Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 150514 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak nabati yang memiliki potensi untuk dijadikan minyak lumas, karena secara alami minyak nabati memiliki gugus fungsi yang dapat menempel pada permukaan dan berfungsi mencegah kontak langsung, melindungi permukaan, mengurangi keausan, dan friksi antara dua permukaan logam yang saling bergerak. Namun, pemakaian minyak nabati sebagai pelumas untuk mesin-mesin modern tidak bisa dilakukan karena mudah tebentuk resin dan deposit yang akan rnenyebabkan penyumbatan. Resin dan deposit ini terbentuk karena minyak nabati mempunyai banyak ikatan rangkap karbon yang mudah teroksidasi dalam struktur molekulnya.
Pada penelitian ini, minyak kelapa sawit akan diolah melalui tahapan proses kimia sehingga menjadi senyawa yang memiliki sifat ketahanan oksidasi lebih baik agar cocok dipakai sebagai bahan pelumas. Minyak kelapa sawit akan menjalani proses transesterifikasi menggunakan metanol dengan katalis menjadi POME (Paim Oil Methyl Ester) Ialu dilakukan proses epoksidasi untuk menghilangkan ikatan C=C, menjadi gugus oksirana menggunakan oksidator hidrogen peroksida (HQOZ) dan katalis.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai reaksi epoksidasi, diketahui bahwa produk dari reaksi (EPOME) tersebut mempunyai ketahanan oksidasi yang lebih baik. Dimana EPOME yang terbentuk adalah EPOMEdiol, karena epoksida yang terbentuk akan bereaksi dengan air unluk membentuk diol.
Gugus oksirana yang terbentuk dalam reaksi ini cukup reaktif dan dapat mengalami reaksi pembukaan cincin. Sebagai tahap selanjutnya, ester terepoksidasi tersebut akan clireaksikan dengan gliserol dan produk yang diharapkan adalah hidrokarbon jenuh multi gugus fungsi (ester, eter, hidroksida). Reaksi pembukaan cincin akan menghasilkan EPOME gliserol yang mempunyai densitas dan viskositas yang lebih tinggi dibandingkan POME. munculnya puncak absorbansi pada gugus C-OH, serta ketahanan oksidasi yang lebih baik dengan berkurangnya ikalan rangkap dalam struktur molekulnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Fenjery
"Minyak sawit yang diperoleh dari CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak nabati yang memiliki potensi untuk dijadikan minyak lumas karena secara alami minyak nabati memiliki gugus fungsi yang dapat menempel pada permukaan dan berfungsi mencegah kontak langsung, melindungi permukaan, mengurangi keausan dan friksi antara dua permukaan logam yang saling bergerak. Lebihjauh lagi, minyak sawit ini memiliki potensi untuk dijadikan pelumas foodgrade karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya tidak beracun (karena berasal dari alam). Namun, pemakaian minyak nabati sebagai pelumas untuk mesin-mesin modern tidak bisa dilakukan karena mudah terbentuk resin dan deposit yang akan menyebabkan penyumbatan. Resin dan deposit ini terbentuk karena minyak nabati mempunyai banyak ikatan rangkap karbon yang mudah teroksidasi dalam struktur molekulnya. Pada penelitian ini, minyak sawit akan diolah melalui tahapan proses kimia menjadi senyawa yang memiliki ketahanan oksidasi lebih baik sehingga cocok dipakai sebagai bahan pelumas. Minyak sawit ditransesterifikasi menggunakan metanol dan katalis NaOH menjadi POME (Palm Oil Methyl Ester). Kemudian dilakukan proses epoksidasi untuk menghilangkan ikatan C=C pada yang terdapat pada POME menjadi gugus oksirana. Setelah itu gugus oksirana ini disubstitusi dengan gliserol dan monoalkohol dengan menggunakan katalis heterogen H-zeolit. Tujuan penggunaan katalis heterogen adalah agar mudah dipisahkan dari produk yang dihasilkan sehingga tidak berbahaya dan produknya dapat digunakan sebagai pelumas foodgrade. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa produk dari reaksi epoksidasi (EPOME) mempunyai ketahanan oksidasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan minyak sawit dan POME. Reaksi pembukaan cincin EPOME menghasilkan EPOME gliserol dan EPOME monoalkohol yang merupakan hidrokarbon jenuh multi gugus fungsi (ester, eter, dan hidroksida) dan dapat melindungi permukaan logam dengan ketahanan oksidasi yang lebih baik. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa EPOME heksadekanol sangat bagus untuk dijadikan minyak lumas dasar karena ketahanan oksidasinya paling baik Jika dibandingkan dengan EPOME gliserol, POME, minyak sawit, dan HVI 160 S."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Minyak kelapa sawit adalah minyak nabati yang memiliki potensi untuk
dijadikan minyak pelumas karena secara alami minyak nabati memiliki gugus fungsi
yang dapat menempel pada pada permukaan logam sehingga dapat melindungi permukaan
dan mengurangi friksi. Namum, minyak kelapa sawit bila dipanaskan pada suhu tinggi
dan berada dalam atmosfer udara akan mudah teroksidasi yang bisa berlanjut pada
reaksi polimerisasi, yang bisa menyebabkan pembentukan resin dan deposit.
Pada penelitian ini, minyak kelapa sawit akan diolah melalui beberapa tahapan
proses kimia sehingga dihasilkan senyawa yang memiliki ketahanan terhadap
oksidasi. Tahap pertama adalah proses transesterifikasi minyak kelapa sawtl dengan
metanol dengan katalis NaOH yang menghasilkan Palm Oil Melhyl Ester. Tahap
kedua adalah proses epoksidasi untuk menghilangkan ikatan rangkap pada metil ester,
menjadi gugus oksirana dengan menggunakan oksidator hidrogen peroksida dan
katalis asam formiat. Tahap selanjutnya adalah reaksi pembukaan cincin ester
terepoksidasi dengan gliserol yang menggunakan katalis heterogen bersifat asam
seperti alumina. Katalis asam diperlukan untuk membuntu pembukaan cincin
epoksida bila digunakan nukleofil lemah seperti alkohol. Reaksi pembukaan cincin ini
diharapkan menghasilkan produk berupa senyawa hidrokarbon jenuh dengan multi
gugus fungsi berupa ester, eter dan hidroksida. Gugus fungsi tersebut bersifat polar
dan dapat melindungi permukaan logam. Produk ini akan diuji karakterisasinya
seperti densitas dan viskositas.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa viskositas dan densitas dari
EPOME gliserol dengan menggunakan katalis alumina tipe JRC ALO 6 dan JRC
ALO 7 belum menujukkan perubahan yang signifikan bila dibandingkan dengan
EPOME. Sedangkan penggunaan katalis H zeolit untuk pembuatan EPOME gliserol,
didapatkan densitas dan viskositas yang lebih baik daripada dengan penggunaan
katalis alumina tipe JRC ALO 6 dan JRC ALO 7.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Augustian Wijaya
"Perkembangan kendaraan bermotor yang semakin pesat, memicu naiknya konsumsi bensin di dunia. Namun naiknya konsumsi tidak diimbangi dengan naiknya produksi. Cadangan minyak bumi di dunia yang kian menipis menyebabkan perlu adanya sumber lain yang dapat diperbaharui untuk diolah menjadi hidrokarbon setaraffraksi gasoline. Minyak sawit (CPO) dipilih untuk dijadikan sumber baru dalam pembuatan gasoline karena CPO memiliki struktur rantai karbon yang dapat dikonversi dan diolah menjadi hidrokarbon setaraffraksi gasoline dengan metode perengkahan. Metode perengkahan pada penelitian ini dilakukan secara katalitik dengan menggunakan katalis ZSM-5/Alumina. Katalis alumina digunakan untuk merengkahkan struktur karbon yang panjang dari minyak sawit dan ZSM-5 digunakan sebagai aditif karena katalis ini merupakan katalis sintetik dengan keasaman yang sangat tinggi, sehingga sangat baik digunakan untuk reaksi perengkahan. Namun jumlah katalis ZSM-5 yang dipakai hanya sebagai aditif karena konsentrasi ZSM-5 yang tinggi akan menyebabkan produk reaksi perengkahan menjadi gas C2-C4 dan bukan produk bensin. Reaksi ini dilakukan pada fixed bed reactor sederhana. Umpan yang akan direngkahkan dipreparasi terlebih dahulu dengan cara oksidasi, transesterifikasi dan penambahan metanol. Temperatur reaksi akan dilakukan dari 350 °C sampai dengan 500 °C dengan space velocity 1,8 h-1 . Selain itujuga akan dilakukan variasi berat HZSM-5 dari 5 sampai 20 % berat total katalis. Metode yang digunakan dalam menguji hasil reaksi adalah GC-TCD dan FT-IR. Hasil reaksi dengan umpan POME menghasilkan yield tertinggi pada komposisi ZSM-5/Alumina 5 % yaitu sebesar 63,1 % pada saat temperatur reaksi sebesar 400 °C. Untuk reaksi dengan umpan minyak yang ditambah metanol, juga didapatkan yield tertinggi sebesar 26,75 % pada kondisi reaksi yang sama (temperatur reaksi 400 °C; 5 % berat H-ZSM-5 dalam katalis)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Khaerunnisa
"Salah satu modifikasi ikatan rangkap yang ada dalam komponen metil ester dari minyak kelapa sawit (POME) adalah reaksi pemecahan oksidatif. Reaksi ini berpotensi menghasilkan senyawa-senyawa intermediat turunan asam dikarboksilat yang banyak digunakan dalam industri pelumas, plasticizer, poliamida, poliuretan, parfum, bahan sediaan farmasi, dll. Pada penelitian ini, proses pemecahan oksidatif dilakukan dalam fasa cair dengan pereaksi oksigen dan katalis heterogen dengan kondisi reaktor tunak atmosferik dengan variasi suhu operasi 120; 140; 160; dan 180 °C serta variasi waktu reaksi 1; 1,5; 2 dan 2,5 jam. Setelah reaksi, dilakukan pemisahan dengan distilasi pada suhu 300 °C. Pemilihan oksigen sebagai pereaktan didasari pertimbangan tidak beracun dan harganya lebih murah dibanding oksidator lain. Katalis heterogen yang digunakan adalah Cu-Zeolit alani. Cu digunakan untuk memenuhi kriteria katalis oksidasi sedangkan zeolit alam digunakan untuk meningkatkan luas permukaan. Katalis Cu-Zeolit alam dibuat dengan melakukan pertukaran kation yang menjadi komponen zeolit dengan Cu. Loading yang dihasilkan dari proses ini sebesar 2,61 % b/b dengan target awal loading 3%. Karakterisasi produk dilakukan dengan bilangan asam, GC-MS, FTIR, uji densitas, serta uji viskositas. Dari uji bilangan asam, densitas, serta viskositas menunjukkan semua produk oksidasi mengalami peningkatan bilangan asam, densitas, dan viskositas. Dari uji FTIR menunjukkan bahwa dalam produk yang terbentuk, perbandingan antara gugus C=O dan -CH2- mengalami peningkatan. Pada sampel dengan bilangan asam tertinggi (suhu 140 °C; waktu 2,5 jam) hasil GC-MS menunjukkan bahwa dalam produk distilat terdapat tiga jenis turunan senyawa asam dikarboksilat yang terbentuk, yaitu asam azelat dengan yield 0,71% dan konsentrasi dalam distilat 4,41%, asam suberat dengan yield 0,39% dan konsentrasi dalam distilat 2,39 %, serta asam sebacat dengan yield 1,99% dan konsentrasi dalam distilat 12,34%. Senyawa turunan asam mono- karboksilat yang terbentuk adalah asam heptanoat dengan yield 0,394% dan konsentrasi dalam distilat 2,44%, asam oktanoat dengan yield 0,296% dan konsentrasi dalam distilat 1,81%, dan asam nonanoat dengan yield 1,23% dan konsentrasi dalam distilat 7,53%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ambarwati
"Modifikasi minyak sawit untuk menjadi pelumas foodgrade yang telah dilakukan seperti transesterifikasi untuk menghasilkan Palm Oil Methyl Ester (POME) dan epoksidasi untuk menghasilkan EPOME serta pembukaan cincin epoksida dengan gliserol dan monoalkohol telah meningkatkan ketahanan oksidasinya menyamai pelumas foodgrade. Namun modifikasi tersebut belum memenuhi syarat untuk menjadikan minyak sawit sebagai pelumas foodgrade, yang menuntut warna yang bening, untuk diaplikasikan pada industri makanan. Untuk memperbaiki modifikasi ini maka dilakukan modifikasi lainnya yaitu dengan menghilangkan warna melalui proses decolorization. Proses decolorization POME dilakukan dengan menambahkan hidrogen peroksida sebesar 10 % v/v dari POME secara perlahan pada temperatur 65°C dan direaksikan dengan variasi waktu 30 menit, 1 jam, dan 3 jam serta variasi pengulangan proses untuk menghasilkan EPOME Decolorization. Dimana untuk menjadi pelumas foodgrade maka hanya perlu menambahkan gliserol atau monoalkohol untuk membuka cincin epoksidanya. Selain itu decolorization juga dilakukan dengan menggunakan bentonit pada temperatur yang sama selama 2 jam, produk yang dihasilkan diberi nama EPOME Bentonit. Untuk melihat keberhasilan modifikasi ini, dilakukan analisa wama secara kuantitatif dengan menggunakan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 450 nm. Proses decolorization dengan hidrogen peroksida memiliki nilai absorbansi 0.0535 dan perubahan absorbansinya sebesar 76.74 %. untuk waktu reaksi 2 jam, absorbansi produk EPOME Bentonit 0.0865 dan perubahan absorbansi 62.39 %. Proses decolorization dengan hidrogen peroksida waktu reaksi 3 jam memberikan perubahan absorbansi yang lebih besar dibanding metode lain, absorbansi akhir yaitu 0.0431 dengan perubahan absorbansi sebesar 81.26 %, sedangkan dengan dengan waktu reaksi 1 jam absorbansi akhir 0.0508, perubahan absorbansi sebesar 77.91%. Semakin besar perubahan absorbansi yang dihasilkan, penambahan biaya bahan decoloran semakin besar, perubahan absorbansi sebesar 76 % membutuhkan biaya decoloran Rp. 8,600,- , perubahan absorbansi sebesar 81.26 % membutuhkan tambahan biaya sebesar Rp. 18,600,-."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiry Heniarita
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49354
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Nabilah Kyesha Manan
"Kelapa Sawit merupakan pangan yang memiliki peranan penting di kehidupan Masyarakat Indonesia. Yakni sebagai minyak goreng untuk makanan, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel). Namun dengan banyaknya minyak yang dihasilkan, limbah kelapa sawit juga kian menumpuk. Salah satu bentuk limbah yang dihasilkan adalah tandan kosong kelapa sawit (TKKS). Pada penelitian ini, tandan kosong kelapa sawit yang dijadikan biochar melalui karbonisasi pada suhu 450oC diaktivasi menggunakan HCL 0,5 M selama 24 jam. Setelah netral, Karbon Aktif (AC) lalu dikopresipitasi dengan Fe3O4 untuk menjadi karbon aktif magnetit yang akan dimanfaatkan untuk adsorbsi limbah zat warna congo red. Pendekatan dengan metode Response Surface Methodology (RSM) dipilih dalam penelitian ini untuk mengoptimalkan kondisi eksperimental dalam proses adsorpsi yang menggunakan 4 variabel. Yakni waktu kontak, dosis adsorben, nilai pH, serta konsentrasi zat warna. Kondisi optimum yang diraih ada pada pH 2 selama 69 menit di konsentrasi 300 ppm dengan dosis adsorben sebanyak 57,65 mg dengan efisiensi adsorbsi sebesar 99,98%. Sedangkan Kapasitas Adsorbsi terbesar yakni 79,95 mg/g diraih pada pH 2 selama 60 menit dikonsentrasi 200 ppm dengan dosis adsorben sebanyak 25 mg. Hasil ini menunjukkan bahwa adsorben memiliki potensi efisiensi adsorbsi yang lebih tinggi dibandingkan karbon aktif TKKS lainnya yang dilaporkan dalam literatur. Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang penggunaan karbon aktif yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit untuk menghilangkan pewarna dari limbah cair.

Palm oil is a vital commodity in the lives of the Indonesian population, serving as cooking oil for food, industrial oil, and fuel (biodiesel). However, with the large amount of oil produced, palm oil waste has also accumulated significantly. One form of waste generated is palm oil empty fruit bunches (EFB). In this study, EFB was converted into biochar through carbonization at 450°C and then activated using 0.5 M HCl for 24 hours. After neutralization, the Activated Carbon (AC) was coprecipitated with Fe3O4 to produce magnetized activated carbon, which was utilized for degrading Congo Red dye waste. The Response Surface Methodology (RSM) approach was employed in this study to optimize experimental conditions in the adsorption process, using four variables: contact time, adsorbent dose, pH, and dye concentration. The optimum conditions achieved were at pH 2 for 69 minutes with a dye concentration of 300 ppm and an adsorbent dose of 57.65 mg, resulting in an adsorption efficiency of 99.98%. Meanwhile, the highest adsorption capacity, 79.95 mg/g, was achieved at pH 2 for 60 minutes with a dye concentration of 200 ppm and an adsorbent dose of 25 mg. These results demonstrate that the adsorbent has a higher adsorption efficiency potential compared to other EFB-based activated carbons reported in the literature. This study provides valuable insights into the use of activated carbon derived from oil palm empty fruit bunches for the removal of dyes from wastewater."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Nur Safitri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor apa saja yang perlu dipertimbangkan dalam membuka perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit, menganalisis kelayakan proyek dan menyajikan analisis sensitivitas serta analisis skenario proyek tersebut. Objek dari penelitian ini adalah PT. XYZ, salah satu perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dan industri kelapa sawit. Penelitian ini bersifat deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah proyek pembukaan perkebunan kelapa sawit layak dilakukan pada ketiga kondisi base, optimistic dan pessimistic. Sedangkan proyek pembangunan pabrik pengolahan tidak layak pada kondisi pessimistic, dan layak dilakukan pada kondisi base serta optimistic.

ABSTRACT
The focus of this research is to examine the factors should be considered in establishing palm oil plantations and processing plants, analyzing project feasibility and provide the project 39 s sensitivity analysis and scenario analysis. The object of this research is PT. XYZ, the companies engaged in plantation and palm oil industry. This research use descriptive analysis. The result of this research is the palm oil plantation project is feasible on three condition base, optimistic and pessimistic conditions. While the processing plant construction project is rejected on pessimistic conditian, and feasible to do in base condition and optimistic.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T50103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Lutfi
"PT SAM adalah perusahaan yang merencanakan akan membangun perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 Ha. yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Untuk itu perlu adanya kajian kelayakan yang meIiputi: aspek teknis dan teknologi, aspek pemasaran, aspek finansial,
aspek lingkungan hidup, aspek ekonomis dan aspek manajemen.
Secara teknis dan teknologis pembangunan perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 Ha dan pabrik pengolahannya dengan kapasitas 60 Ton TBS/Jam, yang akan dikembangkan oleh PT SAM layak untuk diimplementasikan. Lahan yang akan dikembangan berdasarkan analisis kesesuaian lahan memungkinkan untuk digunakan sebagai perkebunan
kelapa sawit.
Analisis pemasaran menunjukkan adanya permintaan dunia yang semakin lama semakin meningkat terhadap produk kelapa sawit. Disamping itu kebutuhan dalam negeri juga makin lama makin meningkat, sehingga dilihat dari segi pemasaran provek ini layak untuk dilaksanakan.
Analisis keuangan atas proyek ¡ni dibuat enam skenario. Skenario satu sampai tiga merupakan turunan skenario pembangunan perkebunan kelapa sawit yang terintegrasi dengan pabrik pengolahannya. Sedangkan skenario empat sampai enam merupakan turunan skenario pembangunan
perkebunan kelapa sawit saja. Keenam skenario tersebut semuanya Iayak secara finansial dengan hasil sebagai berikut:
1. skenario Pertama, dengan tingkat bunga pinjaman komersial sebesar 19% dan bunga pinjaman PBSN sebesar 12% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 74.715,8 juta dan IRR sebesar
22,09%.
2. Skenarlo Kedua, dengan tíngkat bunga pinjaman komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 10%, diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 99.067,3 juta dan IRR sebesar 24,33%.
3. Skenario Ketiga, dengan tingkat bunga pinjaman komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 20% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 70.932,4 juta dan ERR sebesar 21,53%.
4. Skenario Keempat, dengan tingkat bunga pinjaman komersial sebesar 19% dan bunga pinjaman PBSN sebesar 12%, diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 16.572,2 juta dan IRR sebesar 17,49%.
5. Skenario Kelima, dengan tingkat bunga pinjarnan komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 10% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 16.380,8 juta dan IRR sebesar 17.50%.
6. Skenario Keenam, dengan tingkat bunga pinjaman komersial dan bunga pinjaman PBSN sebesar 20% diperoleh NPV (discount rate sebesar cost of capital) sebesar Rp 10.976,7 juta dan IRR sebesar 16,59%.
Untuk analisis proyek dan sisi ekonomi terlihat bahwa dari tahun ke-0 sampai dengan tahun ke-5 output manfaat ekonomi dengan finansial sama besarnya. Hal ini dikarenakan perkebunan belum mulai menghasilkan. Namum mulai tahun ke-6 sampal dengan tahun ke-25, terlihai bahwa manfaat ekonomi proyek lebih besar dibandingkan dengan manfaat finansial dan proyek itu sendiri.
Pembangunan dan pengoperasian proyek PT SAM akan keadaan ruang lingkungan awal, biogeofisik, kimia
maupun ekonomi dan budaya. Analisis dampak lingkungan yang dilakukan menyatakan bahwa proyek perkebunan kelapa sawit dan pabrik pengolahannya dapat diimplementasikan dengan treatment tertentu untuk
mereduksi dampak negatif yang ada sehingga aman bagi Iingkungan hidup.
Secara manajemen terlihat bahwa membangun pabrik pengolahan yang terintegrasi dengan perkebunan kelapa sawit secara finansial keuntungannya jauh lebih besar. Disamping itu lebih menjamin pasokan bahan baku bagi pabrik pengolahan. Sedangkan pada sisi yang lain memberikan jaminan kepastian bahwa hasil panen dan perkebunan akan terserap semuanya.
Secara keseluruhan dilihat dari aspek teknis dan teknologi, aspek pemasaran, aspek finansial, aspek lingkungan hidup, aspek ekonomis maupun aspek manajemen, rencana pembangunan perkebunan kelapa sawit seluas 10.000 Ha yang terpadu dengan pabrik pengolahannya oleh PT SAM sesuai dengan skenario pertama, layak untuk diimplementasikan.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>