Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167821 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
"Konsumsi kertas dalam beberapa tahun ini semakin meningkat dan pengelolaan dari limbah kertas itu sendiri belum diolah dengan baik. Limbah kertas yang dihasilkan, sebagian dijual kembali sebagai kertas bekas dan Sisanya dibakar.
Pengelolaan Iimbah kertas dengan Cara tersebut tentunya belum dapat mengatasi permasalahan akan Iimbah kertas, terutama dari segi atau dampak terhadap lingkungan. Selulosa yang merupakan komponen utama dari limbah kertas, dapat dikonversi menjadi etanol. Perubahan selulosa menjadi gula dapat dilakukan menggunakan mikroorganisme yang berupa jamur Trichoderma harzianum.
Penggunaan jamur Trichoderma harzianum ini memiliki beberapa keuntungan yaitu ekonomis dan tidak berbahaya terhadap lingkungan.
Penelitian ini mencoba untuk menghidrolisis limbah kertas menggunakan Trichoderma harzianum untuk memecah molekul-molekul selulosa menjadi glukosa, yang selanjutnya dapat diferrnentasikan menjadi etanol. Penelitian ini terbagi rnenjadi 2 tahap, yaitu percobaan awal rnenggunakan H2804 dan percobaan utama rnenggunakan Trichoderma harzianum.
Penelitian awal dengan menggunakan H2304 dilakukan dengan 2 variasi, yaitu variasi preparasi kertas dan variasi jenis kertas. .Iumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi preparasi kertas adalah 0,06 ml EtOH/gram kertas atau 4,7 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi jenis kertas adalah 0,2036 mL EtOH1'gram kertas atau 16,1 % berat etanol.
Penelitian utama dengan menggunakan Trichoderma harzianum dilakukan dengan variasi lama hidrolisis dan lama fermentasi. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama hidrolisis diperoleh pada hidrolisis selama 12 jam, yaitu 0,1424 mL EtOH/g kertas atau 11,23 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama ferrnentasi diperoleh pada lama fermentasi selama 5 hari, untuk Trichoderma harzianum yang dibeli rnenghasilkan 0,1555 mL EtOH/gram kertas atau 12,27 %
berat etanol, sedangkan untuk Trichoderma harzianum yang dibiakkan sendiri menghasilkan 0,2346 mL EtOI-I/gram kertas atau 18,51 % berat etanol.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Edita Martini
"Krisis minyak bumi yang melanda dunia sejak beberapa dekade silam menyebabkan para peneliti mulai mencari sumber-sumber energi alternatif. Salah satu yang cukup potensial adalah biomassa yang dapat dikonversi menjadi bioetanol ataupun biodiesel. Sumber-sumber biomassa ini dapat berupa limbah industri yang belum dimanfaatkan kembali dengan optimal seperti serbuk gergaji bekas media tanam jamur dari limbah industri jamur yang dapat dimakan (edible mushroom). Serbuk gergaji yang merupakan material berbasis lignoselulosa ini biasanya akan dibuang begitu saja atau dijadikan kompos setelah digunakan sebagai media tanam jamur padahal limbah ini sangat berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan baku bioetanol karena masih mengandung selulosa. Terlebih lagi, kandungan lignin pada limbah ini telah diuraikan oleh jamur kayu jenis pelapuk putih seperti jamur Tiram (Pleurotus sp.) dan Kuping (Auricularia sp.) sehingga proses pembuatan bioetanol selanjutnya akan lebih mudah. Pada penelitian ini diketahui selektifitas jamur kuping (Auricularia sp.) terhadap lignin lebih besar daripada terhadap holoselulosa karena dari analisa yang dilakukan ternyata jamur kuping (Auricular! sp.) dapat mengurangi kadar lignin sebesar 6,97% dan holoselulosa 4%. Selain itu ada dua macam hidrolisis yang digunakan, yaitu secara kimiawi dan enzimatis. Fermentasi dilakukan selama 72 jam menggunakan Saccharomyces cerevisae yang dikultur pada media cair ekstrak yeast (YMEB). Hidrolisis asam pada penelitian ini menggunakan asam klorida dengan konsentrasi 0,1; 0,2 dan 0,3 M serta variasi ratio massa dengan pelarut 1:6,7; 1:10 dan 1:17,5 (gr/ml). Pada tiap ratio, konversi tertinggi didapatkan pada konsentrasi HC1 0,3 M. Untuk ratio massa 1:6,7 didapatkan konversi tertinggi sebesar 0,3256%, kemudian untuk ratio massa 1:10 konversinya sebesar 0,5029% sedangkan untuk ratio massa 1:17,5 konversinya 0,3565%. Hidrolisis enzim selulase yang dilakukan pada kondisi optimum hidrolisis asam mampu meningkatkan konversi etanol sebesar 46,55 kali dibandingkan dengan hidrolisis asam klorida pada konsentrasi 0,3 M dan ratio 1:10 yaitu dari 0,503% menjadi 23,41%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49538
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Arbianti
"Pertumbuhan produksi sampah kertas yang pesat merupakan masalah yang perlu diperhatikan. Hal ini perlu dipikirkan karena lingkungan memiliki keterbatasan dalam menampung sampah, dan dampak buruk dari pembakaran sampah terhadap lingkungan dan kesehatan. Salah satu metode penanganan sampah adalah mengubahnya menjadi etanol. Kandungan selulosa dalam kertas dapat dihidrolisis menjadi glukosa dan selanjutnya difermentasi menjadi etanol. Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan. Untuk sampel kertas tanpa tinta dan kertas bertinta tanpa proses pemisahan tinta, tahap awal adalah proses dekristalisasi selulosa melalui pengolahan awal dengan asam sulfat teknis 10% berat, dilanjutkan reaksi hidrolisis dengan katalis asam sulfat teknis 5% berat, dan tahap akhir adalah fermentasi. Adapun untuk sampel kertas bertinta dengan proses pemisahan tinta, sebelum mengalami proses dekristalisasi sampel terlebih dahulu menjalani proses pemisahan tinta melalui pengolahan awal dengan NaOH dan sabun asam lemak. Hasil penelitian untuk sampel kertas bertinta tanpa proses pemisahan tinta menunjukkan bahwa sampel kertas jenis HVS bertinta warna deskjet menghasilkan produk etanol tertinggi yaitu 0,0485 gram etanol/gram kertas. Sedangkan untuk sampel dengan proses pemisahan tinta, produk etanol terbesar juga diperoleh dari sampel kertas jenis HVS bertinta warna deskjet yakni 0,0754 gram etanol/gram kertas.

The growth of paper waste generation has been becoming our oncern. This issue needs to be addressed since an environment has limitation to accommodate the waste, and the incineration of it gives the negative impact to our health. One of methods to deal with it is by converting to ethanol. The cellulose content in paper can be hydrolyzed to glucose, and eventually this would become ethanol after fermentation process. This research consists of several processes. For paper waste without deinking process, initial process is cellulose decristallization using 10%wt sulfic acid, followed by hydrolysis reaction with 5% wt sulfic acid catalyst, and ended with fermentation process. Meanwhile, for paper waste with deinking process, deinking process conduct with pretreatment using NaOH and fatty acid soap, before decristallization of cellulose. The result shows that with or without deinking process HVS paper waste containing desk jet ink, produces higher ethanol: 0.0485 gr ethanol/gr paper waste without deinking process, and 0.0754 gr ethanol/gr paper waste with deinking process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lifinia Anggun Puspita
"Penelitian ini membahas tentang variasi kondisi perlakuan awal terhadap limbah kertas bebas tinta dalam rangka mengekstrak gula dari lignoselulosa. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan parameter banyaknya perolehan gula. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya intensitas radiasi, lamanya waktu radiasi, dan jenis pelarut berpengaruh pada banyaknya gula yang diperoleh. Perolehan gula tertinggi didapat pada intensitas radiasi 450 Watt selama 12 menit dengan pelarut HCl 1,63 M dengan perolehan gula sebesar 219,3 mg/g kertas. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa metode ekstraksi terbantukan-gelombang mikro menghasilkan gula lebih banyak dalam waktu lebih sedikit dibandingkan metode ekstraksi pemisahan gula dari lignin dengan HCl 1,63 M.

The focus of this study was about variation of pretreatment condition to waste paper in order to extract sugar from lignocellulose. This research was quantitative with the amount of sugar obtained as parameter. The results showed that the radiation intensity, range of radiation time, and the solvent type affected the amount of sugar obtained. The highest amount of sugar was obtained at radiation intensity of 450 Watt for 12 minutes with HCl 5%wt as solvent. This research also led to a fact that Microwave-assisted Extracion method gave higher sugar amount in less time than the sugar extraction from lignin with acid method using HCl 1,63 M."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51831
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Indonesia adalah negara dengan sumber daya melimpah dan kaya akan biomass. Dengan kekayaan sumber daya alam dan biomass, maka banyak dihasilkan limbah sisa agrikultur yang pemanfaatannya bisa rneningkatkan nilai keekonomisan dari limbah tersebut. Salah satu surnber yang bisa dimanfaatkan adalah limbah pisang (Mussa spp), yang buahnya meniadi konsumsi di negeri ini sebagai buah dan panganan populer. Pisang digunakan secara luas oleh masyrakat dan limbah pisang pun banyak ditemukan disentra penjualan buah pisang dan penjualan panganan berbasis pisang.
Pisang sebagai salah satu f'>iomcf.s‘s merupakan sumber potensial karena mengandung karbohidrat sebesar 20-30% (Sharrock & Lusty, 1999) yang merupakan sumber glukosa. Glukosa dapat difermentasi untuk dijadikan etanol. Pada penelitian ini untuk menghasilkan etanol dari limbah pisang digunakan hidrolisis dengan asam H3804 4% wt selama 1 _jam pada ?5°C dan dilanjutkan dengan fcmentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerc'vi.s'eae. Karbohidrat yang terkandung dalam pisang adalah pan. Pali merupakan polisakarida paling melimpah kedua setelah selulosa. Pati yang merupakan polisalcarida akan dipecah menj adi glukosa. Untuk itu dilakukan hidrolisis dengan menggunakan katalis asam_ Penggunaan asam kuat H3804 dikarenakan bahan tersebut murah dibandingkan katalis lainuseperti enzim_
Setelah dihidrolisis dilakukan fermcntasi menggunakan ragi Saccharomyces ccreviseae.
Dari hasil penelitian dihasilkan jumlah maksimum etanol pada variasi komponen limbah pisang adalah dari fermcntasi pulp cfavcndish sclama 5 hari dcngan yield etanol sebanyak 0.053 l/kgjiesh wt atau 0.254 l/kg dzy wr. Pada campuran pulp dan kulit pisang buah, jumlah etanol terbanyak didapatkan dari fermentasi selama 6 hari sebesar 0.023 I/kg fresh wt atau 0.129 Ukg dry wt. Sedangkan pada komponen pisang sayur adalah dari fmmentasi pulp I-:epok selama 6 hari dengan menghasilkan etanol sebanyak 0.076 I/kgjiesh wr atau 0.361 Ukg dzy wr. Pada campuran pulp dan kulit pisang sayur, jumlah etanol terbanyak didapatkan dari fermentasi selama 6 hari sebesar 0.058 1/l
Untuk variasi kulit pisang, _iumlah maksimum etanol dihasilkan dari fCI'I1'l6fll3Si>kU|il piusang kepok sélarna 4 hari dengan yield etanol s¢bafiya1<'o.o17 mg dalarn #esh wt dan 0.156 I/kg dalam dry wt. Yield etanol per massa bahan pada variasi komponen pulp pisang buah dibanding kulit adalah 5.22 pada basis _#ssh dan 2.72 pada basis kering (dry wr). Sedangkan pada pulp pisang sayur dibanding kulit adalah 4.44 pada basis jiesh dan 2.31 pnda basis kering (dry wt)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48769
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>