Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 170617 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Syaifuddin Al-Anshari
"Batcrai Li-ion (Lithium-ion) merupakan salah satu jenis baterai yang dapat diisi ulng, baterai jenis ini mengandung berbagai macam mineral antara lain kobalt dan alumunium. Proses daur ulang limbah baterai Li-ion selain dapat mencegah terjadinya pencemaran. juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan Iogam kobalt memiliki harga yang rclatif cukup tinggi apabila dibandingkan beberapa logam lain, seperti besi dam _tembaga.
Metode leaching dan ekslraksi cair-cair dapat diterapkan dalam pengambilan kembali Iogam kobalt yang berasal dari Iimbah elektroda baterai Li-ion. Ekstraktan yang digunakan dalam proses ckstraksi adalah Cyanex@302 yang dilarutkan dalam kerosin. Percobaan yang dilakukan dalam penelitian adalah proses leaching limbah elektroda baterai dan proses ekstraksi kobalt. Setelah dilakukan serangkaian proses tersebut diharapkan akan diperoleh larutan yang kaya akan logam koablt. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diperhatikan terhadap proses leaching limbah padatan yaitu konsentrasi leaching agent, waktu kontak, Perbandingan solid/liquid (S:L), dan suhu leaching Dalam proses ekstraksi, dilakukan analisis terhadap variabel-variabcl pH, konsentrasi ekslraktan dan waktu kontak, sehingga dapat dinilai sclektivitas ckstraktan Cyanex‘°302 terhadap kobalt dan persen ckstraktsi kobalr yang diperoleh dcngan mencari nilai optimum untuk masing-masing variabel proses yang diuji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching elektroda baterai Li-ion dengan menggunakan HCI mcncapai optimal pada konsentrasi HC] sebesar 4 M, waktu kontak selama 150 menit, perbandingan S:L l:l0O, dan suhu 80°C. Dengan kondisi tersebut persentase feaching kobalt sebesar 9I,55% berat dan 99,99% untuk aluminium.
Proses ekstraksi yang diiakukan menunjukkan bnhwa Cyanex®302 tidak selektif untuk memisahkan kobalt dari alumunium. Akan tetapi, dalam proses ini kita bisa mendapatkan kobalt sebesar 243.32 ppm dan aluminium sebesar 93,73 ppm, aacapai pada kondisi pH hasil |eaSi\`ang_ e,s, konsenmmsi Cyanex®302 0,169 M, dan waktu kontak seiama 60 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49512
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu metode unruk menurunkan nickel loss pada proses converter
dengan Pierce Smith Converter adalah dengan melakukan settling time pada saat
sebelum skimming dan sesudah blowing. Dengan begitu diharapakan nlkel yang
bercampur bersama slag mempunyai cukup waktu untuk berpenetrasi ke bawah.
Selain itu besar kecilnya nickel loss juga kernungkinan dipengamhi oleh
parameter proses yang lain seperti grade nickel EFM ( Electric Furnace Matte )
yang masuk ke converter dan temperatur proses.
Penelitian pada proses converter dilakukan dengan tahapan, pertama
mengambil data EFM untuk mengetahui grade nickel EFM sehingga bisa
dibandingkan dengan nickel loss yang terjadi_ Kedua, mengukur temperatur EFM
dan temperatur slag yang dapat menggambarkan temperatur proses dari converter.
Ketiga, rnengambil sampel slag converter untuk mengetahui berapa komposisi
nikel pada pada low nickel slag (nickel loss) converter apabila dilakukan non
settling time, settling time 3 menit dan settling time 5 menit.
Hasil penelitian menunjukan apabila proses converter tidak dilalcukan
settling time menghasilkan nickel loss sebesar 0,59%, dengan settling time 3 menit
dihasilkan nickel loss sebesar 0,5l% dan dengan settling time 5 menit nickel loss
yang teljadi sebesar 0,50%. Berdasarl-can perhitungan waktu operasi converter
diketahui bahwa untuk settling time baik yang 3 menit ataupun 5 menit dapat
dilakukan tanpa memgikan waktu operasi. Keuntungan perusahaan yang dapat
diambil apabila dilakukan settling time 3 menit sebesar $ l.7’l2.210,52 dan untuk
settling time selama 5 menit sebesar $ l_993_736,7 setiap tahun, dengan asumsi
harga nikel $ 1 per pounds (lbs).
Penelitian juga menunjukan bahwa grade nickel EFM berpengaruh
terhadap nickel loss dan Total Operating Time (TOT) converter, di mana semakin
rendah grade nickel EFM malta semakin tinggi nickel loss yang teljadi dan proses
converter semakin lama. Temperatur juga berpengaruh terhadap nickel loss
converter, yaitu semakin tinggi temperatur proses converter maka semakin rendah
nickel loss yang terjadi,"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S41431
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Resya Hidayatullah
"Penggunaan telepon genggam sekarang ini sudah mcnjadi sesualu yang sangat umum dalam kehidupan sehari-hari. Banyaknya penggunaan lelepon genggam menyebabkan timbulnya limbah benlpa baterai telepon genggam, diantaranya adalah baterai lithium-ion. Pada baterai lithium-ion terdapat kandungan logam kobalt dalam jumlah yang cukup besar, sehingga proses pengambilan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion dapat menghasilkan logam kobalt dalam jumlah yang cukup signifikan.
Metode ekstraksi cair-cair dapat digunakan untuk proses pengambilan kembali logam kobalt dari limbah baterai lithium-ion. Metode pemisahan ini berdasarkan pada perbedaan koefisien dislribusi zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa (fasa akuatik dan organik) dan tidak saling bercampur. Pada penelitian ini dilakukan pengujian kemampuan ekstraktan Cyanex 272 [bis (2,4,4,-trimerhylpeniyl) phosphinic acid] dalam proses pengambilan kembali logam kobalt. Cyanex 272 merupakan ekstraktan yang sering digunakan dalam proses pengambilan kembali logam kobalt.
Percobaan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah proses leaching limbah baterai lithium-ion dengan menggunakan HCI, dan proses ekstraksi larutan hasil leaching menggunakan Cyanex 272 dengan pelarut kerosin. Variasi yang dilakukan dalam proses leaching adalah konsentrasi HCI, waktu leaching, rasio solid/liquid, dan temperatur. Variasi yang dilakukan dalam proses ekstraksi adalah variasi pH fasa akuatik, konsentrasi ekstraktan, dan waktu.
Larutan yang didapat dan masing-masing proses di atas dianalisa dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectroscopy) sehingga kita dapat mengetahui komposisi kobalt pada larutan hasii leaching dan larutan basil ekstraksi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan didapat nilai optimum untuk proses leaching pada konsentrasi HCI 4M, waktu kontak 150 menit, rasio solid/liquid sebesar 1/100, dan temperatur leaching 80°C. Pada kondisi optimal ini didapat nilai persentase leaching kobalt sebesar 91.55% dan alumunium sebesar 99.99% Pada proses ekstraksi proses ekstraksi didapat nilai optimum pada pH fasa akuatik sebesar 6, konsentrasi ekstraktan 0.08M, dan waktu kontak 30 menit. Pada kondisi optimal ini didapat nilai persentase ekstraksi kobalt sebesar 84.15% dan alumunium sebesar 66,63%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fildzah Khalishah Alhadar
"Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan kembali lithium dan cobalt dari limbah baterai Li-Ion. Proses yang digunakan yaitu terdiri dari proses leaching dan dilanjutnya dengan proses ekstraksi cair-cair. Proses leaching dilakukan dengan menggunakan asam sitrat sebagai leaching agent. Kemudian dilakukan proses ekstraksi cair-cair dengan menggunakan Cyanex® 272 sebagai ekstraktan. Hasil percobaan diuji menggunakan metode pengujian atomic absorption spectroscopy (AAS). Proses leaching dengan menggunakan asam sitrat 1,5 M dapat menghasilkan logam lithium hingga mendekati 100% dan cobalt mendekati 90%. Proses ekstraksi cair-cair dengan pH fasa akuatik 6,6 dan konsentrasi Cyanex® 272 sebesar 0,2 M, menghasilkan 57,4% logam lithium dari total lithium awal dan 66,2% cobalt dari total cobalt awal.

In this study conducted recovery of lithium and cobalt from waste of lithium ion batteries. The process that will be used is consisted of leaching and followed by solvent extraction. Leaching has done by using citric acid. Then, solvent extraction was done with Cyanex® 272 as the extractant. The lithium and cobalt concentration in the aqueous phase is characterized by atomic absorption spectroscopy (AAS). Leaching process with 1.5 M citric acid can recover lithium nearly 100% and cobalt nearly 90%. Solvent extraction was done with pH of aqueous phase 6.6 and Cyanex® 272 0.2 M produce more than 55% lithium from the total initial of lithium and more than 65% of cobalt from the total initial is recovered."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59158
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Ariyola
"Limbah katalis dari proses pengolahan minyak bumi sangat melimpah, salah satunya adalah proses sream reforming yang menggunakan katalis berbasis nikel, yaitu katalis NiO/AI2O3. Nikel adalah logam bcrharga yang merniliki nilai jual tinggi karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat digunakan dalam aplikasi yang beragam.
Penelitian dilakukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis NiO/A1303 dengan metode leaching H2SO4 dan metode ekstraksi cair-cair menggunakan ekstruktan Cyanex®272 dalam pelarut kerosin. Sebelum penelitian dimulai, Iimbah diidentifikasi untuk mengetahui komposisi limbah dan kuantitasnya. Variabel yang dipelajari pengaruhnya terhadap kinerja proses leaching adalah konsenlrasi leaching agent. perbandingan solid-liquid, temperatur, dan waktu. Sedangkan pada proses ekstraksi diamati pengaruh konsentrasi ekstraktan, pH limbah, dan waktu ekstraksi. Hasil proses leaching dan ekstraksi dianalisis dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching limbah katalis NiO/Al2O3 menggunakan H2SO4 mencapai nilai optimum pada konsentrasi H2SO4 sebesar 7 M. perbandingan massa solid-liquid 1:75, temperatur 8O°C, dan waktu kontak 300 menit. Dengan kondisi tersebut persentase leaching nikel mencapai 97.225%. Pada proses ekstraksi dengan ekstraktan Cyanex®272 dalam pelarut kerosin, persentase ekstraksi terbesar yang diperoleh adalah 94,094% nikel dan 94,472% alurnuniunm pada pH 7 dan konsentrasi Cyanex®272 0,6 M selama 60 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Fadilah Budi Retna Putri
"Penumpukan limbah baterai Li-ion menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan karena terdapat kandungan logam berat pada elemen penyusunnya, salah satunya adalah kobalt. Melihat nilai ekonominya yang tinggi, logam kobalt berpotensi untuk dimanfaatkan kembali, salah satunya dengan metode pelindian (leaching) menggunakan asam anorganik, seperti asam klorida (HCl) dan reagen pereduksi, seperti hidrogen peroksida (H2O2) untuk meminimalisir dampak negatif asam anorganik terhadap lingkungan. Persentase maksimum pelindian kobalt mencapai 98,04% dengan kondisi rasio S/L 25 g/L, 2 M HCl, waktu pengadukan 60 menit, kecepatan 400 rpm, konsentrasi H2O2 3 vol.% dan suhu operasi 85℃. Studi kinetika reaksi dicocokan dengan model shrinking core diperoleh energi aktivasi sebesar 62.855 kJ/mol atau 15 kcal/mol. Proses dilanjutkan dengan metode ekstraksi cair-cair menggunakan ekstraktan Cyanex 272 untuk memperoleh kemurnian logam yang lebih tinggi. Diperoleh efisiensi ekstraksi maksimum mencapai 98,87%, pada kondisi 0,65 M Cyanex 272, rasio O:A 3:1, pH fasa akuatik 6,5, waktu pengadukan 60 menit, kecepatan 400 rpm, suhu operasi 30℃.

The accumulation of spent Li-ion batteries has an adverse effect on the environment because there are heavy metals content in its component, one of them is cobalt. Seeing its high economic value, cobalt metal has the potential to be recycled, one of which is by leaching using inorganic acid, such as hydrochloric acid (HCl) and reducing reagents, such as hydrogen peroxide (H2O2) to minimize the negative impact of inorganic acids on the environment. The maximum percentage of cobalt leaching reached 98.04% with the condition of the ratio S/L of 25 g/L, 2 M HCl, stirring time 60 minutes, speed of 400 rpm, H2O2 concentration at 3 vol.% And an operating temperature of 85℃. The reaction kinetics study was matched with shrinking core model with an activation energy of 62,855 kJ/mol or equivalent to 15 kcal/mol. The process is continued with the liquid-liquid extraction method using Cyanex 272 extractant to obtain higher metallic purity. Maximum extraction efficiency was obtained at 98.87%, at a condition of 0.65 M Cyanex 272, O:A ratio of 3: 1, pH of acuatic phase 6.5, stirring time 60 minutes, speed 400 rpm, operating temperature 30℃."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinna Herminna
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Husnul Fajri
"Limbah katalis nikel setiap tahun dihasilkan sekitar 1000 ton dimana kandungan nikel yang terdapat di dalam katalis sebanyak 16% wt. Berdasarkan hal diatas dalam penelitian ini ditujukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis nikel agar dapat dimanfaatkan kembali oleh perusahaan untuk dijual ke industri material. Metode yang digunakan dalam pengambilan kembali logam nikel dari limbah katalis adalah dengan metode leaching, ekstraksi cair-cair menggunakan ekstraktan selektif CYANEX 272 dan stripping.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching limbah katalis nikel menggunakan H2SO4 mendapatkan nilai tertinggi pada konsentrasi 8 M dengan temperatur 85 oC dan waktu operasi sekitar 5 jam dengan persentase leaching nikel sebesar 97,23%. Pada proses ekstraksi dengan menggunakan Cyanex 272 dalam larutan kerosin, persentase ekstraksi yang optimum diperoleh sebesar 87,61% pada pH 7 dan konsentrasi Cyanex 0,6 M.

Waste nickel catalyst produced each year around 1,000 tonnes with the nickel content present in the catalyst as much as 16% wt. Based on the above in this study is intended to retrieve a nickel of waste a nickel catalyst to be used again by the company to be sold to industrial materials. The method used in the recovery of nickel metal from the waste catalyst is the method of leaching, liquid-liquid extraction using a selective extractant CYANEX 272 and stripping.
The results showed that the waste leaching process nickel catalyst using H2SO4 get the highest score at a concentration of 8 M with a temperature of 85 ° C and the operating time of about 5 hours with a percentage of 97.23% nickel leaching. In an extraction process using kerosene Cyanex 272 in solution, the optimum extraction percentage of 87.61% was obtained at pH 7 and Cyanex concentration of 0.6 M.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Baterai Ni-MH (Nickel Meta! Hydride) merupakan salah satu jenis baterai yang dapat diisi ulang, baterai jenis ini mengandung berbagai rnacam mineral antara Iain kobalt dan nikel. Proses daur ulang limbah baterai Ni-MH selain dapat mencegah terjadinya pencemaran, juga memiliki nilai ekonomis yang cukup tingi.
Hal ini dikarenakan logam nikel dan kobait memiliki harga yang relatif cukup tinggi apabila dibandingkan beberapa logam Iain, seperti besi dan tembaga.
Metod leaching dan eksixaksi cair-cair dapat diterapkan dalam pengambilan kembali logam nikel dan kobalt yang berasal dari Iirnbah elektroda baterai Ni-MH Ekstraktan yang digunakan dalam proses ekstraksi adalah Cyanex®272 yang dilarutkan dalam kerosin. Percobaan yang dilakukan dalam penelitian adalah proses leaching limbah elektroda baterai, proses ekstraksi nikel serta proses stripping kobalt. Setelah dilakukan serangkaian proses tersebut diharapkan akan diperoleh larutan yang kaya akan logam nikel yang selanjutnya dapat dilakukan proses electrowinning untuk mendapatkan logam murni, namun proses elecirawinning tidak dilakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diperhatikan terhadap proses leaching limbah padatan yaitu konsentrasi leachate dan waktu kontak. Dalam penelitian ini juga diperhatikan variabel-variabel pada proses ekstraksi, antara Iain pH dan konsentrasi ekstraktan Sedangkan variabel yang di perhatikan ketika melakukan percobaan stripping adalah konsentrasi larutan stripping.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching elektroda baterai Ni-MH dengan menggunakan H2804 mencapai optimal pada konsentrasi HZSO4 sebesar 4 M, dan waktu kontak selama 90 menit. Dengan kondisi tersebut persentase leaching nikel sebesar 91,23% berat. Proses ekstraksi nikel menggunakan ekstraktan Cyanex@272 dengan pelarut kerosin mencapai optimal dengan pH sebesar awal 7 dan konsentrasi Cyanex®272 sebesar 0,018 M. Dengan kondisi tersebut persentase ekstraksi nikel sebesar 86,78% berat. Proses stripping nikel mencapai persentase stripping tertinggi dengan menggunakan H2QSO4 2 M sebagai Iarutan stripping, dimana persentase stripping yang diperoleh sebesar 49,77% berat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49438
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>