Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57749 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Adanya belerang dalam bahan bakar tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan korosi terhadap material sistem bahan bakar sehingga merusak material sistem bahan bakar tersebut, selain itu sulfur yang ikut terbakar bersarna dengan bahan bakar akan menimbulkan rnasalah bagi lingkungan dan merugikan
manusia. Untuk mengatasi hal tersebut komponen belerang dihilangkan dengan proses desulfurisasi. Oksidasi dan ekstraksi larutan sebagai salah satu metode desulfurisasi yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar sulfur dalam minyak hingga batas tertentu yang diharapkan. Untuk mengetahui kadar sulfur total dalam minyak, dibuat suatu alat penganalisa kadar sutfur yang sederhana serta dilakukan proses pengkalibrasian alat tersebut Setelah pembuatan alat analisa tersebut selesai, proses pengurangan sulfur dalam minyak dilakukan dengan metode oksidasi - ekstraksi. Prinsip metode ini adalah mengoksidasi senyawa organosulfur yang terdapat dalam minyak menjadi senyawa yang leblh reaktif sehingga dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi. Dari penelitian yang telah dilaku kan didapatkan hasil bahwa alat yang telah dibuat untuk menganalisa kadar sulfur total layak untuk digunakan dan dalam proses penganalisaan kadar sutfur ini menggunakan beberapa kurva kalibrasi yang telah dibuat. Tingkat keakuratan rata-rata penganalisaan kadar sulfur dengan menggunakan alat ini adalah 82%. Metode oksidasi - ekstraksi dapat diterapkan dalam proses desulfurisasi karena metode ini berhasil mengurangi kadar sulfur dalam minyak diesel dari 2150 ppm hingga 259 ppm
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Komponen-komponen belerang umumnya terdapat dalam berbagai bentuk,
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Adanya senyawa belerang dalam
minyak bumi dapat menimbulkan efek buruk, misalnya korosi terhadap material
pengolah minyak bumi, juga dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan dan
kesehatan manusia. Untuk mengatasi hal tersebut kandungan belerang diturunkan
dengan proses desulfurisasi.
Untuk mengukur konsentrasi total sulfur dalam minyak diesel, dibuat suatu
alat sederhana berdasarkan metode ASTM D 1266 yang disederhanakan yang dapat
mengubah sulfur dalam minyak diesel menjadi BaSO4 melalui serangkaian proses
reaksi. Dengan demikian, sulfur yang terkandung dalam minyak diesel diubah
terlebih dahulu kedalam bentuk yang lebih sederhana dan mudah diukur
kandungannya. Proses desulfurisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah dengan metode presipitasi/pengendapan. Dalam proses ini digunakan suatu
presipitator untuk mengendapkan senyawa sulfur organik. Setelah fraksi minyak
bumi (minyak diesel) diproses untuk menurunkan kandungan sulfurnya dengan
metode presipitasi, komponen belerang yang tersisa diukur kandungan total
sulfurnya dengan menggunakan alat penganalisa yang telah dibuat.
Melalui proses desulfurisasi dengan metode presipitasi dengan
menggunakan presipitator AgNO3 - CH3I dengan temperatur reaksi sebesar 30°C,
waktu reaksi sebesar 2 jam dan lama pengendapan sebesar 12 jam, kandungan
sultur total dalam minyak diesel dapat diturunkan hingga batas 557 ppm. Dengan demikian,
proses presipitasi dapat dijadikan salah satu alternatif yang baik untuk "
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49277
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"ABSTRAK
Kandungan sulfur yang tinggi di dalam minyak solar dapat mempengaruhi kualitas udara sekitar dan terjadinya hujan asam. Karena gas buang yang dihasilkan oleh minyak solar akan menghasilkan SO2 sebagai hasil oksidasi dari senyawa sulfur. Karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan sulfur didalam minyak solar.
Pada umumnya proses desulfurisasi pada skala industri dilakukan dengan cara hidrogenasi katalitik, sedangkan pada penelitian ini di lakukan proses desulfurisasi minyak solar dengan cara fotokimia dan ekstraksi cair-cair dengan menggunakan larutan NaOH. Ekstraksi ini terdiri dari dua fasa yaitu fasa minyak solar dan fasa NaOH. Dimana senyawa organik yang mengandung sulfiur di dalam minyak solar akan terdekomposisi disebabkan oleh energi cahaya dari lampu UV-
merkuri. Kemudian senyawa organosulfur yang terdekomposisi tadi akan diekstrak dengan menggunakan larutan NaOH. Pada proses desulfurisasi ini tidak diperlukan katalis, mudah untuk mengoperasikan dan mengontrolnya. Serta reaksi berlangsung pada temperatur ruang dan tekanan 1 atmosfir, berbeda dengan proses hidrogenasi katalitik dimana berlangsung pada temperatur dan tekanan tinggi.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yaitu minyak solar yang telah dikotori dengan n-dodecyl mercaptan dan lampu UV-merkuri 60 wat. Pada penelitian ini juga dilakukan proses desulfurisasi tanpa reaksi fotokimia yaitu dengan mengekstraksi larutan umpan dengan larutan NaOH.
Pada proses desulfurisasi ini kandungan sulfur mula-mula yang terdapat pada umpan sebesar 1,66%, turun sebanyak 66,8% dengan adanya sinar UV-merkuri, hal ini berbeda dengan tanpa adanya reaksi fotokimia dimana turun sebanyak 64,2% untuk NaOH 1,00 M dengan lamanya proses desulfurisasi selama 9 jam. Sedangkan untuk NaOH 1,50 M dengan adanya sinar UV-merkuri turun sebanyak 56,6% dan tanpa adanya reaksi fotokimia turun sebanyak 333% pada proses desulfurisasi selama 9 jam. Hal ini menunjukan proses desulfurisasi minyak solar dipengaruhi oleh adanya reaksi fotokimia.

"
2001
S49252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sholehudin
"Kadar sulfur yang tinggi didalam bahan bakar minyak solar, dapat mempengaruhi pencemaran udara, karena gas buangnya mengandung SO2 sebagai hasil oksidasi senyawa sulfur. Untuk itu perlu dilakukan proses pengurangan kandungan sulfur. Salah satu cara untuk pengurangan kandungan sulfur dalam minyak solar ialah dengan reaksi fotokimia dan ekstraksi cair-cair.
Dalam larutan molekul-molekul berantraksi membentuk gugusan (agregat). Zat yang bersifat polar akan berantraksi dengan pelarut polar. Senyawa sulfur mempunyai pasangan elektron yang tidak berikatan, akan membentuk gugusan dengan atom hidrogen dari larutan H2O2- Pembentukan gugusan tersebut, menyebabkan senyawa sulfur dalam solar, akan terdistribusi pada larutan H2O2 yang bersifat polar.
Bila molekul menyerap sinar ultraviolet maka akan mengalami perubahan energi dari energi tingkat dasar ke energi tereksitasi. Hidrogen peroksida akan mengalami fotoeksitasi sehingga terbentuk gugus hidroksi radikal. Senyawa sulfur dalam solar, mengalami foto dekomposisi, yang disebabkan oleh penyinaran sinar ultra violet dan adanya gugus hidroksi radikal yang terbentuk dari larutan hidrogen peroksida. Senyawa sulfur mengalami perubahan menjadi SO42' dan masuk kedalam larutan hidrogen peroksida. Penurunan kandungan total sulfur dalam minyak solar, secara fotokimia dan ekstraksi dengan pelarut H2O2 (30 %) dan lama penyinaran 12 jam sebesar 39,76 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Mailisa F.
"Kebutuhan bensin meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan kendaraan bermotor. Namun produksi minyak bumi sebagai bahan baku pembuatan bensin menurun setiap tahunnya sehingga perlu dikembangkan sumber alternatif untuk memperoleh bensin. Bensin merupakan campuran senyawa hidrokarbon C5 - C10. Salah satu sumber hidrokarbon adalah biomass, misalnya minyak kelapa sawit. Indonesia merupakan penghasil minyak sawit terbesar kedua di dunia. Perengkahan katalitik minyak sawit menjadi bahan bakar telah berhasil dilakukan. Pada penelitian saat ini akan dipelajari perengkahan katalitik minyak sawit untuk memproduksi senyawa hidrokarbon setaraf bensin. Pengaruh jenis umpan minyak sawit, temperatur reaksi, penambahan aditif pada katalis dalam proses perengkahan dipelajari dengan mengunakan suatu fixed bed reactor yang beroperasi pada tekanan 1.5 kgf/cm2. Umpan yang akan direngkahkan dilakukan preparasi awal terlebih dahulu melalui oksidasi, transesterifikasi dan penambahan metanol. Temperatur reaksi akan dilakukan dari 350°C sampai dengan 500 °C. Aditif yang ditambahkan pada katalis zeolit adalah B2O3 dengan variasi dari 5% sampai 20 % berat. Produk cair hasil reaksi dianalisis GC-FID dan FT-IR. Sedangkan, karakteristik katalis dilakukan untuk melihat perubahan luas permukaan dengan menggunakanBET dan keberadaan B2O3 pada kristal zeolit dianalisis dengan XRD. Penambahan B2O3 menyebabkan menurunnya luas permukaan katalis dan ukuran pori katalis. Penambahan B2O3 optimum adalah 5%. Yield bensin terbaik yaitu 52.5% diperoleh pada temperatur 450 °C, dengan umpan POME dan katalis zeolit alam murni."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S49581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atmahadi Widodo
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S29977
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Janwilson
"Kandungan sulfur yang tingi pada minyak solar dapat mempengaruhi mutu solar dan kualitas udara sekilar, dan terjadinya hujan asam. Karena gas buang yang dihasilkan dari pembakaran minyak solar akan mcnghasilkan gas SO2 sebagai hasil oksidasi dari senyawa sulfur. Karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan arau mengurangl kadar sulfur didalam minyak solar.
Pada umumnya proses desulturisasi pada skala industri dilakukan dengan cara hidrogenasi katalitik yang beroperasi pada tekanan dan temperatur tinggi, sedangkan pada penelitian ini dilakukan proses desulfhrisasi minyak solar dengan cara fotokimia dan ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut acetonitril (CH3CN) sebagai solven. Ekstraksi ini terdiri dari dua fasa, yaitu fasa minyak solar dan fasa acetonitril (CH3CN). Dimana senyawa organik yang mengandung sulfur didalam minyak solar akan terdekomposisi, yang disebabkan oleh energi radiasi dari lampu UV- merkurl. Kemudian senyawa organosulfur yang terdekomposisi tadi akan diekstraksi dengan menggunakan larutan acetonitril (CH3CN). Pada proses desulfurisasi ini tidak diperlukan katalis, mudah untuk mengoperasikan dan mengontrolnya serta reaksi berlangsung pada temperatur ruang dan tekanan satu atmosfer.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yaitu minyak solar Pertamina yang telah dikotori dengan n-dodecyl merkaptan dan terrier dodecyl merkaptan dan sumber energi radiasi dari sinar Ultraviolet (UV), yang menggunakan lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini juga dilakukan proses desulfurisasl tanpa reaksi fotokimia, yaitu dengan mengekstraksi larutan umpan dengan larutan acetonitril.
Pada proses desulfurisasi ini kandungan sulfur mula-mula yang terdapat pada umpan sebesar 1,2 % turun menjadi 0,02 % dengan adanya sinar UV-merkuri, hal ini berbeda dengan tanpa adanya reaksi fotokimia dimana turun menjadi 0,22 % untuk acetonitril dengan konsentrasi 2 M dengan perbandingan pelarut sebcsar l : 7 dan penyinaran selama 9 jam. Hal ini menunjukkan proses desulfurisasi minyak solar dipengaruhi oleh adanya reaksi fotokimia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetio Wibowo
"Kandungan sulfur dalam minyak solar dianggap sebagai penyumbang terbesar dalam penyebab polusi udara dan terjadinya hujan asam yang merusak bangunan- bangunan dikota-kota besar. Karena aspek lingkungan hidup itulah maka dipandang perlu untuk mengurangi kandungan sulfur dalam minyak solar,
Salah satu cara untuk mengurangi kadar sulfur dalam minyak solar adalah dengan proses desulfurisasi dengan cara fotokimia dimana minyak solar disinari dengan sinar UV-merkuri yang berenergi tinggi sehingga senyawa organosulfur didalam miyak solar akan terdekomposisi kemudian senyawa organosulfur yang telah terdekomposisi tersebut akan diekstrak oleh larutan pengekstrak Pada percobaan ini akan digunakan larutan pengekstrak NaOH dan air murni (destilled water). Keuntungan menggunakan cara fotokimia adalah tidak diperlukannya katalis, pengoperasian dan pengontrolannya mudah serta berlangsung pada kondisi ruang dan tekanan 1 atmosfir.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yakni minyak solar yang telah dikotori dengan n-dodecyl mercaptan dan kemudian disinari oleh lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini, kaca kuarsa dipakai sebagai tempat iradiasi pada reaktor fotokimia ,dimana dengan pemakaian kaca kuarsa diharapkan absorpsi atau hamburan yang disebabkan oleh antaraksi materi penyusun media dan sinar UV akan dikurangi.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pada proses fotokimia menggunakan kaca kuarsa memperlihatkan penurunan total sulfur sampai 72.09% setelah 9 jam mengalami proses fotokimia. Hasil ini lebih besar 7.75% dibandingkan kaca pyrex. Pada proses fotokimia selama 9 jam yang diikuti proses ekstraksi cair-cair menggunakan rasio minyak solar dan larutan NaOH 1:7, memperlihatkan penurunan total sulfur sampai 76.74%. Pada proses ekstraksi cair-cair menggunakan air murni menunjukkan penurunan total sulfur yang lebih besar dibanding NaOH yakni 75.19% setelah mengalami proses fotokimia selama 9 jam. Penambahan asam peroksi asetat memperlihatkan penurunan total sulfur yang lebih besar 3.1% dibandingkan tanpa penambahan asam peroksi asetat setelah 9 jam proses fotokimia dan ekstraksi cair-cair."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti
"Telah dilakukan penelitan tentang pengaruh aglomerasi air - minyak bumi terhadap peningkatan nilai kalori, penurunan kadar abu dan sulfur pada batubara jenis Sub Bituminus Muaro Bungo, Jambi. Variasi padatan 10%, 20% dan variasi persentase minyak bumi yang digunakan dalam proses aglomerasi (10%, 50% dan 100%) dianalisa untuk menghasilkan aglomerasi yang optimal. Diperoleh adanya pengaruh proses aglomerasi terhadap peningkatan nilai kalori dan kadar karbon batubara, sementara itu kadar abu mengalami penurunan yang sangat signifikan. Hasil proses aglomerasi terbaik terdapat pada sampel SB50P100C50 dengan peningkatan nilai kalori sebesar 39.68% (dari 5459 kal/gr menjadi 7478 kal/gr), dan kadar abu mengalami penurunan sebesar 58.37% (dari 6.39% menjadi 2.66%). Sehingga dengan proses aglomerasi dihasilkan produk briket yang ramah lingkungan.

Water-Crude Oil agglomeration method has been investigated for increasing calorie index, dust and sulfur content of coal sub-bituminous type Muara Bungo Jambi. For optimizing agglomeration process used compact variation of Coal (10%, 20%) and crude present variation (10%, 50%,100). Increasing calorie index, carbon content of Coal and decreasing dust content because of the influence agglomeration process. A sample SB50P100C50 was optimum result with increase calorie index 39.68% (from 5459 kal/gr to 7478 kal/gr), and decrease dust content of coal 58.37% (from 6.39% to 2.66%). Agglomeration methode was resulted environtmentally friendly briquet."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21494
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>