Ditemukan 64554 dokumen yang sesuai dengan query
Kristianti Dewi Paramita
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S48367
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Siegel, Curt
Bandung: Universitas Parahyangan, [Date of publication not identified]
724.91 SIE st
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Ching, Francis D.K., 1943-
Jakarta: Erlangga, 1999
R 721 CHI at
Buku Referensi Universitas Indonesia Library
Yuri Hermawan Prasetyo
"Kehandalan arsitektur tradisional Nusantara dalam merespon iklim sudah banyak teruji melalui beberapa penelitian terkait dengan penciptaan performa lingkungan ruang dalam. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi ekspresi klimatik yang tercermin pada bentuk elemen arsitektur tradisional Nusantara sebagai akibat dari respon iklim makro tropis lembab. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melakukan kompilasi tipologi arsitektur tradisional di beberapa wilayah di Indonesia. Hasil kompilasi dikaitkan dengan sistem klasifikasi iklim dari Koppen dengan menganalisis perilaku beberapa variabel iklim seperti radiasi matahari, suhu, angin, dan curah hujan.
Hasil penelitian ini adalah interpretasi bentuk-bentuk elemen geometris yang terdapat pada selubung bangunan sebagai bentuk respon iklim mikro dan makro yang melekat pada selubung bangunan arsitektur tradisional Nusantara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa klasifikasi iklim makro tidak memberikan korelasi yang kuat dengan bentuk rumah tradisional Nusantara. Bentuk arsitektur lebih dipengaruhi oleh iklim mikro, terutama bentuk atap rumah tradisional yang memiliki peran dominan dalam beradaptasi dengan iklim, berupa ekspresi kecuraman atap. Secara anatomi, atap sebagai representasi kepala memberikan dimensi yang lebih besar dibandingkan badan dan kaki. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi perancangan arsitektur masa kini yang mempertimbangkan regionalisme dari aspek klimatik."
Bandung: Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2017
728 JUPKIM 12:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Alya Hasna Rizky Riandita
"Kajian perancangan ini bertujuan untuk mengeksplorasi potensi vibrasi sebagai basis dari pemrograman arsitektur. Arsitektur selama ini terfokus pada kualitas visualnya, baik dari sudut pandang perancang maupun penggunanya. Dalam merancang arsitektur, seorang arsitek memerlukan kemampuan dan kepekaan dalam hal visual. Namun demikian, perancangan ini melihat bahwa masih terdapat indra lain yang dimiliki manusia yang berperan dalam merasakan ruang, salah satunya pendengaran. Dalam kajian ini, penulis mencoba untuk mengeksplorasi berbagai kemungkinan dari konsep resonansi sebagai basis dari perancangan arsitektur. Penelusuran bentuk dilakukan melalui berbagai eksplorasi dan pembuatan prototipe secara fisik, dengan fokus rongga dan bukaan. Eksplorasi tersebut menghasilkan skenario dirancang dari dua sudut pandang, yaitu arsitek yang merancang dengan resonansi sebagai basis dan pengguna yang bernavigasi dalam ruang berdasar resonansi yang dihasilkan. Organisasi arsitektur dibentuk dan disusun melalui pembentukan rongga berbasis kualitas suara yang ingin dicapai dan menghadirkan arsitektur vibratif. Melalui arsitektur vibratif, arsitektur tidak lagi hadir sebagai visual, melainkan hadir sebagai pengalaman resonansi.
This design study aims to explore the potential of vibration as the basis of architectural programming. Insofar, architecture has been focused on its visual quality, both from the point of view of the designer and the user. In designing architecture, an architect requires the ability and sensitivity in terms of visuals. However, this design sees that there are other senses possessed by humans that play a role in sensing space, one of which is hearing. In this study, I try to explore the various possibilities of the concept of resonance as the basis of architectural design. The form finding was developed through various explorations and physical prototyping, focusing on cavities and openings. This exploration resulted in design scenarios from two perspectives–the architect who designed with resonance as the basis and the user who navigated the space based on the resulting resonance. The architectural organization is formed and composed through the formation of a cavity based on the sound quality to be achieved and becomes a vibrative architecture. Through vibrative architecture, architecture is no longer present as a visual, but rather as an experience of resonance."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
I Gusti Agung Sawitri Shintya Dewi
"Kajian perancangan tugas akhir ini bertujuan untuk mengeksplorasi adanya dampak dari interaksi antar makhluk hidup dalam suatu zona kontak sebagai basis pengembangan arsitektur. Secara khusus, studi dilakukan terhadap kehadiran manusia yang dianggap sebagai makhluk hidup dengan tingkat teratas, yang dapat mengubah lingkungan dan makhluk hidup lain, serta membentuknya sesuai dengan keinginan mereka. Sebagai landasan sebuah proyek perancangan, studi ini akan difokuskan lebih mendalam untuk mengamati dan mengeksplorasi dampak tidak langsung dalam jangka panjang. Secara khusus, kajian ini berupaya untuk memahami bagaimana makhluk hidup sebagai mesin bertahan hidup berinteraksi dalam zona kontak. Arsitektur hadir sebagai entitas baru yang dapat mengatur diri sendiri, sebuah alam ‘baru’ yang menjadi permulaan untuk periode selanjutnya. Skenario arsitektur yang dapat mengatur dirinya sendiri ditunjukan oleh Aspergillus fumigatus sebagai spesies pemenang dalam alam tersebut. Dengan adanya mekanisme tersebut, arsitektur hadir melalui kompleksitas dari interaksi dan siklus perubahan yang terjadi di dunia. Pergeseran identitas pemenang tersebut berdampak pada kondisi dan bentuk dari tempat bertinggal makhluk hidup yang dapat melewati peristiwa yang ada, baik secara makro maupun mikro. Melalui perancangan ini, maka di masa depan arsitektur tidak dianggap lagi sebagai ide yang statis, cerminan fungsional bentukan manusia lagi. Arsitektur hadir sebagai entitas dinamis sesuai dengan kebutuhan dari organisme yang mampu mengatur diri sendiri, mampu beradaptasi dan menjadi penguasa dalam periode kemenangannya.
The purpose of this final project design study is to explore the impact of interactions between living organisms within a contact zone as a basis for architectural development. Specifically, the study focuses on the presence of humans, who are considered the top-tier living beings capable of altering the environment and other living organisms, shaping them according to their desires. As the foundation of a design project, this study will delve deeper into observing and exploring indirect long-term impacts. Particularly, this study aims to understand how living beings, as survival machines, interact within the contact zone. Architecture emerges as a new entity capable of self-regulation, a 'new' nature that marks the beginning of the next period. The scenario of self-organize architecture is exemplified by Aspergillus fumigatus as the winning species in this environment. Through this mechanism, architecture manifests through the complexity of interactions and cycles of change occurring in the world. This shift in the identity of the dominant species impacts the condition and form of the habitat of living beings, which can withstand various events on both macro and micro levels. Through this design, architecture in the future is no longer seen as a static idea, merely a functional reflection of human creation. Instead, architecture appears as a dynamic entity, aligned with the needs of self-organize organisms, capable of adapting and becoming dominant in its period of victory."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ahmad Fadlan Awriya
"ABSTRAK
Pada 2030, Indonesia berada di era kehancurannya. Keanekaragaman dalam kepercayaan, ketidakpuasan dan kesombongan manusia menyebabkan mereka menjadi lebih sombong dan merasakan apa yang mereka yakini sebagai hal terbaik dibandingkan dengan yang lain. Simbolisasi kepercayaan yang mengarah pada kesalahpahaman dan personifikasi Allah, membuat manusia tampak telah menyelaraskan diri mereka sebagai Tuhan karena kekuatan yang mereka miliki saat ini lebih rasional daripada kekuatan ilahi. Pada awalnya, agaman datang sebagai sepenuhnya baik untuk semua orang, untuk menjadi titik pembebasan dari rasa tidak aman. Tetapi karena 'iman', kekuatan dan kesalahpahaman tentang dominasi simbolisasi, kita sampai pada masa di mana setiap orang berjuang untuk menjadi satu-satunya Tuhan yang memerintah dunia. Dengan menggunakan sistem teologis, saya ingin mendefinisikan kembali hubungan abstrak antara manusia dan Tuhan dan merasionalisasi kekuatan Tuhan sebagai bentuk yang dapat dianggap sebagai kepercayaan publik untuk mengurangi kemungkinan kesalahan penerjemahan kepercayaan.
Proyek ini membentuk bahasa spasial baru yang didasarkan pada sistem teologi sebagai tujuannya dan menempatkannya konteks kota sebagai pendekatannya. Di satu sisi, ini adalah peristiwa yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan di sisi lain itu adalah sistem eksperimental perkotaan yang mungkin tidak meneyelesaikan masalah daripada menjadi solusi. Ini adalah arsitektur anti-heroik yang hanya terlihat seperti sindiran politik
ABSTRACTIn 2030, Indonesia is in the era of its destruction. Diversity in belief, dissatisfaction and arrogance of humans causes them to be more arrogant and feel what they believe is the best thing compared to others. The symbolization of the belief that leads of misunderstandings and personification of God, make human sem to have aligne themselves as God(s) becaus they power the possess today is more rational than divine power. At first, religion came as wholly good for everyone, to be relieve point from insecurities. But due to 'faith', power and misconception of the dominance of symbolization, we have come to the time where everyone fight to be the only God to rule the world. Using the theological system, I want to redefine the abstract relationship between humans and God and rationalize the power of God(s) as a form that can be perceived as public belief to lessen the chance of mistranslation of the beliefs.This projects forms a new spatial language that bases on theology system as its objective and put it the city context as its approach. Pn pne side, is is a forecasted event that might happen in future, and on another it was an urban experimental system that might not solving problem rather than to be solution. This is an anti-heroic architecture that merely looks like political satire."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Hisyam Ikhtiar Mulia
"Penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana situasi dan kondisi ekonomi-politik kontemporer bergulir. Realitas ekonomi politik kontemporer dianggap mengalami perubahan besar-besaran. Lebih tepatnya, realitas ekonomi-politik telah memasuki paradigma baru dimana informasi dan komunikasi menjadi variable sentral di dalamnya. Penelitian ini mengambil kasus freeware, suatu teknologi yang berakar dari penciptaan komputer dan internet di abad ke-20, untuk menjustifikasi bahwa realitas sosial-ekonomi-politik kontemporer bergulir seperti gambaran Antonio Negri dan Michael Hardt. Hal ini terkait dengan keberadaan kapitalisme postmodern yang berupa Empire, terjadinya produksi biopolitis sebagai corak produksi kontemporer, keberadaan immaterial labor, eksploitasi pada masyarakat secara menyeluruh di level global, hingga Multitude yang dianggap mampu melakukan perlawanan. Keseluruhan rangkaian fenomena tersebut dianggap terjustifikasi dengan keberadaan freeware. Freeware dianggap mengandung sendi-sendi kapitalisme postmodern, khususnya menyoal informatisasi dan komunikasi.
This research is trying to explain how the contemporary political economic reality works. The contemporary political economic reality is assumed to have been totally transformed. Specifically, political economic reality has turned into a new paradigm which information and communication become the central variable in it. This research takes freeware, a technology which rooted from the discovery of computer and internet on the 20th Century, to justify that the contemporary political social economic reality woks as how Antonio Negri and Michael Hardt explain it. This is related to the existence of postmodern capitalism which formed as Empire, the existence of biopolitical production as a form of contemporary production, the existence of immaterial labor, the exploitation which happened totally to the social reality on global level, also Multitude which was born internally and oppose the Empire itself. The totality of theat combination will be explained as justifiable to the exsistence of freeware. Freeware is justified containting those principle of poatmodern capitalism, especially when it comes to the exploitation of information."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Berlian Eka Kirana
"Tulisan ini membahas PLTU Batubara X sebagai masalah kejahatan lingkungan. Berawal dari Indonesia yang menempati peringkat keempat sebagai penghasil gas emisi di dunia pada tahun 2015, dunia mulai mengalihkan fokusnya kepada Indonesia untuk meratifikasi Perjanjian Paris untuk mengurangi emisi 29% hingga 41% pada tahun 2030. Dengan adanya permasalahan tersebut, akan dibahas isu lingkungan khususnya terkait perubahan iklim dan pemanasan global yang disebabkan oleh hasil pembuangan dari aktivitas PLTU Batubara dan pelanggaran yang telah dilakukannya. Pembahasan akan berfokus pada PLTU X yang menimbulkan permasalahan karena telah menyalahi prosedur penerbitan izin lingkungan, dokumen AMDAL cacat secara substansi dan memperburuk polusi di daerah sekitarnya. PLTU X dilihat sebagai bentuk dari environmental crime dan melanggar environmental justice. Konsep-konsep tersebut akan dianalisis menggunakan perspektif Green criminology agar dapat memperlihatkan bahwa PLTU yang didukung oleh pemerintah menghasilkan kerusakan lingkungan yang mempengaruhi perubahan iklim dan berdampak pada masyarakat sekitarnya.
This paper discusses about PLTU X as a problem of environmental crime. Starting from Indonesia which was ranked fourth as a producer of carbon emissions in the world in 2015, the world began to shift its focus to Indonesia to ratify the Paris Agreement to reduce emissions from 29% to 41% by 2030. With these problems, environmental issues will be discussed in particular related to climate change and global warming caused by the disposal of coal-fired power plants activities and the violations they have committed. The discussion will focus on PLTU X which causes problems because it has violated the procedures for issuing environmental permits, the AMDAL document is substantially flawed and exacerbates pollution in the surrounding area. PLTU X is seen as a form of environmental crimes and violates environmental justice. These concepts will be analyzed using the perspective of Green criminology in order to show that the coal-fired power plant supported by the government produces environmental harm that affects climate change and has an impact on the surrounding community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Athiya Ramadhian Khairunnisa
"Tulisan ini membahas sebelas peristiwa tumpahan minyak yang terjadi periode 2010-2020 untuk dianalisis sebagai bentuk kejahatan lingkungan transnasional. Thesis statement karya akhir ini adalah peristiwa tumpahan minyak dapat dijelaskan dengan tiga mekanisme dimensi transnasional kejahatan lingkungan dengan perspektif green criminology. Analisis mekanisme transborder flows of toxins and other ecosystem threats, transborder flows of economic decisions, dan transborder projections of power dikaitkan dengan data lokasi awal tumpahan minyak, lokasi persebaran tumpahan, dampak terhadap lingkungan dan manusia, pihak yang bertanggung jawab, penyebab tumpahan minyak, serta reaksi yang diterapkan. Perspektif green criminology mampu memberikan definisi kejahatan dan kerusakan lingkungan yang lebih ekspansif. Perspektif ini juga menekankan lingkungan, manusia, dan spesies nonmanusia yang terdampak atau dirugikan oleh sebelas peristiwa tumpahan minyak dan hak-hak mereka untuk dijaga, dilestarikan, dan dilindungi.
This paper discusses eleven oil spill events that have occurred during 2010-2020 to be analyzed as a form of transnational environmental crime. The thesis statement in this work is that oil spill incidents can be explained with the three transnational dimensions of environmental crime with a green criminology perspective. Analysis of transborder flows of toxins and other ecosystem threats, transborder flows of economic decisions, and transborder projections of power is linked to data on the initial location of the oil spill, location of the spill distribution, impact on the environment and people, responsible parties, causes of the oil spill, and the reaction that is applied. Green criminology is able to provide more expansive definition of crime and environmental damage. This perspective also emphasizes the environment, humans and non-human species that are affected or harmed by the eleven oil spill events and their rights to be protected and conserved."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library