Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137159 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sholehudin
"Kadar sulfur yang tinggi didalam bahan bakar minyak solar, dapat mempengaruhi pencemaran udara, karena gas buangnya mengandung SO2 sebagai hasil oksidasi senyawa sulfur. Untuk itu perlu dilakukan proses pengurangan kandungan sulfur. Salah satu cara untuk pengurangan kandungan sulfur dalam minyak solar ialah dengan reaksi fotokimia dan ekstraksi cair-cair.
Dalam larutan molekul-molekul berantraksi membentuk gugusan (agregat). Zat yang bersifat polar akan berantraksi dengan pelarut polar. Senyawa sulfur mempunyai pasangan elektron yang tidak berikatan, akan membentuk gugusan dengan atom hidrogen dari larutan H2O2- Pembentukan gugusan tersebut, menyebabkan senyawa sulfur dalam solar, akan terdistribusi pada larutan H2O2 yang bersifat polar.
Bila molekul menyerap sinar ultraviolet maka akan mengalami perubahan energi dari energi tingkat dasar ke energi tereksitasi. Hidrogen peroksida akan mengalami fotoeksitasi sehingga terbentuk gugus hidroksi radikal. Senyawa sulfur dalam solar, mengalami foto dekomposisi, yang disebabkan oleh penyinaran sinar ultra violet dan adanya gugus hidroksi radikal yang terbentuk dari larutan hidrogen peroksida. Senyawa sulfur mengalami perubahan menjadi SO42' dan masuk kedalam larutan hidrogen peroksida. Penurunan kandungan total sulfur dalam minyak solar, secara fotokimia dan ekstraksi dengan pelarut H2O2 (30 %) dan lama penyinaran 12 jam sebesar 39,76 %."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Santoso
"ABSTRAK
Kandungan sulfur yang tinggi di dalam minyak solar dapat mempengaruhi kualitas udara sekitar dan terjadinya hujan asam. Karena gas buang yang dihasilkan oleh minyak solar akan menghasilkan SO2 sebagai hasil oksidasi dari senyawa sulfur. Karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan sulfur didalam minyak solar.
Pada umumnya proses desulfurisasi pada skala industri dilakukan dengan cara hidrogenasi katalitik, sedangkan pada penelitian ini di lakukan proses desulfurisasi minyak solar dengan cara fotokimia dan ekstraksi cair-cair dengan menggunakan larutan NaOH. Ekstraksi ini terdiri dari dua fasa yaitu fasa minyak solar dan fasa NaOH. Dimana senyawa organik yang mengandung sulfiur di dalam minyak solar akan terdekomposisi disebabkan oleh energi cahaya dari lampu UV-
merkuri. Kemudian senyawa organosulfur yang terdekomposisi tadi akan diekstrak dengan menggunakan larutan NaOH. Pada proses desulfurisasi ini tidak diperlukan katalis, mudah untuk mengoperasikan dan mengontrolnya. Serta reaksi berlangsung pada temperatur ruang dan tekanan 1 atmosfir, berbeda dengan proses hidrogenasi katalitik dimana berlangsung pada temperatur dan tekanan tinggi.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yaitu minyak solar yang telah dikotori dengan n-dodecyl mercaptan dan lampu UV-merkuri 60 wat. Pada penelitian ini juga dilakukan proses desulfurisasi tanpa reaksi fotokimia yaitu dengan mengekstraksi larutan umpan dengan larutan NaOH.
Pada proses desulfurisasi ini kandungan sulfur mula-mula yang terdapat pada umpan sebesar 1,66%, turun sebanyak 66,8% dengan adanya sinar UV-merkuri, hal ini berbeda dengan tanpa adanya reaksi fotokimia dimana turun sebanyak 64,2% untuk NaOH 1,00 M dengan lamanya proses desulfurisasi selama 9 jam. Sedangkan untuk NaOH 1,50 M dengan adanya sinar UV-merkuri turun sebanyak 56,6% dan tanpa adanya reaksi fotokimia turun sebanyak 333% pada proses desulfurisasi selama 9 jam. Hal ini menunjukan proses desulfurisasi minyak solar dipengaruhi oleh adanya reaksi fotokimia.

"
2001
S49252
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Prasetio Wibowo
"Kandungan sulfur dalam minyak solar dianggap sebagai penyumbang terbesar dalam penyebab polusi udara dan terjadinya hujan asam yang merusak bangunan- bangunan dikota-kota besar. Karena aspek lingkungan hidup itulah maka dipandang perlu untuk mengurangi kandungan sulfur dalam minyak solar,
Salah satu cara untuk mengurangi kadar sulfur dalam minyak solar adalah dengan proses desulfurisasi dengan cara fotokimia dimana minyak solar disinari dengan sinar UV-merkuri yang berenergi tinggi sehingga senyawa organosulfur didalam miyak solar akan terdekomposisi kemudian senyawa organosulfur yang telah terdekomposisi tersebut akan diekstrak oleh larutan pengekstrak Pada percobaan ini akan digunakan larutan pengekstrak NaOH dan air murni (destilled water). Keuntungan menggunakan cara fotokimia adalah tidak diperlukannya katalis, pengoperasian dan pengontrolannya mudah serta berlangsung pada kondisi ruang dan tekanan 1 atmosfir.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yakni minyak solar yang telah dikotori dengan n-dodecyl mercaptan dan kemudian disinari oleh lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini, kaca kuarsa dipakai sebagai tempat iradiasi pada reaktor fotokimia ,dimana dengan pemakaian kaca kuarsa diharapkan absorpsi atau hamburan yang disebabkan oleh antaraksi materi penyusun media dan sinar UV akan dikurangi.
Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil bahwa pada proses fotokimia menggunakan kaca kuarsa memperlihatkan penurunan total sulfur sampai 72.09% setelah 9 jam mengalami proses fotokimia. Hasil ini lebih besar 7.75% dibandingkan kaca pyrex. Pada proses fotokimia selama 9 jam yang diikuti proses ekstraksi cair-cair menggunakan rasio minyak solar dan larutan NaOH 1:7, memperlihatkan penurunan total sulfur sampai 76.74%. Pada proses ekstraksi cair-cair menggunakan air murni menunjukkan penurunan total sulfur yang lebih besar dibanding NaOH yakni 75.19% setelah mengalami proses fotokimia selama 9 jam. Penambahan asam peroksi asetat memperlihatkan penurunan total sulfur yang lebih besar 3.1% dibandingkan tanpa penambahan asam peroksi asetat setelah 9 jam proses fotokimia dan ekstraksi cair-cair."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49340
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sipayung, Janwilson
"Kandungan sulfur yang tingi pada minyak solar dapat mempengaruhi mutu solar dan kualitas udara sekilar, dan terjadinya hujan asam. Karena gas buang yang dihasilkan dari pembakaran minyak solar akan mcnghasilkan gas SO2 sebagai hasil oksidasi dari senyawa sulfur. Karena itu perlu dilakukan proses untuk menghilangkan arau mengurangl kadar sulfur didalam minyak solar.
Pada umumnya proses desulturisasi pada skala industri dilakukan dengan cara hidrogenasi katalitik yang beroperasi pada tekanan dan temperatur tinggi, sedangkan pada penelitian ini dilakukan proses desulfhrisasi minyak solar dengan cara fotokimia dan ekstraksi cair-cair dengan menggunakan pelarut acetonitril (CH3CN) sebagai solven. Ekstraksi ini terdiri dari dua fasa, yaitu fasa minyak solar dan fasa acetonitril (CH3CN). Dimana senyawa organik yang mengandung sulfur didalam minyak solar akan terdekomposisi, yang disebabkan oleh energi radiasi dari lampu UV- merkurl. Kemudian senyawa organosulfur yang terdekomposisi tadi akan diekstraksi dengan menggunakan larutan acetonitril (CH3CN). Pada proses desulfurisasi ini tidak diperlukan katalis, mudah untuk mengoperasikan dan mengontrolnya serta reaksi berlangsung pada temperatur ruang dan tekanan satu atmosfer.
Penelitian ini menggunakan larutan umpan yaitu minyak solar Pertamina yang telah dikotori dengan n-dodecyl merkaptan dan terrier dodecyl merkaptan dan sumber energi radiasi dari sinar Ultraviolet (UV), yang menggunakan lampu UV-merkuri 60 watt. Pada penelitian ini juga dilakukan proses desulfurisasl tanpa reaksi fotokimia, yaitu dengan mengekstraksi larutan umpan dengan larutan acetonitril.
Pada proses desulfurisasi ini kandungan sulfur mula-mula yang terdapat pada umpan sebesar 1,2 % turun menjadi 0,02 % dengan adanya sinar UV-merkuri, hal ini berbeda dengan tanpa adanya reaksi fotokimia dimana turun menjadi 0,22 % untuk acetonitril dengan konsentrasi 2 M dengan perbandingan pelarut sebcsar l : 7 dan penyinaran selama 9 jam. Hal ini menunjukkan proses desulfurisasi minyak solar dipengaruhi oleh adanya reaksi fotokimia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49350
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Adanya belerang dalam bahan bakar tidak dikehendaki karena dapat menimbulkan korosi terhadap material sistem bahan bakar sehingga merusak material sistem bahan bakar tersebut, selain itu sulfur yang ikut terbakar bersarna dengan bahan bakar akan menimbulkan rnasalah bagi lingkungan dan merugikan
manusia. Untuk mengatasi hal tersebut komponen belerang dihilangkan dengan proses desulfurisasi. Oksidasi dan ekstraksi larutan sebagai salah satu metode desulfurisasi yang dapat digunakan untuk mengurangi kadar sulfur dalam minyak hingga batas tertentu yang diharapkan. Untuk mengetahui kadar sulfur total dalam minyak, dibuat suatu alat penganalisa kadar sutfur yang sederhana serta dilakukan proses pengkalibrasian alat tersebut Setelah pembuatan alat analisa tersebut selesai, proses pengurangan sulfur dalam minyak dilakukan dengan metode oksidasi - ekstraksi. Prinsip metode ini adalah mengoksidasi senyawa organosulfur yang terdapat dalam minyak menjadi senyawa yang leblh reaktif sehingga dapat dipisahkan dengan cara ekstraksi. Dari penelitian yang telah dilaku kan didapatkan hasil bahwa alat yang telah dibuat untuk menganalisa kadar sulfur total layak untuk digunakan dan dalam proses penganalisaan kadar sutfur ini menggunakan beberapa kurva kalibrasi yang telah dibuat. Tingkat keakuratan rata-rata penganalisaan kadar sulfur dengan menggunakan alat ini adalah 82%. Metode oksidasi - ekstraksi dapat diterapkan dalam proses desulfurisasi karena metode ini berhasil mengurangi kadar sulfur dalam minyak diesel dari 2150 ppm hingga 259 ppm
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S49276
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bilqis Nur Fadhilah
"Seiring meningkatnya penggunaan elektronik dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan baterai juga meningkat, terutama penggunaan baterai li-ion. Baterai li-ion sering dipakai pada peralatan yang bersifat re-chargeable, salah satunya adalah telepon genggam. Limbah baterai li-ion tergolong limbah B3 karena mengandung logam berat. Logam berat yang terkandung dalam limbah baterai tersebut dapat dilakukan perolehan kembali (recovery) untuk mengurangi efek bahayanya terhadap lingkungan. Kandungan logam berat tersebut merupakan logam berharga diantaranya logam nikel dan kobalt. Metode yang dapat dilakukan untuk recovery logam tersebut yaitu dengan proses leaching. Penelitian ini menggunakan H2SO4 sebagai leaching agent dan H2O2 sebagai reducing agent. Penambahan H2O2 bertujuan untuk mengurangi penggunaan H2SO4 saat proses leaching. Dalam penelitian ini, digunakan 2 M H2SO4, 4% v/v H2O2 pada kondisi operasi 75OC selama 2 jam, menghasilkan logam Ni dan Co ter-leaching sebesar 96,46% dan 94,95%. Larutan hasil leaching yang didapat akan dilakukan proses ekstraksi cair-cair menggunakan LIX 84-ICNS sebagai ekstraktan. Hasil dari proses ekstraksi cair-cair dengan konsentrasi ekstraktan sebesar 40% v/v, pH fasa akuatik sebesar 6,85 selama 45 menit ekstraksi, menghasilkan logam Ni dan Co terekstraksi sebesar 92,05% dan 86,67%.

The electronic devices used is increasing in daily basis, especially the used of li-ion batteries. Li-ion batteries is used for re-chargeable electronic devices such as smartphones. The spent of li-ion batteries is being classified as toxic and hazardous waste because it contains heavy metals. The heavy metals from spent li-ion batteries can be recovered to reduce the hazardous effect on the environment. Moreover, the heavy metals are also classified as the valuable metals, for example nickel and cobalt. One of the methods for metal recovery from li-ion battery is leaching process with H2SO4 as the leaching agent and H2O2 as the reducing agent. The addition of H2O2 is for reducing the used of H2SO4 in the leaching process. This research is using 2 M of H2SO4 and 4% v/v of H2O2, with the operating condition 75OC in 2 hours leaching process resulting 96,46% Ni and 94,95% Co extracted. The leachate liquor after leaching process is going for the next process, solvent extraction. The solvent extraction is using LIX 84-ICNS as the extractant. The result from solvent extraction with 40% v/v extractant concentration, pH aquatic phase 6,85 in 45 minutes extraction process is 92,05% Ni and 86,67% Co being extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Assyifa Nadifah
"Saat ini, baterai lithium ion merupakan sumber listrik yang digunakan untuk banyak perangkat elektronik. Konsumsi baterai ini pun terus meningkat karena perluasan teknologi informasi serta kendaraan hybrid dan listrik (HEV dan EV). Baterai li-ion lebih dipilih daripada baterai lainnya karena memiliki kemampuan yaitu dapat diisi ulang, ringan dan tidak memerlukan perawatan yang khusus. Limbah baterai li-ion tergolong limbah B3 karena mengandung logam berat. Logam tersebut dapat dilakukan perolehan kembali (recovery) untuk dimanfaatkan kembali dan mengurangi efek bahayanya terhadap lingkungan. Kandungan logam yang terdapat dalam baterai li-ion diantaranya adalah logam nikel dengan persentase sebesar 5-10%. Metode yang dapat dilakukan untuk recovery logam tersebut dari baterai li-ion dengan proses leaching menggunakan asam nitrat (HNO3) sebagai leaching agent dan hidrogen peroksida (H2O2) sebagai reducing agent. Penambahan H2O2 bertujuan untuk meningkatkan efektivitas leaching. Dalam penelitian ini, digunakan 3M HNO3, 3% v/v H2O2 pada kondisi operasi 80OC selama 60 menit, menghasilkan logam Ni ter-leaching sebesar 96,09%. Larutan hasil leaching yang didapat akan dilakukan proses ekstraksi cair- cair menggunakan LIX 84-ICNS sebagai ekstraktan ditambah Tributyl Phospate (TBP) sebagai modifiernya. Hasil dari proses ekstraksi cair-cair dengan konsentrasi ekstraktan sebesar 0,9 M, pH fasa akuatik sebesar 6 selama 45 menit ekstraksi, menghasilkan logam Ni terekstraksi sebesar 90,53%.

Nowadays, lithium ion batteries are a source of electricity used by many electronic devices. This battery use continues to grow due to the expansion of information technology along with hybrid and electric (HEV and EV). Li-ion batteries are favored over other batteries because they are rechargeable, lightweight and do not need special maintenance. Li-ion battery waste is known as B3 waste, as it contains heavy metals. These metals may be recycled in order to be reused and to reduce their adverse effects on the environment. The metal content of the li-ion battery contains nickel metal with a percentage of 5-10 %. The method that can be used to recover the metal from the li-ion battery is leaching process using nitric acid (HNO3) as a leaching agent and hydrogen peroxide (H2O2) as a reducing agent. The aim of the addition of H2O2 is to increase the efficiency of the leaching. The results showed that the leaching process reach the optimum value by using 3 M HNO3, 3% v/v H2O2, at 80oC for 60 minutes leaching process resulting 96,09% Ni extracted. The leaching solution obtained, was then carried out by a solvent extraction process using LIX 84-ICNS as extractand and Tributyl Phosphate (TBP) as the modifier. The result from solvent extraction with 0,9 M LIX 84-ICNS and 0,1 M TBP, pH aqueous phase 6 in 45 minutes extraction time is 90,53% Ni being extracted."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Annisa Wardhani
"Nikel merupakan logam berharga dengan nilai jual dan pemanfaatan yang tinggi dalam berbagai bidang industri. Kebutuhan nikel diperkirakan terus meningkat setiap tahunnya sehingga berdampak pada ketersediaannya. Limbah katalis steam reforming (NiO/Al2O3) mengandung logam nikel sebesar 6% berat dapat menjadi sumber alternatif nikel yang ekonomis melalui metode leaching menggunakan asam DL-malat sebagai leaching agent dan H2O2 sebagai oxidizing agent. Proses decoking pada suhu 600 °C selama 5 jam dengan laju pemanasan 10 °C/menit dilakukan sebagai pre-treatment limbah katalis untuk menghilangkan kokas dan kotoran lainnya yang mengganggu proses leaching serta oksidasi sulfida logam yang membantu meningkatkan kemudahan pelarutan logam nikel. Senyawa H2O2 ditambahkan untuk mengoksidasi logam nikel menjadi bentuk mudah terlarut sehingga dapat meningkatkan efisiensi leaching. Proses leaching menggunakan asam DL-malat 2,5 M, H2O2 2% v/v, ukuran partikel limbah 150 mesh, rasio S/L 20 g/L pada suhu operasi 90 ? selama 120 menit dengan kecepatan pengadukan 500 rpm memperoleh efisiensi leaching logam nikel sebesar 88,42%. Studi kinetika leaching menunjukkan proses leaching dikendalikan oleh mekanisme reaksi kimia pada permukaan dengan energi aktivasi sebesar 106,24 kJ/mol. Logam nikel yang terlarut dalam larutan leaching akan dipurifikasi melalui ekstraksi cair-cair. Ekstraksi cair-cair menggunakan LIX 84-ICNS 40% v/v, pH fasa akuatik 7, rasio O/A 1/1 pada suhu operasi 28 ? selama 60 menit dengan kecepatan pengadukan 500 rpm mampu mengekstraksi nikel sebesar 88,74%.

Nickel is a valuable metal with high selling value and utilization in various industrial fields. Nickel demand is expected to keep rising every year, which impacts its availability. Steam reforming spent catalyst (NiO/Al2O3) containing 6 wt.% nickel can be an economical alternative source of nickel through leaching method using DL-malic acid as a leaching agent and H2O2 as an oxidizing agent. Decoking process at 600°C for 5 hours with a heating rate of 10°C/min was carried out as a pre-treatment of spent catalyst to remove coke and other impurities that interfere with the leaching process and oxidize metal sulfides that help increase the ease of nickel dissolution. H2O2 is added to oxidize nickel into a soluble form that can increase the leaching efficiency. Leaching process using 2.5 M DL-malic acid, 2% v/v H2O2, 150 mesh waste particle size, solid/liquid ratio 20 g/L at an operating temperature of 90 ? for 120 minutes with a stirring speed of 500 rpm obtained 88.42% nickel leaching efficiency. The leaching kinetics study showed that the leaching process was controlled by a chemical reaction mechanism on the surface with an activation energy of 106.24 kJ/mol. The nickel dissolved in the leaching solution will be purified through liquid-liquid extraction. Liquid-liquid extraction using LIX 84-ICNS 40% v/v, aquatic phase pH 7, organic/aquatic ratio 1/1 at an operating temperature of 28 ? for 60 minutes with a stirring speed of 500 rpm was able to extract 88.74% nickel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Ariyola
"Limbah katalis dari proses pengolahan minyak bumi sangat melimpah, salah satunya adalah proses sream reforming yang menggunakan katalis berbasis nikel, yaitu katalis NiO/AI2O3. Nikel adalah logam bcrharga yang merniliki nilai jual tinggi karena kelebihan-kelebihan yang dimilikinya sehingga dapat digunakan dalam aplikasi yang beragam.
Penelitian dilakukan untuk mengambil kembali logam nikel dari limbah katalis NiO/A1303 dengan metode leaching H2SO4 dan metode ekstraksi cair-cair menggunakan ekstruktan Cyanex®272 dalam pelarut kerosin. Sebelum penelitian dimulai, Iimbah diidentifikasi untuk mengetahui komposisi limbah dan kuantitasnya. Variabel yang dipelajari pengaruhnya terhadap kinerja proses leaching adalah konsenlrasi leaching agent. perbandingan solid-liquid, temperatur, dan waktu. Sedangkan pada proses ekstraksi diamati pengaruh konsentrasi ekstraktan, pH limbah, dan waktu ekstraksi. Hasil proses leaching dan ekstraksi dianalisis dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectroscopy).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses leaching limbah katalis NiO/Al2O3 menggunakan H2SO4 mencapai nilai optimum pada konsentrasi H2SO4 sebesar 7 M. perbandingan massa solid-liquid 1:75, temperatur 8O°C, dan waktu kontak 300 menit. Dengan kondisi tersebut persentase leaching nikel mencapai 97.225%. Pada proses ekstraksi dengan ekstraktan Cyanex®272 dalam pelarut kerosin, persentase ekstraksi terbesar yang diperoleh adalah 94,094% nikel dan 94,472% alurnuniunm pada pH 7 dan konsentrasi Cyanex®272 0,6 M selama 60 menit."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49524
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Jihan Az-Zahra
"Keberadaan sulfur pada minyak solar CN-48 menyebabkan kerugian secara finansial karena memperpendek umur mesin serta berefek buruk pada lingkungan dan kesehatan. Banyak peneliti yang mengembangkan metode untuk mengurangi kandungan sulfur total pada bahan bakar, seperti metode Catalytic Oxidative Desulfurization (Cat-ODS), yaitu proses desulfurisasi dengan bantuan oksidator dan katalis. Metode ini mampu memenuhi kekurangan dari metode konvensional, Hidrodesulfurisasi (HDS), dan dapat dioperasikan pada kondisi operasi standar serta tidak membutuhkan banyak biaya. Pada penelitian ini penurunan kandungan sulfur total minyak solar CN-48 dengan metode kombinasi Cat-ODS dan ekstraksi cair-cair menggunakan H2O2 sebagai oksidator, CH3COOH sebagai katalis dan CH3OH sebagai pelarut. Dilakukan variasi rasio volume pelarut terhadap minyak solar CN-48 pada tahap ekstraksi cair-cair sebesar 1:1, 1:2, dan 1:4. Hasil penelitian diuji dengan berbagai metode, yaitu FTIR, XRF, GC-MS, dan ASTM D-4294 untuk menentukan kandungan sulfur total dalam minyak solar. Perbandingan nilai absorbansi panjang gelombang 1169 cm-1 dan 1458 cm-1 pada spektrum inframerah FTIR dapat dikorelasikan dengan hasil ASTM D-4294 dengan keakuratan 68%. Sehingga, FTIR dapat dijadikan metode alternatif dalam penentuan kandungan sulfur total pada minyak solar selain ASTM D-4294 dan dari hasil perhitungan persamaan korelasi antara keduanya menunjukkan bahwa rasio volume 1:4 memberikan nilai desulfurisasi terbaik hingga 28,22%.

The presence of sulfur in CN-48 diesel oil causes financial losses because it shortens engine life and adversely affects the environment and health. Therefore, many researchers have developed methods to reduce the total sulfur content of fuels, such as the Catalytic Oxidative Desulfurization (Cat-ODS) method, a desulfurization process with the help of an oxidizing agent and a catalyst. This method is able to meet the shortcomings of the conventional method, Hydrodesulfurization (HDS), and can be operated under standard operating conditions and does not require much cost. In this study, the total sulfur content of CN-48 diesel oil was reduced using Cat-ODS and liquid-liquid extraction with H2O2 as an oxidizing agent, CH3COOH as a catalyst, and CH3OH solvent. The variations of solvent to CN-48 diesel oil volume ratio at the liquid-liquid extraction stage were carried out at 1:1, 1:2, and 1:4. The results were tested by various methods, i.e., FTIR, XRF, GC-MS, and ASTM D-4294, to determine the total sulfur content in diesel oil. Comparison of absorbance values of 1169 cm-1 and 1458 cm-1 in the FTIR infrared spectrum can be correlated with the results of ASTM D-4294 with 68% of accuracy. Thus, FTIR can be used as an alternative method in determining the total sulfur content of diesel oil other than ASTM D-4294. The calculation using the correlation equation between the two shows that the volume ratio of 1:4 gives the best desulfurization value of up to 28.22%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>