Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57412 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anindita Maitry N.
"Belakangan ini di Indonesia, pusat-pusat perbelanjaan terutama yang bertemakan town square amat diminati oleh masyarakat. Beberapa pusat perbelanjaan yang baru dibangun banyak yang menggunakan embel-embel ?town square? di belakang nama mereka meskipun nyatanya secara fisik tidak banyak perbedaan yang ada antara rancangan bangunan pusat perbelanjaan baru tersebut dengan mall-mall dan pusat perbelanjaan lain yang sudah ada sebelumnya. Terlepas dari hal itu, tentu saja tetap ada beberapa tempat yang dirancang dengan benar sesuai dengan kaidah-kaidah sebuah town square. Tempat seperti ini memberikan nuansa baru yang direspon dengan baik oleh pengunjung sehingga memberikan hasil yang baik pula secara komersil. Sebenarnya apa yang menyebabkan bentuk rancangan seperti ini menjadi populer? Apa yang sebenarnya tengah terjadi di masyarakat sehingga memberikan kebangkitan bagi sebuah tipe arsitektur yang sebenarnya bukan merupakan hal yang baru ini? Selain itu, penerapannya yang ada di Indonesia belum sepenuhnya berhasil karena tempat-tempat yang sebenarnya merupakan ruang publik tersebut belum dapat menjembatani setiap lapisan masyarakat yang ada. Ini sangat disayangkan karena seharusnya tempat-tempat publik tidak menganaktirikan satu lapisan masyarakat tertentu dan justru sebaliknya harus dapat mengakomodasi aktivitas sosial yang terjadi antarmasyarakat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48395
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Alif Pratama
"Penelitian ini membahas mengenai kedai kopi sebagai salah satu budaya perkotaan di Kota Bekasi, Jawa Barat. Kehadiran Kedai kopi di perkotaan dipengaruhi dengan digitalisasi dan penciptaan ruang publik perkotaan, lalu dengan jadwal aktivitas perkotaan yang padat dan kebutuhan akan tempat rekreasi, relaksasi dan hiburan untuk tetap produktif dan fleksibel. Dengan begitu kedai kopi menjadi tempat ketiga yang dibutuhkan masyarakat perkotaan, dengan berbagai fasilitas, suasana, lingkungan dan interaksi sosial yang diperlukan. Penelitian ini dilakukan pada beberapa kedai kopi di Kota Bekasi, seperti Cotta Coffee, Fwb Coffee dan Kopi Prijaji dengan menggunakan metode etnografi dengan nongkrong langsung dan wawancara kepada pelanggan dan barista kedai kopi dan juga studi pustaka. Dalam penelitian ini menggambarkan budaya perkotaan yang ter manifestasikan ke dalam sebuah kedai kopi dengan melihat pola-pola interaksi didalamnya dan menganalisis pemikiran kedai kopi sebagai tempat ketiga.

This study discusses coffee shops as one of the urban cultures in Bekasi City, West Java. The presence of coffee shops in Indonesia is influenced by digitalization and creating urban public spaces, then with the busy schedule of urban activities and the need for recreation, relaxation and entertainment places to stay productive and flexible. That way the coffee shop becomes the third place needed by urban communities, with various facilities, atmosphere, environment and social interaction needed. This research was conducted in several coffee shops in Bekasi City, such as Cotta Coffee, Fwb Coffee and Prijaji Coffee using the ethnographic method by hanging out directly and interviewing customers and coffee shop baristas as well as literature study. This study describes urban culture that is manifested in a coffee shop by looking at the patterns of interaction in it and analyzing the thinking of a coffee shop as a third place."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siringoringo, Cheelsy Rumondang
"Kota-kota besar membutuhkan third place inklusif yang bisa dinikmati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Ruang terbuka hijau berupa taman kota merupakan pilihan ideal yang memenuhi kebutuhan tersebut sebagai tempat bersosialisasi untuk bersantai di tengah rutinitas kota yang menjenuhkan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, kemajuan teknologi, dan peningkatan kemampuan ekonomi membuat gaya hidup masyarakat ikut berubah. Beberapa taman kota yang dibangun beberapa dekade lalu jadi kurang relevan lagi saat ini, hingga akhirnya ditinggalkan pengunjungnya dan menjadi terbengkalai. Oleh karena itu revitalisasi pada taman kota perlu dilakukan agar tetap relevan dengan gaya hidup masyarakat perkotaan saat ini, salah satunya dengan menambahkan unsur komersial seperti tenant makanan dan minuman dengan tujuan untuk menambah daya tarik dan kenyamanan pengunjungnya. Sehingga keberadaan komersialisasi dalam hal ini tidak menghilangkan inklusivitas taman kota sebagai third place. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah kajian studi literatur dan observasi dengan dua studi kasus yaitu Tebet Eco Park dan Taman Literasi. Skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menelusuri taman kota sebagai third place dan bagaimana pengaruh keberadaan komersialisasi terhadap inklusivitas taman kota.

Big cities needs an inclusive third place that can be enjoyed by various level of society. Green open spaces in the form of urban parks is an option that can fullfill these needs to socialize and relax amidst the tiring city routines. However, over time, technological advances and increasing of level economic capability that have a direct influence on changes in culture and livestyle, some urban parks were built several decades ago are no longer relevant today are ultimately ignored by visitors and become abandoned. Therefore, revitalization of urban parks needs to be carried out so that they become relevant to the lifesytle of today’s urban communities by adding commercial elements such as food and beverage tenants with the aim of increasing the attracttion and confort of visitors. Thus, the existence of commercialization in this case does not eliminate the inclusiveness of urban parks as a third place. The method used in this thesis is a literature review and observation with two case studies, Tebet Eco Park and Taman Literasi. This thesis was written with the objective of exploring urban parks as a third place and how the precence of commercialization influences the inclusiveness of city parks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tedra Auralea Nufita Putri Shakeena
"Tren compound space muncul sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan ruang publik yang mendukung interaksi sosial, terutama pasca-pandemi. Third place, sebagai ruang untuk sosialisasi di luar rumah (first place) dan tempat kerja (second place), kini juga berfungsi sebagai ruang produktivitas. Hadirnya elemen fisik di third place memengaruhi cara manusia menggunakan ruang tersebut, menciptakan potensi dualitas fungsi antara ruang sosial dan produktivitas. Penelitian ini bertujuan memahami compound space sebagai third place dan mengeksplorasi potensi dualitas fungsi ruang sebagai second place dan third place. Analisis dilakukan terhadap elemen fisik dan konfigurasi ruang pada compound space untuk mengidentifikasi karakteristik dan fungsinya dalam mendukung aktivitas sosial dan produktivitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa compound space mendukung aktivitas sosial dan kreatif, memenuhi sebagian besar karakteristik third place. Dalam konteks urban modern pasca-pandemi, compound space memiliki potensi dualitas fungsi sebagai ruang sosialisasi sekaligus ruang kerja. Namun, aktivitas produktivitas di ruang ini cenderung berdurasi singkat, sementara sosialisasi tetap menjadi fungsi utama. Tidak semua third place menyediakan elemen fisik yang mendukung pekerjaan, seperti meja nyaman, stopkontak, dan suasana tenang. Compound space memiliki potensi besar sebagai ruang publik inklusif dan adaptif yang mengakomodasi kebutuhan sosial dan produktif, dengan keberhasilan fungsinya bergantung pada desain elemen fisik yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

The trend of compound spaces has emerged as a response to the increasing demand for public spaces that support social interaction, especially in the post-pandemic era. Third places, which serve as spaces for socializing outside the home (first place) and workplace (second place), now also function as spaces for productivity. The presence of physical elements in third places influences how people utilize these spaces, creating the potential for dual functionality between social and productive uses. This study aims to understand compound spaces as third places and explore the potential for dual functionality as both second and third places. The analysis focuses on the physical elements and spatial configurations of compound spaces to identify their characteristics and functions in supporting social and productive activities. The findings reveal that compound spaces support social and creative activities, fulfilling most of the characteristics of third places. In the context of modern urban life in the post-pandemic era, compound spaces show the potential for dual functionality as spaces for both social interaction and work. However, productivity activities in these spaces tend to be short-lived, with socialization remaining the primary function. Not all third places provide physical elements that support work, such as comfortable desks, power outlets, and quiet atmospheres. Compound spaces hold great potential as inclusive and adaptive public spaces that accommodate both social and productive needs, with their success depending on the design of physical elements that are responsive to the needs of society. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Rinjayani Arafani Irawan
"Kebutuhan kaum dewasa perkotaan Jakarta dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya mendorong pembentukan sebuah third place di ruang kota sebagai ruang ‘escape’. Kehadiran third place tersebut tidak lepas dari peran makanan dan minuman yang meningkatkan produktivitas sebuah ruang, khususnya third place. Skripsi ini membahas bagaimana pengaruh makanan dan minuman, khususnya kopi dalam pembentukan interaksi dan privasi di beberapa jenis tempat minum kopi yang berbeda, yaitu warung kopi dan kedai kopi franchise. Dari pengamatan yang dilakukan di masing-masing tempat didapatkan bahwa di kedua tempat tersebut menawarkan kualitas ruang third place sehingga mendorong terciptanya interaksi dan privasi yang menghasilkan sociopetal spacing dan sociofugal spacing dengan komposisi yang berbeda. Komposisi ruang sociopetal dan sociofugal tersebut merupakan hal yang potensial dalam menjawab kebutuhan akan ruang ‘escape’.
The needs of Jakarta’s adults to fulfill their psychological needs have encouraged the formation of third place in urban space as an escaping place. The presence of third place is strictly related to the role of food and beverage which increase the productivity of a space, especially in third place. This research discusses how the influence of food and beverage, especially coffee, in creating interaction and privacy in some types of different coffee places, such as warung kopi and franchise coffee shop. According to the surveys done in each places, both places provide the quality of third place which create interaction and privacy which also produce the sociopetal spacing and sociofugal spacing in different compositions. Those compositions are the potential things in answering the needs of escaping place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S55145
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrysta Pratiwi
"Isu mengenai third place mulai dikenal sejak munculnya buku The Great Good Place yang ditulis oleh Ray Oldenburg pada tahun 1990. Dalam buku ini Oldenburg membagi place, dimana manusia menjalani kehidupan sehar_-harinya, menjadi tiga yaitu first place, second place, dan third place. First place menurut Oldenburg adalah rumah, second place adalah tempat bekerja, dan third place adalah tempat bersantai (hangout) dan bersosialisasi. Bagi masyarakat perkotaan yang umumnya bersifat individualis, third place menjadi semacam kebutuhan, dimana di tempat-tempat tersebut mereka memiliki kesempatan menikmati hubungan sosial dengan orang lain dalam suasana yang santai. Pembahasan mengenai third place sejauh ini lebih banyak dikaitkan pada masyarakat daerah urban saja, sedangkan pembahasan pada daerah rural sulit ditemukan.Apa sebenarnya yang membuat sebuah tempat dapat dikatakan sebagai third place? Tempat-tempat seperti apakah yang menjadi third place bagi masyarakat daerah rural? Apakah peran third place ada hubungannya dengan rasa kekeluargaan yang tinggi yang umumnya kita temui di daerah rural? Untuk menjawab masalah secara umum, dilakukan kajian teori tentang third place, serta kajian teori tentang daerah rural dan gaya hidup masyarakat rural. Lebih jauh, dilakukan studi kasus pada daerah yang masih dapat dikategorikan sebagai daerah rural yaitu kota Kuningan-Jawa Barat, untuk mendapatkan jawaban dari masalah yang ada. Kondisi fisik dan kondisi masyarakat daerah rural memiliki karakteristik yang berbeda dari daerah urban. Hal ini mempengaruhi karakteristik tempat-tempat yang dapat menjadi third place bagi mereka. Di daerah rural, sebuah tempat tidak harus dirancang khusus untuk menjadi tempat berkumpul bagi masyarakat. Hampir semua tempat dapat menjadi third place bagi masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena inti dari sebuah third place adalah interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Interaksi yang berlangsung dalam keadaan santai dan nyaman dimana seseorang dapat memenuhi kebutuhannya untuk bersosialisasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48364
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganishtasya Endhys Saputri
"Tulisan ini membahas proses sebuah in-between space yang awalnya dianggap sebagai ruang sisa dapat beralih sebagai sebuah place yang memiliki nilai di dalamnya. Tujuan dari penulisan ini untuk memahami bahwa hadirnya manusia dan kualitas ruang fisik memengaruhi transformasi tersebut. In-between space sebagai ruang sisa sendiri merupakan ruang yang terbentuk secara tidak terencana dan berada diantara elemen urban lain. Uniknya, ruang tersebut tetap memungkinkan beragam aktivitas hadir. Kehadiran makna dan sense of place lah yang memicu proses place-making. Dalam memahami konsep transformasi in-between space, skripsi ini menggunakan kasus Kolong Jembatan Slipi yang dianalisis berdasarkan tiga aspek: 1) identifikasi kualitas fisik dan ruang in-between space sebagai ruang sisa; 2) proses kehadiran aktivitas manusia di dalam in-between space; 3) sense of place yang hadir melalui beragam aktivitas. Melalui analisis tersebut menunjukkan bahwa kualitas ruang in-between space dan hadirnya aktivitas manusia memicu perubahan in-between space dari ruang sisa menjadi sebuah place.

This paper discusses about an in-between space that was originally considered as a lost space can turn into a place that has meaning and value in it. The purpose of this paper is to understand that the presence of humans and the quality of physical space influence the transformation. In-between space as lost space is a space that is formed unplanned and is located between other urban elements. These activities are influenced by the characteristics of the physical space between spaces as lost space and also by different human perceptions. In understanding the concept of transformation of the in-between space, this paper uses the case of Kolong Jembatan Slipi, which determines based on three aspects: 1) identification of the physical quality of the in-between space as lost space; 2) the process of the presence of human activities in the in-between space; 3) the emergence of meaning and a sense of place from the connection between human activity and the physical space between spaces. So, it can be said that this paper wants to show that the quality of the in-between space and the presence of human activity triggers the change in the in-between space from as lost space to a place."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Payne, Geoffrey K.
London: Leonard-Hill, 1977
363.58 PAY u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nisa Addina Haqi
"ABSTRAK
Penelitian ini menguji kebiasaan kehidupan pengguna space pada malam hari di daerah urban. Mereka yang hidup di daerah urban kerap mengunjungi tempat hiburan, tempat makan, dan lainnya, yang memberikan rasa yang tepat dalam suatu ruang. Tata cahaya perkotaan mengembangkan kualitas dari penggunaan area publik pada malam hari serta kehidupan di jalanan. Tujuan dari skripsi berikut adalah menyediakan beberapa tawaran solusi untuk meningkatkan keaktifan lingkungan tersebut. Konten pembahasan mendiskusikan tentang pentingnya karakter fungsional dan dekoratif yang dapat diaplikasikan saat merancang urban public area demi menghasilkan lingkungan yang aktif. Penelitian berikut menggunakan metode kualitatif deskriptif. Data yang dikumpulkan merupakan hasil pembelajaran buku serta teori, pengalaman secara langsung, dan analisa kesimpulan kuisioner. Terakhir, skripsi ini diharapkan menyediakan alternatif teknik dan aspek dari sistem pencahayaan urban yang dapat menambah keaktifan dalam area urban tersebut.

ABSTRAK
This study examines the present needs of urban night-time life and space users? preferences when experiencing public spaces in urban area, especially pedestrian area. People living in urban area often enjoy their night time outside, which practically provide expected ambience. Urban lighting acquires potential of urban area by stretching evening use and street life. The purpose of this study is to provide solution for undefined urban space and vibrate the area to be a great place using features owned by urban lighting. The content discusses the importance of functional and decorative characteristic of lighting which could be applied in urban space, in order to invite liveliness for its environment, people, and surrounding. This research is qualitative descriptive. The data collected are the result of literatures and theories study, direct involvement in case studies, and questionnaire summary analysis. At last, this thesis provides several alternatives of urban lighting technique and aspects which could enhance liveliness in urban space.
"
2016
S63607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Arlini
"First Place ialah tempat untuk tinggal, second place untuk bekerja dan third place untuk bersosialisasi. Kini, Third place bukan hanya suatu tempat untuk rekreasi tetapi sudah tergabung menjadi bagian gaya hidup banyak orang. Tidak dipungkiri kehadiran third place juga dapat terjadi di second place atau tempat kerja. Dalam penulisan ini akan dibahas mengenai ruang break out di tempat kerja sebagai salah satu tempat interaksi bagi pekerja. Konsep ruang ini hadir untuk memfasilitasi aktivitas break out yaitu aktivitas untuk keluar dari kondisi atau situasi yang menahan diantara waktu bekerja. Dari kajian teori serta pembahasan di kantor Google Office Moscow dan L rsquo;oreal Indonesia terlihat bahwa ruang break out dari segi desain, lokasi dan fasilitas yang disediakan mengundang pekerja untuk datang ke ruang break out sehingga menciptakan sebuah interaksi yang informal maupun formal. Oleh karena itu, ruang break out memiliki peran sebagai tempat untuk berinteraksi bagi para pekerja.

First place for domestic, second place for work and third place for socialization. Third place is not merely recreational but has became a part of people's lifestyle. Hence, the existence of third place may happen within the second place or the work place. This thesis will discuss about break out room in the workplace as place for the worker's interaction. The room's concept came to existence to facilitate the break out activity which is the situation to take a break during work. From literature and the discussion about Google Office Moscow and L'Oreal Indonesia work place, it can be seen that these break out rooms, from the design, location and provided facilities point of view, can invite the workers to come into the room to generate both formal and informal interaction. Therefore, break out rooms have the role as to provide interaction place for the workers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S66205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>