Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edita Martini
"Krisis minyak bumi yang melanda dunia sejak beberapa dekade silam menyebabkan para peneliti mulai mencari sumber-sumber energi alternatif. Salah satu yang cukup potensial adalah biomassa yang dapat dikonversi menjadi bioetanol ataupun biodiesel. Sumber-sumber biomassa ini dapat berupa limbah industri yang belum dimanfaatkan kembali dengan optimal seperti serbuk gergaji bekas media tanam jamur dari limbah industri jamur yang dapat dimakan (edible mushroom). Serbuk gergaji yang merupakan material berbasis lignoselulosa ini biasanya akan dibuang begitu saja atau dijadikan kompos setelah digunakan sebagai media tanam jamur padahal limbah ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioetanol karena masih mengandung selulosa. Terlebih lagi, kandungan lignin pada limbah ini telah diuraikan oleh jamur kayu jenis pelapuk putih seperti jamur Tiram (Pleurotus sp.) dan Kuping (Auricularia sp.) sehingga proses pembuatan bioetanol selanjutnya akan lebih mudah. Pada penelitian ini diketahui selektifitas jamur kuping (Auricularia sp.) terhadap lignin lebih besar daripada terhadap holoselulosa karena dari analisa yang dilakukan ternyata jamur kuping (Auricular! sp.) dapat mengurangi kadar lignin sebesar 6,97% dan holoselulosa 4%. Selain itu ada dua macam hidrolisis yang digunakan, yaitu secara kimiawi dan enzimatis. Fermentasi dilakukan selama 72 jam menggunakan Saccharomyces cerevisae yang dikultur pada media cair ekstrak yeast (YMEB). Hidrolisis asam pada penelitian ini menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,3 M serta variasi ratio massa dengan pelarut 1:6,7; 1:10 dan 1:17,5 (gr/ml). Pada tiap ratio, konversi tertinggi didapatkan pada konsentrasi HC1 0,3 M. Untuk ratio massa 1:6,7 didapatkan konversi tertinggi sebesar 0,3256%, kemudian untuk ratio massa 1:10 konversinya sebesar 0,5029% sedangkan untuk ratio massa 1:17,5 konversinya 0,3565%. Hidrolisis enzim selulase yang dilakukan pada kondisi optimum hidrolisis asam mampu meningkatkan konversi etanol sebesar 46,55 kali dibandingkan dengan hidrolisis asam klorida pada konsentrasi 0,3 M dan ratio 1:10 yaitu dari 0,503% menjadi 23,41%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Amalia Husnil
"Media budidaya jamur kayu merupakan serbuk gergaji yang ditambah dengan berbagai nutrisi untuk pertumbuhan jamur. Umumnya, setelah jamur dipanen bekas media yang telah digunakan dibuang begitu saja atau dijadikan kompos. Limbah ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioetanol karena mengandung selulosa. Terlebih lagi, kandungan lignin pada limbah ini telah diuraikan oleh jamur kayu jenis pelapuk putih yaitu jamur Tiram dan Kuping sehingga proses pembuatan bioetanol selanjutnya akan lebih mudah. Pada penelitian ini, konversi limbah media budidaya jamur Tiram {Pleurotus sp.) menjadi etanol dilakukan dengan menggunakan proses secara kimia dan enzimatik. Proses secara kimia yaitu hidrolisis menggunakan HCl dengan tiga konsentrasi yang berbeda dan secara enzimatik yaitu hidrolisis menggunakan enzim Cellulose. Fermentasi dilakukan dengan menggunakan Saccharomyces cerevisiae, serentak dengan proses sakarifikasi (SSF). Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi HCl yang digunakan pada proses hidrolisis memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi etanol. Rasio massa substrat dan volume larutan juga mempengaruhi etanol yang dihasilkan. Di antara beberapa perlakuan yang diberikan, substrat yang dihidrolisis menggunakan HCl 3% pada rasio 1:10 memproduksi etanol hasil fermentasi dengan persentase sebesar 7,99% gram etanol/gram substrat. Meskipun demikian, substrat yang dihidrolisis menggunakan enzim Cellulase temyata mampu menghasilkan etanol dalam jumlah yang relatifjauh lebih besar dibanding substrat dengan konsentrasi HCl dan rasio yang optimum. Persentase massa etanol tertinggi yang dihasilkan substrat dengan perlakuan hidrolisis enzim yaitu 52,673%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Samsuri
"Bagas merupakan residu padat pada proses pengolahan tebu menjadi gula, yang sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Bagas yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas. Dengan pemanfaatan sumber daya alam terbarukan dapat mengatasi krisis energi terutama sektor migas. Pada penelitian ini telah dilakukan konversi bagas menjadi etanol dengan menggunakan enzim xylanase. Perlakuan dengan enzim lainnya saat ini sedang dikerjakan di laboratorium kami mengingat hemisulosa juga mengandung polisakarida lainnya yang dapat didekomposisi oleh berbagai enzim. Hasil penelitian menunjukkan kandungan lignoselulosa pada bagas sebesar lebih kurang 52,7% selulosa, 20% hemiselulosa, dan 24,2% lignin. Hemiselulosa merupakan polisakarida yang dapat dihidrolisis oleh enzim xylanase dan kemudian akan difermentasikan oleh yeast S. cerevisiae menjadi etanol melalui proses Sakarifikasi dan Fermentasi Serentak (SSF). Beberapa parameter yang dianalisis pada penelitian ini antara lain kondisi pH (4, 4,5, dan 5), untuk meningkatkan kuantitas etanol dilakukan penambahan HCl berkonsentrasi rendah (0,5% dan 1% (v/v)) dan bagas dengan perlakuan jamur pelapuk putih (L. edodes) selama 4 minggu. Proses SSF dilakukan dengan waktu inkubasi selama 24, 48, 72, dan 96 jam. Perlakuan dengan pH 4, 4,5, dan 5 menghasilkan konsentrasi etanol tertinggi berturut-turut 2,357 g/L, 2,451 g/L, 2,709 g/L. Perlakuan penambahan HCl konsentrasi rendah mampu meningkatkan produksi etanol, penambahan dengan konsentrasi HCL 0,5 % dan 1 % berturut-turut menghasilkan etanol 2,967 g/L, 3,249 g/L. Perlakuan dengan menggunakan jamur pelapuk putih juga dapat meningkatkan produksi etanol yang dihasilkan. Setelah bagas diberi perlakuan L. edodes 4 minggu mampu menghasilkan etanol dengan hasil tertinggi 3,202 g/L.

Utilization of Bagasse Cellulose for Ethanol Production through Simultaneous Saccharification and Fermentation by Xylanase. Bagasse is a solid residue from sugar cane process, which is not many use it for some product which have more added value. Bagasse, which is a lignosellulosic material, be able to be use for alternative energy resources like bioethanol or biogas. With renewable energy resources a crisis of energy in Republic of Indonesia could be solved, especially in oil and gas. This research has done the conversion of bagasse to bioethanol with xylanase enzyme. The result show that bagasse contains of 52,7% cellulose, 20% hemicelluloses, and 24,2% lignin. Xylanase enzyme and Saccharomyces cerevisiae was used to hydrolyse and fermentation in SSF process. Variation in this research use pH (4, 4,5, and 5), for increasing ethanol quantity, SSF process was done by added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and also pre-treatment with white rot fungi such as Lentinus edodes (L.edodes) as long 4 weeks. The SSF process was done with 24, 48, 72, and 96 hour?s incubation time for fermentation. Variation of pH 4, 4,5, and 5 can produce ethanol with concentrations 2,357 g/L, 2,451 g/L, 2,709 g/L. The added chloride acid (HCl) with concentration 0.5% and 1% (v/v) and L. edodes can increase ethanol yield, The highest ethanol concentration with added chloride acid (HCl) concentration 0.5% and 1% consecutively is 2,967 g/L, 3,249 g/L. The highest ethanol concentration with pre-treatment by L. edodes is 3,202 g/L."
Depok: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Purnami
"Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi senyav\^
organik yang terdapat dalam spong Hyrtios sp. Isolasi tersebut dilakukan dengan
cara perendaman sampel sponge dalam pelarut metanol. Ekstrak metanol
kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator kemudian
dipartisi dengan menggunakan pelarut n-heksana. Fraksi yang diperoleh
dilakukan ujl bercak menggunakan KLT. Pemlsahan komponen dilakukan
dengan cara kromatografi kolom dengan slllka gel sebagal fasa diam dan
campuran heksana-kloroform dengan gradlen kepolaran yang menlngkat
sebagal fasa geraknya. Komponen-komponen yang telah murni ditentukan
strukturnya dengan menggundkan spektrofotometer FTIR dan GC-MS. Isolat
yang diperoleh diketahul memlllkl gugus fungsl OH, CH3, CH2, karbonil dan yang diperoleh diketahui memiliki gugus fungsi OH, CH3, CH2, karbonil dan
adanya gugus C-O. Isolat tersebut disimpulkan merupakan suatu senyawa
terpen dengan berat molekul 200 dan senyawa asam heksadekanoat dengan
rumus molekul C16H32O2 yang memiliki berat molekul 256."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Welliam
"Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir telah banyak dikembangkan
metode sintesis kimia organik menggunakan gelombang mikro. Saat ini
sintesis kimia organik dengan gelombang mikro sering dirangkai dengan
metode bebas pelarut. Metode bebas pelarut memberikan keunggulan yang
lebih dibandingkan dengan teknik konvensional, selain ekonomis teknik ini
juga ramah lingkungan. Hasil yang diberikan oleh sintesis dengan metode ini
sangat baik, produk yang dihasilkan banyak dan kemurniannya tinggi serta
waktu reaksi yang cepat.
Pada penelitian dilakukan reaksi 0-asetilasi dengan AcaO-Piridin /
alumina menggunakan metode bebas pelarut di bawah,gelombang mikro.
Pada penelitian ini digunakan empatjenis substrat yaitu; fenol, m-kresol, p-
*
kresol, dan guaiakol untuk membandingkan kereaktifan dan kefektifan sintesis dengan metode ini. Piridin bertindak sebagai katalis dan alumina
merupakan zat padat pendukung. Produk yang dihasilkan berupa ester
asetat. Has!! reaksi dimurnikan untuk dihitung persentase produk yang
dihasilkan dan dianalisis dengan uji titik didih dan spektroskopi infra merah.
Hasil analisis menunjukkan metode bebas pelarut merupakan metode yang
efektif dan efisien untuk sintesis kimia organik."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kulsum
"Salah satu sumber bahan baku dari bioethanol yang sangat potensial untuk dikembangkan adalah bagas, limbah padat industri gula. Jawa Timur merupakan lokasi yang tepat sebagai lokasi pengembangan, dikarenakan terdapat banyak pabrik gula. Hingga saat ini belum ada pembangunan industri bioetanol berbahan baku bagas. Oleh karena itu pada penelitian ini dampak ekonomi yang meliputi dampak langsung, tidak langsung, imbasan (induced) dan keterkaitan dari industri bioetanol berbahan bagas tersebut diteliti. Dampak langsung penyerapan tenaga kerja dilakukan dengan studi langsung ke lapangan dan menggunakan metode input output sebagai suatu pendekatan untuk mendapatkan nilai dampak tidak langsung dan dampak imbasan untuk industri bioethanol terhadap perekonomian.
Dari hasil penelitian berdasarkan kapasitas produksi tebu tahun 2006 didapatkan dampak langsung Fase Pre Treatment (fase awal) dengan menggunakan kapasitas produksi tebu tahun 2006, dapat menyerap tenaga kerja sebesar 1872 orang pekerja. Fase treatment (pabrikasi) adalah sebanyak 93 orang pekerja. Nilai untuk pengaruh tidak langsung industri bioetanol adalah sebesar 0,0069. Nilai untuk induced effect industri bioetanol adalah sebesar 1,9998. Nilai keterkaitan kebelakang untuk sektor industri bioetanol adalah sebesar 1,0198, dan sektor industri yang paling mempengaruhi adalah industri barang mineral bukan logam. Nilai keterkaitan ke depan untuk sektor industri bioetanol adalah sebesar 1,0263, dan sektor industri yang paling dipengaruhi adalah sektor perdagangan.

One source of raw material of bioethanol, which is potential to develop is bagasse, bagasse is the solid waste of sugar industry. East Java is an appropriate location as the location of development, because there are many sugar factories. Until now there has been no development of bioethanol industry bagasse raw material. Therefore in this study the economic impacts of the bioethanol industry are made from bagasse investigated. As for the effects to be studied is the impact of direct, indirect, induced (induced) and linkages. The direct impact of labor absorption by direct studies into the field and use the input output method as an approach to get the value of the indirect impact and induced impact on the economy for the bioethanol industry. The data used is Table Input Out Put, East Java in 2006, with 66 sectors.
From the results of research on sugarcane production capacity in 2006 showed a direct impact phase pre treatment using sugarcane production capacity in 2006, can absorb labor by 1872 workers. treatment phase (fabrication) is as many as 93 workers. Value for indirect influence bioethanol industry amounted to 0.0069. The value for the bioethanol industry is the effect induced by 1.9998. The value of backward linkages for the bioethanol industry sector amounted to 1.0198, and industrial sectors most affected were non-metallic mineral products industry. Forward linkage value for the bioethanol industry amounted to 1.0263, and industrial sectors most affected were the trade sector."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
T27838
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Timotinus Suwandi
"ABSTRAK
Etanol memiliki berbagai manfaat di bidang farmasi dan juga solusi alternatif bagi krisis energi. Produksi bioetanol dapat dilakukan secara fermentasi dengan memanfaatkan limbah yang mengandung lignoselulosa sebagai substrat fermentasi dan Saccharomyces cerevisiae sebagai inokulum. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan khamir potensial penghasil bioetanol dan kondisi optimal untuk proses fermentasinya. Skrining khamir dilakukan pada sampel buah anggur hitam dan merah, durian medan dan palembang yang dibandingkan dengan standar Saccharomyces cerevisiae. Optimasi fermentasi dilakukan dengan variasi konsentrasi glukosa dalam hidrolisat, variasi perlakuan detoksifikasi menggunakan arang aktif pada substrat, variasi sumber nitrogen dan pengaruh pengadukan. Analisis dilakukan menggunakan kromatografi gas Shimadzu model GC-17A dengan gas pembawa helium, suhu injektor 200oC, suhu detektor 200oC, suhu kolom 70oC, laju alir dengan 1.2mL/menit, volume injeksi 1µL, dan deteksi dengan detektor ionisasi nyala. Hasil skrining menunjukan bahwa pada buah anggur merah dan durian palembang terdapat khamir penghasil bioetanol namun kemampuannya lebih rendah dari pembanding Saccharomyces cerevisiae. Hasil analisis menunjukan bahwa kondisi optimal dalam fermentasi bioetanol adalah konsentrasi substrat 7,93%, tanpa adanya penambahan arang aktif, tanpa adanya pengadukan, dan menggunakan sumber nitrogen malt extract 2% dengan hasil bioetanol sebesar 5,15%.

ABSTRACT
Ethanol has many function in pharmaceutical and the answer of energy crisis. Ethanol production can be done with biotechnology using waste that contain lignocellulose as substrate for fermentation and Saccharomyces cerevisiae as the inoculum. The purpose of this research is finding a potensial yeast to produce bioethanol and to obtain the optimal condition for bioethanol fermentation. The sample used in screening process is red and black grape, medan and palembang durian which compared with Saccharomyces cerevisiae. The variant used in optimation of fermentation is glucose consentration in hydrolisate, detoxification using activated carbon, nitrogen source, and the effect of shaking.The analysis was performed using gas chromatography shimadzu model GC-17A with helium as carrier, injector temperature 200oC, detector temperature 200oC, coloumn temperature 70oC, flow rate 1.2mL/minute, volume injection 1µL, and detected by flame ionization detector. The screening result showed that both red grape and palembang durian contain yeast that can be used to produce ethanol, but the abiltiy to produce ethanol were still lower when compared with Saccharomyces cerevisiae. Analysis result showed that the optimal condition for bioethanol fermentation is using 7,93% substrate consentration, without detoxification, without shaking, and using malt extract 2% as the nitrogen source, which resulting 5,15% bioethanol yeild.
"
2015
S60095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azami Indarabbi Zulfan
"Saat ini, penggunaan bahan bakar fosil sudah menjadi kebutuhan bagi segala jenis motor dan sudah menjadi ketergantungan bagi motor tersebut. Terdapat beberapa bahan bakar alternative pengganti bahan bakar minyak, salah satunya ialah bioetanol. Pada kebanyakan kasus, bioetanol biasanya dipakai sebagai bahan bakar campuran bensin. Pemakaiannya memerlukan perbandingan tertentu. Bioetanol yang biasa dipakai adalah bioetanol anhidrat dengan kadar air 0,1%. Pada penelitian sebelumnya, telah dilakukan pemanfaatan gas buang sebagai alat destilasi bioetanol hidrat menjadi bioetanol anhidrat. Namun, hasil yang didapatkan hanya mampu mencapai kadar 96%. Akhirnya, penelitian berlanjut dengan melakukan perancangan mekanisme masukan bahan bakar campuran ke ruang bakar. Mekanisme fuel mixer tercipta. Dengan menggunakan mekanisme tersebut, penelitian berlanjut hingga menganalisa performa motor stastis menggunakan dynometer test.
Di sini, penulis melakukan penelitian mencari kestabilan konsumsi bahan bakar campuran bioetanol hidrat-bensin untuk menganalisa hasil konsumsi bahan bakar. Variasi campuran bahan bakar yang digunakan ialah E5, E10, dan E15 yang nantinya nilai konsumsi bahan bakar tersebut dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar bensin murni. Nilai konsumsi bahan bakar setiap variasi setiap percobaan dibandingkan dan didapatkan nilai konsumsi bahan bakar campuran stabil. Dari hasil penelitian, nilai konsumsi bahan bakar campuran lebih besar/boros jika dibandingkan dengan konsumsi bahan bakar bensin murni. Semakin banyak kandungan bioetanol hidrat, maka akan membuat ketidakstabilan konsumsi bahan bakar bensin tetapi membuat stabil konsumsi bahan bakar bioetanol hidrat.

Now, the use of fossil fuels has been a need of for all kinds of vehicle and has become dependence for vehicle. There are several alternative fuel as a substitute for fuel oil, one of them is bioethanol. In most cases, bioethanol usually used as fuel mixture of gasoline. Bioethanol is used as a fuel, usually mixed with gasoline at a certain ratio. Bioethanol is used anhydrous ethanol with 0.1% water content. Previous studies has done the utilization of the exhaust gases as hydrous bioethanol distillation instrument become anhydrous bioethanol. However, the results achieved are only able to reach content of 95% or hydrous bioethanol. Research continues about a mechanism design of mixing hydrous bioethanol with gasoline. Fuel mixer mechanism is created.
By using this mechanism, writer conducting research looking for the stability of fuel consumption a mixture of hydrous bioethanol-gasoline to analyze the results of fuel consumption stability. Mixture variation of fuel that is used are E5, E10, and E15 which will value the consumption of the fuel compared to pure gasoline. Any variation and any attempt is compared, then the fuel consumption of each variation in every attempt can be said to be stable. The results show that the value of fuel consumption by mixture fuel is larger/wasteful compared with fuel consumption by pure gasoline except in E15h fuel mixture. The more bioetanol hydrate content, it will make instability consumption of fuel but make stable fuel consumption of bioetanol hydrate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62657
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Her Perwito Fathoni
"Jumlah penggunaan kendaraan di Indonesia meningkat seiring berjalannya tahun. Peningkatan jumlah kendaraan ini menyebabkan beberapa masalah yang timbul, salah satunya adalah polusi kendaraan akibat dari emisi gas buang seperti CO, HC, dan NOx yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan kesehatan. Selain permasalahan kesehatan, peningkatan jumlah kendaraan bermotor juga menyebabkan ketergantuan Indonesia akan energi tak terbarukan seperti minyak bumi, gas bumi, dan batubara. Salah satu solusi pemerintah adalah dengan penggunaan bahan bakar alternatif bioethanol dan methanol. Bioethanol dan bensin yang bersifat polar dan non-polar dan membutuhkan methanol agar bahan bakar menjadi homogen.  Pada penelitian ini, penulis melakukan pengujian engine test bed pada mesin motor Supra X 125 cc dan uji road test pada mesin mobil Toyota Kijang 1800 cc. Dari hasil pengujian didapatkan bahwa nilai SFC terkecil pada campuran bahan bakar pengujian engine test bed diperoleh bahan bakar campuran E20 di RPM 6000 dengan nilai 325,46 g/kWh dan pada pengujian road test diperoleh bahan bakar campuran M20 dengan nilai 7,95 l/100km. Penambahan ethanol pada setiap campuran juga mengurangi nilai Coefficient of Variation (COV) dengan nilai COV terkecil adalah sebesar 325,84 yang didapat dari campuran E20 pada RPM 4000.

The number of vehicle use in Indonesia increases over the years. This number of vehicles causes several problems, one of which is vehicle pollution due to exhaust gas emissions such as CO, HC, and NOx produced by the increase in motorized vehicles which can cause respiratory and health problems. In addition to health problems, the increase in the number of motorized vehicles has also led to Indonesia's dependence on non-renewable energy such as oil, natural gas and coal. One of the government's solutions is to use alternative fuels of bioethanol and methanol. Bioethanol and gasoline are polar and non-polar and require methanol to make the fuel homogeneous. In this study, the authors conducted an engine test bed on a 125 cc Supra X motorcycle engine and a road test on an 1800 cc Toyota Kijang car engine. From the test results, it was found that the smallest SFC value in the engine test bed fuel mixture obtained a mixture of E20 at RPM 6000 with a value of 325.46 g/kWh and in the road test test, M20 fuel mixture was obtained with a value of 7.95 l/100km. The addition of ethanol in each mixture also reduces the Coefficient of Variation (COV) value with the smallest COV value of 325.84 obtained from the E20 mixture at 4000 RPM.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Samsuri
"Bagas merupakan residu padat pada proses pengolahan tebu menjadi gula, yang sejauh ini masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (added value). Bagas yang terrnasuk biomassa mengandung lignocellulose sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi sumber energi alternatif seperti bioetanol atau biogas. Dalam kaitan pemanfaatan bagas menjadi bioetanol secara konvensional dapat dilakukan dengan proses kimiawi yaitu dengan menggunakan asam kuat pada proses hidrolisisnya. Selain itu dapat pula konversi bagas menjadi bioetanol dapat dilakukan dengan bioproses dengan menggunakan enzim.
Pada penelitian ini telah dilakukan konversi bagas menjadi etanol dengan menggunakan bioproses, yaitn dengan menggunakan sistem Sacharifikasi dan Fermentasi secara serentak atau SSF (Simultaneous Sacharification and Fermentation). Untuk lebih memaksimalkan konversi bioetanol sebelum proses SSF dilakukan perlakuan dengan menggunakan jamur pelapuk putih (white rot fungi) dan steaming.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa etanol dapat diproduksi dari bagas dengan proses SSF menggunakan yeast S. cerevisiae dan enzim cellulase. Perlakuan dengan menggunakan jamur pelapuk putih: P. erynggi, P. ostreatus, C. subvermispora, L. edodes dan PSMO1 mampu meningkatkan produksi etanol dari bagas dengan proses SSF. Produksi etanol dari bagas murni maksimum 1,55 g/L dari 50 g/L substrat yang digunakan, setelah diperlakukan dengan P. erynggi, P. ostreatus, C. subvermispora, L. edades dan PSMO1 etanol tertinggi yang dihasilkan berturut-turut 5,55 g/L, 4,73 g/L, 4,96 g/L, 3,96 g/L, 4,75 g/L dari 50 g/L substrat yang digunakan.
Kombinasi perlakuan menggunakan jamur pelapuk putih dan steaming pada suhu 180°C selama 1 jam marnpu meningkatkan produksi etanoi dari bagas dengan proses SSP secara signifikan. Produksi etanol dari bagas murni maksimum 1,55 g/L dari 50 g/L substrat yang digunakan, setelah diperlakukan dengan kombinasi steaming dan perlakuan dengan P. erynggi, P. ostrearus, C subvermispora, L. edodes dan PSMO1 etanol tertinggi yang dihasilkan berturut-turut 19,99 g/L, 18,47 g/L, 18,00 g/L, 18,28 g/L, 17,55 g/L dari 50 g/L substrat digunakan Produksi etanol dari bagas yang tertinggi adalah bagas yang telah diperlakukan dengan jamur pelapuk putih P. erynggi dan dikombinasikan dengan steaming yaitu 19,99 g/L dari 50 g/L substrat yang digunakan atau sekitar 40% dari total bagas yang digunakan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
T16170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>