Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wong Sin Yung
"ABSTRAK
Salah satu alternatif pemanfaatan CO2 dari cadangan gas alam Natuna adalah untuk memproduksi bahan petrokimia dan bahan bakar sintetis secara simultan melalui gas sintesis kaya karbon monoksida. Beberapa produk turunan gas sintesis kaya CO ialah asam asetat, asetat anhidrida, dan dimetil eter. Dalam skripsi ini dikaji aspek teknis dan ekonomis dari proses produksi bahan-bahan diatas.
Analisa teknis yang dilakukan meliputi flowsheeting yang didasarkan pada sintetis proses dengan menggunakan lisensi dari Monsanto, Haldor Topsoe, dan NKK, serta analisa kinerja proses yang meliputi efisiensi karbon dan termal. Untuk analisa ekonomi meliputi laju dan waktu pengembalian modal, kepekaan terhadap perubahan harga bahan baku dan produk, kapasitas produksi, dan tingkat suku bunga.
Efisiensi karbon kimiawi dan total unruk pabrik asam asetat ialah sebesar 94.81% dan 78.81%. Berdasarkan analisa ekonomi pabrik ini baru menguntungkan jika kapasitas pabrik asam asetat 5 kali kapasitas dasar (46,942 ton/tahun). Pada kapasitas ini, pabrik asam asetat memiliki kepekaan lerhadap penurunan harga jual produk sebesar 5%. Kenaikan harga beli reaktan sampai 20%, dan tingkat suku bunga sampai 20%.
Untuk pabrik asetat anhidrida efisiensi karbon kimiawi dan total sebesar 78.2% dan 71.14% dan akan menguntungkan bila kapasitas pabrik asetat anhidrida dinaikkan 4 kali dari kapasitas dasar (24275 ton/tahun). Pada kapasitas ini kepekaan terhadap penurunan harga jual produk yang didapat sebesar 1%, kenaikan harga beli reaktan sampai 20%, dan lingkat suku bunga sampai 10%.
Efisiensi karbon kimiawi dan total untuk pabrik DME sebesar 99,55% dan 79,09%, dengan efisiensi panas kimiawi dan totalnya sbesar 86,25% dan 67,96%. Investasi pada pabrik DME ini masih menguntungkan sampai batas kapasitas minimal pabrik DME ½ x kapasitas dasar (900.000 ton/tahun). Pabrik DME memiliki kepekaan terhadap penurunan harga jual produk sebesar 10%, kenaikan harga beli reaktan sampai 40%. dan tingkat suku bunga sampai 20%.

"
2001
S49147
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Mulatua
"Salah satu alternatif pemanfaatan cadangan gas alam Natuna yang memiliki cadangan gas alam dalam jumlah besar yaitu sekitar 4,5 triliun meter kubik adalah dengan memproduksi gas sintesis yang kemudian digunakan untuk mendirikan beberapa pabrik petrokimia, bahan bakar sintetik secara simultan atau ko-produksi.
Berdasarkan analisa awal maka pabrik yang akan dianalisa adalah pabrik synfuel dan pabrik DME. Analisa yang dilakukan didasarkan pada sintesis proses dcngan menggunakan lisensi dari NKK, Haldor Topsoe dan MTG. Analisa teknis yang dilakukan mcliputi kinerja proses yang didasarkan pada efisiensi karbon dan panas. Sedangkan untuk analisa ekonomi meliputi laju dan waktu pengembalian modal, kepekaan terhadap perubahan harga bahan baku dan produk, kapasitas produksi, dan tingkat suku bunga.
Efisiensi karbon kimiawi dan total dari pabrik synfuel adalah sebesar 99.18 % dan 82.61 % sedangkan efisiensi panas kimiawi dan total sebesar 78.39% dan 75.62%. Efisiensi karbon kimiawi dan total untuk proses DME adalah sebesar 99.55 % dan 79.1 % sedangkan efisiensi panas kimiawi dan total sebesar 86.25% dan 67.96%. Sedangkan untuk analisa ekonomi proses synfuel untuk kapasitas produksi 630.000 ton/tahun diperoleh investasi sebesar US$ 3.004.817.898 dengan nilai NRR 50.9 %, IRR 65.3 %, PBP 3.84 tahun dan NPV sebesar US$ 20.083.441.553 hasil ini menunjukkan keuntungan yang sangat baik bila dilihat dari keempat parameter tersebut. Sedangkan untuk proses DME untuk kapasitas produksi 2.200.000 ton/tahun diperoleh investasi sebesar 1.120.816.905 dengan NRR 3.04% IRR 13.62%, PBP 8.52 tahun dan NPV US$ 506.581.188, hasil ini kurang memberikan keuntungan yang cukup terlebih waktu pengembalian lebih besar dari 8 tahun.
Analisa kepekaan kelayakan ekonomi proses synfuel terhadap NRR, IRR, PBP dan NPV lebih banyak dipengaruhi oleh produk Asam Formiat karena kapasitas produksi yang sangat besar dan nilai jual yang sangat tinggi, sedangkan untuk proses DME maka untuk meningkatkan akan keuntungan dari pabrik DME agar memenuhi kelayakan secara ekonomis maka produksi DME harus dinaikkan mulai dari 25 % dari kapasitas dasar.

One of the alternatives for the utilization of Natuna's gas reserve with around 4.5 TCM is by producing synthetic gas that will be used to build several petrochemical plants and synthetic fuels simultaneously (co-production).
Based on pre analysis, plants that will be analyzed is synfuel and DME plants. The analysis is based on synthesis process by using license from NKK, Haldor Topsoe and MTG. Technical analysis that will be applied include process performance based on carbon and heat efficiency. The economical analysis includes rate of investment and payback period, sensitive of raw changing material and product prices, production capacity and interest rate.
The efficiency chemical carbon and total of synfuel plant are 99.18 % and 82.61 % while the efficiency chemical heat and total are 78.39 % and 75.62 %. The efficiency chemical carbon and total for DME plant are 99.55 % and 79.10 %, while the efficiency chemical heat and total are 82.65 % and 67.95 %. For economical analysis of synfuel production capacity is 630.000 ton per anum, investment gained are US$ 3.004.817.898 and value of NRR 50.9 %, IRR 65.3 %, PBP 3.84 years and NPV US$ 20.083.4.41.553. These result shown the best benefit for four parameters mentioned above. DME process for production capacity is 2.200.000 ton per anum investment gained are US$ 1.120.816.905 with NRR 3.04%, IRR 13.62%, PBP 8.52 years, and NPV US$ 506.581.188, these result gives less enough benefit especially for payback period more than 8 years.
Sensitive analysis of synfuel process shown that NRR, IRR, PBP and NPV more influenced by formic acid as by-product because of the high production capacity and the very high product prices. While for DME process to increase the benefit from DME plant to be economically feasible, the DME production must be increased from 25 % from base capacity."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T8152
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Wahyu Purwanto
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Moh. Agus Yulianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49054
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sugeng Rusmantono
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S50852
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ening
"Cadangan gas alam Natuna memiliki kandungan CO2, yang tinggi sekitar 71%. Hal ini akan menimbulkan masalah jika tidak dimanfaatkan. Sejalan dengan perkembangan teknologi, metanol telah berhasil disintesis melalui reaksi hidrogenasi CO2.
Gas hidrogen yang digunakan dalam reaksi hidrogenasi berasal dari elektrolisa air, dimana untuk menghasilkan gas tersebut memerlukan energi listrik sebesar 8,05 x 10^8 kwh/tahun. Sintesis metanol dengan reaksi hidrogenasi CO2 menggunakan reaktor ganda dan umpan balik aliran (recycle) untuk menaikkan konversi reaksi tersebut.
Gas hidrogan yang diperlukan untuk pembuatan metanol 2750 ton/hari yaitu sebesar 22100 kmol/jam. Pembuatan metanol pada skenario 4 ini memiliki kinerja teknis efisiensi termal total sebesar 38,47% dan efisiensi karbon total sebesar 45,23%. Hasil analisa ekonomi dengan menggunakan parameter NRR, IRR, dan PBP untuk investasi pemanfaatan CO2 Natuna Skenario 4 ternyata tidak menguntungkan walaupun dengan asumsi bahwa seluruh produk metanol dan oksigen akan diterima oleh pasar.
Uji kepekaan dilakukan dengan perubahan kapasitas produksi, harga jual produk, harga jual bahan baku, dan tingkat suku bunga. Dari analisa kepekaan ini, investasi tetap tidak menguntungkan walaupun kapasitasnya dinakikkan sampai 10 kali kapasitas dasar. Pada kapasitas dasar investasi ini akan menguntungkan bila harga listrik 0,02 US$/kWh dengan harga methanol lebih besar dari 217 US$/ton dan harga listrik 0,07 US$/kWh dengan harga methanol 530 US$/ton."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49218
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widodo Wahyu Purwanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Bagus saptaji Swastiko
"ABSTRAK
Minyak sereh merupakan suatu jenis minyak atsiri yang berasal dari tanaman sereh (Cymbopogon winlerianus Jowitt), yang memiliki potensi sebagai bahan dasar pengharum dalam industri kosmetik. Geranil asetat merupakan salah satu ester beraroma mawar yang terkandung dalam minyak sereh. Namun dengan rendemen yang lebih besar, geraniol menjadi bahan dasar pilihan dalam pembuatan geranil asetat. Esterifikasi minyak sereh fraksi di bawah 2400C dilakukan untuk mendapatkan geranil asetat dengan pereaksi asam asetat, asetil klorida, dan anhidrida asetat. Minyak sereh fraksi di bawah 2400C yang didestilasi terlebih dahulu membuktikan bahwa rendemen geraniol dalam minyak sereh sebesar 15%. Selanjutnya fraksi geraniol digunakan untuk membuat geranil asetat standar dengan cara refluks, yang pada identifikasi berdasarkan titik didih menghasilkan nilai rata-rata sebesar 101,75 0C dan indeks bias sebesar 1,4830. Analisis dengan GC mernbuktikan RT geranil asetat standar yang dihasilkan sekitar 5,2 menit. Esterifikasi minyak sereh dengan pereaksi asam asetat, asetil klorida, dan anhidrida asetat menunjukkan bahwa rendemen terbesar yang dihasilkan masing-masing pereaksi adalah 41,82% (asam asetat); 49,72% (asetil klorlda); dan 63,045 (anhidrida asetat). Reaksi pH 2 menghasilkan rendemen terbesar LIMA pereaksi asarn asetat, selanjutnya berturut-turut diikutl oleh pH 4 (22,81%), pH 10 (15,46%) dan pli 8 (13,81%). Rendemen yang dihasilkan oleh pereaksi asetil klorida dan anhidrida asetat menunjukkan kecenderungan nienalk bila temperatur dinaikkan (27,5 0C; 50')C I (fan 80'C). Rendemen terbesar dihasilkan pada temperatur 800C. Secara keseluruhan, rendernen gerand asetat terbesar d1hasilkan dari esterifikasi dengan anhidrida asetat pada temperatur 800C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Holisoh
"Simulasi terhadap ko-produksi yang menggabungkan listrik/kalor, bahan bakar sintetik dan bahan kimia (asam asetat, asetat anhidrid dan asam formiat) dengan bantuan simulator Chemcad V didapat bahwa umpan gas CO2 (802,399 Ton) dan CH4 (375,877 Ton), H2O (186,522 Ton), metanol (461,338 Ton), asam asetat (52,031 Ton), metil asetat (52,031 Ton) menghasilkan beberapa produk, sebagai berikut: DME sebesar 172,813 Ton, bensin sebesar 245,79 Barrel, LPG sebesar 0,062 Ton, asam asetat sebesar 258,225 Ton, asam propionik sebanyak 0,287 Ton, asetat anhidrid sebesar 433,41 Ton, asam formiat sebesar 413,54 Ton, dan metanol sebesar 90,168 Ton. Sedangkan listrik yang dihasilkan dari ko-generasi 870 MW dan kukus 864,47 Ton.
Efisiensi atom C kimiawi koproduksi adalah perbandingan jumlah atom C dalam produk dengan jumlah atom C dalam umpan sebesar 73,91 %. Efisiensi atom C total koproduksi adalah perbandingan jumlah atom C dalam produk terhadap jumlah atom C dalam umpan dan bahan bakar sebesar 68,79 %.
Efisiensi panas kimiawi koproduksi adalah perbandingan jumlah panas dalam produk dengan jumlah panas dalam umpan sebesar 61 % adalah wajar karena komponen umpan terbesar CO2 tidak memiliki nilai LHV, dan juga beberapa produk kimia yang dihasilkan sangat kecil LHV-nya. Sedangkan, efisiensi panas total adalah perbandingan jumlah panas dalam produk dengan jumlah panas dalam produk dan bahan bakar sebesar 26,7%.
Hasil analisa terhadap kasus dasar sebagian besar unit-unit dalam koproduksi layak yaitu; DME, asam asetat, asetat anhidrid, asam formiat, dan kogenerasi. Hanya unit bensin yang kurang menguntungkan.
Dari perhitungan investasi menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 ton produk memerlukan biaya investasi, untuk DME 787 US$, untuk Bensin 792 US$, untuk Asam Asetat 294 US$, untuk Asam Formiat 1.474 US$ dan Listrik 819 US$."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T2939
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Nizami
"Lapangan Gas Natuna Timur merupakan lapangan gas terbesar di Asia Tenggara dengan total cadangan mencapai 222 triliun kaki kubik (TCF) dengan persentase CO2 mencapai 71%. Masalah utama dari tingginya kandungan CO2 pada gas Natuna adalah diperlukan proses pemisahan CO2 yang lebih kompleks dan penanganan limbah CO2 yang dapat menyebabkan emisi gas rumah kaca. Oleh karena itu, diperlukan penanganan khusus untuk memisahkan CO2 dari gas Natuna. Pada penelitian ini, dilakukan simulasi proses pengolahan gas bumi kaya CO2 menjadi LNG dan dimetil eter yang terintegrasi CO2 Sequestration dengan menggunakan dua skema pemisahan CO2 yaitu teknologi controlled freeze zone (CFZ) dan membran. Simulasi proses dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Aspen Hysys V11. Keluaran dari studi ini adalah kinerja teknis berupa konsumsi energi, konsumsi gas dan hydrocarbon recovery dan aspek Kekonomian berupa biaya pokok produksi LNG dan dimetil eter. Berdasarkan hasil simulasi, proses pemisahan CO2 dengan menggunakan teknologi CFZ mengkonsumsi energi 0,038 MWh/ton-CO2 dan hydrocarbon recovery mencapai 95,40%, lebih bagus dibandingkan dengan teknologi membran yang mengkonsumsi 0,222 MWh/ton-CO2 dan hydrocarbon recovery sebesar 92,92%. Selain itu, kinerja teknis pada kilang LNG mengkonsumsi energi 0,432 MWh/ton-LNG dan hydrocarbon recovery 94,27% dengan gas umpan dari CFZ, yang menunjukkan performa yang lebih bagus dibandingkan gas umpan dari membran sebesar 0,454 MWh/ton-LNG dan 90,56%. Sedangkan kinerja teknis pada sintesis dimetil eter dengan gas umpan dari CFZ mengkonsumsi gas 0,0412 MMSCF/ton-DME dan konsumsi energi 2,08 MWh/ton-DME, menunjukkan performa sedikit lebih bagus dibandingkan dengan gas umpan dari membran dengan 0,043 MMSCF/ton-DME dan 2,077 MWh/ton-DME. Dari aspek Kekonomian, harga sales gas di Pulau Natuna dengan mempertimbangkan CO2 sequestration sebesar 10,90 US$/MMBtu (CFZ) dan 9,48 US$/MMBtu (membran) lebih mahal dibandingkan dengan tanpa CO2 sequestration sebesar 6,47 US$/MMBtu (CFZ) dan 5,26 US$/MMBtu (membran). Selain itu, biaya pokok produksi LNG dengan mempertimbangkan CO2 sequestration sebesar 14,28 US$/MMBtu (CFZ) dan 12,96 US$/MMBtu lebih mahal dibandingkan dengan tanpa CO2 sequestration yaitu 9,85 US$/MMBtu (CFZ) dan 8,75 US$/MMBtu (membran). Sedangkan pada biaya pokok produksi sintesis dimetil eter yaitu sebesar 13,85 US$/MMBtu (CFZ) dan 12,57 US$/MMBtu dengan mempertimbangkan CO2 sequestration menunjukkan angka yang lebih mahal dibandingkan dengan tanpa CO2 sequestration yaitu 9,42 US$/MMBtu (CFZ) dan 8,36 US$/MMBtu (membran). 

East Natuna gas field is the largest gas field in Southeast Asia with total reserves reaching 222 trillion cubic feet (TCF) with a percentage of CO2 contents is about 71%. The main problem is high CO2 contents of Natuna gas so that it requires a more complex CO2 separation process and the handling of CO2 waste which can cause greenhouse gas emissions. Therefore, special handling is needed to separate CO2 from Natuna gas. In this study, process simulation of natural gas with high CO2-contents to LNG and dimethyl eter with CO2 sequestration is conducted by using two schemes of CO2 separation: controlled freeze zone (CFZ) and membran technology. The process simulation is performed by using Aspen Hysys V11 software. The output of this study is technical aspects which cover energy consumption, feed gas consumption and hydrocarbon recovery and economical aspects which cover levelized cost of LNG and dimethyl eter production. Based on process simulation,  in technical aspect, CO2 separation using CFZ technology (energy consumption of 0,038 MWh/tonne-CO2 and hydrocarbon recovery of 95,40%) results better performance compared to membran technology (0,222 MWh/ton-CO2 dan 92,92%). In addition, technical aspect on LNG processing (energy consumption of 0,432 MWh/tonne-CO2 and hydrocarbon recovery of 94,27%) with feed gas from CFZ shows better performance rather than feed gas from membrane separation (0,454 MWh/ton-LNG dan 90,56%). Furthermore, technical aspect on dimethyl ether synthesis with feed gas from CFZ (gas consumption of 0,0412 MMSCF/tonne-DME and 2,077 (MWh/tonne-DME) is slightly better performance than synthesis process with feed gas from membrane (0,043 MMSCF/ton-DME and 2,077 MWh/ton-DME). Based on economical aspect, sales gas price in Natuna Island with CO2 sequestration of 10,90 US$/MMBtu (CFZ) and 9,48 US$/MMBtu (membrane) is quite expensive compared to without CO2 sequestration of 6,47 US$/MMBtu (CFZ) and 5,26 US$/MMBtu (membrane). In addition, levelized cost of LNG production with CO2 sequestration of 14,28 US$/MMBtu (CFZ) and 12,96 US$/MMBtu (membrane) is more expensive compared to levelized cost without CO2 sequestration which has value of 9,85 US$/MMBtu (CFZ) dan 8,75 US$/MMBtu (membrane). Levelized cost of dimethyl ether production with CO2 sequestration of 13,85 US$/MMBtu (CFZ) and 12,57 US$/MMBtu is more expensive compared to levelized cost without CO2 sequestration which has value of 9,42 US$/MMBtu (CFZ) and 8,36 US$/MMBtu (membrane)."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>