Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 178528 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Delia Octaviana
"Siapa nyana kepiawaian orang Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar), berpantun-pantun adat, berpetatah-petitih atau bersastra sedari dulu sampai sekarang ternyata bisa membuahkan hasil yang mengagumkan. Salah satunya, arsitektur rumah bagonjong. Tiap elemen Rumah Gadang memiliki denotasinya masing - masing. Dia ada karena makna oleh karena itu dia adalah simbol. Gonjong adalah salah satu simbol etnik itu. Gonjong merepresentasikan makna filosofi Minang yang terabstrasikan kedalam bentuknya. Pengejawantahan nilai-nilai filosofis itu ke dalam bentuk arsitektural memberikan arti tersendiri bagi arsitektur sebagai wadah ilham dan pemikiran terdalam manusia. Terkait dengan modernitas arsitektur vernakular Minang saat ini, simbol pun melebur. Perwujudan manifestasi baru mencoba untuk mencipta citra gonjong moderen dalam persepsi masyarakat awam. Lalu bagaimanakah peleburan gonjong sebagai simbol etnik ini dalam konteks modernitas arsitektur Minang? Adakah manifestasi baru itu tetap memenuhi kaidah murni dari bentuk adatnya ataukah mungkin justru berbeda?. Pertanyaan ini yang ingin saya kaji dalam penulisan skripsi ini yakni pemahaman mengenai gonjong sebagai simbol etnik dan menganalisis bentukan baru dari hasil peleburannya dalam modernitas arsitektur Minang. Untuk memahaminya saya mengkaji berdasarkan konteks sejarah dan mitos dari simbol etnik itu sendiri, terkait dengan teori semiotik dan diakhiri dengan analisis bentuk untuk menyesuaikan kaidah bentukan baru itu terhadap kaidah murninya.

No one ever thought that the skilled of Minangkabau people for making a poem from here and now can produce an outstanding result. The architecture of Rumah Bagonjong is one of it. Each of the element of Rumah Gadang have their own denotation. Meaning caused presence, so that it's called symbol. Gonjong is one of the ethnic symbol. It's represent a meaning from Minang philosophy that abstractedly on it's form. The manifestation of local content and philosophy value on architectural form has produce their own meaning for architecture as result for human deepest thought. Related with modernity vernacular architecture, that symbol was assimilate. The newest manifestation try to create a new image of modern gonjong on people perception. Thus how was the assimilation of gonjong responded to the modernity of Minangkabau architecture?. Does it new manifestation still fulfill it pure requirement or not?. These inquiries are what I expected to answer by conferring an outlook about gonjong as the ethnic symbol and its assimilation on modernity Minangkabau architecture. The assessment is based on the history and myth related to the theory of semiotic and by analysing the form to make a comparison between the new image of the modern gonjong with the pure requirement of traditional gonjong."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48370
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kemalsyah Fadli Akbar
"Skripsi ini mengeksplorasi simbolisme ideologi Fasisme Jerman pada bangunan Die Neue Reichskanzlei yang terdiri atas simbolisasi arsitektural melalui skala beserta kualitasnya dan simbol non-arsitektural berupa lambang kenegaraan dan karya seni. Selain itu, skripsi ini juga mengeksplorasi simbolisme kejayaan arsitektur Yunani dan Romawi Kuno sebagai perpanjangan dari teori Ruin Value melalui pembedahan bagian-bagian bangunan berupa kolom, pintu, jendela, bracket dan lengkungan yang memiliki kemiripan dengan kedua elemen arsitektur tersebut. Skripsi ini berangkat dari masalah kurangnya literatur yang membahas hal-hal tersebut secara menyeluruh dengan tujuan pertama untuk mengetahui simbolisasi ideologi Fasisme Jerman dalam bentuk arsitektural dan non-arsitektural serta peran simbol-simbol tersebut terhadap persepsi manusia, identitas bangunan, dan kuasa dan tujuan kedua untuk memahami kemiripan antara bagian-bagian bangunan pada Die Neue Reichskanzlei dengan arsitektur klasik dari Yunani dan Romawi Kuno dalam menyimbolisasikan kejayaan kedua arsitektur tersebut. Penyelidikan dilakukan menggunakan metode kajian literatur untuk teori dan sejarah untuk kemudian digunakan saat pembahasan untuk mendapatkan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelusuran, didapatkan hasil bahwa Die Neue Reichskanzlei menggunakan bentuk kuasa force, domination/intimidation, dan seduction yang kemudian terhubung dengan kuasa authority melalui persepsi manusia akan kebesaran bangunan yang terhubung dengan authority sehingga mampu meningkatkan citra dan legitimasi kuasa Adolf Hitler dengan Reich Ketiganya. Selain itu, bangunan juga cukup representatif terhadap arsitektur klasik Romawi dan Yunani Kuno.

This study explores the symbolism of German Fascism ideology in Die Neue Reichskanzlei, which consists of architectural symbolism through scale with its quality and non-architectural symbols. Additionally, this thesis explores the symbolism of Greek and Roman architecture’s glory as an extension of Theory of Ruin Value by breaking down building components that bear resemblance to elements from those two. The thesis stems from the lack of literature comprehensively discussing these topics with the primary aim to understand the symbolism of German Fascism ideology in both architectural and non-architectural forms, as well as their role on human perception, building identity, and power. The secondary aim is to understand the similarities between the building components Die Neue Reichskanzlei and Ancient Greek and Roman architecture in symbolizing the glory of both. The research was conducted using a literature review method for theory and history, which was then utilized in the discussion to reach conclusions. Based on the findings, it was concluded that the Die Neue Reichskanzlei utilized forms of power such as force, domination/intimidation, and seduction, which were then linked to authority through connection of human perception of the building’s grandeur to authority, thereby enhancing the image and legitimization of Adolf Hitler and his Third Reich’s power. Additionally, it was also concluded that the building is quite representative to Roman and Greek architecture."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felia Hanifa
"Perkembangan di pusat kota Brisbane merupai pembuatan integrated resort bernama Queen's Wharf. Pengembangan ini bertujuan untuk meningkatkan sector pariwisata dengan menyediakan lebih banyak hotel, toko retail, restoran, dan zona hiburan yang ditengahi oleh kasino. Meskipun pembangunan berupaya untuk konservasi dan memperbarui gedung lama, banyak bangunan yang membentuk identitas pusat kota Brisbane telah dihancurkan. Identitas dan simbol tersebut kemudian akan diganti dengan gedung tinggi dan modern. Perkembangan. itu menimbulkan permasalahan hal akan penggunaan lahan tanah yang lebih. Dengan menurunnya kecenderungan rakyat Australi untuk berpartisipasi dalam politik mereka sendiri, pembangunan gedung komunitas dapat menjadi penggunaan lahan yang lebih baik. Laporan ini bertujuan untuk mendesain ulang sebuah lahan di dalam kompleks pembangunan Queens Wharf, yang berada di antara fungsi-fungsi pemerintah kota Brisbane, Queensland Unviersity of Technology, Brisbane City's Botanical Gardens, dan sungai ikonik Brisbane untuk menciptakan sebuah bangunan yang akan menjadi sebuah simbol bagi orang untuk berkumpul dan menumbuhkan keinginan demokrasi dengan memberdayakan suara rakyat. Dengan membuat sebuah simbol, orang akan tertarik padanya dan karenanya akan cenderung untuk berpartisipasi. Masalah turunnya partisipasi dari demokrasi dapat dibantu dengan orang-orang yang merasa bahwa suara mereka akan terdengar. Ini harus dimulai dengan menunjukkan empati dan kesadaran kepada orang-orang dalam kelompok minoritas, dengan itu akan menciptakan kesetaraan yang akan menimbul keinginan untuk mempertahankan demokrasi yang sudah ada.

Developments in Brisbane's city center have gone underway to create a large integrated resort named the Queen's Wharf. The development aims to improve the city's tourism by providing more hotels, retail shop, restaurants, and entertainment zones that are wrapped around a casino. Though the development seeks to preserve and refurbish heritage sites, a lot of buildings that make up the Brisbane city center's identity had been demolished. Such identity and symbol will be then replaced with more modern high rise buildings that will take up a lot of Brisbane's skyline. The development had raised concerns, one being that there could have been better use of the land due to surrounding building functions. With Australia's declining engagement in their own politics, a community building could be a better use of land within the development. This report is about redesigning a site within the Queens Wharf development complex, that is in-between the city's government functions, a university, their botanic gardens, and Brisbane's iconic river to create a building that would be a beacon for the people to congregate and cultivate their own sense of democracy by empowering voices. By creating a symbol, people will be attracted to it and hence forth be prone to participate and examine what is happening around it. The issue of disengagement from democracy can be helped with people feeling like their voices matter and will be heard. This will have to start by showing empathy and awareness to people in minority groups that will eventually create equity between everyone in the community."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mursal Esten
"Dalam perkembangan sastra Indonesia, terlihat dua kecenderungan yang menarik. Pada periode awal semenjak angkatan dua puluhan sampai dengan angkatan 45, terasa sekali orientasi penciptaan ke sastra barat. Hal itu terlihat tidak saja dalam ragam sastra yang ditulis seperti roman atau novel yang berbentuk soneta, ragam sastra yang sebelumnya tidak dikenal dalam tradisi nusantara, akan tetapi juga pada tema-tema yang dipilih. Di dalam roman-roman angkatan Balai Pustaka, tema-tema yang mendapat tempat adalah masalah feodalisme, di dalam novel-novel pujangga baru masalah timur dan barat. Sedang puisi-puisi angkatan 45 tentang kemerdekaan atau kebebasan. Sesudah tahun lima puluhan dan terutama sekali semenjak tahun tujuh-puluhan, di dalam sejumlah karya sastra Indonesia yang penting, akar budaya tradisi dijadikan dasar tolak penciptaan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1990
D126
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Mohamad Wieldan Akbar
"ABSTRAK
Perpindahan Etnis Kenyah Badeng dari Long Beta?o, Apo Kayan (Kalimantan
Timur) menuju Long Busang (Sarawak) membuka babak baru dalam sejarah
kehidupan mereka. Tidak hanya bertemu dengan negara yang baru, mereka juga
bertemu dengan agama baru. Bertemu dan bersentuhan dengan Islam, yang
notabene agama resmi di Malaysia, membuat mereka mengalami dinamika
identitas. Kehadiran Islam dan Kristen di Kampung Long Busang memberikan
sebuah cerita tentang bagaimana identitas sebuah sukubangsa mengalami
perubahan oleh karena proyek pendisiplinan beragama. Skripsi ini
menggambarkan bagaimana modernitas berkerja pada segmentasi agama untuk
menghilangkan ambivalensi dalam identitas etnis Kenyah Badeng melalui
national schooling sebagai proses pendisiplinan beragama.

ABSTRACT
The Migration of Ethnic Kenyah Badeng from Long Beta'o, Apo Kayan (East
Kalimantan) to Long Busang (Sarawak) opened a new chapter in the history of
their life. Not only met the new state, but they also met with the new religion. Met
and got in touch with Islam, which was actually the official religion in Malaysia,
made them walked through the dynamic identity. The presence of Islam and
Christian in Kampung Long Busang gave a story of how an ethnic identity change
because of project religious discipline. This thesis illustrated how modernity
works on religious segmentation to eliminate ambivalence in Kenyah Badeng
ethnic identity through national schooling as a process of religious discipline"
2015
S60979
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Grace Maron
"Perubahan berbagai aspek yang terjadi pada masyarakat merupakan faktor penentu terjadinya perubahan pola pikir yang mereka pegang. Perubahan pola pikir ini menentukan perubahan prioritas dan preferensi masyarakat secara umum, sehingga menjadi salah satu faktor signifikan dalam perkembangan desain. Di dalam skripsi ini, secara khusus akan dibahas pengaruh modernisasi dalam lingkup desain, dengan berfokus terhadap dua bidang keahlian desain.
Penulisan ini bermaksud untuk memahami bagaimana pengaruh modernisasi dapat terjadi terhadap dua hal yang berbeda, yaitu fashion dalam arsitektur dan busana. Untuk itu, penulisan ini mengandung studi kasus terhadap karya perwakilan arsitektur dan juga busana. Berbasis sistem written fashion oleh Roland Barthes (1967), penulisan ini memegang prinsip bahwa pola pikir masyarakat mengenai fashion dapat ditemukan melalui penanda yang ada pada produk-produknya, dan berlaku pula pada arsitektur. Maka dari itu, analisis dalam studi kasus ini akan dilakukan dengan menemukan penanda-penanda modernisasi.
Penanda-penanda yang ditemukan akan digunakan untuk menentukan perbedaan dan persamaan modernisasi dalam arsitektur dan busana. Perbedaan akan memberikan pengetahuan mengenai berbagai kemungkinan penerapan pola pikir modern terhadap desain. Sedangkan persamaan dapat membuktikan keterhubungan fashion dalam arsitektur dan busana, khususnya dalam menerima efek modernisasi sebagai cabang ilmu desain yang berbeda. Hasil dari studi ini diharapkan dapat menjadi informasi yang memicu kemungkinan-kemungkinan eksplorasi desain yang baru.

The alteration of various aspects within the society are the determining factors of the shiftings in the paradigms they held. These shiftings generally determine changes in the priorities and preferences of the society, therefore, become significant factors of design developments. In this essay, the effects of modernization will be particularly discussed, focusing on two design fields of study.
This study aims to understand how modernization occurs on two different matters, which are fashion in architecture and clothing. In order to do that, this study consists of a case study on architecture and clothing representative artworks. Based on Roland Barthes 's (1967) system of written fashion, this study held the principle that the paradigms of the society, in relation to fashion, are able to be found through the signifiers the items have, and the same thing applies in architecture. Therefore, the analysis in this case study will be done by finding the signifiers of modernization.
The signifiers that will be found will be used to determine the differences and the resemblances of the modernization application towards architecture and fashion. The differences will give information on various possibilities modern mindset can be applied towards design. While the resemblances will prove the relation between architecture and clothing, especially in receiving the effect of modernization as different fields of design study. The result of this study is expected to give information that triggers new possibilities in design explorations.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vemi Xafiera
"Rumah Gadang adalah arsitektur vernakular Minangkabau yang merefleksikan identitas budaya masyarakat setempat. Penelitian ini mengkaji adaptabilitas Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang, Solok Selatan, dalam upaya pelestarian arsitektur vernakular Minangkabau. Melalui observasi lapangan dan wawancara mendalam, penelitian ini menganalisis perubahan yang terjadi pada aspek tangible (bentuk, material, dan tata ruang) dan intangible (hubungan antara masyarakat dan wisatawan) Rumah Gadang sebagai upaya adaptasi terhadap perkembangan zaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa revitalisasi Rumah Gadang oleh Kementerian PUPR dan renovasi oleh masyarakat setempat dengan melibatkan Tukang Tuo, menggunakan material lokal, dan mempertahankan bentuk dan tata ruang asli, merupakan upaya pelestarian yang selaras dengan prinsip-prinsip arsitektur vernakular. Kehadiran wisatawan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian masyarakat dan menjadi faktor pendorong pelestarian Rumah Gadang. Dengan demikian, perubahan yang terjadi pada Rumah Gadang di Kawasan Saribu Rumah Gadang dapat dipandang sebagai upaya adaptasi untuk melestarikan warisan budaya Minangkabau agar dapat terus berkembang di masa depan.

Rumah Gadang is a Minangkabau vernacular architecture that reflects the cultural identity of the local community. This research examines the adaptability of Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area, South Solok, in an effort to preserve Minangkabau vernacular architecture. Through field observations and in-depth interviews, this study analyzes the changes occurring in the tangible aspects (form, materials, and layout) and intangible aspects (relationship between community and tourists) of Rumah Gadang as an effort to adapt to the changing times. The results show that the revitalization of Rumah Gadang by the Ministry of Public Works and Public Housing and renovations by the local community, involving Tukang Tuo (traditional builders), using local materials, and maintaining the original form and layout, are preservation efforts that are in line with the principles of vernacular architecture. The presence of tourists has made a positive contribution to the community's economy and has become a driving factor for the preservation of Rumah Gadang. Thus, the changes occurring in Rumah Gadang in the Saribu Rumah Gadang Area can be seen as an effort to adapt and preserve the Minangkabau cultural heritage so that it can continue to develop in the future."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Chandrasari
"Perubahan merupakan suatu fenomena yang selalu mewarnai perjalanan sejarah setiap masyarakat dan kebudayaannya. Salah satu penyebab terjadinya perubahan adalah kehadiran modernitas dan penyesuaian akan kebutuhan hidup yang berbeda setiap saat. Pada akhirnya tradisi dan modernitas akan saling berhadapan seiring dengan perkembangan jaman.
Bali memiliki prinsip adat, budaya dan agama yang kuat. Hal ini yang membuat Bali mempunyai identitas dan karakter. Ketiganya memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat Bali untuk mempertahankan tradisi. Namun dalam perjalanan waktu, tradisi dapat berubah. Kemajuan akan modernitas membutuhkan dasar budaya yang kuat dan kreatif yang berakar pada kepribadian dan identitas diri. Tanpa budaya yang mendalam modernisasi tidak akan menuju ke arah yang lebih maju, karena dapat memiliki ketergantungan dengan budaya dari luar. Kemampuan menerima perubahan adalah potensi yang penting agar nilai-nilai tradisi dapat bertahan di masyarakat.
Pamesuan merupakan salah satu wujud arsitektur tradisional Bali yang telah berkembang pesat. Pamesuan adalah pintu keluar pekarangan hunian Bali. Terdiri atas kori (pintu), undag (tangga) dan penyengker (tembok). Gejala perubahan yang terjadi dapat ditandai melalui pamesuan, baik perubahan secara bentuk, fungsi maupun makna simbolis. Dialog antara tradisi dengan modernitas akan terlihat pada perubahan pamesuan. Pamesuan dapat menjadi tanda terjadinya proses adaptasi modernitas pada tradisi Bali.

Change is a phenomenon that will always appear in the history of every society and its culture. One thing that could give change is modernity and the need to adjust. Confrontation of tradition and modernity is eventually unavoidable.
Bali has a strong custom, culture and religion principle. This gives Bali its identity and character. The presence of these three aspects is what maintained the tradition in Balinese society. Nevertheless it is not impossible for tradition to change. A strong and creative cultural foundation, rooted in personality and self identity, is the solid ground on which the development of modernity stands. Without a strong culture, modernity will not advance due to its addiction to the outside culture. So as to give survival to the value of tradition, the capability of accepting changes is a must.
Pamesuan is one of the Balinese traditional architectural forms that were rapidly developed. Pamesuan, comprised of kori (door), undag (stair) and penyengker (wall), acts as the gate in Balinese dwelling. The symptoms of change are reflected through the form, function and symbolic meaning of pamesuan. Dialogue between tradition and modernity can be seen through the transformation of the pamesuan. One can comprehend the adaptation of modernity in Bali tradition by observing the pamesuan."
2008
S48424
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>