Ditemukan 143724 dokumen yang sesuai dengan query
Khristinawati Ursula
"Arsitektur fluida adalah salah satu aliran arsitektur yang masih baru dibahas akhir-akhir ini. Beberapa arsitek menggunakannya sebagai konsep untuk menghasilkan karya mereka sehingga banyak sekali penafsiran mengenai arsitektur fluida sendiri. Dimana hal itu diwujudkan dari bentuknya dan juga materialnya seperti yang kita lihat selama ini. Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah apakah arsitektur fluida ini mempunyai arti yang lebih mendalam dari sekedar bentuk fisiknya saja? Untuk mendapatkan definisi yang lebih mendalam mengenai arsitektur fluida, terdapat tiga orang arsitek muda yang dalam karyanya didasarkan pada konsep arsitektur fluida ini dan juga seorang pakar budaya yang menulis mengenai pengalaman kita sehari-hari, dimana hal itu merupakan arsitektur fluida.
Dengan mengamati cara keempat ahli ini mengenai arsitektur fluida, penulis mencoba menyimpulkan mengenai hal-hal apa saja yang menjadi aspek utama dalam arsitektur fluida ini. Berdasarkan pengamatan terlihat bahwa temyata arsitektur fluida itu tidak hanya sekedar lepas dari Euclidian geometry yang kita ketahui selama ini, tetapi juga membangun suatu bangunan yang dapat bertingkah laku seperti manusia. Selain itu, terdapat juga beberapa kriteria lain yang membuat arsitektur fluida berbeda dari arsitektur lainnya, seperti penggunaan medium alien yang mendeskripsikan posisi antara dan juga penggunaan komputerisasi dalam proses disain dan dalam sistem operasinya. Sehingga kita akan mengalami pengalaman yang berbeda setiap kali kita berada dalam bangunan tersebut.
Fluid Architecture is one style in architecture, which is recently studied. Some architects use this concept in their masterpieces. There are many interpretations about this concept. And it's shaped to its form and materials. Just what we've seen all this time. But, is there another definition about this concept that is more circumstancial than its physical form? To get the more circumstantial definition about fluid architecture, there are 3 young architects that their works are based on this concept and a cultural theorist that wrote about his daily experiences that describes main concept of fluid architecture.By perceiving the way of them about Fluid Architecture, we can take a conclusion what things that actually include and become the prime aspect about Fluid Architecture. That fuid architecture is not just about getting out from the Euclidian geometry that we know today but also to build a building that can act and react as a human being. Beside that, there are another ideas that make fluid architecture different from other architectures, like uses of the alien medium that describes in-between position and the uses of computers technology in the design process and in the operation system. So we will have a different experience everytime we use the building."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S48615
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Hillier, Bill
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 1996
720.103 HIL s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
New York: Routledge, 2001
724.6 ARC
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Triyanto
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Ruth Kartika Purnasasmita
"Tesis ini mengeksplorasi metode perancangan arsitektur berbasis pemahaman bau yang dapat membentuk lintasan dalam proses navigasi ruang arsitektur. Studi ini diawali dengan argumen bahwa arsitektur cenderung untuk menghilangkan atau menimpa kehadiran bau yang ada. Hal ini mendiskriminasi kehadiran bau dalam ruang dan menjadikannya hanya dilihat sebagai rangsangan dari matter. Tesis ini kemudian mengangkat pentingnya pergeseran perspektif bau dalam ruang dimana yang dilihat melalui pemahaman akan lintasan bau. Hal ini menunjukkan bahwa bau menghadirkan kondisi dinamis dalam ruang. Penelusuran lintasan bau dapat mengungkap lapisan-lapisan bau dalam ruang dimana tesis ini melihat lapisan tersebut dalam komposisi foreground-background. Tesis ini melihat lintasan bau berdasarkan pergerakan bau dalam ruang, pergerakan manusia, dan susunan lapisan tersebut.
Fragmentasi kemudian dilihat sebagai metode yang dapat mengungkap dan mengintervensi lintasan bau. Kajian fragmentasi diawali dengan penelusuran makro melalui proses smellwalking pada konteks urban untuk melihat susunan lapisan dalam lintasan yang menghasilkan navigasi dinamis dalam ruang. Studi tersebut dilanjutkan dengan penelusuran mikro yaitu mengeksplorasi ragam perlakuan bau dan medium perantara dimana berfokus pada bau rempah-rempah tradisional Indonesia. Temuan dari studi ini menghasilkan rancangan arsitektur lintasan bau untuk navigasi dengan menyoroti makna temporalitas oleh bau dalam membentuk dan menembus waktu. Rancangan yang dihasilkan berupa skenario lintasan yang terdiri atas susunan lapisan foreground-background dan navigasi dinamis berupa wayfinding serta koreografi respons tubuh manusia dengan bau. Hal ini mempertimbangkan temporalitas serta hubungan aktif bau, tubuh manusia, elemen spasial (medium perantara bau), dan waktu.
This thesis explores the trajectory of smell as the basis of architectural design method development in navigating space. It argues that architecture often removes or overwrites smell based on its stimulating existence created from matter. However, it tends to discriminate the presence of smell in space. This thesis then highlights the importance of understanding smell through the idea of trajectory, enabling the dynamic condition in space. The investigation of the trajectory of smell reveals layers of smell in space which can be seen in the form of foreground-background compositions. Furthermore, the trajectories of smell in this study are driven by the distribution of smell in space, human movement, and the existing layers within the space.Fragmentation is seen as an architectural design method that reveals and intervenes the trajectory of smell. The study began with a macro investigation by conducting the process of smellwalking in urban context. It reveals the compositions of foreground-background enabling dynamic navigations in space. Further micro investigations are done through various explorations of the smells’ treatment and mediums by focusing on the smell of traditional Indonesian herbs and spices. These findings then suggest possible architectural programming in navigating space by developing various scenarios of trajectory. It highlights the notion of temporality of smell in making and passing through time. The scenarios consist of foreground-background layers and dynamic navigation in the form of wayfinding and various choreographies of bodily response towards the smell. This thesis then higlights the notion of temporality and the active relations between smell, human body, spatial elements (mediums), and time."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Lam, William M.C.
New York: McGraw-Hill, 1977:
729.28 Lam p
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Rika Sari
"Arsitektur rumah sebagai hasil tingkah laku manusia, tentunya sangat dipengaruhi oleh aspek manusia itu sendiri. Salah satu aspek tersebut adalah kepribadian. Dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat, tiap-tiap individu dapat memiliki kepribadian yang sama, yang disebut juga kepribadian kolektif. Bagaimana hubungan antara kepribadian kolektif suatu masyarakat dan arsitektur rumahnya. Untuk menjelaskan hubungan tersebut, peninjauan melalui arsitektur dan beberapa bidang studi lain, khususnya antropologi-psikologi sangat diperlukan. Sebagai kasus diambil, arsitektur rumah Betawi. Dari anahsis terlihat beberapa petunjuk bahwa kepribadian kolektif masyarakat Betawi dapat mempengaruhi arsitektur rumahnya atau dengan kata lain arsitektur rumah suatu masyarakat dapat mencem inkan kepribadian kolektifnya."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S48164
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
McCarter, Robert, 1955
London: Reaktion Books Ltd, 2016
729 MCC s
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Noerhadi
"Suatu event (peristiwa) tertentu tak akan pemah terjadi apabila keadaan fisik ruang atau tempat dimana peristiwa itu terjadl berbeda dengan apa yang ada saat itu. Sedangkan beberapa tempat mampu menunjukkan karakternya yang khas dipicu oleh adanya event atau penstiwa-peristiwa yang kerap terjadi di tempat itu.
Skripsi ini membahas bagaimana karakter pada sebuah tempai hadir. dari sebuah hubungan yang erat antara space (lingkungan fisik) dan event (peristiwa), terutama daiam hubungan dampaknya bagi manusia sebagai pelaku ruang atau tempat tersebut."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48498
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Alva Maula Rahman
"Penulisan ini mengeksplorasi peran atmosfer dan memori kolektif dalam pembayangan ruang di masa lalu. Manusia dapat mengingat kejadian di masa lalu melalui pengalaman ruang, tulisan ini bertujuan menelusuri bagaimana atmosfer dan memori kolektif dapat menghadirkan pengalaman ruang yang membantu manusia untuk membayangkan kejadian bersejarah yang ada di masa lalu. Penulisan ini menggunakan kasus pengalaman ruang yang ada di Museum Sejarah Jakarta untuk menganalisis proses pembayangan ruang masa lalu melalui dua aspek, yaitu pengalaman emosional yang hadir melalui atmosfer, dan konteks sejarah yang terkandung dalam memori kolektif. Kedua aspek ini harus hadir secara bersamaan dan melengkapi satu sama lain, tanpa adanya salah satu dari kedua aspek ini, pembayangan pada ruang tidak akan terasa secara emosional (tidak ada atmosfer) atau tidak memiliki konteks peristiwa (tidak ada memori kolektif).
This writing explores the role of atmosphere and collective memory in envisioning spaces in the past. Humans can recall past events through spatial experiences, and this writing aims to investigate how atmosphere and collective memory can create spatial experiences that assist individuals in envisioning historical events from the past. The study utilizes the case of spatial experiences in the Jakarta History Museum to analyze the process of envisioning spaces from the past through two aspects: the emotional experience evoked by atmosphere and the historical context embedded in collective memory. Both aspects are interdependent and complement each other; the absence of either aspect would result in a lack of emotional impact (absence of atmosphere) or a lack of contextual events (absence of collective memory) in the envisioning of spaces."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library