Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153224 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Jumlah limbah yang terus meningkat belum diimbangi dengan kemajuan
teknologi dalam pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu diantaranya dari sisa-sisa
pertanian, padahal limbah tersebut pada umumnya kaya akan senyawa pentosan
antara lain tongkol jagung, serabut kelapa, sisa serutan kayu, kulit kacang, ampas
tebu, kulit padi, dan kulit kapas. Tentunya hal ini menjadi problem yang harus
diselesaikan. Sehingga diperlukan upaya-upaya khusus untuk mengolah limbah
pertanian untuk diolah menjadi produk yang lebih bermanfaat sehingga menjadi
bernilai ekonomis, khususnya oleh para entrepreneur berbasis IPTEK. Salah satu
alternatif adalah pemanfaatan Iimbah pertanian menjadi furfural.
Furfural dapat diperoleh dari sisa-sisa pertanian yang banyak mengandung
senyawa pentosan seperti tongkol jagung, tandan kosong sawit, serabut kelapa, sisa
serutan kayu, kulit gandum, kulit kacang, ampas tebu, kulit padi, kulit kapas,
dan kulit ubi kayu. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan furfural yang dibuat
dari tongkol jagung sebagai bahan baku furfural dengan melakukan pengkajian
pada peubah-peubah yang mempengaruhinya, yaitu : suhu pemasakan dan
konsentrasi asam sulfat sebagai katalisator
Tongkol jagung yang telah dihaluskan kemudian dimasukan ke dalam labu
leher tiga dan ditambahkan larutan asam sulfat dengan konsentrasi tertentu.
Kemudian labu leher tiga dipanaskan dalam jaket pemanas. Setiap selang waktu
tertentu diambil cuplikan untuk dilakukan analisa kuantitatif furfural yang
dihasilkan.
Berdasarkan data penelitian yang diperoleh maka diperoleh titik maksimal
perolehan furfural yaitu : pada suhu 105 °C diperoleh 7 % pada rnenit ke-80, pada
suhu 101°C diperoleh 5 % pada menit ke-60 dan pada suhu 97°C diperoleh 4 %
pada menit ke-140. Hubungan antara yield furfural dan waktu reaksi berbentuk
parabola terbuka ke bawah."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S49358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Khafidh Persada
"Pembuatan biobutanol merupakan salah satu langkah pengembangan bahan bakar alternatif pengganti bahan bakar minyak. Biobutanol dihasilkan dari fermentasi sederhana secara anaerobik oleh bakteri Clostridia dengan kemampuan konversi berbagai macam gula seperti glukosa, fruktosa, manosa, sukrosa, laktosa, pati, dan dextrin menjadi aseton, butanol, dan etanol. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah tongkol jagung dengan Clostridium beijerinckii NBRC 103909 sebagai kultur bakteri.
Penelitian dilakukan dengan dua metode, yaitu menggunakan H2SO4 1% dan kombinasi enzim (selulase, selobiase, xylanase). Hasil hidrolisis difermentasi secara anaerob selama 72 jam pada suhu 370C.
Hasil fermentasi dianalisis menggunakan spektofotometri dan kromatografi gas yang dilengkapi dengan flame ionization detector. Hasil perlakuan terbaik adalah menggunakan kombinasi enzim dengan kadar gula reduksi yang dihasilkan sebesar 4,09 % dan konversi butanol yang dihasilkan sebesar 1,4 x 10-3 ml/100 gr tongkol jagung.

The manufacture of biobutanol is one step development of alternative fuels derived from fossil fuels. Biobutanol is produced from simple anaerobic fermentation by Clostridia bacteria with the ability to convert various sugars such as glucose, fructose, mannose, sucrose, lactose, starch, and dextrin into acetone, butanol, and ethanol. Raw materials used in this study are corn cob with Clostridium beijerinckii NBRC 103909 as a bacterial culture.
The study was conducted by two methods, namely using 1% H2SO4 and combinations of enzymes (cellulase, selobiase, xylanase).
Hydrolysis results fermented anaerobically for 72 hours at a temperature of 370C. Spectophotometric fermented and analyzed using gas chromatography equipped with a flame ionization detector. Treatment outcome is best to use a combination of enzymes with reduced sugar levels produced by 4.09% and the conversion of butanol produced by 1.4 x 10-3 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46651
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1992
S28082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidauruk, Juan Octavian Daniel
"Pirolisis berfungsi untuk mengubah sumber karbon polipropilena PP dalam bentuk padatan agar dapat menjadi bahan baku sintesis berupa gas. Variasi suhu dan waktu pirolisis dilakukan agar memperoleh hubungan antara keduanya dengan jumlah gas pirolizat yang terbentuk, yield CNT, dan kualitas CNT. Pirolisis dimulai dengan memanaskan PP pada rentang suhu 525-600°C untuk menghasilkan gas-gas pirolisis yang akan diuji kandungannya menggunakan GC-FID. Metode yang digunakan untuk memproduksi CNT dari plastik PP adalah metode flame synthesis dengan substrat berjenis stainless steel 316 wired mesh. Pada proses sintesis, SS 316 dipreparasi dengan oxidative heat treatment pada suhu 800°C selama 10 menit.
Gas hasil pirolisis kemudian dibakar pada suhu 800°C dengan dialiri gas oksigen selama 60 menit agar bereaksi menjadi CO yang kemudian menghasilkan deposisi CNT pada permukaan substrat katalitik. Uji karakterisasi dari sampel CNT yang dihasilkan menggunakan instrumen XRD, TEM dan SEM. Yield tertinggi dihasilkan pada sampel dengan suhu pirolisis 525°C dan waktu pirolisis 45 menit. Sementara itu, dari segi morfologi, struktur, diameter kristal, diameter partikel, fenomena pertumbuhan CNT yang terbaik diperoleh pada suhu pirolisis 525°C dan waktu pirolisis 30 menit yang mulai membentuk MWCNT dengan diameter rata-rata kristal sebesar 23,81 nm dan diameter partikel sebesar 28,52 nm.

Pyrolysis is used to convert the carbon source of polypropylene PP in solid form to be synthetic feedstocks in gaseous hydrocarbon form. Variations of the pyrolysis temperature and time are carried out to obtain the correlation between those variables and amount of pyrolysis gases, the yield, and quality of produced CNT. PP is pyrolized at temperature range of 525-600°C to produce pyrolizate gases which will be characterized with GC FID. Flame synthesis is used to convert PP plastic waste into CNT alongside with the use of wired mesh stainless steel type SS 316 as the substrate.
The substrate is pre treated by oxidative heat treatment at 800°C for 10 minutes. Pyrolizate gases are mixed with oxygen flowed from a venturi to enable combustion reaction. The pretreated substrates are placed inside the synthesis reactor. The combustion gas is flowed to the synthesis reactor to produce CNT at 800°C. Produced CNT is characterized using XRD, TEM, and SEM. The highest yield is obtained at the pyrolysis temperature of 525°C for 45 minutes. The optimal quality is obtained at the pyrolysis temperature of 525°C for 30 minutes that has 23.81 nm of average crystalline size and 28.52 nm of particle size of CNT.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67015
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muzadi Didik Optalnindi
"Telah dilakukan penelitian pengaruh waktu milling dan suhu rendah terhadap proses magnetisasi bahan LaMnO3. Lanthanum manganat adalah salah satu jenis senyawa oksida yang berasal dari tanah jarang dengan unsur transisi 3d merupakan senyawa penting yang masih diteliti beberapa dekade belakangan ini karena kegunaanya pada dunia industri bahan elektronik dan magnetik. Proses milling telah dilakukan pada bahan LaMnO3 berbentuk serbuk dengan lama waktu milling 3 jam dan 12 jam dan dipanaskan pada suhu pemanasan 800oC dan 1000oC dengan lama pemanasan 9 jam, identifikasi fasa bahan dengan menggunakan difraktometer sinar-x (XRD) diikuti dengan Scanning Electron Microscopy (SEM) untuk melihat ukuran butirannya, fasa baru LaMnO3 hasil paduan La2O3 dan MnO2 terbentuk setelah dilakukan proses milling selama 12 jam dengan suhu pemanasan 1000oC lama pemanasan 9 jam. Sifat kemagnetan bahan didapatkan dengan pengukuran VSM (Vibrating Semple Magnetometer) pada suhu pengukuran bervariasi mulai dari 1.8K; 60K; 195K; 220K; 270K dan 300K.
Dari hasil proses magnetisasi terjadi perubahan fasa magnetik dari paramagnetik ke feromagnetik pada suhu pengukuran T∼240K pada suhu pemanasan 800oC dan T∼220K pada suhu pemanasan 1000°C, terjadi lonjakan yang sangat besar kira-kira 9 kalinya pada harga besaran M/H antara bahan dengan suhu pemanasan 800°C dengan bahan suhu pemanasan 1000°C. Sifat kemagnetan bahan terutama nilai koersivitas Hc , magnetisasi remanen Mr dan magnetisasi saturasi Ms muncul pada suhu pengukuran 1.8K dengan Hc=0.045 Tesla, Ms = 49.7 emu/gram dan Mr = 12.5 emu/gram utnuk bahan pada suhu pemanasan 800°C, sedangkan pada bahan suhu pemanasan 1000°C hanya muncul nilai Ms-nya sebesar 287.5 emu/gram, nilai Hc dan Mr tidak muncul karena lop yang terbentuk non histerisis. Pada bahan dengan suhu pengukuran 300K bahan dengan lama waktu milling 12 jam memiliki nilai magnetisasi M tertinggi 3.1 emu/gram dibandingkan dengan lama waktu milling 3 jam yaitu 2.18 emu/gram pada nilai H yang sama 1 tesla. Semakin besar magnetisasinya menunjukan bahwa bahan mudah dimagnetisasi. Sifat kemagnetan bahan terlihat pada suhu pengukuran rendah 1.8K menunjukan sifat magnet feromagnetik, sedangkan pada suhu pengukuran tinggi menunjukan sifat magnet paramagnetik.

Research about milling time influence and low temperatur towards the LaMnO3 proces magnetization has been made. Lanthanum Manganate is one kind of oksidation compound which comes from rare earth with 3d transition patern which is very important compound which is still being observed in the last decade because of its utilities in the electronic and magnetic industrial word. The milling process had been done to LaMnO3 material in a form powder in 3 hours milling time and 12 hours and is sintered 800°C and 1000°C in the length of 9 hours sintering, material fase identification by using X-Ray Difraktometer (XRD) followed by Scanning Electron Microscopy (SEM) to see its particle size the LaMnO3 of new fase the mixture La3O3 and MnO2 will be form after the milling process for 12 hours with sintering 1000°C in 9 hours. The characteristic of magnetic material is got by measuring the Vibrating Sample Magnetometer (VSM) in the level of measuring varied from 1.8K, 60K, 195K, 220K, 270K and 300K.
From the result of the magnetism process there is a magnetic fase changing from parramagnetic to ferromagnetic in T ∼ 240K measurment temperature in 800°C sintering temperature and T ∼ 220K in 1000°C sintering temperature, big pompup happened 9 time bigger on M/H value between material with 800°C sintering and with the material of 1000°C sintering. The characteristic of the magnetic material mainly koercivitas Hc, remanen magnetization Mr, and Ms saturation magnetization appears in the measurment temperature of 1.8K with Hc = 0.045 Tesla, Ms = 49.7 emu/gram and Mr = 12.5 emu/gram for material in the 800°C sintering, whereas for the material of 1000°C sintering only comes up Ms value around287.5 emu/gram, value Hc and Mr do not come up because the loop formed is not histerisis. In the material with 800oC measurment temperature with 12 hours milling time will have the highest M magnetism value 3.1 emu/gram compared with 3 hours the magnetic material can be seen on 1.8K low measurment temperature with shows the characteristic ferromagnetic magnetic whereas in haigh measurment temperature sourch characteristic paramagnetic magnet.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Rachman
"Tongkol jagung yang merupakan limbah pertanian digunakan untuk pembuatan karbon aktif. Karbon ini diaktivasi dengan Zinc Chloride untuk mendapat karbon dengan luas permukaan yang besar. Karbon Aktif dikarakterisasi dengan Iodium dan Metilen Biru untuk mengetahui daya adsorpsinya dan diaplikasikan dalam pemisahan etanol dan air. Karakterisasi optimum pada ukuran 300 ?m. Karakterisasi dengan iodium dan metilen biru didapat daya adsorpsi karbon 772,2 mg/g dan 110,3 mg/g. Dengan FTIR gugus hidroksil dan karbonil dominan muncul. Aplikasi pemisahan etanol dan air didapatkan kemurnian etanol sebesar 97,9 % untuk perbandingan padat cair 1:4 waktu kontak 24 jam. Variasi waktu kontak didapat 120 menit kondisi teroptimum dengan kemurnian etanol sebesar 97,2 %.
Corn cob agricultural waste, which is used for making activated carbon. Carbon is activated with Zinc Chloride for carbon with a large surface. Active carbon characterized with Iodium and Methylene Blue to know the adsorption capability and applied in the separation of ethanol and water. Characterization on the optimum size of 300?m gained adsorption capability of iodium and methylene blue 772.2 mg / g and 110.3 mg / g. With FTIR cluster hydroxyl and carbonyl appear dominant. Applications ethanol and water separation obtained purity of 97.9% ethanol for comparison of 1:4 liquid solid contact time within 24 hours. Variations in the contact time obtained 120 minutes as the most optimum condition with ethanol purity of 97.2%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51934
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Liberty Prabowo
"Karbon aktif dibuat dari tongkol jagung melalui karbonisasi dilanjutkan aktivasi menggunakan KOH. Karbon aktif tongkol jagung dikarakterisasi menggunakan metode BET, FTIR, adsorpsi metilen biru dan iodium untuk mengetahui luas permukaan, gugus fungsi serta penyerapan molekul besar dan kecil.
Karbon aktif tongkol jagung diaplikasikan untuk adsorpsi Cu, Pb dan amonia. Adsorpsi paling optimum saat aplikasi dimiliki : karbon aktif tongkol jagung berukuran 0,06 mm dengan persentase penyisihan 52,99 % pada adsorpsi Cu; karbon aktif tongkol jagung berukuran 0,06 mm dengan persentase penyisihan 49,04 % saat adsorpsi Pb; dan karbon aktif tongkol jagung berukuran 0,5 mm dengan kapasitas adsorpsi 2,08 gr/gr saat adsorpsi uap amonia.

Activated carbon made from corn cob through carbonization followed by activation using KOH. Corn cob activated carbon through characterization using BET, FTIR, methilen blue and iodium adsorption method in order to obtain surface area, functional group, and adsorption of big and small molecul.
Corn cob activated carbon used for applied for Cu, Pb and ammonia adsorption. Optimum adsorption when application was obtained by using : corn cob activated carbon which have a measurement of 0,06 mm with elimination percentage 52,99 % at Cu adsorption; corn cob activated carbon which have a measurement of 0,06 mm with elimination percentage 49,04 % at Pb adsorption; dan corn cob activated carbon which have a measurement of 0,5 mm with adsorption capacity 2,08 gr/gr at ammonia adsorption.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52236
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Andre
"Antioksidan sangat dibutuhkan terutama dalam industri makanan sebagai pengawet bahan pangan. Antioksidan yang banyak digunakan selama ini adalah antioksidan sintetik. Namun, antioksidan sintetik ini tidak aman untuk kesehatan karena mempunyai efek patologis bagi manusia sehingga diperlukan antioksidan alternatif berupa antioksidan alami yang diperoleh dari tumbuhan seperti sempur air (Dillenia indica) yang banyak tumbuh di Indonesia. Untuk mendapatkan senyawa antioksidan ini, dilakukan ekstraksi daun Dillenia indica dengan menggunakan metode ekstraksi tekanan tinggi. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan ekstraktor tekanan tinggi dan dikaji pengaruh waktu dan suhu ekstraksi terhadap berat ekstrak, aktivitas antioksidan dan jumlah kandungan senyawa fenol dari ekstrak yang dihasilkan. Selain itu, dikaji juga penggunaan sistem sirkulasi pelarut dan pengaruh penggunaan metode ekstraksi tekanan tinggi dibandingkan dengan metode soxhlet dan sonikasi terhadap jumlah kandungan fenol dari ekstrak. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode carotene bleaching. Uji jumlah kandungan fenol menggunakan asam galat sebagai standar. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa berat ekstrak yang dihasilkan akan semakin besar dengan meningkatnya waktu dan suhu ekstraksi. Aktivitas antioksidan terbesar dicapai pada kondisi operasi waktu ekstraksi 50 menit dan suhu ekstraksi 30 0C. Sistem sirkulasi menghasilkan berat ekstrak dan aktivitas antioksidan yang lebih besar dibandingkan non-sirkulasi. Penggunaan metode ekstraksi tekanan tinggi menghasilkan kandungan fenolik yang lebih besar dibandingkan metode soxhlet dan sonikasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S49819
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>