Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94468 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Widayati Dwi Mulyani
"Dalam kehidupan masyarakat kota yang serba sibuk, timbul kebutuhan untuk melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, dengan mencari hiburan yang mudah dicapai setiap saat. Perkembangan pusat perbelanjaan yang memastikkan aspek hiburan menjadi daya tank tersendiri bagi masyarakat. Beragarnnya jenisjenis hiburan yang ada memberikan respon yang berbeda-beda terhadap pengunjting. Pcmilihan jenis hiburan yang direncanakan dengan baik akan meningkatkan citra dan kualitas pusat perbcianjaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arrizqy Nadya Khairunissa Yulianto
"Pusat perbelanjaan mal kini sudah menjadi lebih dari sekadar tempat berbelanja, melainkan juga menjadi sebuah ruang publik. Mal sebagai ruang publik berperan menjadi tempat untuk berkumpul dan beraktivitas tanpa memandang latar belakang pengunjungnya. DKI Jakarta dikenal sebagai provinsi yang memiliki pusat perbelanjaan kedua terbanyak di Indonesia, khususnya Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat. Berdasarkan Kementerian Perdagangan Repubik Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat di Jakarta mendorong perkembangan sektor ritel, terutama dalam sektor pusat perbelanjaan mal. Dengan adanya perkembangan tersebut, hal ini juga berdampak pada semakin tingginya tingkat persaingan antar mal. Di sisi lain, Generasi Z menjadi mayoritas pengunjung di pusat perbelanjaan mal dan diperkirakan akan terus meningkat, sebagaimana menurut BPS lebih dari 20% dari penduduk Jakarta didominasi oleh Generasi Z. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara daya tarik mal-mal di Jakarta Selatan dan Jakarta Pusat dan persepsi pengunjung Generasi Z yang kemudian membentuk aktivitas yang dilakukan. Adapun daya tarik mal sebagai ruang publik dalam penelitian ini dilihat dengan pendekatan placemaking menurut Project for Public Spaces. Metode yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif dengan pendekatan spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan daya tarik mal akan mendorong pengunjung Generasi Z untuk memiliki kecenderungan persepsi dan aktivitas tertentu. Mal daya tarik tinggi dan mal daya tarik sedang memiliki kesesuaian persepsi lebih tinggi dibandingkan dengan mal daya tarik rendah sebagaimana hal ini ditunjukkan dengan penggunaan aktivitas lebih tinggi yang diiringi oleh tingkat persepsi lebih memenuhi bagi pengunjung Generasi Z.

Shopping malls have now become more than just places for shopping; they have evolved into public spaces. Malls, as public spaces, serve as gathering spots and activity hubs regardless of the visitors' backgrounds. DKI Jakarta is known as a province with the second-highest number of shopping centers in Indonesia, particularly in South Jakarta and Central Jakarta. According to the Ministry of Trade of the Republic of Indonesia, rapid economic growth in Jakarta has propelled the development of the retail sector, especially in the mall sector. With this growth, there is a consequent increase in competition among malls. On the other hand, Generation Z constitutes the majority of visitors to shopping malls and is expected to continue growing. According to BPS, more than 20% of Jakarta's population is dominated by Generation Z. This research aims to analyze the relationship between the attractiveness of malls in South Jakarta and Central Jakarta and the perceptions of Generation Z visitors, which then shape their activities. The attractiveness of malls as public spaces in this study is viewed through the placemaking approach by Project for Public Spaces. The method used is quantitative descriptive analysis with a spatial approach. The research results indicate that the differences in mall attractiveness will influence Generation Z visitors to have tendencies in specific perceptions and activities. Shopping malls with high and moderate attractiveness have a higher alignment of perception compared to malls with low attractiveness, as indicated by a greater engagement in activities accompanied by a higher level of satisfaction for Generation Z visitors."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The precious stone is said to be able to create attraction, because of its unique shape and beautiful colour, and the making process from natural stone to jewelry. The location of precious stone getting such in Rawa Bening Market Jakarta becomes an attraction its self to tourists, because of its popularity as the biggest centre of precious stone market in Indonesia and also because of the factor of various option of the stone is relatively more available, either natural stone from Indonesia or from other countries. The tourists who has been visited this Rawa Bening Market bought the precious stone on purpose because of their profession, collector and half of other tourist visited this location, because of the second alternative option after they did tourism activities in Jakarta."
JUKIN 2:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ronald Darmanto
"Kota Jakarta sebagai kota terbesar di Indonesia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih berjumlah 2 juta jiwa yang menetap dan 6 juta jiwa yang datang dan pergi, menjadi sebuah lahan subur bagi para investor menanamkan modalnya. Hal ini dapat kita lihat dengan bermunculannya bangunan pusat perbelanjaan baru dan kondominium atau apartemen. Bermunculannya pusat-pusat perbelanjaan baru ini membuat para pemodal berpikir bagaimana cara untuk membuat produknya laku terjual dan bagaimana caranya agar pusat perbelanjaannya tidak henti didatangi pengunjung. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan membuat sebuah konsep belanja "One-Stop shopping" dimana para pengunjung tidak perlu repot-repot keliling kota untuk mencari barang yang diinginkan, cukup datang ke sebuah pusat perbelanjaan yang mengusung konsep tersebut dan semua tesedia. apa sebenarnya yang dimaksud dengan konsep “One Stop Shopping"? Tak sedikit konsep “One Stop Shopping" digulirkan oleh sejumlah pengembang. Mengapa konsep ini bisa tumbuh dan berkembang dengan begitu pesat? Siapa yang menjadi sasaran (taiget rnarket) dari pendirian pusat-pusat perbelanjaan/Shoppmg Centre dengan konsep "one stop shopping" ini? Fasilitas apa saja yang mendukung pembangunan sebuah pusat perbelanjaan/S/roppmg Center dengan konsep ini? Di tengah maraknya berbagai jenis pusat perbelanjaan di Indonesia, apakah konsep ini dapat diterapkan di semua jenis pusat perbelanjaan tersebut? Skripsi ini dibuat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan memaparkan mulai dari pengertian pusat perbelanjaan, jenis-jenisnya, penerapan di Indonesia dan juga pengertian dari konsep "One Stop Shopping”, sasarannya, jenis kegiatan di dalamnya, dll."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Dolok Carry Armstrong
"Hubungan antara satu industri dengan industri lain terjadi karena masing-masing industri memiliki daya tarik yang menyebabkan timbulnya interaksi diantara mereka. Daya tarik ini dapat berupa harga output yang murah, lokasi yang strategis, biaya transportasi yang murah, dan lain-lain. Selama daya tarik tersebut masih tinggi, maka jalinan hubungan antar industri akan terus berlangsung. Tabel input output adalah uraian statistik dalam bentuk matriks yang menggambarkan hubungan antar industri. Hubungan ini digambarkan dalam bentuk transaksi barang dan jasa antar industri: bagaimana output didistribusikan kepada industri lain, dan bagaimana input diperoleh dari industri lain, pada suatu negara dan waktu tertentu. Melalui jumlah input dan output dari suatu industri, dan matriks pengganda output tiap industri, dapat diketahui koefisien daya tarik dari industri-industri tersebut. Dengan metode regresi, dapat diperoleh koefisien daya tarik bagi tiap-tiap industri. Daya tarik industri X secara sederhana dapat dilihat dari banyaknya industri Y yang menggunakan output industri X tersebut sebagai input antara dalam proses produksi industri. Y. Dilihat dari sudut industri Y, arah orientasi adalah berdasarkan banyaknya industri X yang berhubungan dengan industri Y. Industri pengolahan merupakan industri yang paling tinggi daya tariknya, sehingga banyak industri lain yang berorientasi pada industri pengolahan, dalam artian banyak memanfaatkan output dari industri pengolahan sebagai input antara. Karenanya, industri pengolahan harus banyak mendapat perhatian untuk dikembangkan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19043
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desita Dwijayanti
"Dengan bertambah majunya penerapan teknologi pada bangunan, juga berkembangnya perdagangan, ditambah peningkatan populasi dan peningkatan standar hidup, konsumerisme pada masyarakat juga turut berkembang. Konsumerisme adalah ideologi kapitalis yang merupakan kumpulan praktek sosial, budaya dan ekonomi. Pengaruhnya sangat kuat dalam membentuk lingkungan terutama dalam produksi arsitektur seperti pusat perbelanjaan. Desain pusat perbelanjaan menjadi kompleks dan khusus karena konsumerisme yang berkembang. Munculah beragam jenis pusat perbelanjaan, bentuk yang telah muncul pun tidaklah statis, terus berkembang ke berbagai arah sebagai usaha untuk tetap diminati. Dalam usaha menghasilkan solusi mengatasi masalah yang timbul pada desain pusat perbelanjaan, penting bagi para perencana untuk mengetahui konsep pusat perbelanjaan apa saja yang pernah dan sedang berkembang serta latar belakang apa yang memunculkannya. Tujuannya adalah untuk menebak bagaimana prospek pusat perbelanjaan ke depan. Di Indonesia konsep pusat perbelanjaan juga berkembang pesat beberapa tahun ini. konsep-konsep yang berkembang bahyak diambil dari konsep-konsep yang lebih dulu diterapkan di luar. Konsep yang berhasil adalah yang sesuai dengan konsumerisme yang berkembang di Indonesia.

With the increase of technology application in building, and also the development of the trade, the increase of population growth and the increase of living standard, the consumerism in the society is also developing. Consumerism is regarded as the practical ideology of capitalism which was a set of social, cultural and economic practices. Its influence to build the environments, especially in architecture product such as shopping center is very strong. Shopping center design is becoming complex and special; it is caused by the development of consumerism. Various kinds of shopping center forms are appeared in number, and the shapes which have been formed are not statically, they developed continuously to various directions as an effort to keep being interested. In order to resolve the shopping center design problems, it is necessary for the designers to know about shopping center concepts which were ever existing and still developing, and its background for their emerges. The target is to guess the prospect of shopping center in the future. In Indonesia, the concepts of shopping center are also fast developed in these recent years. The developing concepts are taken from foreign concepts which have been applied previously in foreign countries. The succeed concepts are the ones which are appropriate to consumerism which was developing in Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48632
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kania Kusuma Dewi
"Pusat perbelanjaan di Jakarta telah mengalami perkembangan baik dari segi fungsi maupun pemaknaan, dari hanya sebuah tempat jual-beli dan pemenuhan kebutuhan pokok menjadi sebuah tempat rekreasi. Sebagai tempat rekreasi, pusat perbelanjaan perlu menyediakan fasilitas lain bagi pengunjung selain dari pertokoan, salah satunya adalah fasilitas mushola. Sebagai sebuah ruang yang tidak mendatangkan keuntungan, fasilitas mushola harus tetap memperhatikan paling tidak hal-hal mendasar yang diperlukan dalam pelaksaan sholat, seperti adanya tempat wudhu, menghadap kiblat, alat sholat, dan lain-lain. Skripsi ini bertujuan untuk menelusuri bagaimana mushola di pusat perbelanjaan dari segi fisik dengan penyesuaiannya terhadap faktor-faktor dasar yang perlu diperhatikan dan bagaimana desain dari ruangan tersebut, serta bagaimana hubungan antara fisik ruangan dengan penggunaan dari ruang tersebut.

Shopping center in Jakarta has grown in terms of both function and meaning, from just a place to trade things and fulfill the basic needs to a place for recreational purpose. As a recreational place, shopping center needs to provide other facilities other than just the shopping complex, such as mushola. As a nonprofit space, mushola facility still has to pay attention to the basic requirements to do sholat, such as the existence of place for wudhu, qibla direction, things required to do sholat, etc. This paper aims to examine how the physical aspect of mushola is adjusted to the basic factors for doing sholat and how its design is, and the relationship between the physical condition of the room with the visitors' usage of the room."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42804
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sjukri Mustafa
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S48010
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
TA2478
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fera Farwah
"Skripsi ini membahas pentingnya pencahayaan kota tua pada malam hari untuk meningkatkan orang-orang yang datang. Penulis mencoba membandingkan seberapa besar nilai historis yang terkandung pada malam hari dengan siang hari. Metode yang penulis gunakan untuk menjawab pertanyaan adalah dengan membandingkan efek-efek pencahayaan di beberapa potongan jalan, mengukur nilai luminansi di lapangan, dan menggunakan persepsi sendiri untuk menilai beberapa atmosfer berdasarkan tabel rasio brightness. Selain itu penulis juga mengacu pada seorang perencana pencahayaan, terutama prinsip pencahayaan ruang luarnya. Fokus penulis dalam skripsi ini dapat dinyatakan dengan kota tua sebagai kota yang perlu dilahirkan kembali dari segi pencahayaan. Penulis mengangkat Taman Fatahillah dan sekitar kali besar menjadi lokasi analisis penulis. Lokasi ini menjadi titik penting pada jaman Belanda yang masih mengandung nilai historis. Penulis menganggap elemen dasar yang menjadi unsur yang mempertahankan kandungan nilai sejarah pada siang hari dan pada malam hari adalah pencahayaan. unsur pencahayaan menjadi salah satu faktor yang menjadi parameter keberhasilan dalam merevitalisasi kota tua. Akibat sejarah, kota tua mempunyai nilai sejarah atau nilai yang tidak tergantikan. Nilai sejarah yang tidak bisa digantikan menjadi patokan dasar penulis dalam mengupas fenomena-fenomena yang terjadi di Kota tua khususnya pada malam hari. Kini, di Kota Tua khususnya daerah fatahillah dan sekitar kali besar, jika dibandingkan dengan siang hari, pada malam hari, kota tua tidak mempunyai objek atau daya tarik bagi masyarakat luar. Dari hasil analisis penulis, kota tua masih menjadikan bangunan lama bukan sebagai objek. Dengan tidak menjadikan objek, atmosfer atau pengaruh dari objek terhadap lingkungan menghasilkan afeksi buruk.

Scription discusses how an important a lighting in old city especially in nightime. This works aim to enhance people who come. The author tried to compare how much historical valur contained in the night with in mid day with daylight. The method I use to answer the question is to compare the effects lighting at the some of sections streets, to measure the luminance values in the field, and to use my own perceptions to assess some of the atmosphere based on the brightness ratio. Moreover, the author also refer to a planner lighting, especially the principles of outside lighting. The focus of the author in this scription can be stated by the old city as a city that need to be born again in terms of lighting. The author choose Fatahillah parka and around Kali Besar become site for doing analysis. This location is an important point at the time Dutch colonialism where still contained historical value. The author consider the basic element of content element that maintains the value of history at the daytime and at night is lighting. Lighting element is one factor that into the parameters of success in revitalizing old city. Due to the history location, the old city has the historical value or irreplaceable value phenomena in old city, especially at night. Now, in the old city, especially Fatahillah Park and around Kali Besar, when compared between at the day time and at night, the old city object. Due to this problem, atmosphere or the influence of old building and their environment produces bad affection."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42309
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>