Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106267 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rino Syahrir
"Keadaan lingkungan dunia saat ini menuntut partisipasi semua pihak untuk membuat perbaikan. Krisis energi dengan sumber bahan bakar fosil yang tak dapat diperbaharui, polusi udara dunia yang menyebabkan efek rumah kaca dan menipisnya lapisan ozon di udara menuntut pemikiran dan teknologi yang mendukung pada tujuan dunia yang lebih baik. 'Green Architecture' sebagai suatu pemikiran arsitektural terhadap masalah lingkungan, energi dan ekologi tersebut menawarkan beberapa prinsip yang bersifat tidak mengikat secara letak dan potensi geografis maupun jenis bangunan. Kota Jakarta mempunyai faktor lingkungan, faktor sosial ekonomi, faktor regulasi pemerintah, dan faktor-faktor lain yang perlu dipertimbangkan dan dimanfaatkan daiam perancangan bangunan tinggi 'Green Architecture' di Jakarta. Sehingga dapat dibuat usulan prinsip-prinsip bangunan tinggi 'Green Architecture' dengan spesifik lingkungan sosial ekonomi Jakarta dengan dasardasar pemikiran yang sama, yaitu wawasan lingkungan dan efisiensi energi. Pada saat ini prinsip-prinsip 'Green Architecture' belum banyak digunakan dalam perancangan bangunan tinggi di Jakarta. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kota Jakarta ditambah desakan regulasi pemerintah yang mendukung kearah wawasan lingkungan dan efisiensi energi, perancangan bangunan tinggi 'Green Architecture' masih sangat dimungkinkan dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas lingkungan kota Jakarta."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48196
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirradewi Rianty
"Work Breakdown Structure WBS adalah perincian deliverable dan pekerjaan proyek menjadi komponen yang lebih kecil sehingga dapat dikelola lebih baik. Meskipun setiap proyek unik, kebanyakan bangunan dapat distandarisasi kegiatannya sehingga memungkinkan penyediaan dasar perkiraan yang lebih kuat untuk pengelolaan proyek. Dalam pengelolaan proyek, kinerja kualitasnya juga penting untuk dikontrol dan pendekatan pertimbangan risiko sekarang disyaratkan untuk keseluruhan proses manajemen mutu dalam perkembangan ISO 9001. Pekerjaan finishing atau arsitektur merupakan pekerjaan yang paling sering mengalami rework atau ketidaksesuaian hasil dengan spesifikasi dibanding pekerjaan lainnya dalam proyek. Pada Oleh karena itu, pengembangan WBS berbasis risiko diusulkan.
Tujuan penelitian adalah untuk mengembangkan WBS berbasis risiko untuk perencanaan kualitas pekerjaan arsitektur bangunan tinggi. Penelitian yang dilakukan terdiri dari beberapa tahap dengan metode analisis risiko kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan WBS standar terdiri dari 5 level utama dan 2 level pelengkap, dengan 14 variabel risiko dominan terhadap kinerja kualitas proyek, dan rekomendasi respon risiko sebagai pengembangan WBS standar.

Work Breakdown Structure WBS is a breakdown of deliverables and project work into smaller components so it can be better managed. Although each project is unique, most buildings can be standardized in their activities so as to enable the provision of a stronger forecast basis for project management. In project management, quality performance is also important to be controlled and a risk consideration approach is now required for the overall quality management process in the development of ISO 9001. Finishing or architectural work has the most frequent degree of rework compared to other work in the project, it is the non conformity with specifications. Therefore, the development of risk based WBS is proposed.
The objective of the study was to develop risk based WBS for high quality building architectural work planning. The research consisted of several stages with qualitative risk analysis method. The result indicate that standardized WBS consists of 5 primary level and 2 complementary level, with 14 dominant risk variables on quality performance, and recommended risk responses as the development.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48741
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Josephine
"Meskipun implementasi green retrofitting sudah terbukti memiliki peran penting untuk memperbaiki masalah lingkungan, keinginan dan kepercayaan masyarakat terhadap penerapan green retrofitting masih minim. Akar permasalahan terdapat pada tidak adanya standar biaya untuk pekerjaan green retrofitting. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun Pedoman Perencanaan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan Green Retrofitting pada Bangunan Kantor Bertingkat Tinggi di Jakarta berdasarkan Permen PUPR No. 22 Tahun 2018 guna memudahkan pengguna untuk mengaplikasikan green retrofitting sekaligus meningkatkan akurasi biaya pada pembangunan kantor bertingkat tinggi di Jakarta. Pedoman perencanaan biaya ini juga membahas Work Breakdown Structure (WBS) Green Retrofitting, Klasifikasi Peringkat Green Retrofitting dan Komponen Biaya Pekerjaan Green Retrofitting. Pedoman perencanaan biaya ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sebuah standar yang diciptakan oleh perencana pada tahap awal proyek untuk memperkirakan keseluruhan biaya konstruksi yang selanjutnya digunakan oleh owner, konsultan, maupun kontraktor dalam pekerjaan green retrofitting untuk menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat.

In spite of the well-documented effectiveness of green retrofitting in addressing environmental challenges, the widespread adoption of this approach in Jakarta remains incomplete. The primary underlying factor contributing to this issue is the absence of project cost considerations in green retrofitting initiatives. This study aims to develop Cost-Planning Guidelines for Implementing Green Retrofitting on High-Rise Office Buildings in Jakarta based on PUPR No. 22 Tahun 2018. These guidelines are of utmost importance, as they not only facilitate the advancement of green retrofitting efforts but also enhance project cost accuracy. Additionally, this study delves into various aspects including the Work Breakdown Structure (WBS), building rating systems and cost components in green retrofitting works."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dick Bernadi Hermanto
"Perubahan iklim telah menarik perhatian dunia, terbukti dengan adanya persetujuan Paris dalam Conference of Parties 21 dimana semua negara berkomitmen untuk menurunkan suhu hingga 1.5°C dari 2°C pada tahun 2020. Alat penilaian bangunan gedung hijau merupakan salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca pada sektor bangunan dan industri. Menurut sebuah studi dari penggunaan sertifikasi bangunan gedung hijau, LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) oleh USGBC (United States Green Building Council) ditemukan bahwa pemakaian energi, karbon, air dan juga penghasilan limbah dapat dihemat dalam rentang 30 sampai 97%.
Greenship merupakan sebuah alat penilaian bangunan gedung hijau yang diluncurkan pada tahun 2010 di Indonesia oleh Green Building Council Indonesia. Penilaian Greenship berdasarkan 6 kriteria, yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, daur hidup dan sumber daya material, kesehatan dan kenyamanan dalam ruangan, dan manajemen lingkungan bangunan. Green Mark merupakan alat penilaian bangunan gedung hijau yang diinisiasikan oleh Building and Construction Authority Singapura dan diluncurkan pada tahun 2005. Green Mark menilai beberapa kriteria, yaitu efisiensi energi, efisiensi air, perlindungan lingkungan, kualitas lingkungan dalam ruang dan fitur-fitur lain.

Perbandingan alat penilaian bangunan gedung hijau antara Greenship dan Green Mark pada 2 bangunan perkantoran di Indonesia menjadi subjek untuk mengetahui efektivitas alat penilaian di suatu negara. Dalam kesimpulannya, alat penilaian bangunan gedung hijau pemerintahan singapura, Green Mark menunjukan poin penilaian yang lebih besar apabila dibandingkan dengan alat penilaian lokal, Greenship dengan catatan membutuhkan beberapa data pada sisi manajemen bangunan.

Climate change has attracted countries in the whole world, proven by an agreement that been produced in Conference of Parties 21 which participated countries agree to decrease the increase of temperature below 2°C by 2020. Green Building rating tools are a solution to decrease greenhouse gasses (GHG) in building and industry sector. According to a study by USGBC, the application of green building certification can reduce the energy, carbon, and water use, also the waste produce can be saved by 30 to 97%.
Greenship is a green building rating tool which launched in Indonesia by the year of 2010 by Green Building Council Indonesia. Greenship rating tool criteria is divided into 6 criterias, which are appropriate site development, energy efficiency and conservation, water conservation, mateial resources and cycle, and building environmental management. Green Mark is a green building rating tool which initiated by Building and Constrution Authority Singapore and launched in 2005. Green Mark assesed building by 5 criterias which are energy efficiency, water efficiency, environmental protection, indoor environmental quality, and other features.
The comparison of green building rating tools between Greenship and Green Mark in 2 office buildings is a case object to be analyzed to know the effectiveness of a green building rating tool in a country. In conclusion, Green Mark rating tool showed a higher point when compared to Greenship as a local rating tool with a need of data from building environment management criteria.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nindyta Arih Kinanti
"Proses penyelamatan di gedung bertingkat yang kurang baik mengakibatkan banyaknya korban jiwa akibat terjadinya kebakaran. Tujuan dari rencana penyelamatan ialah memberikan panduan keselamatan gedung yang ditampilkan pada setiap area gedung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko dominan proses penyelamatan penghuni saat kebakaran di wilayah Jakarta Selatan menggunakan metode analisa risiko dan mengevaluasi sistem penyelamatan penghuni saat kebakaran yang tepat agar dapat menurunkan jumlah korban jiwa pada bangunan gedung tinggi hunian di wilayah Jakarta Selatan. Terdapat 13 high risk pada penelitian. Hasil evaluasi penelitian berupa perbaikan SOP eksisting. Dimana terdapat 1 tambahan sub-bab dan perbaikan 3 sub-bab terdahulu.Proses penyelamatan di gedung bertingkat yang kurang baik mengakibatkan banyaknya korban jiwa akibat terjadinya kebakaran.
Tujuan dari rencana penyelamatan ialah memberikan panduan keselamatan gedung yang ditampilkan pada setiap area gedung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor risiko dominan proses penyelamatan penghuni saat kebakaran di wilayah Jakarta Selatan menggunakan metode analisa risiko dan mengevaluasi sistem penyelamatan penghuni saat kebakaran yang tepat agar dapat menurunkan jumlah korban jiwa pada bangunan gedung tinggi hunian di wilayah Jakarta Selatan. Terdapat 13 high risk pada penelitian. Hasil evaluasi penelitian berupa perbaikan SOP eksisting. Dimana terdapat 1 tambahan sub-bab dan perbaikan 3 sub-bab terdahulu.

The rescue process in defective buildings resulted in many victims due to fires. The purpose of the rescue plan is giving the safety guidelines of the building that may appear on any area of the building. The purpose of this study is to determine the dominant risk factor the process of saving the residents during a fire in South Jakarta using risk analysis method and evaluate the correct residents rescue system during a fire in order to reduce the number of victims in high rise building residences in South Jakarta. There are 13 high risks in this research. The evaluation results of this research in the improvement of existing SOP. Where there is one additional sub chapters and sub chapters 3 fixes earlier. The rescue process in defective buildings resulted in many victims due to fires.
The purpose of the rescue plan is giving the safety guidelines of the building that may appear on any area of the building. The purpose of this study is to determine the dominant risk factor the process of saving the residents during a fire in South Jakarta using risk analysis method and evaluate the correct residents rescue system during a fire in order to reduce the number of victims in high rise building residences in South Jakarta. There are 13 high risks in this research. The evaluation results of this research in the improvement of existing SOP. Where there is one additional sub chapters and sub chapters 3 fixes earlier.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48713
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Richa Daniella
"Green retrofitting menjadi solusi paling efisien dalam meminimalisir emisi gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim, salah satu fenomena yang sedang melanda dunia. Green retrofitting juga merupakan langkah penting bagi Indonesia dalam mencapai komitmen Net Zero Emission pada tahun 2060. Terdapat dua standar penilaian green retrofitting yang digunakan di Indonesia, yaitu sertifikasi Greenship dari GBCI dan sertifikasi BGH dari Permen PUPR Nomor 21 Tahun 2021. Pengembangan standar WBS gabungan antara kedua standar tersebut menjadi tingkat paling kecil, yaitu aktivitas, dari aspek WAC dilakukan agar menjadi acuan dalam pelaksanaan pekerjaan green retrofitting pada bangunan gedung bertingkat tinggi sehingga dapat lebih mudah dikelola. Standar WBS juga dikembangkan agar kebutuhan sumber daya pekerjaan green retrofitting dapat dengan mudah teridentifikasi dan direncanakan sehingga dapat meningkatkan akurasi perencanaan sumber daya. Penelitian ini hanya akan membahas mengenai aspek WAC pada bangunan gedung bertingkat tinggi untuk pekerjaan green retrofitting. Hasil yang diperoleh merupakan hasil analisa arsip, analisa deskriptif, analisa delphi menggunakan kuesioner, analisa RII dan analisa statistik yang mencakup uji homogenitas, uji kecukupan data, uji validitas internal, uji reabilitas, dan uji korelasi. Hasil dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan aktivitas atau tolok ukur penilaian pada struktur WBS yang penting serta yang berpengaruh terhadap akurasi perencanaan sumber daya.

Green retrofitting is the most efficient solution in minimizing greenhouse gas emissions that cause climate change, one of the phenomena that is sweeping the world. Green retrofitting is also an important step for Indonesia in achieving its Net Zero Emission commitment by 2060. There are two green retrofitting assessment standards used in Indonesia, namely Greenship certification from GBCI and BGH certification from Permen PUPR Number 21 of 2021. The development of a combined WBS standard between the two standards into the smallest level, namely activities, from the WAC aspect is carried out so that it becomes a reference in carrying out green retrofitting work in high-rise buildings so that it can be more easily managed. The WBS standard was also developed so that the resource requirements of green retrofitting work can be easily identified and planned so as to improve the accuracy of resource planning. This research will only discuss aspects of WAC in high-rise buildings for green retrofitting work. The results obtained are the results of archival analysis, descriptive analysis, delphi analysis using questionnaires, RII analysis and statistical analysis which includes homogeneity test, data sufficiency test, internal validity test, reliability test, and correlation test. The result of this research is to obtain activities or assessment benchmarks in the WBS structure that are important and that affect the accuracy of resource planning."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retna Kristiana
"Berdasarkan data statistik kebakaran di wilayah DKI Jakarta, proses pelaksanaan sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung tinggi mixed used belum maksimal. Sehingga diperlukan suatu model risiko kebakaran melalui metode analisa risiko berbasis PMBOK 2013 yang selanjutnya diolah menggunakan SPSS 23. Analisis linier berganda menunjukkan pengaruh signifikan sebesar 75 dari 2 faktor risiko dominan terhadap keandalan bangunan dengan bentuk persamaan Y = 10,441 0,286 Struktur tahan api 0, 564 Re-design. Dari hasil tersebut, dapat dilakukan evaluasi sistem keselamatan kebakaran bangunan gedung tinggi mixed used dengan tindakan preventif dan korektif yang tepat dari risiko dominan yang terjadi untuk meningkatkan keandalan bangunan dalam mengantisipasi kerugian material dan korban jiwa.

According to statistics of fire in Jakarta area , the process of implementation fire safety systems is not maximized. So we need a model of fire risk through risk analysis method based on PMBOK 2013, which subsequently processed using SPSS 23. Multiple linear analysis showed a significant effect of 75 of the 2 dominant risk factors of the reliability with the form of the equation Y 10.441 to 0.286 Structure of fireproof 0, 564 Re design. From these results, it can do evaluation of mixed used high rise building fire safety system with preventive and corrective action from dominant risk to improve reliability in anticipation of material losses and casualties."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
T47206
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Salsabila
"Sistem penghijauan vertikal merupakan salah satu upaya penerapan bangunan gedung hijau dimana sistem penghijauan vertikal di Indonesia umumnya berupa dinding hidup (living walls) metode menerus dengan sistem felt atau karpet tanaman dan dengan dinding hidup modular. Perkembangan sistem penghijauan vertikal di Indonesia melibatkan beberapa komponen stakeholder di dalamnya namun stakeholder yang terlibat dalam proyek sistem penghijauan vertikal di Indonesia belum banyak diketahui.
Berangkat dari fakta tersebut, penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi stakeholder dinding hidup pada bangunan di DKI Jakarta dan mengidentifikasi manfaat dan hambatan berdasarkan perspektif stakeholder. Metode penelitian yang digunakan untuk mecapai tujuan adalah validasi pakar dan survei kuesioner kepada stakeholder dinding hidup.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat delapan stakeholder dinding hidup beserta manfaat paling signifikan yang dirasakan stakeholder adalah manfaat pada pelaksanaan metode operasional berupa pelaksanan irigrasi otomatis dan hambatan yang paling signifikan adalah hambatan pada pelaksanaan metode pemeliharaan yaitu banyaknya metode pemeliharaan pada sistem menerus dan modular.

The vertical greening system is one of the efforts to implement green buildings where vertical greening systems in Indonesia are generally in the form of living walls with a continuous method with a felt system or plant carpet and with modular living walls. The development of the vertical greening system in Indonesia involves several components of stakeholders in it, however, the stakeholders involved in the vertical reforestation system project in Indonesia are not widely known.
Based on these facts, this research was conducted with the aim of identifying stakeholders of living walls in buildings in DKI Jakarta and identifying benefits and barriers based on stakeholder perspectives. The research method used to achieve the goal is expert validation and a questionnaire survey to living wall stakeholders.
The results of this study indicate that there are eight living wall stakeholders and the most significant benefits felt by stakeholders are the benefits of implementing operational methods in the form of automatic irrigation and the most significant barrier is the obstacles to the implementation of maintenance methods, namely the many maintenance methods on continuous and modular systems.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmat Budiman
"ABSTRAK
Tesis ini membahas evaluasi standar penilaian Green Building di Indonesia pada tahap operasional dan pemeliharaan dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap pencapaian mutu Green Building pada tahap operasional
dan pemeliharaan serta bentuk kontribusi dari hasil evaluasi Green Building.
Metode pengumpulan data lapangan dan studi literatur dilakukan untuk menguji
faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian mutu Green Building di Indonesia.
Setelah itu, dengan Studi Kasus penelitian ini akan memberikan bentuk kontribusi
dari evaluasi Green Building pada fase operasional dan pemeliharaan. Hasil
penelitian menyarankan bentuk kontribusi yang tepat untuk meningkatkan mutu
Green Building adalah penerapan insentif untuk bangunan yang menerapkan
konsep Green Building.

ABSTRACT
This thesis discusses the standard evaluation ratings Green Building in Indonesia at
this stage of operations and maintenance to identify factors that influence the quality
achievement Green Building in the operational phase and maintenance as well as a
contribution by the results of the evaluation of Green Building. Field data collection
methods and literature studies conducted to examine the factors that affect the
achievement of quality Green Building in Indonesia. After that, the case study of this
research will provide a contribution of evaluation Green Building on the operation
and maintenance phase. The researcher suggests the form of a proper contribution to
improving the quality of Green Building is an incentive for building application that
implements the concept of Green Building
"
2017
T47524
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Joice Despin M.
"Untuk memulainya, marilah kita kilas balik sesaat Dahulu manusia mencita ramah tinggal, bukan sekedartempat tinggal saja, tapi ada tujuan seperti sarana beribadah, bersosialisasi, atau untuk pengungkapan ekspresi diri Dari latar belakang tersebut, terwujudlah rumah tinggal atau ruang berkegiatan yang di dalamnya mempunyai nilai- nilai atau maksud tertentu. Bentuk yang muncul pun mencerminkan nilai-nilai dan maksud itu. Seperti contohnya bangunan Meru (salah satu komponen dalam pura Bali) yang mempunyai atap berundak/lapis 5, maksudnya menunjukkan 4 arah utama utara- timur-selatan-barat ditambah pusatnya Tuhan.
Konsep bangunan tradisional pada penulisan ini, mengandung arti suatu konsep yang dikandung pada bangunan tradisional mengenai bagian-bagian kepala-badan-kaki pada bangunan. Dianalogikan bagian kepala-badan-kaki itu adshh atap-dinding/lantai- pondasi Namun bagian-bagian itu tidak sekedar bentuk semata. Di yakini bagian-bagian tersebut juga mempunyai nilai dan maksud tertentu seperti halnya Meru di atas.
Bangunan tinggi, sampai sekarang diyakini sebagai salah satu jawaban aras keterbatasan lahan yang semakin hari semakin bertambah. God still creates everything ecceptland, istilah yang sangat sesuai mengungkapkan atas kondisi sekarang ini. Ruang semakin dijelajah ke arah vertikal, bahkan hasrat menjelajah vertikal itu sampai ke luar bumi, begitu minimnya ternyata bumi kita ini sekarang. Dalam penulisan ini tidak sampai menjelajah sampai luar bumi.
Bangunan tinggi diciptakan untuk lebih mementingkan kuantitas ruang yang tingkat fungsionalitasnya tinggi. Terlebih lagi bangunan tinggi kaca. Bangunan tinggi kaca adalah bangunan tingkat tinggi yang bahan penutup fasadenya menggunakan kaca. Dan penulis menspesifikkan(,yang seluruhnya ditutupi oleh kaca
Jadi apakah bangunan tinggi kaca masih menatapkan konsep kepala-badan-kaki yang diserap dari bangunan tradisional. Terlebih di era modern ini yang lebih mengutamakan fungsionalitas.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48312
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>