Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 141851 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Willy Chandra
"Penelitian ini membahas tentang proses adsorpsi untuk mengeliminasi limbah surfaktan dengan karbon aktif. Surfaktan dipilih sebagai model polutan karena banyaknya pencemaran air akibat penggunaan surfaktan yang melimpah dari detergen, drilling mud pada pengeboran minyak, hingga industri bioteknologi dan mikroelektronik. Kemudian penelitian akan dilanjutkan untuk mendapatkan kecepatan minimum fluidisasi pada bioreaktor yang akan dirancang pada penelitian yang akan datang.
Surfaktan yang digunakan adalah Sodium Dodeayl Benzene Sulfonate branched yang dibuat dengan variasi konsentrasi = 400, 700, 1000, 1500 mg/L dan ditempatkan dalam labu erlenmeyer tertutup. Bioreaktor merupakan tabung kaca (L =30 cm, diameter = 2 cm) dengan unggun terfluidisasi Kondisi operasi penelitian ini adalah l atm dan 28,9°C, Percobaan dilakukan dengan sistem batch dimana pada tiap konsentrasi diamali fenomena adsorpsi hingga ekuilibrium. Kuantifikasi konsentrasi surfaktan dengan menggunakan pengukuran COD-kromat 0 - 1500 mg/L (metoda refluks tertutup, reagen “HANNA Instrument” HI 9375413-25 MR) dan tegangan permukaan (metoda cincin Platinum-Iridium 20, merk : “Kruss”).
Analisis dilakukan dengan membuat kurva kesetimbangan adsorpsi fasa padat (jumlah yang terserap/ massa karbon aktif, dC/m) dan cair (konsentrasi keselimbangan fasa cair, Ce), jumlah yang terserap terhadap waktu operasi, dan konsentrasi surfaktan terhadap tegangan permukaan.
Dari penelitian ini, terlihat bahwa kurva ketimbangan adsorpsi surfaktan akan naik (Ce : 0 - 533,-4 mg/L) kemudian konstan dengan kenaikan nilai Ce. Nilai konsentrasi misel kritis (CMC) surfaktan ABS : 533,4 mg/L, Konstanta kesetimbangan Freundlich (1/n) = 1,906 dan KF = 4.10-4 yang berlaku untuk Ce 252,561 - 481,682 mg/L. Waktu adsorpsi hingga jenuh : 24 jam. Keceparan fluidisasi minimum : 0,716 cm/s."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49501
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfahmi Ferdiansyah
"Adsorpsi Linear Alkylbenzene Sulfonate LAS menggunakan karbon aktif komersial berbahan baku tempurung kelapa dengan tiga merek berbeda: A Haycarb, B MC5, dan C grade teknis dari laboratorium dasar proses kimia telah dilakukan dengan hasil terbaik pada karbon aktif A yang memiliki luas permukaan sebesar 591 m2/g melalui metode analisis luas permukaan BET, serta persentase penurunan kadar LAS dalam air mencapai 89 removal dan qe kapasitas adsorpsi mencapai 44 mg/g.
Analisis konsentrasi LAS dilakukan menggunakan metode MBAS. Variasi waktu kontak, konsentrasi awal LAS, dosis karbon aktif, dan ukuran karbon aktif juga dilakukan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap penurunan kadar LAS dalam air dan kapasitas adsorpsi karbon aktif A mengadsorpsi LAS. Model kinetika adsorpsi pada eksperimen ini cenderung mengikuti model kinetika adorpsi pseudo-second-order, sedangkan model isoterm adsorpsi cenderung mengikuti model isoterm adsorpsi Langmuir.

Adsorption of Linear Alkylbenzene Sulfonate LAS on commercial activated carbon based on coconut shell with three different brands A Haycarb, B MC5, and C from laboratorium dasar proses kimia, technical grade have been conducted with best result on A activated carbon which has surface area 591 m2 g through BET surface area analysis, up to 89 LAS removal and qe 44 mg g.
Analysis of LAS content is conducted by MBAS method. Variation of contact time, initial concentration of LAS, activated carbon dose, and adsorben size are performed to see the effect on LAS removal and adsorption capacity of A activated carbon. LAS adsorption on A activated carbon best described by the pseudo second order kinetic model and Langmuir isotherm model.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibrahim
"Penelitian ini menggunakan metode elektrolisis Plasma untuk degradasi limbah LAS. Metode elektrolisis plasma dapat digunakan untuk degradasi limbah organik karena dapat memproduksi radikal hidroksil dalam jumlah besar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas degradasi limbah LAS menggunakan multi-reactor cascade sirkulasi semi-kontinu. Degradasi LAS terbesar pada penelitian ini mencapai 81,91% dengan konsumsi energi sebesar 2227,34 kJ/mmol pada kondisi tegangan 600 V, konsentrasi KOH 0,03 M, kedalaman anoda 0,5 cm dan menggunakan 3 reaktor selama 120 menit proses. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa degradasi LAS menggunakan multireactor cascade sirkulasi semi-kontinu pada kondisi optimum belum dapat memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia dalam Kep-51/MenLH/10/1995.

This research using Plasma Electrolysis method for degradation LAS waste. Research plasma electrolysis for degradation of organic waste has been carried out. Plasma electrolysis method can be used for degradation organic waste because this method can produce large amounts hydroxyl radicals. The purpose of this research is to increase the efficiency and effectiveness of the LAS waste degradation using multi-reactor cascade with semi-continuous circulation system. The greastest LAS degradation in this study up to 81.91% with 2227,34 kJ/mmol of the energy consumption that is obtained by using 600 V of the voltage, 0.03 M of the KOH, 0.5 cm of the anode depth and using 3 reactor during 120 minutes of the process. The results showe that degradation of LAS using multi-reactor cascade with semicontinuous circulation system at the optimum condition can not fulfill quality standards from Indonesia Government on Kep-51/MenLH /10/1995.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T45703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Wira Yudanto
"ABSTRAK
Dengan meningkatnya popularitas di bidang industri, tidak dapat dipungkiri masalah lingkungan yang akan muncul. Terutama polutan organik yang beracun dan sulit terdegradasi dalam ekosistem lingkungan. Zat pewarna adalah salah satu polutan organik yang berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan kita. Dalam beberapa tahun terakhir, fotokatalisis adalah metode yang dikenal untuk menurunkan zat warna berbahaya tersebut. Rhodamin-B dikenal sebagai pewarna yang populer digunakan, terutama dalam industri tekstil dan cat. Untuk mendegradasi Rhodamin-B, diperlukan fotokatalis yang stabil dan efisien serta ramah lingkungan. MOFs Metal Organic Frameworks adalah materi yang dikembangkan baru-baru ini untuk fotokatalis karena fleksibilitas dan porositas strukturnya yang tinggi, sehingga berpotensi menghasilkan akitivitas katalitik yang baik. Dalam penelitian ini MOFs disintesis dari logam Lanthanum dan Yttrium dan BDC 1,4 Benzene Dicarboxylic Acid dengan menggunakan pelarut air DMF dengan metode solvothermal. Aplikasi fotokatalitik dilakukan dengan AOP Advanced Oxydation Process H2O2. Materi MOFs dikarakterisasi dengan P-XRD, TGA-DTA, FTIR, UV-DRS dan aplikasi proses degradasi yang dianalisis dengan spektrofotometer UV-VIS. Rhodamin-B degradasi dengan La-MOFs dan Y-MOFs masing-masing menghasilkan efisiensi degradasi 85,4 dan 82,91 dalam 30 menit.

ABSTRACT
With increasing popularity in the industrial field, it is undeniable the environmental problems that comes with. Especially organic pollutants that are toxic and not easily degradable in the ecosystem. Dyes are one of organic pollutants that are dangerous for our health and environment. In recent years photocatalysis is a known method to degrade those dangerous dyes. Rhodamin B is known to be the most popular dyes used, mainly in textile and paint industries. In order to degrade Rhodamin B, it requires a stable, highly efficient and also environmentally friendly photocatalyst . MOFs Metal Organic Frameworks are recently developed materials for photocatalyst because it offers highly tunable sites and high porosity, which leads to potentially high catalytic activity. In this research MOFs synthesized from Lanthanum and Yttrium metals and BDC 1,4 Benzene Dicarboxylic Acid as a linker, using DMF water solvent with solvothermal method. Photocatalytic applications conducted with AOP Advanced Oxydation Process H2O2. MOFs material is characterized with P XRD,TGA DTA,FTIR,UV DRS and its degradation process application analyzed with UV VIS spectrophotometer. Rhodamin B degradation with La MOFs and Y MOFs respectively yield degradation efficiency of 85,4 and 82,91 in 30 minutes. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"
LAS (Linear Alkylbenzene Suffonates) adalah bahan dasar pembuat detergen yang paling banyak digunakan saat ini [24]. LAS juga banyak ditemukan pada cairan pembersih mobil, paling, pencuci tangan tanpa air (hand sanitizer), pembersih dalam industri maupun pabrik. Jika air yang tercernar LAS terminum oleh manusia maka akan menimbulkan gangguan pencernaan, necroscopy, dan akan menimbulkan iritasi pada kulit ataupun mata jika terkena tubuh bagian luar [11,20]. Mengingat pentingnya air bagi kehidupan manusia, maka proses pengolahan air menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.
Salah satu teknik baru yang sedang dikembangkan oleh Departemen Teknik Gas dan Petrokimia Universitas Indonesia untuk mengolah air yang mengandung senyawa hidrokarbon seperti LAS adalah biobarrier. Biobarrier adalah penggabungan antara proses adsorpsi dan proses biodegradasi secara sirnultan. Proses ini akan dikembangkan menjadi biobarrier fluidisasi. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk meninjau aspek adsorpsi saja. Pada penelitian ini akan diuji seberapa jauh efek adsorpsi karbon aktif terhadap LAS dengan memasukkan karbon aktif dalam jumlah yang sama ke larutan LAS dengan konsentrasi yang bervariasi (400, 550, 700, 850, 1000, 1150, 1300, dan 1500 ppm) pada proses batch. Metode analisa yang akan digunakan adalah analisa COD-kromat. Setelah itu sebagai data tambahan juga akan dihitung laju fluidisasi larutan LAS dan waktu breakthrough karbon aktif.
Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah pengaruh waktu kontak terhadap adsorpsi LAS, pengaruh konsentrasi LAS terhadap tegangan permukaan, pengaruh konsentrasi awal LAS terhadap kapasitas adsorpsi, dankurva adsorpsi isotermis. Nilai konstanta kesetimbangan Freundlich yang didapatkan adalah 0,004906. Laju tluidisasi untuk larutan LAS yang melewati unggun karbon aktif ±0,716 cm/s clan waktu breakrhrough-nya kurang dari 1 menit.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Ardianto
"Latar belakang: Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker terbanyak pada wanita. Studi terdahulu telah mendemonstrasikan hubungan antara proses inflamasi yang dimediasi oleh COX-2 dengan proliferasi sel kanker. Asam salisilat telah diteliti dan berpotensi untuk menjadi terapi antikanker karena dapat menghambat enzim COX.
Tujuan: Penelitian ini diadakan untuk menilai dan membandingkan efek derivat asam salisat teralkilasi terhadap proliferasi sel kanker serviks HeLa.
Metode: Derivat asam salisilat teralkilasi disintesis dengan mereaksikan asam salisilat dan n-alkohol menggunakan teknik esterifikasi Steglich. Sifat fisika dan kimia produk reaksi ditentukan dengan observasi, melting point apparatus, dan pelarutan dalam air. Produk reaksi dianalisa menggunakan teknik kromatografi lapis tipis. Derivat asam salisilat teralkilasi diuji menggunakan teknik MTT untuk mengetahui persentase inhibisi dan nilai IC50 terhadap sel HeLa. Nilai IC50 tersebut dibandingkan dengan nilai IC50 senyawa awal asam salisilat.
Hasil: Profil kromatografi lapis tipis dari asam salisilat teralkilasi menggunakan eluen non-polar (n-heksana:etil asetat = 4:1) adalah: metil salisilat (Rf=0.75), etil salisilat (Rf=0.78), butil salisilat (Rf=0.90), isoamil salisilat (Rf=0.95), dan oktil salisilat (Rf= 0.81). Hasil uji MTT menunjukan bahwa baik asam salisilat maupun derivat teralkilasinya menunjukan aktifitas sitotoksik terhadap sel HeLa.
Diskusi: Semua derivat asam salisilat teralkilasi yang diuji memiliki efek anti-proliferatif yang lebih baik dari senyawa awal asam salisilat. Namun, efek tersebut tidak sebaik efek proliferatif dari obat anti-kanker doxorubicin. Panjang rantai alkil tidak mempengaruhi efek anti-proliferatif. Butil salisilat memiliki efek anti-proliferatif yang terbaik dibandingkan dengan derivat asam salisilat teralkilasi lainnya.
Kesimpulan: Asam salisilat teralkilasi, terutama butil salisilat, memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker serviks.

Background: Cervical cancer is one of the most frequently found cancer in women. Various studies have demonstrated the correlation between inflammation mediated by COX-2 enzyme and cancer proliferation. Salicylic acid has been studied for its anti-cancer properties due to its ability in inhibiting COX enzymes.
Purpose: This research was conducted to observe and compare the effects of alkylated salicylic acid derivatives on the proliferation of cervical cancer HeLa cell.
Methods: Alkylated salicylic acid was synthesized by reacting salicylic acid with n-alcohol through Steglich esterification. Its products’ physical and chemical properties were determined by observation, meting point apparatus, and dissolving them in water. The products of reaction were analysed by thin layer chromatography. Alkylated derivatives of salicylic acid were tested using MTT assay to determine their percentage inhibition and IC50 value against HeLa cell. IC50 values were compared with the IC50 value of salicylic acid.
Result: The thin layer chromatography profile for alkylated salicylic acids using non-polar eluent (n-hexane : ethyl acetate = 4 :1 ) are as: methyl salicylate (Rf=0.75), ethyl salicylate (Rf=0.78), butyl salicylate (Rf=0.90), isoamyl salicylate (Rf=0.95), and octyl salicylate (Rf=0.81). The MTT result shows that both salicylic acid and its alkylated derivatives showed cytotoxic activity.
Discussion: All alkylated derivatives of salicylic acid has better anti-proliferative activity compared to salicylic acid, however those properties were lacking compared to established anti-cancer drug doxorubicin. The length of alkyl chain was not related with anti-proliferative activity. Out of all alkylated salicylic acid derivatives, butyl salicylate had the best anti-proliferative activity
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhifah Mumtaz
"Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang melimpah di atmosfer dan dapat menyebabkan pemanasan global. Konversi atau pemanfaatan CO2 menjadi bahan yang bernilai tambah dapat menjadi strategi untuk mengurangi emisi gas CO2 di atmosfer. Berbagai pendekatan reaksi untuk mengubah CO2 telah dipelajari, salah satunya reaksi karboksilasi. Pada penelitian ini, nanopartikel NiAg berhasil disintesis dengan bantuan CTAB sebagai capping agent dan NaBH4 sebagai agen pereduksi untuk menghasilkan katalis bimetalik. Analisis XRD menunjukkan puncak pada 38,13°, 44,37°, 64,54°, 77,41°, dan 81,62° yang menandakan terbentuknya logam Ag(0) dan Ni(0) pada nanopartikel NiAg. Analisis SEM-EDX menunjukkan morfologi NiAg berbentuk seperti butiran dengan permukaan yang kasar, serta persebaran logam Ni dan Ag yang merata. Analisis TEM menunjukkan ukuran rata-rata partikel NiAg sebesar 22,684 nm yang termasuk ke dalam nanomaterial. Nanopartikel NiAg hasil sintesis digunakan dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2 dalam medium DMF dan DBU. Penambahan jumlah ekivalen DBU dilakukan untuk meningkatkan performa katalis dalam menghasilkan produk asam karboksilat dalam reaksi karboksilasi fenilasetilena dengan CO2. Analisis HPLC menunjukkan hasil optimum diperoleh dengan penambahan 10 ekivalen DBU pada temperatur 55 °C selama 4 jam dengan yield sebesar 0,5382% untuk asam fenilpropiolat dan 0,3459% untuk asam sinamat, serta konversi fenilasetilena mencapai 78,8452%.

Carbon dioxide is a greenhouse gas abundant in the atmosphere and can cause global warming. Conversion or utilization of CO2 into value-added materials can be a strategy to reduce CO2 gas emissions in the atmosphere. Various reaction approaches to convert CO2 have been studied, one of which is the carboxylation reaction. In this study, NiAg nanoparticles were synthesized with CTAB as a capping agent and NaBH4 as a reducing agent to produce a bimetallic catalyst. XRD analysis of NiAg showed peaks at 38,13°, 44,37°, 64,54°, 77,41°, and 81,62°, indicating the formation of Ag(0) and Ni(0) metals. SEM-EDX analysis showed that NiAg morphology was granular with a rough surface, and the distribution of Ni and Ag metals was uniform. TEM analysis showed the average size of NiAg particles to be 22,684 nm, which belongs to the nanomaterial category. The synthesized NiAg nanoparticles was used in the carboxylation reaction of phenylacetylene with CO2 in the DMF and DBU medium. The addition of DBU was carried out to improve the catalyst performance in producing carboxylic acid products in the reaction of phenylacetylene carboxylation with CO2. HPLC analysis showed that the optimum results were obtained with the addition of 10 equivalents of DBU at 55 °C for 4 hours, with yields of 0.5382% for phenylpropiolic acid and 0.3459% for cinnamic acid, and phenylacetylene conversion reached 78.8452%."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Djunaedi
"Benzena merupakan bahan kimia yang masih diperlukan di berbagai industri, tetapi mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan pekerjanya walaupun proses terjadinya dalam jangka waktu lama, dapat berakibat fatal. Dampak ini dapat diperkecil dengan melakukan pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena dan kesehatan pekerjanya secara teratur. Penelitian mengenai akibat pajanan benzena di lingkungan kerja masih sedikit dilakukan di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kelainan akibat pajanan benzena, yaitu hubungan antara kadar fenol urin dan kelainan darah di lingkungan kerja terpajan, hubungan antara lama keira di lingkungan kerja terpajan benzena dengan kadar fenol urin dan kelainan darah serta faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi. Penelitian ini dilakukan di suatu pabrik cat di Jakarta. Parameter yang dipakai pada penelitian ini adalah kadar fenol aria, parameter darah (hemoglobin, leukosit, trombosit, retikulosit, eritrosit, hernatokrit, MCV, MCH, MCHC, hitting jenis leukosit).
Penelitian ini menggunakan desain pendekatan kros seksional, menjaring data melalui waarancara terstruktur, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sampel urin dan darah terhadap 128 subjek penelitian yang terdiri dari 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan tinggi dan 64 subjek penelitian di lingkungan kerja terpajan rendah.
Kesimpulan dan saran: Kadar uap benzena di lingkungan kerja terpajan tinggi melebihi nilai ambang batas yang diperbolehkan (NAB 25 ppm). Peningkatan kadar fenol urin pada pekerja di lingkungan terpajan tinggi lebih besar dari lingkungan terpajan rendah (p = 0,003), serta meningkat dengan pertambahan lama kerja. Pemeriksaan darah menunjukkan kecenderungan penularan jumlah retikulosit pada pekerja di lingkungan kerja terpajan tinggi 17 x dibandingkan dengan lingkungan kerja terpajan rendah (p = 0,01, OR 16,89, CI = 1,71 - 166,73) dan terdapat hubungan antara rata-rata retikulosit dengan lama kerja. Juga terdapat hubungan bermakna antara peningkatan jumlah rata-rata leukosit (p = 0,055), peningkatan jumlah rata-rata basofil (mann Whitney p = 0,02) dan peningkatan jumlah tenaga kerja dengan limfosit atipik dengan pajanan benzena (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). Faktor risiko yang berpengaruh pada penelitian ini adalah umur di atas 40 tahun dan lama kerja.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan agar pemantauan lingkungan terpajan benzena dilakukan secara teratur tiap 6 bulan dengan memperhatikan sistim produksi, ventilasi dan tata letak ruang. Perlu dilakukan pemeriksaan pekerja yang akan bekerja di lingkungan kerja terpajan benzena (pra kerja), yang sedang bekerja di lingkungan terpajan benzena (berkala dan khusus) yang terdiri atas pemeriksaan kadar fenol urin dan pemeriksaan laboratorium darah (hemoglobin, leukosit, trombosit dan retikulosit), serta diberikan penyuluhan tentang bahaya bekerja di lingkungan terpajan benzena, dan cara pemakaian masker yang baik dan tepat. Pemakaian metode kolorimetri untuk pemeriksaan kadar fenol urin. Pemeriksaan diperketat pada pekerja di atas 40 tahun dan kadar fenol urin di atas 40 mg/liter. Penatalaksanaan pajanan terhadap benzena perlu di standarisasikan.
Perlu dikembangkan kerjasama Departemen Tenaga Kerja, Departemen Kesehatan, Departemen Perindustrian & Perdagangan dan lembaga pendidikan (Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pascasarjana Universitas Indonesia atau lembaga pendidikan terkait) dalarn menetapkan parameter yang lepat untuk digunakan dalam pemantauan lingkungan kerja terpajan benzena serta memantau dampak negatifnya.

Methods and Materials: Benzene is still required in many industries, but this chemical has negative impact towards workers' health, especially over long periods of exposure, it can be fatal. This hazard can be prevented by monitoring regularly, both exposure area and the workers' health. The study on this topic in Indonesia is still rare up to now.
The aims of this study are to search for benzene exposure disorders, the correlation between urine phenol level, and haematologic disorders, hazard, risk factors in the work place environment and time factor. This study was conducted at a paint factory in Jakarta. The parameters used in this study are phenol level in urine, haematologic examinations (haemoglobin, leucocyte, trombocyt, reticulocyt, erythrocyte, haematocrit, MCV. MCH, MCHC, differential count).
The design of this study was cross sectional. Data were collected by interview, physical examination; urine and blood examinations of 128 subjects consisting of 64 subjects in a high exposure area and 64 subjects in a low exposure area.
Results and Conclusion: Benzene vapor level in high exposure area is higher than the permissible threshold limit value (NAB 25 ppm). Phenol level in urine of workers in high exposure area are higher than workers in low exposure area (p = 0,003) and this increase coincided with the duration of work The results of haematological examination showed 17 x decreasing tendency of the reticulocyt count of workers in the higher exposure than workers in low exposure (p = 0,01, OR = 16,89, CI = 1,71 - 166,73) and this low reticulocyt count has significant correlations with the duration of work It also correlates significantly with increasing mean leucocyt count (p = 0,055), mean basophyl count (mann-whitney p = 0,02) and atypic lymphocyt count (OR = 7,19, CI = 3,39 - 15,24). The risk factors in this study include, more than 40 years old workers and long duration of exposure time.
Based on the results of this study, I suggest the establishment of a standard benzene exposure management and monitoring of benzene exposure area unit The monitoring should be carried out every 6 months regularly. Attention should be directed to the production system, room ventilation and workplace design. Pre-employment, and periodical examination of workers, especially for urine phenol level examination should be carried out, as well as haematologic examinations (hemoglobin, leucocyt, thrombocyt and reticulocyt). Communication, information, education on the danger of benzene exposure and the correct manner of mask usage should be the important task in this management.
This study was carried out by using colorimetric method for the examination of urine phenol. The examinations are restricted to more than 40 years old workers and more than 40 mg/liter phenol level in urine. A cooperation among Occupational Department, Health Department, Industry and Trade Department and other Institutions (Occupational Health & Safety, University of Indonesia or other relevant institutes) should draw up correct parameters and regulations for monitoring benzene vapor and hazards in work environments.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugroho Sigit Pamungkas
"Pendinginan adsorpsi menggunakan karbon aktif yang nantinya dapat diterapkan untuk pembuat es pada kapal nelayan. Penggunaan adsorber sebagai pembuat es ini nantinya akan mengurangi penggunaan formalin sebagai pengawet ikan hasil tangkapan yang sudah dilarang saat ini. Fluida refrigeran yang digunakan dalam penelitian ini adalah methanol dengan kadar 98%. Suhu evaporator pada penelitian ini hanya dicapai pada 17oc dan alat ini masih membutuhkan pengembangan lebih lanjut.

The research is developing adsorber as main component in adsorption refrigeration system that used activated carbon, later it can be applied on fishing boat?s ice maker. The main idea is to reduce formalin as preservative for fish that lately forbidden. 98% consentration methanol is used as refrigerant. Temperature at evaporator in this research can only reach at 17oc and this equipment need further development."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S37926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauzan Abdurrahman
"ABSTRAK
Pendinginan cepat merupakan salah satu bagian penting dalam proses perlakuan panas yang memiliki peranan dalam merekayasa mikrostruktur material. Mikrostruktur dan sifat mekanik yang diperoleh setelah dilakukan proses pendinginan cepat bergantung pada tingkat pendinginan dan komposisi baja. Fluida terdispersi partikel merupakan media pendingin yang diproduksi dengan mendispersikan partikel-partikel logam atau non-logam ke dalam fluida dasar dengan tujuan untuk meningkatkan konduktivitas termal dari media pendingin tersebut. Dalam penelitian ini, partikel karbon disiapkan dengan melakukan proses penggilingan, dimana reduksi ukuran partikel karbon dilakukan dengan menggunakan planetary ball-mill selama 15 jam pada 500 rpm serta penambahan aditif PVA sebanyak 5 ml. Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate digunakan sebagai surfaktan yang bertujuan untuk mengurangi aglomerasi partikel tersuspensi sehingga dapat meningkatkan konduktivitas termal secara optimal. Sampel yang digunakan pada penelitian ini menggunakan variasi dari konsentrasi partikel karbon 0.1%, 0.3%, dan 0.5% serta konsentrasi surfaktan 0%, 10%, dan 20%. Karakterisasi dilakukan terhadap partikel karbon serta fluida. Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), dan Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) digunakan untuk mengamati komposisi partikel, morfologi partikel, dan perubahan permukaan. Particle Size Analyzer (PSA), Pengujian Konduktivitas Termal, dan Zeta Potensial digunakan untuk mengamati ukuran partikel, konduktivitas termal fluida, dan stabilitas dari fluida.

ABSTRACT
Quenching is one of important stage in heat treatment proccess which has influence to change the microstructure of material. Microstructure and mechanical properties obtained from quenching process depend on cooling rate and steel composition. Particle dispersed fluids is cooling medium which produced by dispersing metal or non-metal particles into base fluid to increase the thermal conductivity of cooling medium.In this research, carbon particles were prepared by milling process where the reduction of particle size was done using planetary ball-mill for 15 hours at 500 rpm and addtion of 5 ml PVA. Sodium Dodecyl Benzene Sulfonate is utilized as surfactant in order to reduce agglomeration at suspended particles thus increase thermal conductivity. The sample in this research is using variation of 0.1%, 0.3%, and 0.5% carbon particle concentration and 0%, 10%, and 20% surfactant concentration. Characterization is carried out on carbon particle and fluids. Field-Emission Scanning Electron Microscope (FE-SEM), and Energy Dispersive X-Ray Spectroscopy (EDS) were used to observe the composition, morphology, and surface of particle. Particle Size Analyzer (PSA), Thermal Conductivity Testing, and Zeta Potential Testing were used to observe particle size, thermal conductivity of fluid, and stability of fluid."
2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>