Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8727 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Castor Oil memiliki potensi untuk digunakan sebagai minyak Iumas
menggantikan minyak lumas mineral yang tidak rumah Iingkungan dan sumbernya
tidak terbaharukan. Potensi Castor Oil sebagai alternatif minyak lumas ini adalah
selain ramah lingkungan dan sumbernya terbaharukan, juga memiliki gugus fungsi
yang dapat menempel pada permukaan logam sehingga dapat melindungi
pemiukaan logam yang saling bergeralc dari friksi (gesekan) yang pada akhimya
mengurangi tingkat keausan. Namun demikian Castor Oil mempunyai kelemahan
rentan terhadap oksidasi yang dialdbatkan adanya ikatan rangkap distruktumya.
Pada penelitian ini, Castor Oil akan dimodifikasi melalui tahapan proses
kimia yang nantinya selain menghilangkan kelemahan tersebut, akan juga
didapatkan produk turunan Castor Oil yang memiliki multi gugus iimgsi (ester,eter
dan hidfoksi) sehingga terjadi kenaikan kemampuan Castor Oil dalam hal
ketahanan anti ausnya. Tahapan-tahapan rnodifikasi tersebut adalah :
1. Transesteriiikasi, menggunakan methanol dengan katalis KOH yang akan
menghasilkan Castor Oil Methyl Ester (COME).
2. Epoksidasi, menggunakan H201 dengan katalis asam formiat yang akan
menghilangkan ikatan rangkap COME membentuk gugus oksirana. Produk
ini bemama Epoxidizea' Castor Oil Methyl Ester (ECOME).
3. Reaksi pembukaan cincin tnenggunakan glisei ol dengan katalis Para
Toluena Sul/'ontc Acid (PTSA) yang akan membuka gugus oksirana menjadi
Castor Oil Methyl Ester Gliserol (COME Gliserol).
Dengan menggunakan uji Four Ball Wear Test didapatkan kenaikan ketahanan anti
aus pada produk tahapan modifikasi epoksida dan reaksi pembukaan cincin.
Sedangkan untuk produk transesterifikasi terjadi penurunan ketahanan anti aus.
Mengacu kepada harga Load wear index, didapatkan lcenaikan ketahanan
anti aus COME Gliseroi sebagai produk akhir sebsar 25,75% terhadap Castor Oi/
murni dan 64,64% lebih baik performa ketahanan anti ausnya lerhadap minyak
lumas mineral HVI 160s. Harga welding point juga bertambah dari pembebanan
160 kg untuk Castor Oil mumi menjadi pembebanan 200 kg untuk COME Gliserol.
Harga ini sangat jauh dibandingkan dengan welding point minyak lumas mineral
HVI l60s yang hanya sebesar pembebanan 126 kg."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Etika Widiyanti
"ABSTRAK
Sampai saat ini, minyak lumas sudah dapat diproduksi di dalam negeri. Namun, minyak lumas yang dikatagorikan pengerjaan logam (metal-working) belum dibuat di Indonesia produk tersebut masih diimpor. Penelitian formulasi minyak lumas pengerjaan logam (metal-working) yang akan dilakukan dititik beratkan pada peningkatan sifat ? sifat fisika dan kimia minyak jarak sebagai bahan dasar fluida pembentuk (forming fluid) yang akan digunakan sebagai rolling oil. Kebutuhan akan rolling oil di Indonesia cukup besar, terutama untuk dipakai di pabrik ? pabrik baja dan industri mobil. Dalam penelitian ini minyak jarak dipilih sebagai bahan studi karena jenis minyak ini mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak mineral atau minyak nabati lainnya. Minyak jarak terdiri dari sebagian besar asam risinoleat yang merupakan asam lemak tidak jenuh yang mengandung gugus hidroksil. Minyak jarak sebagai bahan dasar minyak lumas rolling oil, diharapkan indeks viskositasnya sama atau mendekati sifat ? sifat bahan dasar dari minyak mineral. Namun, nilai indeks viskositas minyak jarak ini tergolong masih rendah dan harus ditingkatkan agar dapat digunakan sebagai bahan dasar untuk rolling oil. Peningkatan nilai indeks viskositas ini salah satunya dapat dilakukan melalui proses dehidrasi parsial dengan adanya katalis yang sesuai.
Uji yang dilakukan pada dehidrasi minyak jarak ini adalah penentuan bilangan iod, penentuan indeks viskositas, dan uji spektoskopi UV. Nilai optimum indeks viskositas dari produk dehidrasi minyak jarak ini adalah 133. Proses tersebut terjadi selama pemanasan 2 jam, dengan menambahkan katalis atapulgit dengan natrium hidroksida sulfat anhidrat sebesar 2 [% b/b] dan 0,5 [% b/b]. Nilai bilangan iod yang diperoleh dari produk dehidrasi ini sebesar 22,79 g I2/ g minyak. Ikatan rangkap terkonjugasi yang terbentuk dari proses ini muncul puncak pada panjang gelombang maksimum 233,25 nm. Dengan demikian indeks viskositas minyak jarak ini memenuhi kriteria sebagai bahan dasar minyak lumas untuk minyak lumas Rolling Oil sebagai pengepresan pada industri baja."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shahnaz Namira Fairuza
"Perubahan iklim global meningkatkan urgensi pengembangan bahan bakar hijau biofuel, salah satunya dengan berbasis minyak jarak (Ricinus communis) melalui proses HEFA. Meningkat tajamnya kandungan alkana pada minyak jarak terdehidrasi oleh deoksigenasi dengan katalis basa oksida yang dilakukan peneliti sebelumnya (Supramono et al, 2024) menyiratkan adanya produksi H2 secara in-situ, yang dipergunakan untuk saturasi, tetapi hal ini butuh pembuktian. Penelitian ini mengevaluasi efek tekanan N2 dan antipolimerisasi Zn pada dehidrasi minyak jarak dengan katalis γ-Al2O3 selama 2 jam untuk meningkatkan produksi gliserol sebagai sumber H2 yang akan di-pergunakan pada reaksi deoksigenasi lanjutan. Peningkatan tekanan menurunkan bilangan hidroksil, meningkatkan viskositas, kandungan gliserol, air, dan asam karboksilat, sekaligus menurunkan ester dan aldehida. Sementara penggunaan antipolimerisasi Zn menekan pembentukan ester siklik 13-hexyloxacyclotridec-10-en-2-one (produk dehidrasi), menekan tendensi cracking asam lemak bahan baku, tetapi tidak menurunkan viskositas dari minyak mentah. Penggunaan tekanan tinggi (15 bar N2) pada dehidrasi minyak jarak disarankan untuk deoksigenasi biooil hasil dehidrasi karena ting-ginya kandungan gliserol pada biooil tersebut yang berguna untuk pembentukan gas H2 dan lebih tingginya kandungan air untuk reaksi hidrolisis trigliserida pada proses deoksigenasi berikutnya, serta rendahnya perengkahan pada rantai karbonnya pada proses dehidrasi.

Global climate change has intensified the urgency to develop green biofuels, including those derived from castor oil (Ricinus communis) through the Hydroprocessed Esters and Fatty Acids (HEFA) process. The significant increase in alkane content observed in dehydrated castor oil during deoxy-genation using basic oxide catalysts, as reported by Supramono et al (2024), suggests the in-situ production of H₂ for saturation, though this requires further validation. This study investigates the effects of N₂ pressure and Zn anti-polymerization agents on the dehydration of castor oil using a γ-Al₂O₃ catalyst over 2 hours to enhance glycerol production as an H₂ source for subsequent deoxy-genation reactions. Higher N₂ pressure was found to reduce hydroxyl numbers while increasing vis-cosity, as well as glycerol, water, and carboxylic acid contents, and simultaneously decreasing ester and aldehyde levels. The use of Zn as an anti-polymerization agent suppressed the formation of cyclic esters (e.g., 13-hexyloxacyclotridec-10-en-2-one) and reduced fatty acid cracking but did not lower crude oil viscosity. High-pressure dehydration (15 bar N₂) is recommended for bio-oil deox-ygenation due to its higher glycerol and water content, which promote H₂ generation and triglyceride hydrolysis, and its reduced carbon chain cracking during dehydration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fazahra Salsabila
"Biji tanaman jarak kepyar memiliki minyak yang kandungan terbesarnya adalah asam risinoleat dengan kandungan yang mencapai hingga 90%. Asam risinoleat adalah asam lemak tak jenuh tunggal dengan 18 atom karbon dan gugus hidroksi pada atom C12. Terdapat tiga gugus fungsi penting pada asam risinoleat, yaitu asam karboksilat, alkena, dan hidroksi. Gugus-gugus tersebut dapat mengalami reaksi lebih lanjut sehingga dapat meningkatkan fungsionalitasnya. Pada penelitian ini, dilakukan esterifikasi asam lemak hidrolisat minyak jarak dengan asam askorbat yang bertujuan untuk menghasilkan senyawa ester asam lemak-askorbil yang memiliki aktivitas antioksidan dan antimikroba, yang kedepannya berpotensi untuk diaplikasikan pada produk lipofilik. Setelah dilakukan hidrolisis minyak jarak dengan katalis basa KOH, diperoleh asam lemak hidrolisat dengan rendemen sebesar 98,9%. Kemudian, dilakukan esterifikasi secara enzimatis dengan asam askorbat menggunakan katalis Lipase Eversa Transform 2.0 dan pelarut aseton. Produk yang terbentuk adalah ester asam lemak-askorbil dengan persen konversi sebesar 79%. Identifikasi produk dilakukan dengan KLT dan hasil karakterisasi dengan FTIR menunjukkan adanya serapan C=O ester pada 1733 cm-1. Pengujian aktivitas antioksidan ester asam lemak-askorbil menghasilkan nilai IC50 sebesar 106,29 ppm yang termasuk dalam kategori antioksidan sedang. Uji aktivitas antimikroba pada konsentrasi produk ester 5% sudah menunjukkan adanya zona inhibisi pada bakteri S. aureus dan E. coli yang termasuk dalam kategori tidak efektif.

The seeds of the kepyar castor plant have oil whose largest content is ricinoleic acid with a content reaching up to 90%. Ricinoleic acid is a monounsaturated fatty acid with 18 carbon atoms and a hydroxy group at the C12 atom. There are three important functional groups in ricinoleic acid, namely carboxylic acid, alkene, and hydroxy. These groups can undergo further reactions so as to increase their functionality. In this research, esterification of castor oil hydrolyzate fatty acids with ascorbic acid was carried out with the aim of producing fatty acid-ascorbyl ester compounds which have antioxidant and antimicrobial activity, which in the future has the potential to be applied to lipophilic products. After hydrolysis of castor oil with a KOH base catalyst, fatty acid hydrolyzate was obtained with a yield of 98.9%. Then, enzymatic esterification was carried out with ascorbic acid using the Lipase Eversa Transform 2.0 catalyst and acetone solvent. The product formed is a fatty acid-ascorbyl ester with a conversion percentage of 79%. Product identification was carried out using TLC and characterization results using FTIR showed the absorption of C=O ester at 1733 cm-1. Testing the antioxidant activity of fatty acid-ascorbyl esters resulted in an IC50 value of 106.29 ppm which is included in the moderate antioxidant category. The antimicrobial activity test at 5% ester product concentration has shown the existence of an inhibition zone for S. aureus and E. coli bacteria which are included in the ineffective category."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachri Munadi
"Kilang minyak di Indonesia menghasilkan vacuum residue dari unit distilasi vakum, dimana pemanfaatannya masih sangat rendah. Sebagai residu minyak berat, vacuum residue mengandung hidrokkarbon aromatik tinggi dan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan karbon aktif dengan luas permukaan tinggi. Karbon aktif saat ini banyak digunakan sebagai gas storage dan electric double layer capacitor (EDLC). Electric double layer capacitor (EDLC) dengan elektroda karbon aktif diketahui memiliki kapasitas tinggi untuk penyimpanan energi. Vacuum residue bersifat isotropik, dapat dipirolisis membentuk karbon anisotopik yang memiliki struktur kristal yang tinggi sehingga meningkatkan kekuatan mekanik karbon aktif. Dalam penelitian ini, vacuum residue dicampur dengan dehydrated castor oil yang mengandung conjugated double bonds, kemudian dilakukan pirolisis dengan heating rate 5oC/menit sampai suhu maksimum 450oC dengan holding time pada suhu maksimum selama 90 menit. Penambahan dehydrated castor oil pada vacuum residue dilakukan dengan variasi 0%, 5%, 10%, dan 15%. Minyak jarak dapat diperoleh dari tanaman minyak jarak, yang banyak ditanam di Indonesia, melalui proses ekstraksi biji jarak. Dehidrasi minyak jarak dilakukan menggunakan katalis natrium bisulfat dan melalui heat treatment pada suhu 230oC. Pirolisis vacuum residue dan penambahan dehydrated castor oil dari 0%wt, 5%wt, 10%wt, dan 15%wt mengurangi rasio atom C/H dari prekursor, berturut-turut dari 1,82 menjadi 1,50; 1,48; dan 1,45. Produk pirolisis vacuum residue dan dehydrated castor oil digunakan sebagai prekursor untuk proses aktivasi dan karbonisasi pembuatan karbon aktif. Aktivasi dilakukan dengan menggunakan larutan KOH yang diimpregnasi pada prekursor dan dilanjutkan dengan karbonisasi dengan heating rate 5oC/menit hingga 700oC dan holding time selama 30 menit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan minyak jarak pada vacuum residue berturut-turut dari 0%wt, 5%wt, 10%wt, dan 15%wt dapat meningkatkan luas permukaan karbon aktif dari 150,32 m2/g menjadi, 236,97; 290,99; dan 357,78 m2/g.

Crude oil refineries in Indonesia produce much waste in the vacuum distillation as vacuum residue, but its utilization is still low. As heavy oil residue, vacuum residue contains high aromatics and therefore high carbon which can be utilized as raw material to produce high surface area activated carbon (AC). Such a AC is widely used in the field of gas storage and electric double-layer capacitors (EDLCs). Electric double-layer capacitors (EDLCs) with activated carbon electrodes are known to have higher capacity for energy storage. Vacuum residue containing isotropic aromatics can be pyrolysed to form anisotopic aromatics which has high crystalline content thus increasing mechanical strength of AC. In the present work, vacuum residue was mixed with dehydrated castor oil as conjugated double bond source, then followed by pyrolysis at heating rate of 5oC/min until 450oC and holding time at 450oC for 90 minutes. The amount of dehydrated castor oil added to vacuum residue was varied at 0%, 5%, 10%, and 15% weight of vacuum residue. Castor oil can be obtained from castor oil plants, which are widely grown in Indonesia, by extraction process of castor bean. Dehydration of castor oil used a catalyst of sodium bisulfate to obtain conjugated double bonds. Co-pyrolysis of vacuum residue and addition of conjugated double bonds reduce C/H atomic ratio precursors, from 1.82 to 1.50, 1.48, and 1.45. Product of co-pyrolysis of vacuum residue and dehydrated castor oil was used as a precursor to prepare for activation and carbonization. The activation was conducted by activating the precursor with KOH solution and followed by carbonization at heating rate of 5oC/min until 700oC and holding time at 700oC for 30 minutes. The results show that the addition of castor oil by 0%wt, 5%wt, 10%wt, and 15%wt improved pore surface area from 150.32 m2/g, 236.97, 290.99, and 357.78 m2/g."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Khairani
"Pada penelitian ini, dilakukan sintesis senyawa etil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan etil ester dan produk oksidasinya secara enzimatik menggunakan lipase Candida rugosa EC. 3.1.1.3 dalam pelarut n-heksana. Optimasi reaksi dilakukan dengan membuat variasi perbandingan mol antara asam lemak dengan etanol, yaitu 1:1, 1:2, 1:3, dan 1:4. Untuk etil ester asam lemak hasil hidrolisis didapatkan konversi paling tinggi pada perbandingan 1:3 sebesar 76,31 dan untuk produk oksidasinya pada perbandingan 1:2 sebesar 72.
Hasil karakterisasi menggunakan FTIR, etil ester asam lemak hasil hidrolisis memberikan pita serapan C=O ester pada bilangan gelombang 1731,27 cm-1 dan 1732,15 cm-1 untuk ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi. Kedua jenis ester ini diuji kemampuan emulsifier dan keduanya mampu mempertahankan bentuk teremulsi kurang lebih 24 jam dengan tipe emulsi air dalam minyak w/o.
Uji aktivitas antimikroba kedua ester ini memberikan hasil positif berupa adanya zona hambat pada hasil ester, asam lemak hasil hidrolisis dan asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus epidermidis dan Propionibacterium acnes. Zona hambat terbesar dihasilkan oleh ester asam lemak hasil hidrolisis teroksidasi sebesar 1,7cm terhadap kedua bakteri.

The aim of this study was to synthesis of fatty acid ethyl ester compound of hydrolyzed castor oil and its oxidation product using Candida rugosa lipase in n hexane solvent. Reaction optimization was performed by varying the mole ratio between fatty acids to ethanol, ie 1 1, 1 2, 1 3, and 1 4. For the fatty acid ethyl ester, the highest conversion percentage in the ratio of 1 3 was 76.31 and for Its oxidized produk at the ratio of 1 2 was 72.
The results of characterization using FTIR, fatty acid ethyl ester give absorption band C O ester at wave number 1731,27 cm 1 and 1732,15 cm 1 for its oxidized product. Both types of these esters tested the emulsifier 39 s ability and both were able to maintain an emulsion form approximately 24 hours with a water in oil emulsion type w o.
The antimicrobial activity test of these two esters gave positive results in the presence of inhibition zone on esters, fatty acids from hydrolysis and fatty acids from oxidized hydrolysis to growth of Staphylococcus epidermidis and Propionibacterium acnes. The largest inhibitory zone is produced by a fatty acid ester of oxidized hydrolysis of 1.7cm against both bacteria.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Syuja
"Pada penelitian ini dilakukan sintesis ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak dan ester asam risinoleat secara kimiawi dengan menggunakan variasi alkohol yaitu metanol, etanol, 2-propanol, dan 1-butanol serta katalis ZnCl2. Perbandingan mol antara asam lemak dengan alkohol yang digunakan dalam reaksi esterifikasi adalah 1:2. Selain itu reaksi esterifikasi dilakukan variasi waktu pada 4, 6, 8, 10 dan 12 jam. Hidrolisis dari minyak jarak menghasilkan 87% kadar asam lemak. Waktu optimal untuk reaksi esterifikasi adalah 10 jam. Persen konversi paling tinggi diperoleh pada produk metil ester asam risinoleat yaitu sebesar 68%. Hasil karakterisasi menggunakan FTIR menunjukkan adanya serapan gugus C=O ester pada rentang 1750-1735 cm-1 dan C-O ester pada 1210-1163 cm-1. Hasil uji emulsifier produk esterifikasi menunjukkan bahwa setelah 24 jam emulsi yang terbentuk masih cukup stabil, dengan tipe emulsi air dalam minyak (w/o). Kemampuan sebagai emulsifier paling baik ditunjukkan oleh metil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak, Hasil uji aktivitas antimikroba terhadap bakteri Propionibacterium acnes dan Staphylococcus epidermidis memberikan hasil positif untuk beberapa jenis ester. Zona hambat terbesar diperoleh dari butil ester asam lemak hasil hidrolisis minyak jarak untuk bakteri P. acnes sebesar 20 mm dan butil ester asam lemak risinoleat untuk bakteri S. epidermidis sebesar 18 mm.

In this research, synthesis of fatty acid esters from hydrolyzed castor oil and ricinoleic acid ester using various alcohol, namely methanol, ethanol, 2-propanol, and 1-butanol and ZnCl2 as catalyst was performed. The fatty acids to alcohols mole ratio used in the esterification reaction was 1 : 2. Esterification reaction was carried out with a time variation 4, 6, 8, 10 and 12 hours. Hydrolysis of castor oil produced 87% of fatty acid. The optimal time for the esterification reaction was 10 hours. The highest conversion percentage was obtained for ricinoleic acid methyl esters product, which was 68%. Characterization using FTIR showed the presence of group absorption of C = O esters at wavenumber 1750-1735 cm-1 and C-O esters at 1210-1163 cm-1. Emulsifier test result on esterification product showed that after 24 hours the emulsion formed was still quite stable, with the type of water-in-oil (w/o) emulsion. Methyl ester of castor oil fatty acid showed its ability as the best emulsifier among the other esters Antimicrobial activity assays against Propionibacterium acnes and Staphylococcus epidermidis showed positive results for several types of esters. The largest inhibition zone was obtained from butyl ester of castor oil fatty acid against P. acnes (20 mm) and butyl ester of ricinoleic acid against S. epidermidis (18 mm)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Muhammad Adjie
"Reaksi dekarboksilasi minyak jarak kepyar dengan penambahan Ca(OH)2 berlebih untuk pembuatan hidrokarbon setara fraksi diesel telah dilakukan. Reaksi dilakukan di dalam reaktor batch yang beroperasi pada tekanan atmosferik dan temperatur antara 425 – 500 oC. Variasi yang dilakukan meliputi variasi rasio umpan, temperatur saponifikasi dan temperatur dekarboksilasi. Reaksi dengan umpan rasio umpan 1:6, temperatur saponifikasi 200 oC dan temperatur dekarboksilasi 475 oC memberikan konversi terbesar yaitu 67,46%. Analisa sifat fisik yang meliputi densitas dan viskositas menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh SNI 8220:2017. Produk cair dianalisa analisa GC–MS menunjukkan komposisi hidrokarbon setara fraksi diesel sebesar 36,87%. Analisa menggunakan FTIR, menunjukkan masih banyaknya gugus asam karboksilat dalam produk. Upgrading dengan penambahan asam borat mampu menghilangkan gugus karboksilat, tetapi komposisi senyawa yang didapat tidak sesuai dengan fraksi diesel.

The decarboxylation reaction of Castor oil with the addition of excess Ca(OH)2 for the manufacture of hydrocarbons equivalent to the diesel fraction has been carried out. The reaction was carried out in a batch reactor operating at atmospheric pressure and temperature between 425 – 500 oC. Variations carried out include variations in feed ratio, saponification temperature and decarboxylation temperature. The reaction with feed ratio of 1:6, saponification temperature of 200 oC and decarboxylation temperature of 475 oC gave the largest conversion, namely 67.46%. Analysis of physical properties which include density and viscosity shows that the resulting product has met the standards set by SNI 8220:2017. The liquid product was analyzed by GC–MS analysis showing the hydrocarbon composition equivalent to the diesel fraction of 36.87%. Analysis using FTIR, shows that there are still many carboxylic acid groups in the product. Upgrading with the addition of boric acid was able to remove the carboxylic groups, but the composition of the compounds obtained did not match the diesel fraction."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia
"Industri farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. PT. X merupakan salah satu perusahaan industri farmasi yang memproduksi sediaan farmasi. Castor oil adalah minyak nabati yang diperoleh dari ekstraksi daun tanaman jarak (Ricinus communis L.). Castor oil berfungsi sebagai zat tambahan (excipients). Sebelum digunakan lebih lanjut, seluruh komposisi perlu dilakukan validasi terlebih dahulu. Jumlah castor oil yang akan digunakan untuk validasi batch sediaan Y hanya sedikit apabila pihak industri harus memesan kembali kepada pihak pemasok maka harus memesan dalam jumlah banyak. Oleh karena itu, pihak industri PT. X ingin melakukan pengujian kembali (re-testing) terhadap castor oil yang sudah kadaluarsa untuk mengetahui apakah bahan tersebut masih memenuhi kategori untuk digunakan atau tidak. Metode analisis risiko yang digunakan yaitu metode FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) dengan tiga indikator yaitu severity (S), occurrencce (O) dan detection (D). Hasil RPN yaitu 4 dan 7 yang menunjukkan bahwa castor oil masih dapat digunakan untuk validasi karena risiko nya yang sangat rendah perusahaan PT. X tidak akan menggunakan bahan material ini untuk komersialisasi namun hanya digunakan untuk proses validasi.

The pharmaceutical industry is a business entity that has permission from the Minister of Health to carry out activities in the manufacture of drugs or medicinal ingredients. PT. X is a pharmaceutical industry company that produces pharmaceutical preparations. Castor oil is a vegetable oil obtained from extracting the leaves of the castor plant (Ricinus communis L.). Castor oil has a function as an additional substance (excipients). Before further use, the entire composition needs to be validated first. The amount of castor oil that will be used to validate batch Y is only small. If the industry has to order it back from the supplier, it must order in large quantities. Therefore, the industrial sector PT. X wants to carry out re-testing of expired castor oil to find out whether the material still meets the category for use or not. The risk analysis method used is the FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) method with three indicators, namely severity (S), occurrence (O) and detection (D). The RPN results are 4 and 7 which shows that castor oil can still be used for validation because the risk is very low for PT. X will not use these materials for commercialization but will only use them for the validation process.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indiah Ratna Dewi
"Recently, much attention has been focused on research to replace petroleum-based plasticizers, with biodegradable materials, such as biopolymer which offers competitive mechanical properties. In this study, castor oil was modified with maleic anhydride (MAH) to produce bioplasticizer named maleated anhydride castor oil (MACO), and used in nitrile butadiene rubber (NBR)/poly vinyl chloride (PVC) blend. The effect of MACO on its cure characteristics and mechanical properties of NBR/PVC blend has been determined. The reactions were carried out at different castor oil (CO)/xylene ratios, i.e. 1:0 and 1:1 by weight, and fixed CO/MAH ratio, 1:3 by mole. DOP, CO, and MACO were added into each NBR/PVC blend according to the formula.
It was found that the viscosity and safe process level of NBR/PVC blend is similar from all plasticizer, however, MACO (1:0) showed the highest cure rate index (CRI). MACO-based plasticizer gave a higher value of the mechanical properties of the NBR/PVC blend as compared to DOP based plasticizer. MACO (1:1) based plasticizer showed a rather significance performance compared to another type of plasticizers both before and after aging. The value of hardness, elongation at break, tensile strength, and tear strength were 96 Shore A, 155.91 %, 19.15 MPa, and 74.47 MPa, respectively. From this result, NBR/PVC blends based on MACO plasticizer can potentially replace the DOP, and therefore, making the rubber blends eco-friendly."
Center for Leather, 2016
530 KKP 32:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>