Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 98216 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Ukiran adalah salah satu bentuk ornamen arsitektur, dalam konteks tuhsan ini adalah arsitektur trasional Nfinangkabau. Seperti ornamen tradional yang lain, ornamen ukiran di Rumah Gadang mempunyai ketentuan-ketentan yang berhubungan dengan adat-istiadat masyarakatuya. Ketentuan-ketentuan inilah yang digali pada tulisan ini. Dengan menggunakan studi literatur berbagai sumber buku, observasi ke lapangan dan wawancara dengan beberapa orang yang kompeten di bidangnya, seperti dosen Send Uldr IKiP Padang, Ninik mamak di Baru Sangkar, dan ahli ukir di Pandai Sikek Padang Panjang, penulis mencoba mengungkapkan hal-hal pokok yang berhubungan dengan om=en ukiran Rumah Gadang. Ornamen ukiran tradisional Rumah Gadang Minangkabau semuanya berwujudkan alam flora, yang tidak hanya berperan sebagai penghias belaka, meladnkan juga merupakan simbol yang mempunyai makna di dalamnya. Setelah ditehti ornamen ularan Rumah Gadang mempunyai hubungan yang erat dengan adat di Minangkabau. Adat Minangkabau berpengaruh terhadap ornamen ukiran Rumah Gadang, sehingga ornamen mempakan simbol dari perwujudan adat. Pengedaan ornamen ukiran selalu berhubungan dengan prinsip adat basandi syarak (adat bersendikan syarak) Yang mempunyai aai-alai alwn lakambang jadi guru (alam terkambang jadi guru) dengan kousep alue jo patuik (alur dan patut), ukue jo jangka (ukur dan jangka) dan raso jo pariso (rasa dan periksa) dengan dasar pola geometris."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48154
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samiya Romzy
"Penelitian ini menggali fenomena simulacra dalam arsitektur tradisional Indonesia yang termanifestasi di luar negeri, khususnya pada Minangkabau House di Rotterdam dan The House of Five Senses di Kaatsheuvel, Belanda. Di era hiperrealitas, di mana realitas dan replika saling melebur, penelitian ini menelusuri dampak simulacra terhadap persepsi dan pengalaman terhadap arsitektur tradisional. Arsitektur, sebagai seni merancang ruang dan lingkungan, memiliki peran sentral dalam membentuk hubungan manusia dengan lingkungannya. Namun, teori postmodernisme, terutama konsep simulacra, merubah paradigma pandangan kita terhadap realitas. Melalui analisis visual dan pemahaman konsep simulacra, penelitian ini bertujuan untuk membedakan arsitektur yang bersifat simulatif dari yang memiliki keaslian tertanam dalam tradisi. Studi kasus di Rotterdam dan Kaatsheuvel mengungkapkan bagaimana replika arsitektur tradisional Indonesia melebur dengan lingkungan sekitarnya, menciptakan suasana dimana batas antara asli dan replika menjadi kabur. Dalam Minangkabau House dan The House of Five Senses, simulacra memanifestasikan dirinya dalam replika yang menantang untuk dibedakan dari yang asli. Dalam masyarakat yang terus terpapar media hiperreal, tantangan memahami identitas asli suatu struktur menjadi lebih kompleks. Penelitian ini, melalui landasan teoritis simulacra, mengeksplorasi hingga sejauh mana konsep ini membentuk pengalaman terhadap arsitektur tradisional di luar negeri dan dampaknya terhadap persepsi masyarakat tentang otentisitas. Dengan demikian, penelitian ini merintis jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang identitas dan makna arsitektur tradisional Indonesia di era hiperrealitas.

This study delves into the phenomenon of simulacra within traditional Indonesian architecture manifested abroad, particularly in the Minangkabau House in Rotterdam and The House of Five Senses in Kaatsheuvel, Netherlands. In the era of hyperreality, where reality and replicas seamlessly merge, this research explores the impact of simulacra on perceptions and experiences of traditional architecture. Architecture, as the art of designing spaces and environments, plays a central role in shaping human relationships with their surroundings. However, postmodernism, notably the concept of simulacra, has transformed our paradigm of reality. Through visual analysis and an understanding of the simulacra concept, this study aims to distinguish between architecture that is simulative and that which embeds authenticity within tradition. Case studies in Rotterdam and Kaatsheuvel reveal how replicas of traditional Indonesian architecture blend with their surrounding environments, creating an atmosphere where the boundaries between the original and the replica become blurred. In Minangkabau House and The House of Five Senses, simulacra manifest themselves in replicas that challenge differentiation from the authentic. In a society continually exposed to hyperreal media, the challenge of understanding the authentic identity of a structure becomes more complex. This research, grounded in the theoretical framework of simulacra, explores the extent to which this concept shapes the experience of traditional architecture abroad and its impact on society's perception of authenticity. Thus, this study paves the way towards a deeper understanding of the identity and meaning of traditional Indonesian architecture in the era of hyperreality."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrtha Soeroto
Jakarta: Myrtle Publishing, 2007
720.959 8 MYR d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Ornamen pada arsitektur Toraja merupakan sebuah pelengkap estetika. Disadari atau tidak, ornamen memainkan peranan penting, karena sebuah arsitektur Tongkonan tidak akan lengkap tanpa hadirnya ornamen tersebut. Keberadaannya mengandung nilai-nilai yang merepresentasikan kebudayaan masyarakatnya pada saat arsitektur itu tercipta. Ornamen memiliki Citra Visual yang mampu berbicara. Keberadaannya pada Tongkonan merupakan suatu bentuk pengungkapan ide, nilai-nilai, dan filosofi yang dimiliki oleh masyarakat suku Toraja. Pengungkapan tersebut merupakan sebuah hal yang sangat berharga bagi komunitas kebudayaannya, dimana nilai seperti ini berlaku juga untuk komunitas kebudayaan lainnya. Hal ini disebabkan karena, pada saat belum adanya institusi yang mengatur manusia dan perilakunya seperti pada masa kini, kebudayaan masyarakat lah yang berperan penting mengatur kehidupan dan perilaku manusianya. Kebudayaan merupakan salah satu institusi non-formal yang dapat diandalkan dalam mengendalikan hidup. Kebudayaan lahir dari persamaan nilai-nilai sebuah komunitas yang di implementasikan menjadi kebiasaan. Pada tahap awal, nilai-nilai dan kebiasaan ini akan mengakar pada tiap-tiap diri anggotanya yang selanjutnya menjadi sebuah aktivasi pengikat komunitas. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya manusia agar mengenal, memahami, dan menghargai kebudayaan sendiri, dan mengapa nilai- nilai yang datang dari luar tidak selalu sesuai dengan masyarakat yang sudah terbentuk. Saat ini kita akan mendapati zaman yang serba cepat yang diakibatkan oleh perkembangan teknologi dan informasi yang terus melaju. Hal ini telah membuat hidup lebih longgar terhadap nilai-nilai yang diikat oleh norma, agama, maupun institusi. Sehingga kadang kala mengakibatkan manusia kehilangan jati diri atau disorientasi di dalam kehidupan. Dengan memahami kebudayaan milik sendiri, kita akan mampu mengenali salah satu sifat dan penyikapan hidup yang menjadi akar diri kita. Hal ini akan menjadi sarana untuk memilah penyikapan terbaik dan menambah wawasan. Sehingga kita tidak akan jauh untuk mengenali karakter diri. Arsitektur vernakular dan elemen-elemen yang ada padanya merupakan salah satu sarana representasi sebuah kebudayaan. Oleh karenanya kita wajib menjaga, mengenal, dan melestarikannya sebaik mungkin."
[Fakultas Teknik Universitas Indonesia, ], 2006
S48568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rizky Ikhsani
"Skripsi ini mengevaluasi arti simbolik dari titik-titik kardinal pada arsitektur tradisional Indonesia, terutama pada kebudayaan dari kelompok etnik Jawa, BaJi, Toraja, Amarasi, Babar, dan Savu pada kepulauan Indonesia. Alasan dari pemilihan topik ini ada1ah karena ketertarikan penulis dengan kompleksnya simbolisme titik kardinal (yang kebanyakan telah dianalisis) pada kebudayaan asing, seperti kebudayaan pribumi Amerika Utara dengan dewa pelindung arah mata anginnya, ajaran Tattvas pada kebudayaan India, hingga sistem Feng Shui Cina yang amat kompleks; ini semua mendorong penulis untuk melakukan analisis pada simbolisme titik-titik kardinal pada kebudayaan kita di kepulauan Indonesia, terutama pada arsitektur tradisionalnya, karena kebudayaan kita sendiri sebenarnya memiliki latar belakang yang kaya dengan simbol kulturalnya yang kompleks dan unik dibandingkan dengan kebudayaan kebudayaan lain di dunia.
Atas alasan ini, penulis menentukan topik ini untuk skripsi dan mencoba mempelajari simbolik titik kardinal pada arsitektur tradisionai Indonesia, termasuk mencoba menemukan inti bagaimana cara simbol tersebut terlahir kedalam kebudayaan setiap kelompok etnik. bagaimana evolusi simbol tersebut sejalan dengan waktu (jika kebudayaan tersebut mengalami perubahan atau intervensi dari luar yang cukup signifikan sehingga mcngubah sirnbol-simbol titik kardinal pada arsitekt:ur tradisional mereka), bagaimana setiap kelompok etnik menginterpretasikan arti simbolik pada setiap titik kardinal dan bagaimana penerapannya terutama pada arsitektur tradisional mereka. Alasan pemilihan kelompok-kelompok etnik ini adalah karena kelompok-kelompok etnik ini..."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djafar
Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan RI, 1986
728.598 DJA a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Surtikanti Putri Sejati
"ABSTRAK
Penelitian mengenai gaya arsitektur Candi Rimbi telah dilakukan. adapun tujuannya adalah untuk melihat Candi Rimbi dalam kerangka sejarah kuno serta sejarah arsitektur candi Klasik Muda khususnya masa Majapahit, berdasarkan kronologi relatifnya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data lapangan dan data kepustakaan.
Penelitian dilakukan berdasarkan bentuk arsitektur Candi Rimbi yang kemudian dibandingkan dengan bangunan candi lain yang mempunyai kemiripan bentuk arsitektur dengan candi tersebut. Penelitian mengenai hubungan antara Candi Rimbi dengan tokoh Tribhuwana digunakan kitab Negarakertagama dan kitab Pararaton.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian adalah bahwa Candi Rimbi masuk ke dalam gaya Jago menurut pembagian gaya percandian yang dilakukan oleh Pitono serta ke dalam gaya Brahu menurut Agus Aris Munandar. Hal itu karena ciri pada kedua gaya percandian tersebut dapat dijumpai pada bangunan Candi Rimbi. Adapun tersebut adalah: 1) Bangunan Candi Rimbi memiliki kaki yang berbentuk undakan yang terdiri dari tiga tingkatan kaki candi. 2) Tubuh yang merupakan bilik candi tersebut terletak di bagian belakang denah bangunannya yang berbentuk bujur sangkar. 3) Sampai saat ini tidak dijumpai lagi namun berdasarkan batu sungkup dan temuan antefiks sangat mungkin dahulu atap terbuat dari bahan batu dengan bentuk uki/ara.

"
2001
S12061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Alumni, 1991
720.9 JAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bandung: Alumni, 1991
720.959 8 JAT
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Catherine Dhammamitta Viriya
"Skripsi ini berusaha mengkaji pengertian dari fashion dan fashionable terkait dengan dunia arsitektur, dan faktor-faktor yang dapat membuat sebuah karya arsitektur dianggap fashionable. Studi dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan mempelajari literatur yang berhubungan dengan metode perancangan serta teknik yang diterapkan dalam kedua disiplin ilmu baik fashion maupun arsitektur serta keterkaitan yang mungkin dapat ditemukan diantara keduanya. Studi kasus difokuskan pada dua buah bangunan yang berlokasi di Jakarta dan Tokyo, Jepang, dengan melakukan analisis terhadap konsep dan metode perancangan yang diterapkan, kaitan dengan lingkungan, serta detail-detail elemen fashionable yang digunakan dalam kedua bangunan ini.
This thesis tries to examine the definition of fashion and fashionable, the connection between those and the architecture world, and what makes a building fashionable. The research on this thesis is done by studying literatures concerning on methods, concepts, and designing techniques, which are done in both fashion and architecture, and also possible connections between the disciplines. Two fashionable buildings located in Jakarta and Tokyo are chosen as the case studies, to which the designing concept and methods are analyzed according to the theories gathered from the literature research. Other than that, connection of the buildings toward surrounding area and fashion elements, which are found in the buildings, are also the concern of this thesis."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42610
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>