Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151949 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"lndustri non-migas di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Salah
sam yang menjadi pusat perhatian adalah indnstri yang berbasis pada bahan baku
alam yang dapal diperbaharui, yaitu mlnyak inti kelapa sawit. Perkembangan ini
didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara pemilik pcrkcbunan
kelapa sawit lerbesar kedua di dunia.
Industri yang berbasis pada minyak inti kelapa sawit terbesar di Indonesia
industri oleokimia yang berlokasi di Batam. Produk yang dihasilkannya adalah fatty
alcohol. Fatty alcohol tersebut diproduksi dengan bahan baku metilester yang
dibuat melalui reaksi transesterifikasi antara minyak nabati dengan metanol, dengan
menggunakan kalalis sodium metilat (NaOCH3). Katalis ini dipilih karena dapat
menghasilkan yield metilester yang sangat tinggi. Namun katalis sodium metilat
memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan katalis basa lainnya.
Katalis basa lain yang memiliki potensi adalah potassium hidroksida (KOH). Hasil
studi pustaka menunjukkan bahwa katalis KOH dapat memberikan yield metilester
yang sama dengan penambahan 1-2% mol. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kualiltas dari metilester dan gliserin yang dihasilkan dari reaksi
transesterifikasi dengan katalis KOH.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan kondisi operasi yang
ditetapkan dalam penelitian katalis KOH memberikan hasil yang terbaik pada
penggunaan 0.6% berat dari jumlah umpan minyak nabati dengan yield 97%,
dimana untuk NaOCH3, adalah 0.4% berat dengan yield 98%. Kualitas metilester
yang dihasilkan memenuhi spesifikasi untuk parameter Free Glycerol, Mono
Glyceride, Total Glycerol, warna, % H2O, dan Hyrlroxyl value, namun tidak
memenuhi spesifikasi untuk Acid Value. Hal ini dikarenakan kemampuan KOH
yang lebih rendah dalam menetralisir free fatty acid. Sedangkan gliserin yang
dihasilkan memenuhi spesifikasi untuk parameter pH, % H2O, % Gly, warna, dan
bubble ltest, namun tidak memenuhi spesifikasi untuk parameter soap pada gliserin
35%, sulfat pada gliserin 97%, dan warna pada gliserin 35% dan 97%."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49449
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ami Moerdhini Marlim
"Industri oleokimia di Indonesia sedang berkembang dengan pesat. Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa Indonesia merupakan negara penghasil kelapa sawit terbesar kedua di dunia setelah Malaysia. Industri oleokimia terbesar di Indonesia berupa pabrik furry alcohol di Batam. Fatty alcohol dihasilkan oleh industri ini melalui rute metil ester dimana katalis yang digunakan dalam reaksi transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester adalah katalis basa NaOCH3.
Katalis ini memberikan yield metil ester sangat tinggi namun merniliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan katalis basa lainnya. Katalis basa NaOH merupakan alternatif yang baik untuk menggantikan katalis basa NaOCH3. Selain rnemiliki harga yang lebih murah, katalis ini juga dapat memberikan yield metil ester yang sama dengan penambahan 1-2% mol.
Peluang untuk menggantikan katalis basa NaOCH3 dengan katalis basa NaOH dipelajari pada studi ini untuk mendapatkan titik terbaik penggunaan katalis NaOH dan untuk mengetahui kualitas dari metil ester dan gliserin yang dihasilkan dari reaksi transesterifikasi dengan katalis NaOH.
Pada penelitian ini dilakukan reaksi transesterifikasi minyak inti kelapa sawit menggunakan katalis basa NaOH. Produk metil ester kemudian difraksionasi lebih lanjut untuk melihat kemumian metil ester yang diperoleh. Produk gliserin dimurnikan lebih lanjut sampai mencapai konsentrasi sekitar 97% untuk melihat kualitas yang dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik terbaik penggunaan katalis NaOH adalah 0.5% berat dari jumlah urnpan minyak nabati dengan yiefd metil ester 94.06% sedangkan titik terbaik penggunaan katalis NaOCH3 adalah 0.4% berat dengan yield metil ester 98%. Kualitas metil ester yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang ditetapkan oleh industri oleokimia di Batam untuk parameter Mono Glyceride, Total Glycerol, Free Giycerol, %H2O, Wama, dan Hydroxyl Value.
Namun acid value dari produk metil ester dengan katalis NaOH tidak memenuhi spesifikasi. Sedangkan produk gliserin yang dihasilkan memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan dengan kandungan soap dan sulfat yang Iebih tinggi dibandingkan dengan gliserin hasil penggunaan katalis NaOCH3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S49451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Fakri Pirdaus
"Saat ini masih terdapat beberapa kendala dalam penggunaan bio oil sebagai bahan bakar yaitu rendahnya nilai heating value tingginya tingkat keasaman korosif dan tidak stabil disebabkan tingginya kandungan senyawa oksigenat di dalam bio oil Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bio oil dengan kadar oksigenat lebih rendah dan aromatik lebih tinggi Dalam penelitian ini digunakan metode fast pyrolysis pada temperatur 550oC dengan empat variasi yaitu produksi bio oil tanpa katalis dan produksi bio oil dari 3 jenis biomassa jerami padi kayu karet dan tandan kosong kelapa sawit dengan katalis Ni ZSM 5 Penggunaan katalis terbukti berpengaruh aktif terhadap proses deoksigenasi dan aromatisasi Secara berurutan kandungan senyawa aromatik paling tinggi didapat dari proses pirolisis katalitik biomassa kayu karet 10 25 pirolisis katalitik jerami padi 7 8 pirolisis katalitik TKKS 6 22 dan pada pirolisis non katalitik tidak ditemukan senyawa aromatik Kayu karet merupakan biomassa yang paling banyak mengandung selulosa.

There are several obstacles that inhibit the use of bio oil as fuel such as low heating value high levels of acidity corrosive and unstable due to high content of oxygenated compounds in the bio oil This study aims to obtain bio oil with less oxygenated compounds and higher aromatics This study use fast pyrolysis method at 550oC with four variations ie the production of bio oil without catalyst and bio oil production from 3 types of biomass rice straw rubber wood and empty fruit bunches with Ni ZSM 5 catalyst The use of catalyst proved to affect the process of deoxygenation and aromatization Sequentially the high content of aromatic compounds derived from catalytic pyrolysis of rubberwood 10 25 catalytic pyrolysis of rice straw 7 8 catalytic pyrolysis of EFB 6 22 and aromatics were not found in non catalytic pyrolysis Rubber wood is biomass that mostly contain cellulose and hemicellulose as the largest contributor to the content of aromatic hydrocarbons.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silitonga, Johannes Ivan Dennis
"Penelitian ini membandingkan karakteristik pengabutan dan pembakaran dari campuran minyak nabati dan bahan bakar minyak pada setiap rasio pencampuran nya. Semburan nyala api pada pembakaran yang beroperasi pada tekanan 0,2 hingga 1,2 bar diamati secara optis. Bahan bakar nabati (BBN) memiliki kekentalan (viskositas) yang besar sehingga menjadi kendala dalam proses pembakaran. Karena itu untuk menurunkan viskositas nya perlu dicampur dengan bahan bakar minyak (BBM). Pembakaran yang baik memerlukan proses pengabutan yang baik. Pada penelitian ini proses pengabutan nya menggunakan nosel jet. Pengukuran kualitas pengabutan dan pembakaran dilakukan dengan metode fotografi dan perangkat lunak pemrosesan citra. Hasilnya menunjukkan bahwa rasio campuran BBN dan BBM yang terbaik adalah 40% : 60% untuk semua jenis campuran (minyak jelantah dan solar, minyak curah dan solar, minyak nyamplung dan solar serta minyak curah dan minyak tanah) dan tekanan operasi terbaik adalah 1,2 bar. Pada kondisi tersebut, campuran minyak curah dan minyak solar memiliki rerata suhu nyala yang paling tinggi (391,6oF) dan distribusi partikel aerosol terkecil yang paling tinggi (73%) meskipun masih di bawah BBM murni (100%).

The spray atomization and combustion characteristic of vegetable oil and fosil fuel are compared to those ratio of mixtures on this paper. The spray flame was contained in an optically accessible combustor which operated at 0,2 - 1,2 bar of air pressure. Vegetable Fuel (VF) contains high viscosity that has been a, constraint in the combustion process; it needs to be mixed with Fosil Fuel (FF) in order to decrease the VF viscosity. A fine atomization process is necessary to fix the combustion. Research of atomization process was tested by using nozzle jet. The atomization and combustion quality were investigate by photographic method and image processing software was used to measure the spray droplet size. As a testing result, ratio mixture of 40% : 60% of VF and FF was good ratio mixtures ( used cooking oil diesel oil, cooking oil and diesel oil, nyamplung oil and diesel fuel, cooking oil and kerosene) compared to others ratio which operated at 1,2 bar of air pressure implying flame temperature. The flame temperatur of cooking oil and diesel oil mixture reached (391,6oF) as the highest mean temperature and distribution of aerosol particle reached (73%) although produced lower than fosil fuel (100%)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yosephine Merry Devina
"Deposit ampas tebu di Indonesia yang mencapai 8,5 juta ton per tahun menjadikan biomassa ini potensial untuk dikembangkan sebagai sumber energi alternatif. Perbaikan sifat ampas tebu sebagai bahan bakar padat dilakukan dengan torefaksi, yaitu proses pretreatment termokimia terhadap biomassa yang dilakukan pada suhu 200?300oC, tekanan atmosfer, dan lingkungan yang inert. Ampas tebu ditorefaksi sampai suhu 275oC dengan variasi laju pemanasan sebesar 3, 6, dan 10oC/menit dan variasi waktu penahanan suhu selama 0 dan 15 menit. Analisis yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik ampas tebu adalah kandungan lignoselulosa, distribusi ukuran partikel, sifat hidrofobik, dan kekerasan pellet. Kenaikan laju pemanasan dan waktu penahanan suhu mengurangi kandungan hemiselulosa ampas tebu sampai di bawah 6% dan menaikkan kandungan ligninnya sampai di atas 83%. Seiring peningkatan kandungan lignin, kekerasan pellet ampas tebu juga meningkat, yaitu sampai 29,22 pada skala durometer Shore D. Seiring penurunan kandungan hemiselulosa, ampas tebu bersifat lebih mudah dihancurkan dan hidrofobik. Distribusi partikel yang berukuran lebih kecil dari 105 μm pada ampas tebu yang ditorefaksi adalah sebanyak 67%, sedangkan pada ampas tebu yang tidak ditorefaksi hanya 0,62%. Penyerapan air oleh ampas tebu yang ditorefaksi hanya sebanyak 1,3%, sedangkan pada ampas tebu yang tidak ditorefaksi sampai 8,02%. Hasil ini menunjukkan bahwa torefaksi dapat memperbaiki karakteristik fisik ampas tebu.

Sugarcane bagasse waste in Indonesia reaching 8.5 million tons per year is potential to be developed as an alternative energy source. Torrefaction, which is used to improve the properties of sugarcane bagasse as a solid fuel, is a thermochemical pretreatment of biomass carried out at a temperature of 200?300oC, atmospheric pressure, and inert environment. Sugarcane bagasse is torrefied at 275oC with the heating rate variation of 3, 6, and 10oC/minute and hold time variation of 0 and 15 minutes. Characterizations conducted to determine the physical characteristics of sugarcane bagasse are lignocellulosic content, particle size distribution, hydrophobicity, and pellet hardness. The increasing heating rate and hold time will reduce the hemicellulose content of sugarcane baggase to lower than wt-6% and increase the lignin content to higher than wt-83%. As the lignin content increases, the sugarcane bagasse pellet will have better hardness, i.e. 29.22 on a durometer Shore D scale. As the hemicellulose content increases, sugarcane bagasse will have better particle size distribution and stronger hydrophobic tendency. The particle size distribution of torrefied sugarcane bagasse which is smaller than 105 μm is wt-67% while only wt-0.62% in untorrefied sugarcane bagasse. The water absorbtion of torrefied sugarcane bagasse is wt-1.3% while wt-8.02% in untorrefied sugarcane bagasse. The results indicate that torrefaction is able to improve sugarcane bagasse
physical characteristics.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54862
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Andry Prasthio
"Penelitian ini menghasilkan katalis komposit Zeolit Alam Lampung (ZAL) terintegrasi dengan TiO2 yang dapat mengeliminasi polutan gas NO2 secara simultan sehingga dapat diaplikasikan sebagai masker kesehatan. Katalis komposit dibuat dengan mechanical mixturing dan didapatkan komposisi TiO2 10%-ZAL 90% sebagai yang terbaik dalam mengeliminasi polutan gas NO2. Katalis komposit ini akan mendegradasi gas NO2 menjadi HNO3 yang bersifat non-toksik lewat proses adsorpsi dan fotokatalisis. Katalis komposit ini dapat mendegradasi gas NO2 dalam paparan konsentrasi awal 0,15-0,3 ppm dalam waktu 1,1-1,82 jam."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42939
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Praswasti Pembangun Dyah Kencana Wulan
Depok: Universitas Indonesia, 2005
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyudi Budi Sediawan
Yogyakarta: ANDI, 1997
660.2 WAH p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Himmelblau, David M.
Jakarta: Prenhallindo , 1996
660 HIM b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>