Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 145904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pewamaan serat tekstil dengan menggunakan pewama alami cukup sederhana. Berbagai infonnasi tentang pewarna alami dan cara penggunaaonya te1ah tersedia dan cukup mudah untuk ditomukan. Oleh karena itu masyarakat dapat dengan mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-harL Akan tetapi, meski penggunaan pewarna alaml sudah cukup dikenai oleh masyarakat, informasi secara ilmlah tentang pengaruh penggunaan pewama alami sebagai pewama kain terhadap sifat fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali.
Pada temperatur 87 °C dan tekanan J atm, kain sutern dengan ukuran 4 x 40 em dipanaskan dalam larulan pewarna kayu secang (Caisalpinea Sappan) dengan kandungan berat 20 g dalam 500 mL air. Dan variasi waktu perendaman (30 menit dan 60 menit) serta variasi penambahan mordant (0.25g, 0.5g, lg, 1.5g, 2g, 3g, 4g).Tawas (Alz(SO,),) sebagai bahan jembatan ldmia dan pengarab warna. Setelah diberi warna., kain diuji ikatan yang teljadi menggunakan spektroskopi FTlR. Pada uji FTlR diketahui ikatan yang teljadi pada pewarnaan tanpa mordant adalah ikatan kovalen antara gugus OH pada brazilin dengan gugus amino pada seratsedangkan pada pewamaan dengan mordant terbentuk ikatan kompleks antara pcwama dan serat.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49468
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pewarna alami sudah lama dikenal orang tetapi pembahasan ilmiah secara ilmiah
belum banyak diperoleh. Di bawah ini akan diuraikan pembahasan pewarna alami Bixa
orellana dari sudut pandang fisika dan kimia yang terjadi pada kain.
Bixa orellana terdiri dari senyawa utama bbcin dan norbirin. Dalam penelitian ini
tidak dilakukan pemisahan walaupun masing-masing senyawa tersebut menghasilkan
warna yang berbeda. Pada kondisi operasi 32 °C dan tekanan 1 atm kain sutera Thailand
dengan ukuran 4 x 40 cm dipanaskan dalam larutan pewama bixin (Bixa orellana) dengan
variasi berat 1 g, 3 g, 5 g, 10 g, 15 g dan 20 g, variasi waktu pencelupan 30 dan 60 menit,
Serta variasi penggunaan alum (AI2(SO4)3) sebanyak 0.28 g sebagai bahan pengikat
wama.
Pembahan sifat Esika ditandai oleh perubahan kekuatan tarik dan warna kain.
Perubahan sifat kimia ditandai oleh perubahan tahan luntur wama terhadap pencucian dan
dari ikatan ion (pewarnaan tanpa mordant) menjadi ikatan kovalen (pewarnaan dengan
mordant). Hasil penelitian menunjukkan bahwa basil nilai optimum yang diperoleh
adalah pada pewarnaan menggunakan mordant dengan kandungan berat pewarna dalam
larutan 15 g dengan waktu pencelupan 60 menit. Sutera putih (standar) memiliki kekuatan
tarik sebesar 54.699 kg/75 cm2 mengalami perubahan sifat fisika, yaitu kekuatan tarik
menjadi 39.65 kg, warna dalam paramater L*(Iightness) sebesar 79-77 (skala 0-100),
a*(merah) sebesar 20.13, b*(kuning) sebesar 68.31 (skala -100-100) serta ketahanan
luntur warna 4 (balk). Secara umum, dengan pertimbangan kelayakan jual dan pakai,
hasil uji sifat fisika (kuat tarik, ketuaan warna) dan sifat kimia (ketahanan luntur warna)
kain sutera hasil pewarnaan dengan Bira orellana masih memenuhi nilai jual dan pakai."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49440
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pewamaan serat dengan menggunakan pewama aiami cukup sederhana. Berbagai infonnasi tentang pewama alami dan cara penggunaannya sudah banyak tersedia dan cukup mudah untuk ditemukan. Oleh karena ltu masyarakat dapat dengan mudah mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, meski
penggunaan pewama a!ami sudah cukup dikenal oleh masyarakat, inforrnasi secara ilmiah tentang pengaruh penggunaan pewama alami sebagai pewarna kain terhadap sifat fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali. Pada kondisi operasi temperatur 80 O'C dan tekanan I atm. kain sutera dengan ukuran 4 x 40 em dipanaskan dalam larutan pewama kulit akar pohon mengkudu (Morinda Citrifolia) dengan variasi kandungan berat (1; 3; 5; 10; 15; 20) g daiam 300 mL air, variasi waktu perendaman (30 menit dan 60 rnenit) serta variasi dengan dan tanpa penggunaan kalsium karbonat (kapur atau CaCO:;) sebanyak 0.26 g scbagai bahan jembatan kimia dan pengarah warna. SeteJah diberi wama, kaln diltii kekuatan tarik, ketuaan wama, dan ketahanan luntur wama terhadap pencucian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil optimum diperoleh pada pewamaan menggunakan mordan dengan variasi berat 10 g/300 rnl air pada waktu perendaman 30 menit yang memilik.i penunman kekuat.an tarik yaitu &.96% (dalam batas toleransi SNI 08-434\l-1996 yaitu lrurang dari 10%), wama dengan keecrahan (L*) sebesar 73,92; arab merah (a*) sebcsar 27,33; arab lcuning (b*) sebesar 32.25; dan ketahanan luntur
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Tingginya tingkat pencemaran yang berasal dari limbah buangan industri tekstil telah mendorong pabrik tekstil terutama pabrik batik untuk menggunakan zat wama alami. Penggunaan pewama alami menguntungkan bagi produsen wama alami I-:arena biayanya murah sedangkan untuk konsumen ada rasa kebanggaan tersendiri memakai kain ( pakaian ) yang diberi wama alami.
Hasil pewamaan alami perlu memiliki kualitas dalam hal wama, tidak lunmr, dan sifat iisik yang memenuhi syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga.
Pada kondisi operasi suhu 82 "C dan tekanan 1 atm, kain katun dengan ukuran 4x40 cm dipanaskan dalam larutan pewama kunyit ( Curcuma Ionga )
dengan variasi kandungan berat kunyit ( 10, 20, 30, 40, 50 g dalam 600 mL air ), variasi walml perendaman ( 30 menjt dan 60 menit ] Serta variasi dengan clan tanpa penggunaan alumunium sulfat ( alum atau A12(SO4)3 ) sebanyak 0.28 g sebagaj bahan pengawet wama ( mordan ). Setelah diberi wama dengan variasi diatas, lcain diuji sifat
Hasilnya yaitu kuat tarik dan kemampuan kain menahan tarikan tersebut ( elongasi ) dan kemuclian dianalisis perubahan sifat fisika dan kimia dari kain tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penarnbahan kandungan berat kunyit dalam larutan pewarna serta semakin lamanya percndaman menurunkan kuat tank kain katun dan juga menaikkan elongasi ( perpanjangan ) kain_ Hasil Iainnya adalah kuat tarik kain katun berwama tanpa mordan lebih tinggi daripada kain yang menggunakan mordan Dengan demjkian elongasi kain wama tanpa mordan menjadi lebih pendek dibandingkan elongasi kain wama dengan mordan. Pewarnaan optimum diperoleh pada variasi kandmagan kunyit 30 g dengan waktu perendaman 30 dan 60 menit."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49418
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai informasi tentang pewarna alami dan cara penggunaannya sudah
banyak tersedia dan cukup mudah untuk ditemukan. Akan tetapi, meski penggunaan
pewarna alami sudah cukup dikenal oleh masyarakat, informasi secara ilmiah
tentang pengaruh penggunaan pewarna alami sebagai pewama kain terhadap sifat
fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali. Hasil pewamaan alami perlu
memiliki kualitas dalam hal warna, tidak luntur, dan sifat fisik yang memenuhi
syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga sehingga
menghasilkan warna yang menarik dan terbaik untuk dapat dipasarkan.
Pada kondisi operasi temperature 87°C, kain sutera dipanaskan dalam
larutan pewarna kayu tingi dengan variasi berat pewarna sebesar 10 g, 15 g, dan
20 g dalam 500 ml air. Selain itu, dilakukan variasi penambahan mordan ( 0.03 g;
0.1035 g; 0.17 g; 0.242 g; 0.34 g ) dan lama waktu pencelupan ( 30 dan 60 menit ).
Setelah dilakukan proses pewarnaan seperti diatas, dilakukan uji FTIR pada sampel
kain sutera. Hasil dari FTIR menunjukkan bahwa terjadi ikatan antara N pada
fibroin sutera dan O pada senyawa pewarna tingi yaitu catechin jika dilakukan
proses pewarnaan tanpa mordan. Jika menggunakan mordan CaCO3, maka Ca akan
memutus ikatan ganda C=O pada fibroin sutera dan berikatan dengan O baik pada
fibroin sutera maupun dengan pewarna.
Selain itu, juga dilakukan uji ketahanan luntur dari kain sutera. Uji
pencucian ini dilakukan dengan mencuci sampel menggunakan deterjen sebanyak 3
kali. Persentase kelunturan yang terjadi adalah sebesar 0.252 - 0.262 %. Jika
dibandingkan dengan skala abu - abu, maka akan bernilai 4 -5 atau baik terhadap
ketahanan luntumya.
Wama yang dihasilkan dari proses pewarnaan ini bermacam - macam,
tergantung dari berat pewarna, lama pencelupan dan berat mordan yang digunakan.
Sehingga disimpulkan bahwa pada proses pewarnaan menggunakan kayu tingi
sebagai pewarna alami pada pewarnaan kain sutera tidak mempunyai wama yang
paling baik atau optimum. Semua wama yang dihasilkan akan mempunyai kualitas
warna yang berbeda tergantung pada pemakai"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Christina O
"Angkak merupakan beras yang difermentasikan oleh jamur Monascus purpureus dan banyak digunakan sebagai salah satu pewarna alami makanan dimana salah satu syarat zat warna adalah stabil. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fisika dan kimia terhadap tingkat kestabilan angkak dalam bentuk larutan sebagai pewarna alami makanan. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengisolasi pigmen merah dari angkak secara kromatografi kolom kemudian diuji stabilitasnya terhadap faktor fisika dan kimia serta diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visible. Data diperoleh dari serapan hasil pengukuran spektrofotometer UV-Visible setiap 1 minggu sekali selama 1 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pigmen merah angkak cukup stabil untuk dapat digunakan sebagai pewarna makanan selama disimpan dalam suhu dingin tanpa terpapar cahaya dan wadah ditutup rapat.

Angkak produced from fermentated rice with Monascus purpureus. It has been used as one of the food colouring agent and it has to be stable. The aim of this research was to figure out the effect of physical and chemical factors to the stability of angkak as one of the food colouring agent. The aim can be achieved by doing isolation of angkak?s red pigment with column chromatography and then being inspected with physical and chemical factors thus measured by using spectrophotometer UV-Visible. The result was got from spectrum absorbance of the measurement by using spectrophotometer UV-Visible for weekly period within a month. The result shows that the angkak?s red pigment is quite stable and can be used as food colouring agent as long as it is packaged in cold temperature with no light and closed seal."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32923
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Sari Dewi
Jakarta : Yayasan Indonesia Baru, 1997
395.4 RAT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA1212
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA1541
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>