Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57755 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nainggolan, Mildo H.
"Angka oktan bensin (gasoline) untuk kendaraan bermotor merupakan Salah satu standar pengukuran kualitas bensin. Untk menghasilkan bensin dengan angka Oktan tertentu. produsen sering melakukan pencampuran antara bensin yang berangka oktan tinggi dengan yang berangka oktan rendah. Research Oktan Number (RON) dan motor Oktan Number (MON) dari bensin merupakan ukuran kualitas performance sebagai bahan bakar. Skala dari angka oktan itu sendiri didasarkan pada pencampuran linear ISOO tan 'm n hcplane. Anbka oktan bensm dmkux pada >ka|a 1:.o~oklan murm (angka oktan 100) mmpai n-hep\ana murni (angka oktan noi). Angka oktan ilu scndiri dipengaruhi oleh kandungzm senyawa lromalik. olelin dan .s'amm.'e.s'.
Kelika kompuncn-kumponcn bensin clicampur- angka oklan hasil campurau mungkin sedikit berhcda .lari angka oktan bcnsin pcncampumya, \\?2l]E:lLl|JUI1 komponcn-kolnponcnlmya memiliki augka oktan yang mma. Angka oklan campuran tcrsebut mungkin lcbih besar- sama dengnn atau lebih kecil dari mcrhilungau berdasarkan perbandingau volume komponen-komponcn pcncampumya, ini mcnunjukkan ldanya kclidaklinieran. Pencampuran dikatakan linier apahila angka oktan czlmpuran sama dcngan mrediksi bcrdasarkan perbandingan konsenrrasi masing-masing komponen. Ketidaksesuaian angka oktan campuran dengan nilai prediksi linier dapat dikorelasikan dengan persamaan empirik yang spesifik sebagai koreksi terhadap prediksi linier."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49212
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azizan Billardi M
"Setiap tahun, Indonesia mengalami peningkatan jumlah pelanggan listrik, tetapi fluktuasi keadaan keandalan jaringan masih terjadi, sehingga dibutuhkan cadangan tenaga listrik berupa genset agar aktivitas dapat berjalan secara optimal. Dengan jumlah penjualan dan penyalur terbanyak, bensin masih menjadi pilihan bahan bakar genset. Pemilihan bahan bakar bensin berdasarkan angka oktan riset pun tidak bisa sembarang mengingat Indonesia telah menerapkan Bahan Bakar Standar Euro 4 dengan angka oktan riset (RON) minimal 90, sehingga untuk menggantikan Premium (RON 88), Pertalite (RON 90) dan Pertamax (RON 92) dapat menjadi pilihan. Dengan latar belakang dan potensi tersebut, pengujian bertujuan untuk mengetahui kestabilan tegangan dan frekuensi serta kinerja mesin genset dengan bahan bakar Pertalite dan Pertamax yang dilakukan dengan skenario pembebanan 25%, 50% 75%, dan 90% dari kapasitas maksimum genset. Pada parameter kestabilan tegangan dan frekuensi, tegangan untuk kedua bahan bakar memiliki jangkauan 211,8-239,8 Volt sehingga masih sesuai standar sedangkan frekuensi untuk bahan bakar Pertalite sesuai standar pada beban 1,5 kW (75%) dan 1,8 kW (90%), sedangkan Pertamax hanya pada beban 1,5 kW (75%). Pada parameter kinerja mesin, konsumsi bahan bakar spesifik Pertalite lebih hemat dengan nilai 0,67-1,34 l/kWh, sedangkan Pertamax 0,87-1,37 l/kWh. Temperatur gas buang Pertamax lebih tinggi dengan nilai mencapai 277,9 oc, sedangkan Pertalite hanya mencapai 266,1 oc. Nilai tingkat kebisingan kedua bahan bakar masih di bawah nilai ambang batas paparan kebisingan, yaitu hanya mencapai 68,6-70 dB.

Every year, Indonesia experiences an increase in the number of electricity customers, but fluctuations in the state of network reliability are still occurring, so electricity reserves are needed in the form of generators so that activities can run optimally. With the highest number of sales and distributors, gasoline is still the choice of generator fuel. The selection of gasoline based on research octane numbers cannot be arbitrary, considering that Indonesia has implemented Euro 4 Standard Fuel with a minimum research octane number (RON) of 90, so as to replace Premium (RON 88), Pertalite (RON 90) and Pertamax (RON 92) can be an option. With this background and potential, the test aimed to determine the quality of the electric power and the performance of the engine generator set with Pertalite and Pertamax fuel which was carried out with a scenario of 25%, 50% 75%, and 90% load of the maximum capacity of the generator set. In the parameters of voltage and frequency stability, the voltage for the two fuels had a range of 211.8-239.8 Volts so that both fuels met the standard while in frequency parameter, Pertalite fuel met the standard at 1.5 kW (75%) and 1.8 kW (90%) loads, while Pertamax fuel only at 1.5 kW (75%) load. In the engine performance parameters, the specific fuel consumption of Pertalite was more efficient with a value of 0.67-1.34 l/kWh, while Pertamax was 0.87-1.37 l/kWh. The exhaust gas temperature of Pertamax was higher with values ​​reaching 277.9 oc, while Pertalite only reached 266.1 oc. The value of the noise level of the both fuels was still below the threshold value of noise exposure, which only reached 68.6-70,1 dB.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S35380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nawang Puspitawati
"Faktor Kompresibilitas Z diperlukan dalam sistem gas yang mengandung CO2 dan H2S agar dapat digunakan oleh praktisi untuk simulasi dan perhitungan desain proses gas. Gas alam dengan kandungan CO2 dan H2S merupakan gas campuran yang sangat tidak ideal. Untuk itu pada penelitian ini dilakukan perhitungan untuk memperoleh faktor kompresibilitas pada gas campuran dengan menggunakan persamaan keadaan Peng-Robinson yang terbukti mempunyai akurasi baik untuk menghitung properties dari hidrokarbon. Perhitungan faktor kompresibilitas Z campuran gas alam dilakukan pada variasi kondisi gas alam yaitu kompisisi kandungan CO2 dan H2S 0 sampai dengan 15 fraksi mol, pada tekanan 6.89 MPa sampai dengan 20.68 MPa dan pada temperatur 305.56 K sampai dengan 444.44 K. Faktor kompresibilitas gas alam yang mengandung CO2 dan H2S dapat diprediksi dengan menggunakan persamaan keadaan Peng-Robinson tanpa parameter interaksi biner BIP dengan deviasi sebesar 3.23 terhadap perhitungan menggunakan REFPROP. Sedangkan faktor kompresibilitas yang diprediksi menggunakan persamaan keadaan Peng-Robinson dengan BIP memperbaiki nilai deviasi menjadi 0.71 . Pemakaian nilai BIP untuk memprediksi faktor kompresibilitas campuran gas alam untuk berbagai kondisi lain juga menunjukkan bahwa nilai BIP tersebut cukup valid dengan REFPROP yang memiliki deviasi rata - rata sebesar 1.12

Compressibility factor Z is required in gas systems containing CO2 and H2S to be used by practitioners for simulation and gas process design calculations. Natural gas with CO2 and H2S content is a mixed gas that is not ideal. Therefore, in this study calculations were performed to obtain the compressibility factor in gas mixture by using the Peng Robinson equation which proved to have good accuracy to calculate the properties of hydrocarbons. The calculation of compressibility factor Z of natural gas mixture was carried out on variation of natural gas condition ie CO2 and H2S content composition 0 to 15 mole fraction, at pressure of 6.89 MPa up to 20.68 MPa and at temperature 305.56 K up to 444.44 K. Natural gas compressibility factor containing CO2 and H2S can be predicted by using Peng Robinson equation without binary interaction parameter BIP with deviation of 3.23 against calculation using REFPROP. While the predicted compressibility factor using the Peng Robinson equation with BIP fixes the deviation value to 0.71 The use of BIP values to predict the compressibility factor of natural gas mixtures for various other conditions also indicates that the BIP value is quite valid with REFPROP which has an average deviation of 1.12."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T47931
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Garindra Muhammad Maro
"Proses ekstraksi zat padat dapat dilakukan menggunakan fluida karbon dioksida dalam keadaan superkritis yang juga disebut sebagai supercritical fluid extraction (SCFE). SCFE membutuhkan properti tertentu dari zat padat yang hanya dapat didapat melalui penelitian laboratorium, sehingga memakan waktu dan biaya. Sebelumnya sudah dibuat sebuah model yang dapat menggambarkan perilaku zat padat dalam proses SCFE. Studi ini bertujuan untuk memperbaharui model tersebut menggunakan data yang lebih baru, serta membandingkan akurasi model yang lama dengan yang studi ini hasilkan. Dari evaluasi simulais, didapat korelasi baru dengan average absolute deviation (AALD) sebesar 25, nilai yang jauh lebih besar dibandingkan dengan korelasi dari studi sebelumnya, sehingga korelasi dengan data yang sudah diperbaharui tidak seakurat yang sebelumnya dalam memprediksi kelarutan zat padat dalam karbon dioksida superkritikal.

Extraction of solid compounds can be done using supercritical carbon dioxide, which is also known as Supercritical Fluid Extraction (SCFE). SCFE requires certain properties to be known that can only be obtained from laboratory experiments, thus requiring time and expense. Previously a model has been created that can illustrate the behavior of solids in an SCFE process. This study aims to update the model by using more recent data, and compare the accuracy of the old model and the one produced by this study. The result is a new correlation with an AALD of 25, much bigger than the correlation produced by the previous study, therefore making it much more inaccurate at predicting solid solubility in supercritical carbon dioxide."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Soulisa, Ahmad Rizal
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam dunia teknik kimia, pemodelan proses merupakan suatu bagian
yang cukup penting dalam menentukan neraca massa dan panas, menghimng
ukuran dan biaya suatu peralatan, dan mengoptimasi suatu proses kimia. Untuk itu
diperlukan suatu perhitungan sifat-sifat termodinamika yang akurat dan eiisien
secara perhitungan. Metode . yang efektif dalam menentukan sifat-sifat
temaodinamilca adalah dengan menggunakan suatu persamaan keadaan kubik yang
pertama kali ditemukan oleh Van der Waals pada tahun 1873. Persamaan ini terus
mengalami perkembangan dalam upaya untuk mencari persamaan keadaan yang
lebih akurat.
Beberapa persamaan telah dikembangkan untuk memperoleh tingkat
akurasi yang tinggi dalam perhitungan sifat-sifat volumetrik campuran, antara lain
dengan cara mengopnmasi parameter persamaan keadaan kubik dan cara lainnya
adalah dengan translasi volume persamaan keadaan yang sudah ada.
Perhitungan volume cair jenuh campuran biner dengan menggunakan
persamaan keadaan dengan parameter yang dioptimasi dan perhitungan dengan
translasi volume tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan ditinjau dari
perolehan hasil deviasi yang rendah terhadap data eksperimen.
Dari perbandingan hasil perhitungan Persen Deviasi Absolut Rata-rata
(PDAR) pada lima biner yang digunakan menunjukkan bahwa perhitungan
volume cair jenuh campuran biner dengan cara translasi volume umumnya
memberikan hasil perhitungan dengan akurasi yang lebih tinggi dibandingkan
dengan penggunaan parameter persamaan keadaan yang dioptimasi"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49214
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Chrisnandy
"ABSTRAK
Prediksi kelarutan zat padat dalam CO2 superkritis menjadi bagian penting dalam
menentukan kondisi operasi ekstraksi fluida superkritis. Prediksi ini menggunakan
model termodinamika dengan parameter interaksi biner sebagai faktor koreksi
yang didapatkan melalui curve fitting terhadap data eksperimental. Model ini
menggunakan persamaan keadaan SRK dan van der Waals mixing rule untuk
mendapatkan nilai parameter interaksi biner pada suhu 308-338K dan tekanan
150-225bar. Studi ini menghasilkan persamaan umum parameter interaksi biner
yang independen terhadap tekanan dan suhu dengan menggunakan data
eksperimental dari 23 senyawa. Hasil optimum diperoleh saat parameter interaksi
biner dikorelasikan terhadap tekanan sublimasi dan sifat fisik zat. Persamaan ini
menghasilkan average absolute logarithmic deviation sebesar 0,51 dalam
memprediksi kelarutan zat padat dalam CO2 superkritis dibandingkan dengan
persamaan sejenis yang sudah dipublikasikan sebelumnya sebesar 2,55 dan 3,47.

ABSTRACT
Solubility prediction in supercritical CO2 has attracted much interest recently and
become important to determine the operating condition especially in industrial
used. Twenty three well-known varied chemical solutes in SC CO2 have been
investigated using SRK EoS and van der Waals mixing rule to obtain the binary
interaction parameters which were evaluated at pressure of 150-225 bar and
temperature above the critical temperature of CO2 in the range of 308K ? 338K
and were observed to be correlated to sublimation pressure and solute physical
properties. Furthermore this study offers more suitable generalized correlation of
binary interaction parameters for predicting solubility of solids in SC CO2 which
resulted average absolute logarithmic deviation 0.51 compared to the previous
published correlations resulted 2.55 and 3.47."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42557
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rezhi Ramadhia Putra
"Kebutuhan manusia akan minyak bumi sekarang semakin besar. Karena itu diperlukan sumber energi lain sebagai alternatif, salah satunya adalah etanol. Peneliti-peneliti sebelumnya kebanyakan menggunakan bahan dari minyak sawit untuk memproduksi hidrokarbon, sedangkan pada penelitian ini digunakan etanol. Etanol merupakan senyawa dengan gugus oksigen dan dalam hal ini serupa dengan methanol. Reaksi dilakukan pada reaktor fixed bed pada kondisi atmosferik selama kurang lebih 3 jam.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi 15% HZSM-5 pada suhu reaksi 450 °C merupakan kondisi optimum untuk mencapai angka oktan tertinggi yaitu 109.6, dimana pada kondisi ini terdapat sejumlah isoparafin, dan senyawa aromatis yang cukup besar.

Human needs of crude oil is getting bigger nowadays. Hence, we need a new source of energy, and one of them is ethanol. Previous research mostly used palm oil as the material to produce hydrocarbon, as for this research ethanol were used instead. The reaction was carried out on fixed bed reactor for more or less 3 hours.
This research concludes that the optimum condition to reach the higher octane number is 15% HZSM-5 with reaction temperature at 450 °C (RON 109.6). Quite large number of aromatic was found in this product along with a few isoparaffin compound.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43715
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismiyati
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
T40937
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>