Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9258 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Bangunan monumental memerlukan ruang luar yang baik untuk memperkuat monumentalitas bangunannya. Ruang luarnya sangat berperan dalam meningkatkan kualitas kesan yang dihadirkan. Kesan monumental ini diciptakan dengan mengatur potensi unsur-unsur ruang luar yang ada, dimana pada dasarnya pola monumental merupakan bentuk-bentuk yang diatur, berorientasi dan menyatu. Perpaduan dan ker asama dari unsur-unsur ruang luar bangunan monumental ini menentukan tingkat monumentalitasnya."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48192
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indri Lestari Juwono
"Keberadaan bangunan tinggi dapat mengoptimalkan penggunaan lahan di kota-kota besar. Dalam kehidupan sehari-hari pengguna bangunan tinggi, berada di dalam bangunannya. Namun tetap saja dibutuhkan ruang untuk berinteraksi antar penggunanya, sehingga tidak timbul kebosanan, juga untuk menghirup udara segar. Ruang untuk menampung kegiatan tersebut yang berada di antara bangunan tinggi disebut ruang luar pada kawasan bangunan tinggi. Ruang ini juga berfungsi sebagai transisi sebelum memasuki bangunan.
Jenis aktivitas di ruang luar pada kawasan bangunan tinggi tercipta karena unsur-unsur fisik pada ruang luar tersebut. Batas dan elemen pada ruang luar mempengaruhi apakah orang memilih untuk beraktivitas di ruang luar tersebut atau hanya lewat saja. Ruang luar yang berbatasan langsung dengan jalan umum memerlukan penataan yang open-up terhadap lingkungannya. Keterbukaan pada ruang luar ini memberikan kesan sebagai bagian dan lingkungan sekitarnya, sehingga ruang ini dapat dipergunakan oleh banyak orang. Selain itu, juga dibutuhkan pepohonan sebagai kanopi alami sehingga memberikan kesejukan alami bagi penggunanya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rr. Rani Aryanti
"Sekarang ini mai-mal beianja merupakan tempat yang aramai dikunjungi bleh masyarakat kita. Mereka pergi ke sana bukan hanya berlujuan untuk berbelanja, terkadang hanya untuk berjalan-jalan saja dan berekreasi. Mal-mal belanja ini sudah menjadi sebuah ruang publik altematif bagi masyarakat kota.
Ruang-ruang publik kota mulai tergantikan oleh "ruang-ruang publik" buatan yang dibuat sedemikian menyerupai ruang publik Iuar. Hal ini bukan suaiu hilangnya kehidupan publik metainkan kehidupan publik bertransfomasi menjadi bentuk dan lingkungan yang berbeda.
Ruang publik di mal-mal belanja dalam bangunan (enclosed shopping mall) mungkin teriihat milip dengan daerah pejalan kaki atau alun-alun kota yang berisi oleh orang-orang yang bersantai. Ini merupakan 'ruang publik" dengan peranan fungsi yang jelas: dimiliki oleh sebuah perusahaan pengembang yang memperbolehkan individu menggunakannya untuk tuiuan terientu. Ruang publik disini memiliki fungsi rekreasi yang diasosiasikan dengan kegiatan belanja, daripada memberikan kontribusi pada fungsi sosial aktif seperti komunikasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erianto Dermawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chand, Emcee
Bangkok: [Publisher not identified], 1957
709.593 CHA t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aribowo Abdurrahman
"Jl. Kali Besar Barat dan Timur merupakan cikal bakal perkembangan kota Jakarta ke arah Selatan yang dimulai sejak Abad ke 15. Pemerintah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta menetapkan daerah ini termasuk ke dalam Kawasan Wisata Budaya dan Sejarah karena memiliki ciri khusus berupa deretan bangunan tua dan plaza Iinier kota berupa arkade dan trotoar. Untuk itu akan dilaksanakan progam revitalisasi di daerah ini dengan meningkatkan kualitas ruang Iuar (open space) dan menghidupkan suasana kota di malam hari. Program ini melibatkan penghuni lahan dan masyarakat setempat dalam bentuk Public Private Partnership. Menurut Canter, keterlibatan ini akan efektif bila masyarakat diminta pendapatnya berupa persepsi dan preferensi yang obyektif dalam menentukan alternatif manajemen, perencanaan dan penilaian terhadap pembangunan tersebut. Untuk itu digunakan kuesioner user survey yang merupakan langkah efektif untuk mendapatkan gambaran sikap terhadap revitalisasi berupa sikap terhadap kualitas ruang luar dan preferensi terhadap peningkatan kualitas ruang luar. Skala yang dikembangkan terdiri dari aspek-aspek architectural features yang menjadi obyek program revitalisasi, yaitu aspek arkade/trotoar, bangunan bersejarah, tepi kali, jalan/lalulintas dan utilitas. Menurut Gifford, pengamat (dalam penelitian ini ialah penghuni atau user) dapat menilai arsitektur pada sejumlah kota tidak saja menilai kualitas, tapi juga melakukan preferensi terhadap bentuk-bentuk arsitektural. Hasilnya berupa gambaran respon subyek penelitian terhadap kondisi kualitas ruang luar dan preferensi tindakan yang diharapkan dari pelaksana program revitalisasi di JI. Kali Besar Barat dan Timur. Metode analisis deskriptif ini dipilih karena menurut Canter tidak ada penelitian atau studi (pendekatan psikologi) yang memberikan gambaran secara deskriptif yang dapat langsung memberikan rekomendasi desain spesifik yang diinginkan dari responden. Penggunaan user survey berupa kuesioner ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi pemda DKI Jakarta dalam merumuskan model pembangunan yang mengikutkan partisipasi masyarakat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2645
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza P. Saifuddin
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47932
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Himawan Sutanto
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S48976
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurora Putri Wibowo
"Konsep yin dan yang merupakan cara berpikir masyarakat tionghoa mengenai dua unsur yang berlawanan, namun menghasilkan keseimbangan. Konsep yin dan yang dapat diimplementasikan dalam segala hal di kehidupan sehari-hari, salah satunya yaitu dalam arsitektur kelenteng. Kelenteng Sin Tek Bio merupakan salah satu kelenteng tertua di Jakarta yang dibangun pada akhir abad ke-17 M dan telah ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya. Penelitian ini membahas mengenai implementasi konsep yin dan yang pada tata ruang bangunan Kelenteng Sin Tek Bio. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Metode penelitian arkeologi menurut Sharer dan Ashmore digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Metode tersebut diawali dengan tahap formulasi, kemudian implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, interpretasi data, dan terakhir yaitu publikasi penelitian. Analisis dilakukan pada tata ruang bangunan kelenteng. Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan konsep yin dan yang terlihat pada pemetakan ruang publik dan privat bangunan kelenteng, namun tidak terlihat pada tata ruang, hubungan antar ruang, dan organisasi ruang di kelenteng, sehingga tata ruang pada bangunan kelenteng tidak menimbulkan yang positif.

The concept of yin and yang is a way of thinking of Chinese people regarding two opposing elements, but producing balance. The concept of yin and yang can be implemented in everything in everyday life, one of which is in the architecture of the temple. The Sin Tek Bio Temple is one of the oldest temples in Jakarta which was built in the late 17th century AD and has been designated as a Cultural Heritage Building. This study discusses the implementation of the yin and yang concept in the spatial layout of the Sin Tek Bio Temple building. This study uses a descriptive analysis method. The archaeological research method according to Sharer and Ashmore is used to answer the research problem. The method begins with the formulation stage, then implementation, data collection, data processing, data analysis, data interpretation, and finally research publication. The analysis was carried out on the spatial layout of the temple building. The results of the analysis show that the application of the yin and yang concept is seen in the mapping of the public and private spaces of the temple building, but is not seen in the spatial layout, relationships between spaces, and spatial organization in the temple, so that the spatial layout of the temple building does not create positive."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sekar Jati Ningrum
"Elemen estetis seringkali hanya dianggap sebagai pajangan atau hiasan ruang semata, tanpa menyadari polensi lain dan penerapan elemen estetis ini pada penataan ruang luar maupun ruang dalam. Sejauh manakah peran elemen estetis dalam meningkatkan kualitas visual dan fungsional dari sebuah ruang? Bagaimanakah prinsip-prinsip elemen estetis yang harus diterapkan agar elemen estetis tersebut dapat berfungsi secara efektif dan optimal? Bagaimana hubungan elemen estetis dengan penataan ruang luar dan penataan ruang dalam pada sebuah karya arsitektur? Peletakan elemen estetis yang seperti apakah yang dianggap tepat dan dapat mempeikaya kualitas ruang?
Penerapan elemen estetis memiliki tujuan yang positif, yaitu untuk menghasilkan segala hal yang balk, indah dan menyenangkan untuk ditanggapi dan dirasakan oleh indera manusia. Unsur keindahan yang hadir dalam warna, cahaya, pola & tekstur mempengaruhi persepsi dan emosi terhadap bobot visual, proporsi serta dimensi ruang Selain kebutuhan akan ruang, manusia juga membutuhkan seni sebagai eksprsi dalam kehidupannya. Seni dapat menjadi stimulus aktif dan pasif bagi manusia. Sebagai stimulus aktif, elemen estetis menjadi acuan skala dan acuan arah serta focal point yang bersifat eye-catching. Sedangkan sebagai stimulus pasif, elemen estetis berfungsi sebagai dekorasi ruang yang menjadi simbol dari suaiu kegiatan yang berlangsung di dalam ruang tersebut, menjadi pemacu semangat beraktivitas, membenkan karakter/identitas serta prestige kepada sebuah ruang.
Ruang hams memiliki unsur estelis atau keindahan. Pendekatan secara estetis ini penting karena dalam proses pemahaman terhadap ruang, kontak pertama manusia dengan ruang sekitamya adalah melalui pengalaman visual. Elemen estetis ini juga berkaitan erat dengan kualitas kenyamanan dalam beraktivitas. Nleskipun penilaiannya bersifat subyektif, tetapi perancangan elemen estetis harus memenuhi kaidah perancangan dan peletakan. Prinsip perancangannya harus rnemiliki tema yang jelas dan tidak monoton. Sedangkan peletakannya harus selaras dengan skala, proporsi dan komposisi ruang, serta harus dapat dilihat & dinikmati dari semua angle."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48285
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>