactants in supporting biodegradation processes.
Indicator of research success is indicated by the increase in biodegradation
percentage of the sample, followed by an increase in the value of the rate constant
of bacterial growth. The research results shows that ozonation method and the use
of surfactant can support the oily wastewater biodegradation process. This is
shown by the value of the biodegradation percentage and bacterial growth rate
constants result, in which successive values are able to reach 86,787% and 0,339
at the optimal operating conditions (ozone dose of 0.53 g/h; pH 7; Bios-H
surfactant concentration 500 ppm)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T35035
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>