Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 81248 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andri
"Kualitas udara di dalam ruang merupakan aspek yang sangat penting dalam mempengaruhi kesehatan penghuni bangunan. Buruknya kualitas udara dalam ruang dapat menyebabkan sebuah sindrom penyakit yang disebut dengan Sick Building Syndrome. Basemen merupakan tempat yang sangat berpotensi untuk menjadi lokasi terjadinya Sick Building Syndrome karena pada basemen banyak terdapat polutan - polutan seperti asap kendaraan bermotor, debu dan zat- zat beracun lain. Selain polutan basemen juga dapat menjadi tempat yang berpotensi sebagai medium berkembangnya mikroba - mikroba seperti bakter, kapang dan khamir karena pada basemen sangat berpotensi untuk terjadi akumulasi mikroba yang merugikan.
Pada penulisan karya ilmiah ini penulis mencoha mempelajari dan membuktikan gejala tersebut secara ilmiah dengan menggunaknn alat - alat berikut : Gas Analyzer, Gas Dust Sampler, Anemometer, Hobo dan Cawan petri dengan medium PDA untuk mengetahui suhu, kelembaban, kandungan gas baracun dalam udara, kandungan debu dalam udara. kecepatan angin dan konscntrasi mikroba dalam udara."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Afrina
"ABSTRAK
Latar Belakang
Sindrom mata kering adalah suatu gangguan pada permukaan mata yang ditandai dengan ketidakstabilan produksi dan fungsi dari lapisan air mata yang menghasilkan gejala tidak nyaman, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan lapisan air mata yang berpotensi mengalami kerusakan pada permukaan mata. Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya adalah kualitas udara dalam ruang. Perlu diketahui faktor ? faktor selain kualitas udara yang menimbulkan sindrom mata kering untuk dapat mencegah terjadinya pada pekerja di ruang parkir bawah tanah dalam rangka menjaga produktifitas pekerja dan mencegah sindrom mata kering.
Tujuan
Selain mengidentifikasi kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah, penelitian ini juga mengidentifikasi prevalensi dan tingkat keparahan sindrom mata kering serta mengetahui faktor ? faktor yang mempengaruhi timbulnya sindrom mata kering pada pekerja.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Data dikumpulkan pada April sampai Juni 2015. Pekerja ruang parkir bawah tanah di salah satu Megablok Jakarta Selatan diwawancara dengan kuesioner OSDI dan diperiksa matanya dengan tes schirmer. Pengambilan data satu kali pada setiap responden saat pekerja selesai absensi pulang.
Kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah Megablok ?X? Jakarta Selatan tidak baik, walaupun kelembaban udara dan pertikel debu masih dalam batas normal, namun tingginya suhu udara dan pencahayaan menunjukkan di bawah standar untuk tempat kerja. Responden penelitian ini berjumlah 85 orang dengan 90,6% laki ? laki, yang berusia rata ? rata 23,05 tahun dengan rentang 20 ? 40 tahun. Tempat bekerja terdiri dari pekerja di kantor (4,7%), di pos (28,2%) dan sisanya bekerja di lapangan parkir. Terdapat 61,2% pekerja yang perokok. Pekerja dengan lama visual atensi > 4 jam sehari ada 54,1%. Hanya 14,1% pekerja yang telah bekerja diruang parkir bawah tanah lebih dari dua tahun. Sebagian besar pekerja (87,1%) berada di bawah tanah 8 jam/hari. Ditemukan 23 orang (37,1%) didiagnosis sindrom mata kering berdasarkan kuesioner OSDI dan 33 orang (38,8%) melalui tes schirmer. Sindrom mata kering parah tidak ditemukan pada hasil pemeriksaan tes schirmer, namun dari hasil kuesioner OSDI terdapat 42,8%. Analisis multivariat menunjukkan hanya jenis kelamin mempengaruhi timbulnya sindrom mata kering secara independen. Perempuan mempunyai risiko 12,042 kali lebih besar dibanding laki ? laki untuk mengalami sindrom mata kering. Kualitas udara dalam ruang parkir bawah tanah di Megablok ?X? Jakarta Selatan tidak baik. Prevalensi sindrom mata kering pada pekerja ruang parkir bawah tanah 38,8%. Jenis kelamin menjadi faktor yang berpengaruh terhadap timbulnya sindrom mata kering pada pekerja ruang parkir bawah tanah (OR = 12,042). Tingkat keparahan sindrom mata kering yang parah dari hasil kuesioner OSDI terdapat 42,8%

ABSTRACT
Background
Dry eye syndrome is a disorder of ocular surface which is indicated with destabilized production and disfunction of tear film. It causes uncomfortable symptoms and visual disorder. One of influence factors that cause dry eye syndrome is indoor air quality. It?s important to know other factors beside the air quality that can also contribute to dry eye syndrome to anticipate the incident happened to workers in the basement parking area and to keep the workers productivity going well.
Purpose
This research will identify the factors those influence the dry eye syndrome prevalence and its severity of workers who work at basement parking area.
Method
This study used cross-sectional method. Datas were collected from April to June 2015. The workers in a Megablock in South Jakarta were interviewed with OSDI questionnaire and attended eyes examination with schirmer test. Datas were taken once in each responded while they already finished their job.
Result
Indoor air quality had been examined and showed bad result, with high temperature and the light was under standard for a working area. Although the humidity and particulate matter are normal. This research involved 85 persons, 90,6% were men, with average age was 23,05 in the range 20 to 40 years old. Based on the working area, 4,7% were in office, 28,2% were in post, and the rest were in the parking area. 61,2% of them were smokers. Workers with visual attention more than 4 hours perday were 54,1%. Only 14,1% workers have been working in the parking area more than 2 years. Most of them (87,1%) were placed basement for 8 hours perday. Workers were diagnosed dry eye syndrome by OSDI were 23 persons (37,1%) and 33 persons (38,8%) through schirmer test. Multivariate analysis showed that only sex factors that influenced dry eye syndrome, in which women have bigger chance 12,042 times to suffer from this syndrome if compared with men. Indoor air quality at ?X? Megablock basement parking area is bad. Dry eye syndrome prevalene on women workers is 87,5% and on men is 33,8%. severe dry eye syndrome is not found through schirmer test, but found 42,8% with OSDI questionnaire.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bina Rachma Permatasari
"Sick Building Syndrome adalah kumpulan gejala yang hanya dirasakan seseorang saat beraktivitas di dalam suatu gedung. Gejala tersebut tidak teridentifikasi secara spesifik hingga menyebabkan penghuni ruangan atau bangunan mengalami gangguan kesehatan akibat buruknya kualitas udara di dalam ruang. Tujuan penelitian ini alah untuk mengetahui Sick building syndrome yang terjadi di Politeknik Kesehatan Jakarta II dengan menghubungkan dengan PM2.5, PM 10, suhu, kelembaban, perawatan Ac, kepadatan ruangan, Jenis furniture dan periode waktu pembersihan ruangan. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriftif dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan yang berjumlah 65 karyawan dan ruangan yang ada di Politeknik Kesehatan Jakarta II. Metode perhitungan sampel menggunakan rumus proporsi binomunal (binomunal proportions) dan menggunakan metode simple random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital tahun 2017 dan menggunakan alat Particulat Dust Meter DAZ – 400. Hasil pada penelitian ini adalah dikatehui 80% karyawan mengalami kejadian sick building syndrome dan setelah dilakukan analisis bivariat menggunakan analisis chi square diketahui bahwa hanya variabel faktor risiko jenis furniture yang memiliki nilai p value <0.05 yaitu 0.006 dan memiliki nilai OR 6.750 dengan derajat kepercayaan 95% rentang interval antara 1.777 – 26.640 sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis furniture yang berisiko memiliki risiko 6.750 kali untuk mengalami kejadian sick building syndrome pada Politeknik Kesehatan Jakarta II.

Sick Building Syndrome is a collection of symptoms that a person only feels when doing activities inside a building. These symptoms are not specifically identified and cause the occupants of the room or building to experience health problems due to poor indoor air quality. Sick building syndrome that occurs at the Jakarta II Health Polytechnic by relating it to PM2.5, PM 10, temperature, humidity, AC maintenance, room density, type of furniture and time period for cleaning the room. This research uses a descriptive type of research with a cross sectional approach. The sample in this study was a portion of 65 employees and rooms at the Jakarta II Health Polytechnic. The sample calculation method uses the binominal proportions formula and uses the simple random sampling method. Data were collected using the 2017 Environment Medicine Clinic Sweden, Orebro Hospital questionnaire and using the Particulate Dust Meter DAZ – 400. The results of this study were that 80% of employees experienced sick building syndrome and after carrying out bivariate analysis using chi square analysis it was discovered that the only variable The risk factor for furniture types has a p value <0.05, namely 0.006 and has an OR value of 6,750 with a confidence level of 95%, the interval range is between 1,777 – 26,640, so it can be concluded that the type of furniture at risk has a risk of 6,750 times for experiencing sick building syndrome at the Health Polytechnic. Jakarta II."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Triyono
"Parkir basement menimbulkan emisi kendaraan bermotor yang akan mengganggu kesehatan manusia yang terlibat langsung dalam ruang parkir basement. Penelitian ini bertujuan membuat model pengendalian ruang parkir basement ramah lingkungan, dengan mengkombinasikan aspek teknis dengan memasukkan peran perilaku manusia.
Penelitian ini menggunakan metode quasi experimental dengan metode mix methods (kuantitatif dan kualitatif). Pengumpulan data dengan pengukuran konsentrasi pencemar, pemeriksaan kesehatan, pengisian kuesioner perilaku ramah lingkungan, dan pembuatan model pengendalian ruang parkir basement ramah lingkungan. Analisis data dengan deskriptif dan structural equation modelling (SEM).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Berdasarkan hasil analisis konsentrasi pencemar di udara ruang parkir basement didapatkan semua parameter memenuhi syarat sesuai Nilai Ambang Batas dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan syarat dalam Peraturan Menteri Kesehatan, kecuali parameter debu total yang melebihi konsentrasi maksimal dalam Peraturan Menteri Kesehatan; 2)
Berdasarkan hasil analisis kondisi kesehatan petugas di parkir basement dengan parameter Sick Building Syndrome didapatkan 30% mengeluh dan 70% normal; Fungsi Paru didapatkan 17% ada gangguan dan 83% normal; dan CO darah didapatkan 46 % ada gangguan dan 54% normal. 3) Berdasarkan faktor penentu perilaku ramah lingkungan didapatkan bahwa perilaku ramah lingkungan ditentukan oleh adanya intensi untuk berperilaku, sedangkan intensi dipengaruhi oleh norma subyektif, sikap, dan persepsi.4).
Berdasarkan hasil uji model struktural penelitian, penulis membuat model pengendalian ruang parkir basement ramah lingkungan yang terdiri atas 3 jalur untuk menjadi perilaku ramah lingkungan, yaitu a. Norma subyektif mempengaruhi intensi dan intensi mempengaruhi perilaku; b.Sikap mempengaruhi intensi dan intensi mempengaruhi perilaku; c.Persepsi mempengaruhi sikap, sikap mempengaruhi intensi dan intensi mempengaruhi perilaku. Berdasarkan 3 jalur tersebut yang paling signifikan adalah peran norma subyektif yang menjadi pengungkit untuk mempengaruhi intensi dan selanjutnya menjadikan perilaku ramah lingkungan.

Basement parking cause emissions motor vehicle which could affect human health that are directly involved in the parking area.The research is aimed at creating a model control basement parking space environment-friendly, by combining technical aspects to include the role human behavior.
This research used a quasi-experimental mehod with a method mixed methods (quantitative and qualitative research). Data collection with measurements concentration pollutants, medical check-up, filling questionnaire on environment-friendly; and making model control basement parking space environment-friendly. Data Analysis with descriptive and structural equation modeling (SEM).
Results of the study showed that: 1) Based on the result analysis of pollutants concentration in the air space basement parking is obtained all parameters to fulfill the requirement to The threshold in the regulation of the Minister of Manpower and Transmigration and Conditions in the regulation of the Minister of Health, except the dust total that exceeded maximum concentration in the regulation of the Minister of Health Care; 2).
Based on the result analysis of health officials in parking area also Trigger the Syndrome are with the parameter obtained by 30% complain and 70 percent normal lung function; there is trouble gained 17 percent and 83 percent normal; and CO blood provided by 46 percent are female and 54 percent normal. 3) Based on the determining factor on environment-friendly found that the behavior is determined by the attention to behave, while attention is influenced by norma subjective, attitude, and the perception. 4).
Based on the structural model research, I make a model control basement parking space environment-friendly consists of 3 routes to be on environment-friendly, namely a. Norma subjective affected attention and attention influence on ; b. The attitude affected attention and attention influence on; c. Perception influence the, the attitude affected attention and attention influence behavior. Based on 3 path is that the most powerful its significance is the role norms subjective to levers to influence attention and made on environment- friendly.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2015
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noviana Wirastini
"Lingkungan yang sehat merupakan dambaan setiap orang, baik di lingkungan udara terbuka maupun lingkungan udara tertutup seperti lingkungan dalam gedung perkantoran. Sebab kesehatan lingkungan berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan orang yang bekerja di dalamnya. Kualitas lingkungan udara yang kurang baik akan menimbulkan gangguan kesehatan. Salah satu fenomena gangguan kesehatan yang berkaitan dengan kualitas udara dalam ruangan adalah `sick building syndrome' (SBS).
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran kualitas fisik dan kimia udara serta melihat hubungan antara kualitas udara dengan kejadian SBS. Sedangkan tujuan khusus, untuk mengetahui gambaran polutan udara dalam ruangan, gambaran SBS, dan hubungan antara kualitas udara dalam ruangan dengan fenomena SBS khusus pada pekerja wanita di Mal Blok-M.
Untuk itu dilakukan studi observasi (survey) dan pengukuran pada indikator kualitas fisik kimia udara dan kasus SBS, dengan variabel kontrol umur, masa kerja dan status gizi. Penetapan kasus SBS bilamana responden mengalami 4 (empat) atau lebih gejala minimal 2 (dua) kali dalam seminggu; dan mengalami keluhan saat dilakukan penelitian, dan keluhan hanya timbul pada jam kerja. Untuk analisa bivariat dan multivariat dengan metode cross sectional menggunakan program komputer Epi Info dan SPSS Windows.
Prevalensi SBS 42 orang (19,8 %). Penilaian suhu udara diatas suhu standar (27,01°C). Kelembaban relatif 58,32 %, kecepatan aliran udara 0,14 m2ldetik (dibawah standar) dan kepadatan 0,55 orang/m2 (diatas standar). Beberapa polutan kadarnya melebihi ambang batas WHO untuk kondisi kimia dalam ruangan yaitu timah hitam, Karbon dioksida, dan formaldehid.
Hasil analisa multivariat terhadap 7 (tujuh) parameter panting (suhu, kelembaban, kecepatan aliran udara, kepadatan, kadar Karbon dioksida, Sulfur dioksida, formaldehid, dan masa kerja), mendapatkan model `fit' 3 variabel, dimana kelembaban udara berhubungan paling kuat terhadap SBS setelah dikontrol parameter kadar Karbon dioksida dan masa kerja. Nilai Odds Rasio 1,585 menunjukkan resiko terjadinya SBS pada ruangan berkelembaban di bawah 58,3% sebesar 1,585 dibandingkan pada ruangan berkelembaban sama atau diatas 58,3%. Pengendalian terhadap kelembaban dan suhu menciptakan kenyamanan udara dalam ruang, serta potensial juga mengendalikan tingginya kontaminan di dalam ruangan.
Dapat disimpulkan bahwa terdapat kasus SBS di Mal Blok-M. Faktor-faktor lingkungan yang berkaitan terhadap terjadinya SBS adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan aliran udara, kadar Karbon dioksida dan kadar formaldehid; dimana kelembaban udara paling kuat hubungannya.
Disarankan pengaturan sistem ventilasi ruangan khususnya kelembaban udara; perlunya upaya penurunan kadar polutan Timah hitam, Formaldehid, dan Karbon dioksida; pengujian kelayakan (kir) kendaraan angkutan umum secara berkala; penyuluhan gizi dan kecepatan; pengukuran kualitas fisik dan kimia udara secara berkala; dan untuk penelitian lebih lanjut perlu dilakukan pengambilan sampel yang lebih banyak agar kekuatan tes lebih baik.

The Relationship between Room Air Quality and the `Sick Building Syndrome' among Female Store Employees at the Blok-M Mall, Jakarta. Healthy environmental is being needed for every people, either outdoor environment or the indoor for example office building. Because the quality of environmental health was impact to public health statue especially people who works there. The worst air quality may influence symptoms. One of symptoms which related to indoor air quality is sick building syndrome (SBS).
The following research wishes to obtain a picture of phisical dan chemical air qualities in the shopping complex buildings at Blok-M Mall in relation to employee health. Special purposes are having a picture of air polutant in room, sick building syndrome cases, and the relation between room air quality and the `sick building syndrome' among female store employees at the Blok-M Mall.
Finding the purposes, this study was designed by observasi study (sur-vet) and measured many parameters of phisical and chemical air quality and ditected the SBS cases, there are also saveral variable controls age, length of time working and nutrition statue. Whereas the SBS if someone has 4 (four) or more symptoms minimal twice a week, either when the study done and the complains only in whorkplace. The bivariat and multivariat analysis with cross sectional method in Epi Info and SPSS for Windows (computer programe).
SBS prevalence is 42 persons (19,8%). Measuring temperature of the air was above the standart (27,01°C), humidity was 58,32 %, rate of air circulation was 0,14 m2lsecond (under the standart) dan crowd level 0,55 personlm2 (above the standart). Some polutant levels had being above of the WHO standart for air chemical quality of room are the level of Plumbum, Carbon dioxide, and Formaldehide.
Result of multivariat analyzes to 7 (seven) important parameters (temperature, humidity, rate of air circulation, room crowd, level of Carbon dioxide, Sulfur dioxide, Formaldehide, and length of time working), had regression model `fit' 3 variables, whereas the air humidity related to SBS after adjusted with Carbon dioxide levels and length of time working. Odds Rasio was 1,585, It was pointing the hazard of SBS in room which have air humidity under 58,3% may upon 1,585 in comparison with room above 58,3%. Controling air humidity and temperature of the building could make comfortable environment although potencialy controling the increasing contaminant in room.
The conclusion of study was SBS cases ini Blok-M mall. The environmental factors which related to SBS were temperature, humidity, rate of air circulation, level of Carbon dioxide and Formaldehide; whereas air humidity had stroggest relationship.
The study advised controlling room ventilation systems especially air humidity; decreasing level of air contaminants : Plumbum, Formaldehide, and Carbon dioxide; testing the available public transportation; advocating good nutrition and health; measuring phisical-chemical air quality routinesly; and another study must be more adequacy sample size to increasing the power test.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26834
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rachma Aditria Suci
"ABSTRAK
Sick Building Syndrome (SBS) merupakan salah satu masalah yang sering dialami oleh penghuni di gedung perkantoran. SBS dapat disebabkan karena kualitas udara dalam ruang dan karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah total koloni bakteri di udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Arsip Nasional Republik Indonesia. Digunakan desain studi cross sectional, variabel independen yaitu jumlah total koloni, variabel confounding yaitu suhu, kelembaban relatif, pencahayaan, usia, jenis kelamin, masa kerja, riwayat alergi dan kebiasaan merokok. Analisis statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS pada pegawai di Arsip Nasional Republik Indonesia Tahun 2019 sebesar 60%. Dari 9 variabel yang diuji, hanya variabel usia (OR= 0,43; 95%CI= 0,189-0,969) yang berhubungan signifikan secara statistik.

ABSTRACT
Sick Building Syndrome (SBS) is one of the problems that are often experienced by residents in office buildings. SBS can be caused due to indoor air quality and individual characteristics. This study aims to determine the relationship between the total amount of bacterial colonies in the air in indoor office with SBS at Arsip Nasional Republik Indonesia. Cross sectional study design was used, the independent variables was the total number of colonies. The confounding variables were temperature, relative humidity, lighting, age, gender, working period, history of allergies and smoking habits. Statistical analysis gives the results of the proportion of SBS events to employees at Arsip Nasional Republik Indonesia in 2019 is 60%. Of the 9 variables tested, only the age variable (OR=0.43; 95%CI=0.189-0.969) was statistically significant."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desti Maharani
"ABSTRAK
Prevalensi kejadian sick building syndrome di dunia menurut EPA mencapai 30% dan di Indonesia penelitian-penelitian sebelumnya melaporkan lebih dari 50% pekerja mengalami SBS. Namun SBS bersifat idiopathic, penyebabnya masih belum dapat teridentifikasi dengan jelas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi gambaran kejadian serta hubungan faktor individu dan indoor air quality dengan SBS pada pekerja di Indonesia. Penelitian menggunakan systematic review yang berdasarkan pada metode PRISMA dengan pendekatan sintesis naratif terhadap 28 studi berupa jurnal dan skripsi yang dipublikasi pada tahun 2011-2020. Pada kajian sistematis menunjukan bahwa prevalensi SBS pada pekerja di Indonesia yang dilaporkan dalam studi sebesar 19% hingga 89,4% dengan 27 studi melaporkan prevalensi SBS >20%. Gejala SBS yang dialami oleh pekerja dalam studi berkisar antara 3-17 gejala. Gejala dengan proporsi tertinggi yang paling banyak dilaporkan dalam studi adalah gejala umum yakni sebanyak 11(39,28%) studi. Faktor individu yang paling banyak diteliti adalah faktor usia, sedangkan pada faktor indoor air quality adalah suhu. Faktor risiko SBS berdasarkan faktor individu yang menunjukan hasil signifikan adalah usia dan masa kerja sedangkan berdasarkan faktor IAQ adalah CO2 dan VOCs. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukannya kontrol yang berkala terhadap kualitas udara di dalam ruangan terutama konsentrasi CO2 dan VOC.

ABSTRACT
The prevalence of sick building syndrome in the world according to the EPA reaches 30% and in Indonesia previous studies reported more than 50% of workers experiencing SBS. However, SBS is idiopathic, the cause is not clearly identified. The purpose of this study is to identify and evaluate the description of incidents and the relationship between individual factors and indoor air quality with SBS among workers in Indonesia. The study used a systematic review based on the PRISMA method with a narrative synthesis approach to 28 studies consisting journals and thesis published in 2011-2020. The systematic review shows that the prevalence of SBS among workers in Indonesia reported in the study is 19% to 89.4% with 27 studies reporting the prevalence of SBS> 20%. SBS symptoms experienced by workers in the study ranged from 3-17 symptoms. The highest proportion symptoms reported in the study were general symptoms in 11 (39.28%) studies. The most researched individual factor is age, while indoor air quality is temperature. The risk factors for SBS based on individual factors that show significant results are age and years of service, while based on IAQ factors are CO2 and VOCs. Based on this research, it is necessary to periodically control indoor air quality, especially the concentrations of CO2 and VOCs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Sukmaningsih
"Kecenderungan pekerja perkantoran di DKI Jakarta untuk mengalami Sick Building Syndrome (SBS) mexupakan masalah kesehatan yang harus mendapatkan perhatian karena dapat mengganggu produktiiitas kerja.Sejumlah penelitian menyatakan lingkuugan kerja yang serba modern punya pengaruh besar menyebarkan polutan penyebab gangguan kesehatan. Sirkulasi udara yang tidak lancar, adanya bakteri, virus, kuman dan berbagai bahan kimia yang berasal dari dalam ruangan menjadi sumber radikal bebas yang menyerang penghuni kantor.Salah satu upaya untuk pencegahan memerangi radikal bebas yang dapat menimbulkan gejala Sick Building .Syndrome dengan perberian asupan suplemen antioksidan.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh asupan suplemen antioksidan terhadap kejadian Sick Building .Syndrome pada masyarakat pekerja perkantoran di DK1 Jakarta Tahun 2008-2009.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi komunitas (community trial) amu studi ekspcrirncntal pada populasi pekelja perkantoran dengan kriteria responden sebagai berikut berumur 23-55 tahun, telah bekerja lebih dari satu tahun, lama bekerja berada didalam gedung minimal lebih dari 5 jam perhari dengan lingkungan kerja gedung perkantoran modern bertingkat ,ventilasi udara mengandalkan AC, berkarpet, dengan dilengkapi peralatan jizmiture dan mesin kantor. Jumlah sampel 350 terdiri 212 diberi antioksidan scbagai subyck dan 138 tidak diberl antioksidan sebagai kontrol yang tersebar di 16 perusahaan/institusi dengan total lokasi 18 gedung perkantoran yang tersebar di 4 (80%) wilayah provinsi DKI Jakarta, Data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara dan pengukuran.Data diuji dengan uji chi square dan uji binary logistic regression.
Hasil penelitian diperoleh : Karakteristik demografi dan perilaku para pekerja perkantoran di DKI Jakarta tidak berbeda pada karyawan yang mengkonsmnsi suplemen anti-oksidan setiap hari selama 90 hari maupun yang tidak mengkonsumsinya. Pembelian Suplemen anti-oksidan dapat mempengaruhi kejadian Sick Building Synakome pada pekerja perkantoran di DK1 Jakarta dengan p value < 0,05 ( p = 0,037, RR=1,033) dengan kata lain kejadian SBS dapat dicegah dengan antioksidan.
Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh asupan suplemen antioksidan terhadap kejadian Sick Building Syndrome pada pekerja perkantoran di DKI Jakarta. Penambahan suplemen antioksidan dalam menu makanan sehari~hari pada pekerja perkantoran dapat menjadi bahan pertimbangan yang positif dalam menjaga kondisi fisik pekerja.

Such a tendency of an oEiiee worker in DKI Jakarta in experiencing Sick Building Syndrome (SBS) has become a health problem and that it must draw a great attention because it can disturb work productivity. A number of researches have proved that an ultra modern work environment has a very much eH`ect of spreading pollutant around as a health disturbance. Irregular or badly adjusted air circulation in which place bacteria, viruses, germs, and diferent kinds of chemicals coming from the room have caused it to be a radical source which can iieely attacks an office inhabitant or whoever in there. One of efforts designed to protect it from being troubled by the tree radicals namely the appearrance of Sick Building Syndrome by giving permeance of antioxidant supplement. This research purpose is aimed to know permedoility effect of antioxidant supplement against event frequency of Sick Building Syndrome onto odice worker community in DKI Jakarta years 2008 up to 2009.
This research applies "community study research design" (community trial) or experimental study onto office worker population by using this following respondent criteria such as 23-55 years, have already worked more than a year, working length of period in the building minimally more than tive hours a day within a storied modern ohice building working environment, with ventilation regulated by installed air-conditioner, carpeted, furnished with fruniture and oHice equipment. The number of sample 350 consisting of 212 with antioxidant treatment as a subject and 138 of them are not given any antioxidant as its control spreading all over 16 companies/institutions with total locations over 18 office spaced buildings scattering in an area of 4 (80%) province territory of DKI. The collected data is primary data obtained through interviewing and measuring. Data are examined by using chi square test and binary logistic regression test.
Then, the obtained research : demography characteristic and behaviour of offce worker as a whole in DKI Jakarta does not make any di5`erence onto those staff consuming anti oxidant supplement everyday during 90 days or eventhough without consuming it. The supply of antioxidant supplement can affect its event of Sick Building Syndrome onto the oiiice worker in DKI Jakarta with p value <0,05 (p=0,037, RR=l,033) with other words that the event of SBS can be avoided by giving antioxidant.
Therefore, as based on this research result it can draw a conclusion that there is an effect of antioxidant supplement permeability against event frequency of Sick Building Syndrome onto otiice worker in DKI Jakarta. Any increase of antioxidant supplement in our regular daily menu of food for office worker can become a matter of positive consideration in keeping worker physical condition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T32347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>