Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhtar Nurdin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49244
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Reynold Aksa
"Limbah amonia yang keluar dari industri mengandung konsentrasi amonia yang cukup tinggi, diatas ambang batas baku mutu yang berlaku (50 mg/L). Hal ini akan menimbulkan masalah bila tidak dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Salah satu cara untuk mengolah Iimbah yang mengandung amonia adalah dengan cara adsorpsi dengan menggunakan zeolit alam. Zeolit alam digunakan untuk mengurangi kadar amonia dalam larutan karena memiliki ukuran pori yang sesuai dengan diameter amonia sehingga proses adsorpsi dapat berlangsung.
Penelitian adsorpsi secara barch bertingkat ini mengikuti siklus pola adsorpsi berseri yang ditentukan pada penelitian sebelumnya, di uji cobakan dalam alat adsorpsi bertingkat menggunakan ZAL dengan ulcuran 0,8-1 cm dan dipakai larutan buatan dengan konsentrasi awal amonia semua larutan 1000 mg/L. Proses adsorpsi dilakukan secara seri sampai setiap larutan mencapai baku mutu. Zeolit yang telah jenuh diregenerasi secara kimia dengan Iarutan NaCl 5 gram/liter. Zeolit hasil regenerasi dipakai kembali untuk mengadsorpsi amonia sampai jenuh.
Dari hasil penelitian didapatkan untuk mereduksi konsentrasi larutan amonia 1000 mg/liter sampai mencapai baku mutu 50 mg/l diperlukan 3 batch berseri yang berisi ZAL baru (seri 1), kemudian seri 1 ini dipakai untuk mengadsorpsi larutan baru berikutnya yang berkonsentrasi 1000 mg/l dan untuk mencapai baku mutu dibutuhkan 4 barch yang terdiri dari batch seri 1 dan 1 batch baru yang ditempatkan di akhir proses(seri 2), larutan baru berikutnya membutuhkan 5 batch yang terdiri dari ZAL dari seri 2 ditambah 1 barch ZAL baru yang juga ditempatkan di akhir proses, demikian seterusnya Dan seri 1 sampai dengan sen 6 dapat digunakan sesuai dengan pola siklus adsorpsi yang telah direncanakan.
Daya serap ZAL, terhadap larutan amonia baru 1000 mg/l di batch l untuk 1 kali, 2 kali, 3 kali dan 4 kali adsorpsi berturut-turut adalahh 1,817 meq/g, 1,091 meq/g, 0,93 meq/g, 0,535 meq/g atau 51,8 %, 30,8 %, 26,5 %, dan 14,4 %. ZAL setelah digunakan untuk mengadsorpsi larutan amonia 1000 mg/l sebanyak 4 kali, kemampuan adsorpsi turun dari 51,8 % menjadi 14,4 % dan meningkat menjadi 28,5 % setelah diregenerasi dengan NaCl. Estimasi operasi 1 kali siklus sesuai dengan pola siklus yang direncanakan dengan 6 batch ZAL berisi masing-masing 1,67 ton, membutuhkan waktu 44 jam mampu mengolah limbah amonia seban 50.000 L dengan biaya yang dibutuhkan 6.376.840 rupiah."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49159
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roekmijati Widaningroem Soemantojo
"Zeolit alam adalah mineral yang memiliki sifat khas dan struktur rongga yang teratur dalam ukuran tertentu, sehingga berpotensi sebagai adsorben limbah amonia. Kapasitas adsorpsi dan selektivitgasnya dapat ditingkatkan degnan modifikasi zeolit alam melalui proses pertukaran ion menjadi H-Zeolit yang memiliki inti aktif H.
Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berada dari Lampung yang mengandung klinoptilolit sekitar 75%. kapasitas adsi=orpsi Zeolit alam Lampung (ZAL) diperbandingkan dengan tiga jenis H-Zeolit yang dihasilkan dari proses pertukaran ion antara ZAL dengan NH4NO3 dan (NH4) SO4 dan kemudian dikalsinasi pada suhu 550 C. Adsorpsi dilakukan secara batch pada suhu dan tekanan kamar dengan variasi waktu dan konsentrasi awal amonia. Dilakukan pula percobaan regenarasi terhadap zeolit yang telah jenuh dengan NH3, dengan jalan pemanasan pada suhu 550 C selama 1 jam dan selamanya digunakan kembali untuk adsorpsi. Sebagai tahap awal adsorpsi regenerasi dilakukan sebanyak dua setengah siklus.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari segi kapasistas adsorpsi dalam pemakaian siklus adsorpsi regenerasi, H-zeolit lebih baik dari pada zeolit alam setelah regeneraasai zeolit alam mengamalami penurunan kapasista adsorps yang cukup besar. Secara umum H Zeolit yang diperoleh dari aktivasi dengan amonium nitrat merupakan zeolit yang paling baik jika digunakan sebagai adsorben amonia. Perlu dilakukan percobaan lebih lanjut menggunakan air limbah atau limbah tiruan untuk mengetahui kapasitas adsorpsi maupun selektivitasnya dengan siklus adsorpsi yang lebih panjang."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
JUTE-XII-1-Mar1998-45
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ngalu, Vincentius Maruli
"Air merupakan salah satu unsur penunjang kehidupan yang keadaannya seringkali diabaikan. Seringkali terjadi pencemaran air yang disebabkan oleh buangan limbah baik dari industri maupun rumah tangga. Pencemaran tersebut mengakibatkan kerugian terhadap manusia, terutama masalah kesehatan. Oleh karena itu periu diadakan pengolahan iimbah, baik dari industri maupun rumah tangga, agar tidak mencemari air. Beberapa parameter tercemamya air antara lain adalah kandungan amonia dalam air dan nilai COD dari air. COD mengukur jumlah senyawa organik dalam air. Semakin tinggi COD, berarti air makin tercemar. Air yang mempunyai COD tinggi, berarti kanduugan oksigen terlarutnya rendah. Hal ini dapat membahayakan kehidupan biologis dalam air. Sedangkan amonia pada kadar tertentu dapat membahayakan manusia.
Untuk mengatasi hal di atas, maka perlu dilakukan suatu usaha untuk mengolah limbah yang nantinya akan dibuang ke badan air, supaya tidak mencemari lingkungan. Proses yang relatif mudah untuk pengolahan limbah adaiah dengan cara adsorpsi. Proses ini dikatakan mudah karena banyaknya media penyerap alam untuk dijadikan adsorben dalam proses adsorpsi. Penelilian ini menggunakan zeolit alam sebagai adsorben, untuk menyerap kandungan amonia dalam limbah. Penelitian terdahulu telah menghasiikan alat adsorpsi berikut dengan pola siklus adsorpsinya.
Berbeda dengan penelitian terdahulu yang memakai larutan amonia teknis sebagai adsorbat, penelitian sekarang menggunakan limbah asli, yaitu air danau UI yang kadar amonianya telah ditingkatkan. Ini bertujuan untuk menyelidiki pengaruh bahan-bahan lain dalam proses adsorpsi amonia. Proses adorpsi yang dilakukan dalam penelitian ini mengikuti pola siklus adsorpsi yang dihasilkan dari penelitian terdahulu.
Hasil penelitian mcnunjukkan bahwa limbah yang diolah dengan mengikuli polar siklus yang ada, tidak semuanya mencapai baku mutu kandungan amonia. Limbah yang mengikuti proses adsorpsi pada seri A, B, C, yang menggunakan 14, dan 5 buah batch ZAL, belum mencapai baku mutu, sedangkan limbah yang diolah pada seri adsorpsi D dan E , yang menggunakan 6 buah batch ZAL telah mencapai baku mum. Untuk limbah yang diolah pada seri adsorpsi A, yang semua batch-nya berisi ZAL barn, kemungkinan dibutuhkan jumlah batch bam sebanyak 4 buah umuk menoapai baku mum amonia. Hal ini menandakan perlunya diadakan penyempurnaan umuk pola siklus adsorpsi yang ada.
Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa zeolit juga dapat menyerap senyawa organik dalam limbah. Ini digambarkan dengan lebih sedikitnya jumlah amonia teradsorp pada batch pertama dibandingkan dengan batch kedua dari proses adsorpsi pada seri A dan C, yang mempunyai kandungan senyawa organik relatif tinggi. Pada batch pertama ini, penurunan senyawa organik terjadi dengan jumlah penurunan cukup besar. Pada batch kedua, hal yang sebaliknya terjadi, dimana penurunan COD kurang signifikan, akan tetapi penurunan konsentrasi amonia terjadi dengan cukup drastis. Fenomena ini menggambarkan bahwa pada saat konsentrasi senyawa organik dalam larutan tinggi, proses adsorpsi amonia menjadi terhalang, dan zeolit lebih cenderung menyerap senyawa organik. Pada saat konsentrasi senyawa organik telah mengalami penurunan, zeolit dapat mengadsorp amonia dengan lebih baik."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S49013
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Birul Andini
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49046
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S48805
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilvianto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49229
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vanda Lestari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S49050
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akam
"Usaha untuk meminimisasi limbah buangan industri yang mengandung amonia agar mencapai baku mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah RI dalam Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. Kep-51/MENLH/10/1995 yang diperbolehkan dalam buangan limbah ke air pemukaan tanah adalah 50 mg/L (50 ppm) dan beban pencemaran maksimum sebesar 0.75 kg amonia/ton limbah. Minimisasi limbah pada industri mensaratkan penggunaan proses operasi seefisien mungkin dan kontinyu serta hasil yang optimal.
Dalam penelitian ini kolom adsorpsi-regenerasi sistem tertutup dibuat agar dua buah kolom dapat digunakan secara simultan sehingga mendekati kondisi yang diharapkan dalam industri. Zeolit yang digunakan adalah zeolit alam lampung yang telah mengalami pencucian dan pemanasan pada 150 °C. Garam NaCl yang digunakan sebagai regeneran adalah garam yang dijual dipasar (Refina) dan keluaran dari kolom regenerasi dikembalikan lagi kedalam bak penampung regeneran sehingga penggunaan bahan regeneran lebih ekonomis. Konsentrasi regeneran yang digunakan 5 g/L, laju alir fluida 0.3 ml/dtk serta dilakukan variasi suhu regeneran yaitu: 30 °C, 40 °C dan 60. Limbah amonia yang digunakan adalah Iimbah buatan mengandung amonia teknis 1 g/L; larutan amonia teknis 2 g/L dan urea 1 g/L, serta limbah yang sesungguhnya yang mengandung limbah amonia industri 2 g/L. Konsentrasi amonia keluaran reaktor dianalisis dengan metode destilasi-titrasi, sedangkan zeolitnya dikarakterisasi dengan FTIR.
Dari hasil penelitian diperoleh penggunanaan kolom adsorpsi-regenerasi sistem tertutup belum Iayak untuk dikembangkan dalam skala industri pada pemakaian konsentrasi amonia 2 g/L. Peningkatan suhu regenerasi dapat memperkecil penurunan kapasitas adsorpsi amonia. Umur dari zeolit untuk mencapai baku mutu bervariasi untuk masing-masing suhu regenerasi namun semuanya pada tahap adsorpsi 2. Untuk suhu regenerasi 30 °C, 40 °C dan 60 °C penurunan kapasitas adsorpsi (5 siklus) rata-rata berturut-turut 5.61 %, 4.85 % dan 3.178 %. Penggunaan limbah amonia sesungguhnya memperkecil penurunan kapasitas adsorpsi namun lebih cepat melewati baku mutu."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49206
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Udin Syaripudin
"Kandungan amonia yang tinggi dalam air menimbulkan masalah jika tidak diolah terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan air limbah agar konsentrasi amonia dalam larutan mencapai ambang batas yang diperbolehkan sebelum di buang ke badan air.
Penulisan skripsi ini mengandung pengumpulan dan pengolahan data yang dilanjutkan dengan perancangan alat adsorpsi batch bertingkat Pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian yaitu pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara melakukan penelitian sedangkan pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mengambil data hasil laporan penelitian terdahulu.
Pada penelitian ini dilakukan adsorpsi amonia dari air limbah dengan menggunakan zeolit alam Lampung (ZAL) jenis klinoptilolit. Zeolit jenis klinoptilolit mempakan adsorben yang sangat baik untuk rnenyerap ion amonium dalam larutan. Zeolit yang digunakan ZAL granular yang berukuran 0.8-1 cm. Konsentrasi awai limbah yang diadsorpsi adalah 1 gr/l dan diharapkan berkurang sampai mencapai baku mutu (50 mg/l).
Proses adsorpsi dilakukan secara batch bertingkat yang artinya proses adsorpsi dari satu batch (kolam) dilanjutkan ke batch lain hingga larutan yang diolah mencapai baku mutu. Jumlah batch yang digunakan sebagai tempat adsorpsi sebanyak enam batch dengan waktu adsorpsi tiap batch 2 jam, Sistem adsorpsi batch bertingkat ini disusun atas dasar:
- ZAL digunakan untuk mengadsorpsi amonia secara berturut-turut sampai baku mutu tidak dapat tercapai lagi.
- Setelah baku mutu tidak tercapai, ZAL di batch pertama yang menerima larutan dengan konsentrasi amonia paling tinggi diregenerasi sebanyak satu kali.
- ZAL hasil regenerasi diletakkan di akhir susunan batch bertahap dan digunakan kembali untuk adsorpsi.
- ZAL hasil regenerasi yang tidak mampu lagi mengadsorpsi larutan dibuang dan diganti dengan ZAL segar, kemudian ditempatkan diakhir susunan batch bertahap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah batch yang dibutuhkan agar konsentrasi amonia mencapai baku mutu adalah 3 batch. Jika dilakukan dengan menggunakan ZAL bekas adsorpsi pertama, maka jumlah batch yang dibutuhkan untuk mengolah larutan kedua adalah 4 batch. Untuk larutan ketiga 5 batch, dan untuk larutan keempat 6 batch.
Model rancangan kolam adsorpsi secara batch bertingkat terdiri dari 8 batch dengan enam batch sebagai tempat adsorpsi dan dua batch yang lain digunkanan sebagai cadangan. Berat ZAL yang diperlukan untuk mengolah amonia sebanyak 6 liter adalah 2 kg/batch, dan untuk mengoiah 5000 liter adalah 1.67 ton/batch.
Biaya investasi alat adsorpsi secara batch bertingkat untuk mengolah limbah dengan volume 5 m³/batch adalah Rp37,144,350.00. Sedangkan untuk hasil-hasil yang lainnya adalah:
a. Untuk waktu operasi 8 jam/hari, dalam sebulan diperoleh:
- Volume limbah yang dapat diolah : 450 m³
- ZAL yang diperlukan : 25.05 ton
- Regeneran (NaCl) yang diperlukan : 1.875 ton
- Biaya operasi : Rp16,979,400.00
b. Untuk waktu operasi 16 jam/hari, dalam sebulan diperoleh:
- Volume Iimbah yang dapat diolah : 750 m³
- ZAL yang diperlukan : 45.09 ton
- Regeneran (NaCl) yang diperlukan : 3.375 ton
- Biaya operasi : Rp30,529,800.00
c. Untuk waktu operasi 24 jam/hari dalam sebulan diperoleh:
- Volume limbah yang dapat diolah : 900 m³
- ZAL yang diperlukan : 60.12 ton
- Regeneran (NaCl) yang dipcrlukan : 4.5 ton
- Biaya operasi : Rp40,699,200.00"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S49228
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>