Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82135 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Pada penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap aktivitas katalis Redmud terhadap -pencairan-batubara dan..dibandingkan.dengan katalis .standar yaitu fy-
FeOOI-I dan katalis dasar besi ldinnya seperti Pyrire, Laierile, Limonit YY, dan Limonit SH. Aktivitas katalis ini dapat dilihat dari komposisi yield produk pencairan batubara melalui distilasi valcum, terutama iinaksi minyak (disrillare) yang dihasi|ka,n_
Pengujian alctivitas ini dilakukan dalam reaktor auloclave 1 liter tipe Barch dan berpengaduk dimana batubara, katalis, hecny solvenr dan sulfixr dicampur dan diinjeksi denan gas H2 dengan tekanan awal 12 MPa, lqemudian direaksikan dengan pemanasan sampai 4S0°C selama 60 menit. Sebelumnya dilakukan preparasi katalis dalam tower mill. Dalam preparasinya lcatalis dilarulkan dengan heavy soivenl (BSU) dan digerus dengan zirconia ball umuk memperkecil ukuran katalis sampai kurang dari 0,8 pm (dalam bentuk slurry) yang bertujuan meningkatkan dispersi katalis dan mencegah oksidasi Lfmtaiis oleh udara_ Setelah reaksi pencairan, produk gas langsung diambil dan dianalisis dengan GC (Gas Chromatography).
Sedangkan produk cajr dianalisis dengan distilasi vakum 210 mmHg) untuk mengetahui fraksi-fraksi produk cair berdasarkan perbedaan titik didih.
Dengan katalis Redmud, batubara terkonversi menjadi produk cair dan gas, yaitu distillate (45,64% beral mafc), H20 (10,48%), gas hid rokarbon C1-C; (9,09%), C0+CO; (9,37%)_ Fraksi produk yang diinginkan adalah Eaksi distilat (C5-42O°C)
yang nantinya digunakan untuk mendapatkan produk minyak. Fraksi minyak yang didapatkan dengan katalis Redmud Iebih sedikit daripada menggunakan katalis 1-
Fe00H (51,91%), Limonit SH (55,6l%), dan Limonit YY (48,l6%). Hal ini disebabkan kmlis y-Fe00H dan Limonit memiliki strukrur Feo(0H) yang bersifat Iebih realctif daripada stmktur Redmud (Fe;G3) yajtu pada temperatur yang Iebih renclah katalis y-FeOOH dan Limonit Iebih cepat bertransfommasi menjadi fasa aktif pyrrhoifie (Pe|_,,S). Namun katalis Redmud memiliki keunggulan yaitu pulverisasinya yang mudah dan murah karena partikel Redmud lebih halus."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Masdipa M. F. Sinuhaji
"ABSTRAK
Bijih besi di Indonesia lebih didominasi bijih besi kadar rendah. Jenis ini umumnya, bukan merupakan bahan baku utama dalam pembuatan besi dan baja namun karena keterbatasan dan semakin berkurangnya bijih besi primer, sehingga laterit diupayakan sebagai bahan baku terutama dalam pembuatan besi atau baja dalam industri. Dalam pemrosesannya dilakukan metode reduksi langsung yaitu reduksi yang menghindari fasa cair dan menggunakan batubara sebagai reduktornya atau juga dikenal sponge iron. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik termal pada bijih besi komposit mengandung kristal air tinggi dan batubara serta bijih goetit sintetik sebagai sampel pembanding menggunakan metode termogravimetri dilakukan pemanasan dari temperatur 25-1200oC dengan laju pemanasan 10oC/menit dan dalam atmosfer nitrogen. Hasil yang didapatkan bahwa komposit A dengan kadar batubara 24 dan komposit B dengan kadar batubara 16 menunjukkan pembentukan wustite dan besi padat pada temperatur 973; 1050oC dan 990; 1060oC. Hal ini diakibatkan karena jumlah batubara pada komposit A lebih banyak sehingga penyedia karbon untuk membentuk CO juga lebih banyak dibandingkan komposit B. Secara keseluruhan reaksi yang terjadi yaitu dehidrasi, dehidroksilasi, pembentukan Fe2O3 hematit, Fe3O4 magnetit, wustite FeO, dan Fe Metal.

ABSTRACT
Iron ore with high combined water such as geothite is widely spred in Indonesian. However this is not common to be used as feed material in iron making process. Limitation in indonesian of primary iron ore resources such material, the iron making industries have to seek another iron ore source as the low grade iron ore of geothitic ore. In processing iron ore reduction as direct reduction method that avoiding the liquid phase and use of coal as reductor and also known as sponge iron. This research was carry out to investigate characteristics thermal of iron ore coal composite high combined water and syntetic geothite ore as comparison sample with different coal grade using thermogravimetri method with experimental conditions were as follow heating from 25 1200oC heating rate 10oC minute nitrogen inert atmosfer furnace. The composition divided into two parts with the different composition of the composite which composite A and composite B are 24 and 16 contain coal. The result obtained that formation wustite and iron metal on composite A and composite B occurs at temperature 973 1050oC and 990 1060oC. This is due to the coal content of composite B is lower than composite A so that composite B needs higher temperatur to produces CO as reductor. In general the reactions that occur are dehydration, dehydroxylation, the formation of Fe2O3 hematite, Fe3O4 magnetite wustite FeO and Fe Metal. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farras Anggraini
"ABSTRACT
Fenomena perubahan volume dalam hal ini penyusutan volume diamati pada pellet komposit bijih besi laterit yang mengandung kristal air tinggi atau Goethite asal Sebuku-Kalimantan Selatan. Variabel bebas yang digunakan terdiri diri temperatur 1000, 1100, dan 1200oC , komposisi pencampuran A 24 batubara dan B 16 batubara , dan waktu reduksi 30 dan 60 menit . Sampel pembanding yaitu goethite sintetik. Proses reduksi berlangsung secara karbotermik dilakukan di dalam tube furnace dalam kondisi inert gas N2 . Produk akhir diperoleh sponge iron yang seluruhnya sudah terbentuk Fe Iron . Penyusutan volume yang signifikan diperoleh saat temperatur 1100oC dikarenakan pada temperatur tersebut mulai terbentuknya pembentukan kristal Fe dan reduksi berlangsung lebih sempurna. Urutan penyusutan volume yaitu Goethite sintetik > bijih B > bijih A. Pada bijih A semakin lama waktu reduksi penyusutan volume semakin besar namun terjadi kebalikannya pada bijih B temperatur 1000oC. Hasil uji BET menunjukkan kenaikan temperatur menyebabkan porositas semakin banyak, terdapat kecenderungan semakin rendah porositas maka penyusutan volume semakin besar. Hasil uji SEM-EDS morfologi pori menunjukkan kenaikan temperatur kecenderungan ukuran pori semakin kecil dengan distribusi yang kurang merata.

ABSTRACT
The phenomenon of volume change in this case decreased in lateritic iron ore composite pellet containing high crystalline water or Goethite from Sebuku Kalimantan Selatan was observed. The independent variable consists of temperature 1000, 1100, and 1200oC , mixing composition A 24 coal and B 16 coal , and reduction time 30 and 60 minutes . The comparison sample used in this research is Goethite synthetic. The reduction process is carried out in carbothermic reaction using tube furnace with inert condition N2 atmosphere . The product of sponge iron has formed Fe Iron . The decreased volume is increasing significantly when temperature 1100oC due to significant increase in formation of crystal Fe and through reduction. The sequence of decreased volume is Goethite synthetic iron ore B iron ore A. In iron ore A, the longer reduction time the bigger decreased volume but this is opposite from iron ore B in 1000oC. The result of BET test shows that increasing temperature made the porosity increase, there is a tendency that less porosity made increasing volume decreased. The result of SEM EDS test morphology pore shows that increasing temperature tend to make the pore size smaller with less smooth distribution."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Suryana
"Gas CO2 yang berasal dari gas alam akan menjadi masalah besar jika dibiarkan terbuang ke atmosfir dimana akan menimbulkan pemanasan global akibat aclanya efek rumah kaca. Untuk mengatasi hal tersebut perlu adanya suatu metode untuk mengeliminasinya, Salah satu metode adalah mengkonversi CO2 menjadi senyawa Metanol melalui proses hidrogenasi katalitik. Katalis yang digunakan adalah CuO/Z.nO/A1203 dengan aditif Cr;O3. Aditif Cr203 dipilih karena mampu memperbaiki aktilitas katalis, meningkatkan dispersi partikel Cu Serta meningkatkan stabilitas tennal katalis.
Tahap pertama penelitian ini adalah mempreparasi katalis CuO/ZnOlAl§O; dengan menambahkan aditif Cr2O3 sebesar 3 clan 6% (w/w) menggunakan metode kopresipitasi, Kemudian dilakukan uji aktititas pada reaksi hidrogenasi CO2 dalam reaktor unggun tetap dengan kondisi operasi; tekanan konstan 10 bar, variasi temperatur 200, 240 dan 275 °C, rasio WIF = 0,01 gram katalismenit/cc dan rasio umpan CO1 1 H2 = 1 : 3. Untuk mengetahui pengaruh sifat Esik katalis terhadap keaktifan katalis maka dilakukan karakterisasi luas permul-caan katalis dan disperse partikel Cu.
Hasil karakterisasi sifat tisik katalis menunjukan bahwa luas pemwkaan katalis dan dispersi partikel Cu meningkat sebanding dengan penambahan aditif. Dari reaksi hidrogenasi CO2 menjadi Metanol diketahui bahwa aditif Cr2O; mampu meningkatkan aktifitas katalis multikomponen CuO/Zn()/A1103 dengan meningkatkan konversi CO2 dan yield Metanol yang sebanding dengan jumlah aditif yang ditambahkan. Katalis CuO/ZnO/A1103 dengan aditif Cr2O3 aktif pada tekanan cukup rendah (10 bar)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49020
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhesti Herawati
"Pemanasan global yang disebabkan tingginya kadar CO2 di atmosfir telah menjadi masalah serius sekarang ini. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk menurunkan emisi gas CO2 tersebut dengan memanfaatkannya menjadi bahan yang lebih berguna. Salah satu alternatif pemanfaatan CO2 ialah sintesis metanol dengan proses hidrogenasi CO2.
Pada saat ini, sintesis metanol dengan hidrogenasi CO2 dilakukan pada kondisi operasi tekanan dan temperatur tinggi dan katalis yang banyak digunakan adalah katalis CuO/ZnO/Al2O3. Hal ini menyebabkan tingginya biaya modal dan operasional. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan pada kondisi operasi tekanan dan temperatur rendah. Untuk memperbaiki kinerja katalis pada kondisi reaksi tersebut, Mn dan Zr dipakai sebagai aditii Mn dan Zr telah dilaporkan aktif untuk sintesis metanol dari C02.
Penelitian ini diawali dengan pembuatan katalis CuO/ZnO/Al2O3 dengan berbagai variasi funding aditif ZrO2 dan Mn0 menggunakan metode kopresipitasi. Katalis yang dihasilkan ini kemudian diuji aktivitasnya terhadap reaksi CO2 dan H2 dalam reaktor unggun tetap pada kondisi operasi: tekanan 10 bar dan temperatur 200, 250 dan 275°C; rasio umpan C0211-I2 = 1:3 dan rasio W/F = 0,01 gr.kat.min/ml.
Untuk mengetahui pengaruh sifat fisik kalalis terhadap keaktifan katalis maka katalis ini dikarakterisasi terhadap luas permukaan dengan metode BET. Sedangkan untuk mengetahui ikatan antar molekul yang terdapat pada katalis ini digunakan metode FTLR. Dispersi dan volume pori katalis dikarakterisasi dengan menggunakan metode adsorpsi isotermal dan metode SEM untuk analisis morfologi permukaan.
Hasil karakterisasi sifat fisik katalis menunjukkan bahwa penambahan aditif ZrO2 dan MnO akan menaikkan luas peimukaan tetapi menurunkan dispersi katalis CuO/ZnO/Al2O3. Hasil uji aktivitas katalis menunjukkan bahwa dalam sintesis metanol dari umpan utama CO2 dan H2 dengan kondisi optimal dari penelitian ini yaitu katalis dengan jumlah aditif ZrO2 dan MnO sebanyak 3% dan suhu operasi 275°C. Konversi CO2 yang didapat ialah 19,78% dengan selektifitas metanol 99,98%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49133
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Suhaeri Rahman
"Dalam bidang industri, katalis memegang peranan penting khususnya untuk meningkalkan kinerja proscs reaksi kimia. Bcrbagai upaya dilakukan unluk meningkalkan aktivitas dan juga siabilitas kalalis. Salah satunya adalah unluk rcaksi hidrogcnasi CO2 mcnjadi mctanol yang memiliki arli pentlng dalam kcbuluhan industri saat ini. Dibutuhkan katalis yang aktif agar pmses reaksi kimia antara C01 yang cenderung stabil dan hidrogen berlangsung lebih cepat.
Dari sekian banyak aplikasi ultrasonik pada proses rekayasa kimia, aplikasi ultrasonik yang sedang banyak dikembangkan adalah untuk meningkatkan kinezja katalis, sehingga katalis yang diberi perlakuan utrasonik dapat memiliki aktivitas yang baik. Pada penelitian ini dilakukan iradiasi ultrasonik pada preparasi katalis CuO/ZnO/AIQO3.
Penelitian diawali dengan pembuatan katalis Cu()/ZnO/A1203 dengan metode kopresipitasi yang diberi iradiasi ultrasonik dengan frekuensi 40 kHz. Katalis yang dihasilkan ini kemudian diuji aktifitasnya terhadap reaksi CO2 dan H; dalam reaktor unggun telap pada kondisi operasi 3 P = 30 bar dan suhu 250 °C dan 275 °C, rasio umpan CO2 : H2 = l:3 dan rasio W/F = 0,01 gr.kat.min./ml.
Untuk mcngclahui pengaruh sifat fisik katalis lerhadap kcaklifan kalalis, maka dilakukan karaktcrisai kalalis mcnggunakan metode BET untuk mengetahui luas pcrmukaan dan volume pori, scdangkan bcnluk mortblogi katalis dilihat dcngan mctode SEM.
Hasil karakterisasi menunjukan bahwa luas perrnukaan CuO/ZnO/A1203 bertambah akibat iradiasi ultrasonik. Bentuk morfologi katlis yang diradiasi ultrasonik menunjuldcan terjadinya penyeragaman partikel dan juga penghaluszm ukuran partikel. Namun, iradiasi ultrasonik juga dapat menyebabkan tenjadinya aglomerasi. Kesemua hal itu teljadi akibat adanya tumbukan interpartikel. Hasil uji aktifitas nmemmjukkan katalis dengan lama iradiasi 60 menit (1 jam), kondisi reaksi tekanan 30 bar dan suhu 275 ?C memiliki hasil yang paling baik. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49137
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gagah Gabon Bonggo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49156
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Hermawan
"ABSTRAK
Reformasi metana dengan CO2 adalah salah satu alternatif bagi pemanfaatan gas alam Indonesia (yang kaya akan CO2) sekaligus berperan dalam mengatasi keprihatinan dunia akan kerusakan lingkungan.
Dalam penelitian ini dievaluasi kinerja ZSM5, SiO2, Al2O3 ,dan Modernite (zeolit alam Cikalong) sebagai penyangga bagi Ni, yang dipreparasi dengan cara pertukaran ion (ion exchange) . Penelitian ini dilakukan pada reaktor unggun tetap (fixed bed), suhu 800 ºC dan rasio CH4 : CO2 = 1:1, serta gas carrier Ar, bertujuan untuk mendapatkan katalis dengan stabilitas dan aktifitas yang tinggi.
Hasil Karakterisasi katalis memperlihatkan bahwa luas permukaan dari keempat katalis berjenjang mengikuti urutan Ni/ZSM5 > Ni/Mor > Ni/SiO2 >Ni/Al2O3. Luas permukaan katalis setelah reaksi umumnya lebih rendah dari sebelum reaksi. Sementara keasaman katalis berjenjang dengan urutan yang hampir sama yakni Ni/ZSM5 > Ni/SiO2 > Ni/Mor > Ni/Al2O3 . Hasil ini berlawanan dengan kemampuan adsorpsi terhadap CO2 yakni Ni/Al2O3 > Ni/ZSM5 ≈ Ni/Mor > Ni/SiO2. Adapun pengujian dispersi Ni umumnya menampilkan hasil yang relatif kecil (sekitar 1%).
Dari pengujian kinerja katalis, didapatkan bahwa Ni/ZSM5 adalah paling stabil. (stabil hingga 14 jam) dengan aktifitas yang juga tinggi (konversi umpan sekitar 97% dengan selektifitas CO dan H2 sekitar 90%). Berikutnya adalah Ni/SiO2 yang juga stabil hingga 14 jam namun konversi umpan lebih kecil (sekitar 87%). Adapun Ni/Al2O3 terdeaktifasi setelah 8 Ni/Mor hanya bertahan selama 2 jam."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Nurhaida
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2001
S29732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Terry Prasetyaningsih
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penarnbahan SrO pada Sm2O3 sebagai katalis reaksi Kopling Oksidatif metana inenjadi etana dan etilena. Sebagai senyawa asal SrO digunakan garam-garam stronsium nitrat, karbonat dan klorida dengan variasi %berat SrO 1, 3, 5, 7, dan 10%. Katalis dibuat dengan metode impregnasi basah. Pengujian katalis dilakukan dalam reaktor unggun tetap dengan kondisi operasi sebagai berikut: rentang suhu 600 - 800 °C, tekanan 1 atmosfer, rasio CH4/O2 = 1,134 - 3, berat katalis, 0,0119 g, dan laju alir umpan total 120 - 200 ml/menit.
Hasil terbaik percobaan menggunakan berbagai garam stronsium sebagai senyawa asal SrO diberikan oleh katalis yang berasal dari garam stronsium nitrat. Penambahan 1-7% berat SrO pada Sm203 tidak banyak mempengaruhi kinerja katalis Sm2O3, sedangkan penambahan 10% berat SrO pada Sm2O3 memberikan hasil mendekati kinerja katalis SrO. Ditinjau dari segi laju pembentukan hidrokarbon C2, katalis 5% berat SrO/Sm2O3 memperbaiki kinerja katalis Sm2O3.
Studi kinetika reaksi menunjukkan tidak adanya pengaruh kenaikan suhu pada laju reaksi pada suhu > 700 °C untuk semua katalis yang diteliti, kecuali katalis 10% berat SrO/Sm203. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kurangnya oksigen yang tersisa dari reaksi sehingga tidak mampu mengkonversi CH4 lebih banyak lagi, atau terjadi perubahan karakteristik permukaan katalis. Alga diketahui bahwa laju reaksi merupakan orde 1 terhadap P(CH4) dan bukan orde 1 terhadap P(O2). Hasil ini tidak sesuai dengan persamaan laju reaksi yang diturunkan dari mekanisme yang diusulkan oleh Otsuka dkk.

ABSTRACT
The objective of this work is to study the effect of strontium addition to samarium oxide as catalyst in the oxidative coupling of methane reaction, where the precursor compounds of SrO are SrCO3, Sr(NO3)2, and SrC12. The SrO loading were 1, 3, 5, 7 and 10% weight SrO/Sm2O3. The catalyst testing were carried out in a quartz reactor (10 mm id.) under the following conditions: P(CH4) = 40 kPa, P(O2) = 20 kPa, P(He) = 40 kPa, with a total flow rate of 160 ml/min, weight of catalyst 0.0119g, and temperature range of 600 - 800 °C.
Our results show that the Sr(NO3)2 as precursor compound of SrO give the highest C2 yields for all temperatures. 1 - 7% wt. SrO/Sm2O3 catalysts did not change much the catalytic performance of Sm2O3 catalyst. In other words, these catalysts behave as if the strontium added has no effect on the samarium oxide. However, the 10% wt. SrO/Sm2O3 catalyst showed catalytic performance between those of Sm2O3 and those of SrO.
Kinetic study shows that practically there is no effect of temperature on the rate of CH4 conversion and the rate of C2 hydrocarbon formation at temperature above 700 °C using catalysts with SrO loading up to 7% wt. The possible causes are the lack of oxygen in reaction system so methane conversion cannot increase anymore, or, there is a change on catalysts surface characteristic. Kinetic study also shows that the order of reaction is order 1 against P(CH4) and is not of order 1 against P(O2). These result do not agree with the derived rate of reaction based on the mechanism proposed by Otsuka et. al.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>