Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86458 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Konsumsi kertas dalam beberapa tahun ini semakin meningkat dan pengelolaan dari limbah kertas itu sendiri belum diolah dengan baik. Limbah kertas yang dihasilkan, sebagian dijual kembali sebagai kertas bekas dan Sisanya dibakar.
Pengelolaan Iimbah kertas dengan Cara tersebut tentunya belum dapat mengatasi permasalahan akan Iimbah kertas, terutama dari segi atau dampak terhadap lingkungan. Selulosa yang merupakan komponen utama dari limbah kertas, dapat dikonversi menjadi etanol. Perubahan selulosa menjadi gula dapat dilakukan menggunakan mikroorganisme yang berupa jamur Trichoderma harzianum.
Penggunaan jamur Trichoderma harzianum ini memiliki beberapa keuntungan yaitu ekonomis dan tidak berbahaya terhadap lingkungan.
Penelitian ini mencoba untuk menghidrolisis limbah kertas menggunakan Trichoderma harzianum untuk memecah molekul-molekul selulosa menjadi glukosa, yang selanjutnya dapat diferrnentasikan menjadi etanol. Penelitian ini terbagi rnenjadi 2 tahap, yaitu percobaan awal rnenggunakan H2804 dan percobaan utama rnenggunakan Trichoderma harzianum.
Penelitian awal dengan menggunakan H2304 dilakukan dengan 2 variasi, yaitu variasi preparasi kertas dan variasi jenis kertas. .Iumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi preparasi kertas adalah 0,06 ml EtOH/gram kertas atau 4,7 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar yang diperoleh untuk variasi jenis kertas adalah 0,2036 mL EtOH1'gram kertas atau 16,1 % berat etanol.
Penelitian utama dengan menggunakan Trichoderma harzianum dilakukan dengan variasi lama hidrolisis dan lama fermentasi. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama hidrolisis diperoleh pada hidrolisis selama 12 jam, yaitu 0,1424 mL EtOH/g kertas atau 11,23 % berat etanol. Jumlah etanol terbesar untuk variasi lama ferrnentasi diperoleh pada lama fermentasi selama 5 hari, untuk Trichoderma harzianum yang dibeli rnenghasilkan 0,1555 mL EtOH/gram kertas atau 12,27 %
berat etanol, sedangkan untuk Trichoderma harzianum yang dibiakkan sendiri menghasilkan 0,2346 mL EtOI-I/gram kertas atau 18,51 % berat etanol.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49455
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leona Amanda
"Abstrak Selulase adalah enzim yang dapat memutuskan ikatan glikosidik B(1,4) yang terdapat pada selulosa, dan dapat dihasilkanlkan oleh bakteri, khamir, dan kapang. Salah satu kapang yang dapat menghasilakn enzi ini adalah Trichoderma viride. Biaya produksi selulosa yang tinggi menyebabkan harganya menjadi mahal.salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan memanfaatkan limbah yang banyak mengandung selulosa sebagai salah satu komponen dalam media untuk menghasilkan enzim ini ..."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Purnama Laurentina
"Bagas dan jerami merupakan limbah pertanian yang mengandung lignoselulosa sehingga dapat dimanfaatkan untuk produksi bioetanol. Pada penelitian ini, untuk menghidrolisis selulosa pada bagas dan jerami, digunakan jamur Trichoderma viride yang dapat menghasilkan enzim selulase. Namun, adanya kandungan lignin dalam sampel bagas dan jerami akan menghalangi aktivitas enzim selulase untuk mendegradasi selulosa menjadi senyawa gula yang lebih sederhana yaitu glukosa.
Untuk menurunkan kandungan lignin, sampel terlebih dahulu didelignifikasi dengan NaOH 3 %. Konsentrasi senyawa gula pereduksi ditentukan dengan metode Somogyi Nelson. Konsentrasi gula pereduksi paling tinggi adalah 0,230 mg/mL yang dihasilkan dari hidrolisis sampel bagas pada konsentrasi 7,5 %, waktu inkubasi 48 jam dengan urea 0,3 % sebagai sumber nitrogennya.
Hasil fermentasi hidrolisat bagas oleh Saccharomyces cerevisiae yang terimobilisasi dalam Ca alginat, menghasilkan kadar etanol yang lebih tinggi dibandingkan dengan fermentasi oleh Saccharomyces cerevisiae tanpa imobilisasi. Kondisi optimum proses fermentasi diperoleh pada waktu inkubasi 48 jam dan konsentrasi alginat 4 % yang menghasilkan kadar etanol sebesar 2,705%. Kadar etanol ditentukan dengan Gas Chromatography (GC)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S30539
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reynardi Larope Sutanto
"Jumlah penduduk lanjut usia di dunia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini diikuti dengan semakin naiknya insidensi penyakit tidak menular yang kerap menyerang di usia tua. Penggunaan antioksidan dapat mencegah insidensi penyakit-penyakit tersebut melalui kapasitasnya menangkal peningkatan radikal bebas, inflammaging, dan markamarka inflamasi, seperti TNF-α. Salah satu sumber antioksidan yang paling baik dan banyak tersedia adalah dari tanaman-tanaman herbal, seperti Acalypha indica L. (AI). Tidak hanya banyak tersedia, tanaman ini juga telah dipakai secara empiris oleh berbagai peradaban dunia dan ditemukan memiliki sifat antioksidan. Metode: Penelitian dilaksanakan pada tikus Sprague-Dawley yang dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol negatif (plasebo), kontrol positif (6 IU vitamin E), perlakuan (250 mg/kg berat badan (mg/kgBB) ekstrak AI), dan kontrol pembanding (tikus muda). Setelah 28 hari, tikus diterminasi dan diambil organ ginjal dan jantungnya untuk dilakukan pengecekan kadar TNF-α menggunakan metode ELISA. Data yang didapatkan dianalisis menggunakan tes Saphiro-Wilk dan one-way ANOVA. Hasil: Pemberian AI menghasilkan penurunan kadar TNF-α in pada ginjal (0,95 ± 0,76 pg/mg pada kelompok perlakuan vs 1,37 ± 0,41 pg/mg pada kelompok kontrol negatif) dan jantung (15,43 pg/mg ± 2,33 pada kelompok perlakuan vs 16,50 ± 1,33 pg/mg pada kelompok kontrol negatif) tikus tua meski tidak signifikan (p = 0,645 pada ginjal dan p = 0,973 pada jantung). Kesimpulan: Penemuan penurunan TNF-α dalam studi ini menunjukkan potensi penggunaan AI sebagai agen antiinflamasi dan anti penuaan. Penelitian dan investigasi lebih lanjut perlu dilakukan pada AI dengan menggunakan durasi perlakuan, dosis, dan parameter inflammaging yang berbeda.

The world’s elderly are currently rising in numbers every year. This is followed by an increase of noncommunicable diseases which are often found in the elderly. Antioxidants could prevent occurrences of such diseases because of their capacity to counter rising free radicals, inflammaging, and inflammatory markers, such as TNF-α. One of the main abundant sources of antioxidants are herbal plants, such as Acalypha indica L. (AI). AI has been used empirically by different cultures and is found to have antioxidant properties. Method: Research was conducted on Sprague-Dawley rats which were divided into four groups, the negative control (placebo), positive control (6 IU vitamin E), treatment group (250 mg/kg of body weight (mg/kgBW) AI extract), and comparison control (young rats). The rats were terminated after 28 days with their organs, kidneys and hearts examined using ELISA to look for TNF-α concentration. Data were analysed using the Saphiro-Wilk test and one-way ANOVA. Results: AI administration yielded decrease of TNF-α in both the kidneys (0.95 ± 0.76 pg/mg in treatment group vs 1.37 ± 0.41 pg/mg in negative control) and hearts (15.43 pg/mg ± 2.33 in treatment group vs 16.50 ± 1.33 pg/mg in negative control) of aged SD rats, albeit insignificantly (p value for the kidney = 0.645 and p value for the heart = 0.973). Conclusion: This finding of decreased TNF-α suggests a potential anti-inflammatory and anti-aging effect of AI. Further research and investigation need to be made on AI, such as by using different dosages, time, and inflammaging parameters."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Lingga Tameswari
"ABSTRAK
Kitinase merupakan enzim yang berguna dalam degradasi kitin dan dapat dimanfaatkan dalam pengolahan limbah perikanan, biokontrol terhadap jamur fitopatogen, biopestisida, dan produksi protein sel tunggal. Penelitian mengenai karakterisasi kitinase kasar dari Trichoderma amazonicum LP3 dilakukan menggunakan substrat koloidal kitin. Penelitian bertujuan untuk mengetahui produksi dan karakterisasi kitinase kasar yang dihasilkan oleh T. amazonicum LP3. Penentuan aktivitas kitinase dilakukan dengan metode kolorimetri dan produk akhir hasil hidrolisis dianalisis berdasarkan metode Reissig.
Hasil penelitian menunjukkan aktivitas kitinase dari T. amazonicum LP3 tertinggi pada inkubasi hari kedua sebesar 8,22 U/mL. Karakterisasi kitinase kasar menunjukkan aktivitas optimum pada pH 5, suhu 50°C, dan stabil selama 3 jam kondisi pH 5 dan selama 1 jam kondisi suhu 50°C. Ion logam Ca2+, Co2+, Fe2+, Mg2+, Zn2+, dan EDTA 1 mM bersifat sebagai aktivator, sedangkan ion logam Hg2+ dan Cu2+ bersifat sebagai inhibitor.

ABSTRACT
Chitinase enzyme is an effective tool for chitin degradation and can be used in fishery waste management, biocontrol of phytopathogenic fungi, biopesticide, and single cell protein production. A research on the characterization of crude chitinase from Trichoderma amazonicum LP3 has been investigated using colloidal chitin as substrate. This research aims to investigate the production and characterization of crude chitinase from T. amazonicum LP3. Chitinase activity was assayed using the colorimetric method and the end products of the reaction were analyzed by the Reissig method.
The highest activity of chitinase (8,22 U/mL) was observed after 2 days incubation. Characterization of crude chitinase showed optimum activity at pH 5, temperature 50°C, stable for 3 hours at pH 5 and 1 hour at 50°C. The activities were increased when treated by Ca2+, Co2+, Fe2+, Mg2+, Zn2+, and EDTA 1 mM, whereas activities were inhibited when treated by Hg2+ dan Cu2+.
"
Universitas Indonesia, 2016
S61760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrial Hikmah
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S716
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lathiifah Alyaa Yudhana
"Lipase merupakan enzim yang umum diaplikasikan sebagai katalis, baik pada industri pangan maupun proses sintesis bioplastik, seperti Poli Asam Laktat (PLA), dimana lipase Candida rugosa (CRL) menjadi salah satu jenis enzim lipase yang banyak digunakan. Namun, tingginya suhu operasi pada industri maupun sintesis bioplastik dapat mendenaturasi enzim sehingga mempengaruhi aktivitas karena terjadinya perubahan struktur enzim. Proses imobilisasi CRL dapat dilakukan guna meningkatkan stabilitas termal enzim. Pada penelitian ini proses imobilisasi dilakukan melalui metode adsorpsi pada matriks pendukung padat, yaitu Celite. Imobilisasi enzim melalui metode adsorpsi dipengaruhi oleh kondisi operasinya, seperti waktu, suhu, dan pH imobilisasi. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa variasi, yaitu jenis larutan pencuci, konsentrasi enzim, suhu imobilisasi, waktu imobilisasi, pH imobilisasi, dan rasio pelarut terhadap buffer. Analisis enzim terimobilisasi dilakukan terhadap aktivitas esterifikasi, stabilitas termal, dan kandungan proteinnya. Penelitian menunjukkan jenis larutan pencuci, konsentrasi enzim, suhu imobilisasi, waktu imobilisasi, pH imobilisasi, dan rasio pelarut terhadap buffer dengan hasil optimal adalah etanol; 35 mg/mL; 60 menit; 6,5; dan 2,75 (v/v) secara berturut-turut. Enzim terimobilisasi pada penelitian ini menghasilkan aktivitas esterifikasi 76% lebih tinggi daripada enzim bebas pada suhu 37°C. Imobilisasi juga meningkatkan stabilitas termal enzim sebesar 29-51% pada suhu esterifikasi tertentu.

Lipase is an enzyme that is commonly applied as a catalyst, both in the food industry and in the synthesis of bioplastics, such as Poly Lactic Acid (PLA), where Candida rugosa lipase (CRL) is one of the widely used lipases. However, high operating temperatures in industry and bioplastic synthesis can denature enzymes, thereby affecting activity due to changes in enzyme structure. The CRL immobilization process can be carried out to improve the thermal stability of the enzyme. In this study, the immobilization process was done through the adsorption method on a solid support matrix, that is Celite. Enzyme immobilization through the adsorption method is influenced by its operating conditions, such as time, temperature, and pH of immobilization. The study was carried out by varying the washing solution type, enzyme concentrations, immobilization temperatures, immobilization time, immobilization pH, and the ratio of solvent to buffer. The immobilized enzyme analysis was performed on the esterification activity, thermal stability, and protein content. The study showed that the washing solution type, enzyme concentration, immobilization temperature, immobilization time, immobilization pH, and the ratio of solvent to buffer with optimal results were ethanol, 35 mg/mL, 60 minutes, 6.5, and 2.75 (v/v) respectively. The immobilized enzyme in this study resulted in 76% higher esterification activity than the free enzyme at 37°C. Immobilization also increases the thermal stability of the enzyme by 29-51% at a certain esterification temperature."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Indonesia adalah negara dengan sumber daya melimpah dan kaya akan biomass. Dengan kekayaan sumber daya alam dan biomass, maka banyak dihasilkan limbah sisa agrikultur yang pemanfaatannya bisa rneningkatkan nilai keekonomisan dari limbah tersebut. Salah satu surnber yang bisa dimanfaatkan adalah limbah pisang (Mussa spp), yang buahnya meniadi konsumsi di negeri ini sebagai buah dan panganan populer. Pisang digunakan secara luas oleh masyrakat dan limbah pisang pun banyak ditemukan disentra penjualan buah pisang dan penjualan panganan berbasis pisang.
Pisang sebagai salah satu f'>iomcf.s‘s merupakan sumber potensial karena mengandung karbohidrat sebesar 20-30% (Sharrock & Lusty, 1999) yang merupakan sumber glukosa. Glukosa dapat difermentasi untuk dijadikan etanol. Pada penelitian ini untuk menghasilkan etanol dari limbah pisang digunakan hidrolisis dengan asam H3804 4% wt selama 1 _jam pada ?5°C dan dilanjutkan dengan fcmentasi menggunakan ragi Saccharomyces cerc'vi.s'eae. Karbohidrat yang terkandung dalam pisang adalah pan. Pali merupakan polisakarida paling melimpah kedua setelah selulosa. Pati yang merupakan polisalcarida akan dipecah menj adi glukosa. Untuk itu dilakukan hidrolisis dengan menggunakan katalis asam_ Penggunaan asam kuat H3804 dikarenakan bahan tersebut murah dibandingkan katalis lainuseperti enzim_
Setelah dihidrolisis dilakukan fermcntasi menggunakan ragi Saccharomyces ccreviseae.
Dari hasil penelitian dihasilkan jumlah maksimum etanol pada variasi komponen limbah pisang adalah dari fermcntasi pulp cfavcndish sclama 5 hari dcngan yield etanol sebanyak 0.053 l/kgjiesh wt atau 0.254 l/kg dzy wr. Pada campuran pulp dan kulit pisang buah, jumlah etanol terbanyak didapatkan dari fermentasi selama 6 hari sebesar 0.023 I/kg fresh wt atau 0.129 Ukg dry wt. Sedangkan pada komponen pisang sayur adalah dari fmmentasi pulp I-:epok selama 6 hari dengan menghasilkan etanol sebanyak 0.076 I/kgjiesh wr atau 0.361 Ukg dzy wr. Pada campuran pulp dan kulit pisang sayur, jumlah etanol terbanyak didapatkan dari fermentasi selama 6 hari sebesar 0.058 1/l
Untuk variasi kulit pisang, _iumlah maksimum etanol dihasilkan dari fCI'I1'l6fll3Si>kU|il piusang kepok sélarna 4 hari dengan yield etanol s¢bafiya1<'o.o17 mg dalarn #esh wt dan 0.156 I/kg dalam dry wt. Yield etanol per massa bahan pada variasi komponen pulp pisang buah dibanding kulit adalah 5.22 pada basis _#ssh dan 2.72 pada basis kering (dry wr). Sedangkan pada pulp pisang sayur dibanding kulit adalah 4.44 pada basis jiesh dan 2.31 pnda basis kering (dry wt)."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>