Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63483 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leo Chandra
"Arsitektur dimulai ketika seseorang atau sekelompok manusia mempunyai suatu kebutuhan suatu naungan, yang pada saat itu tidak terdapat di alam bebas. Ketika kehidupan manusia selalu berpindah tempat, tidak jarang mereka mengalami kesulitan untuk mencari sebuah tempat di alam, yang dapat menaungi mereka dari serangan cuaca. Dari sebuah kebutuhan mendasar itulah, dunia Arsitektur mulai berkembang selaras dengan berkembangnya kebudayaan manusia.
Meskipun dunia Arsitektur dapat dikatakan dinamis, narnun pada dasarnya terdapat beberapa nilai tetap yang dapat menjadi batas pada sebuah karya Arsitektur. Sedikitnya terdapat tiga faktor utama, seperti yang diungkapkan oleh seorang Arsitek Roma, Marcus Vitruvius Polio, yaitu Utilitas, Firmitas, dan Venustas. Ketiga faktor ini, sangat membantu para arsitek untuk menilai ataupun melihat sesuatu dalam dunia arsitektur, termasuk dalam melihat sistem struktur pada sebuah karya Arsitektur.
Salah satu hal yang menarik untuk dilihat pada karya Arsitektur ialah tentang penggunaan struktur tenda. Struktur tenda telah dipakai oleh banyak orang di beberapa daerah, ketika mereka masih hidup secara nomaden. Pada masa sekarang, ketika manusia mulai hidup menetap pada suatu daerah tertentu; penggunaan struktur tenda dalam pembangunan berkurang secara drastis. Dengan pemahaman dasar teori Vitruvius inlah, kita dapat menelusuri fenomena ini, guna melihat kemungkinan- kemungkinan perkembangan struktur tenda dalam bidang arsitektur; baik dari segi Kekuatan, Fungsi dan Keindahannya.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48551
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvina Virnanda
Depok: Universitas Indonesia, 1999
S47917
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kruft, Hanno-Walter
London: Princeton Architectural Press, 1994
720.1 KRU h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Laksmi Gondokusumo
Jakarta: UI-Press, 2005
720.1 SIR f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ihven
"Dunia kini mulai beralih dari paradigma Mekanikal ke paradigma Elektronik. Paradigma baru ini memberikan tantangan yang kuat terhadap Arsitektur karena paradigma baru ini mendefinisikan reality dalam bentuk media dan simulasi, menghargai appearance lebih daripada existence, what can be seen over what is.
Muncul pertanyaan-pertanyaan yang membuat perngertian ruang maupun Vision kita terhadap ruang, kian rumit untuk dimengerti.
Banyak teoritisi yang menawarkan pemikiran baru terhadap Space. Salah satunya adalah seorang ahli filsafat bernama Gilles Deleuze yang memperkenalkan teori The fold". Bagi Deleuze, Folded Space memberikan artikulasi baru terhadap hubungan antara horizontal dan vertikal, figure dan ground, dalam dan luar, la memperkenalkan cara pandang baru terhadap struktur-struktur yang sebelumnya diartikulasikan dengan pandangan tradisional. Tidak seperti pengertian ruang dalam pandangan lama, ide Folded Space tidak mengenal framing sebagai modulasi temporal.
Ide "folding" dari Deleuze ini lebih radikal dibandingkan dengan origami, karena ia mengandung sebuah kualitas dari °apa yang tidak terlihat", la bukan hanya menyangkut lipatan-lipatan pada materi.
Dalam Folded Space, banyal hal yang dilibatkan maupun yang terkandung di dalamnya. Untuk menjelaskan apa yang terlibat maupun yang terkandung di dalamnya, kita harus dapat terlebih dahulu mangupas pertanyaan-pertanyaan umum terhadap space, time, Vision, teknologi dan arsitektur yang bersangkutan dengannya.
Perngertian Fold dari Deleuze inilah yang kemudian banyak dijadikan sebagai dasar bagi para arsitek dan teoritisi lainnya untuk mendeinisikan ruang. Para arsitek dan teoritisi tersebut antara lain adalah Peter Eisenman dan Greg Lynn."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Ekspresi, sebuah ungkapan perasaan menjadi suatu bahasa da\am melangsungkan hubungan bermasyarakat. Berbagai cara komunikasi telah dilakukan oleh manusia, dan berbagai ekspresi telah terkfeasi karena selalu adanya daya imajinasi yang tidak terbaias dan meningkatnya peran serta citarasa dalam memenuhi kebutuhan iisiclogis sampai dengan mengaktualisasikan dirinya. Seorang manusia, makhluk yang re1atif sempuma dengan daya inte\egensia, hati, dzauq (crtarasa)‘
mempunyai kesempatan untuk melakukan berbagai ekspresi dalam mengungkapkan apa yang ada di benaknya.
Dengan keahlian yang muncul karena seringnya ia berkarya, maka arsitek membantu individu-inclividu Iainnya untuk berkomunikasi dan memberi kepuasan antar mereka, maupun pada dirinya sendiri. Seiring dengan perkembangan budaya dan waktu, keahhan dan daya kreasi mereka semakin terasah, apalagi dengan adanya pembaharuan daiam bidang sains dan teknologi _ Hasil pengolahan alam sadar maupun kespontanitasan arsitek adalah ekspresi yang telwujud mulai dari goresan tangan sampai dengan bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi_ Begitu ekspresi yang ia ungkapkan melalui sebuah karya dapat ditangkap oleh khalayak sesuai dengan maksud pesan yang ingin disampaikan, maka pengakuan dan penghargaan dan khalayak adalah tanda keberhasilannya. lde-ide yang mengalir dalam benaknya, tersaiurkan karena adanya materi yang ada di bumi. Tanpa materi tersebut, arsitek tak dapat mewujudkan pesan yang ingin ia sampaikan kepada khalayak untuk turut dirasakan Materi yang diolahnya adaiah media yang juga telah mempunyai karakteristik tersendiri, dengan sentuhan tangannya, materi tersebut dapat terbangun dan tergali jiwanya sehingga ia dapat berbicara mengungkapkan pesan_ Teranalogikan pada sebuah surat, apalah artinya kata-kata yang indah_materi da1am surat, jikalau tidak terangkai dan ditempatkan di posisinya dengan baik."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febianca
"Struktur seringkali dianggap dan diperlakukan seperti pipa plambing, kabel listrik dan elemen-elemen servis lainnya yang keberadaannya harus disembunyikan karena struktur tidak indah untuk diperlihatkan. Hal tersebut disebabkan oleh prinsip penilaian masyarakat pada saat itu hanya rnelakukan penerapan praktis saja, Yang dimaksud penerapan praktis adalah apabila seseorang menilai benda dari segi fungsi atau kegunaannya saja. Mereka tidak menilai dengan penerapan estetika yaitu menilai suatu benda berdasarkan pengalaman panca inderanya terhadap benda tersebut. Namun seiring perkembangan teknologi dalam Arsitektur telah banyak terlihat bangunan bangunan strukturnya. Masyarakat mulai melihat adanya kemungkinan nilai estetika terkandung dalam elemen struktur. Penilaian estetika merupakan penilaian yang cenderung subyektif dimana patokan sesuatu yang dikatakan indah itu tergantung pada pengalaman dan persepsi orang terhadap sesuatu tersebut Namun terdapat beberapa teori yang menyatakan bahwa penilaian estetika merupakan penilaian yang bisa dijadikan obyektif. Suatu struktur harus memenuhi kriteria-kriteria estetika agar dapat dikatakan indah atau memiliki nilai estetika. Kriteria kriteria ini didapat dari berbagai teori estetika. Untuk mendapatkan penilaian obyektif dari estetika harus ditemukan sebuah rumusan yang akan menjadi patokan penilaian estetika struktur. Namun berdasarkan pendapat Plato dan S.A. Kirkegaard yaitu..."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S48519
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ven, Cornelis van de
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991
R 723 VEN r
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Gangga Widya Kartini
"Perkembangan karya arsitektur di Indonesia tergantung dari ide para arsitek yang mengisinya. Karya-karya mereka mengungkapkan berbagai macam karakter dan ciri khusus. Apabila kita telusuri akan keluar satu kata yang sama dalam rancangannya yang terjadl tanpa disadarinya. Tulisan ini mengkaji karakter perancangan dari tiga arsitek terkemuka di Indonesia yang mewakili generasi dan zamannya masing-masing waktu menjadi salah satu unsur terbentuknya pola tipe rancangan mereka dan masa kecil memberi dampak yang sangat besar dari perancangan tersebut. Studi literatur dipaparkan untuk menghubungkan keadaan dan kondisi masa kecil mereka dengan watak perancangan yang mereka realisasikan dalam karya arsitektur. Agar terdapat suatu masukan dan memberi peluang untuk lebih kreatif dan inovatif bagi perkembangan ilmu arsitektur di Indonesia."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48240
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Nuha Fahira Fahmy
"Skripsi ini membahas Bandara Soekarno-Hatta sebagai gerbang masuk negara dan bagaimana sebuah bandara mengkomunikasikan identitas sebuah negara. Tulisan ini menggunakan teori mengenai place dan Semiotika untuk memahami identitas yang terbaca pada Bandara Soekarno-Hatta. Place dapat didefinisikan sebagai tempat yang menunjukkan signifikansi konteks tempat ia berada serta memiliki signifikansi yang dapat berasal dari budaya, sejarah, dan lain-lain. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari simbol-simbol yang dipakai di masyarakat dan perannya dalam mengkomunikasikan suatu ide, termasuk kajian arsitektur di era Pasca Modern. Arsitektur di era ini menunjukkan gaya arsitektur yang ingin membangkitkan kembali arsitektur yang lebih seimbang dari sisi fungsi dengan non-fungsi termasuk ornamen dan simbol identitas. Sebagai gerbang masuk negara, Bandara Soekarno-Hatta memiliki fungsi menyampaikan identitas negara dan memberikan kesan pertama kepada para pengunjung serta menyambut pulang orang-orang Indonesia. Oleh karena itu Bandara Soekarno-Hatta harus menjadi place yang menandakan bahwa pengunjung sedang berada di Indonesia dan identitas lokal seperti melalui penggunaan simbol dan penggunaan arsitektur tradisional dengan teknologi modern. Terminal 1 dan 2 mengangkat identitas Indonesia melalui arsitektur tradisional Jawa menekankan ide tentang place yang lebih spesifik. Sementara Terminal 3 mengangkat identitas Indonesia yang lebih modern dan lebih dominan dengan ide non-place yaitu bandara sebagai ruang transisi. Dari sini bisa dianalisis bahwa arsitektur Bandara Soekarno-Hatta menunjukkan identitas Indonesia yang terus berkembang.

This study explores Soekarno-Hatta Airport as the gateway to Indonesia and how the airport communicates Indonesia’s identity. This study uses theories of place and Semiotics to understand the identity of Soekarno-Hatta airport. Place can be defined as a space with a significant meaning that shows local contexts, coming from local culture, history, and identity. Semiotics is a study about symbols that is used in presenting certain meanings and it has a key role in communicating an identity. Architecture during the Postmodern era can be understood using semiotics such as the modern style that wants to revive architecture that is more balanced in function and non-function including ornaments and identity symbols. As a gateway to a country, Soekarno-Hatta Airport has a function to convey Indonesia’s identity and give first impressions toward visitors and welcome Indonesians home. Because of that, Soekarno-Hatta Airport has to be a place that signifies that visitors are currently in Indonesia, and that can be shown through the use of traditional architecture combined with modern technology or a narration throughout the airport that conveys its identity. Terminal 1 and 2 tell us about Indonesia’s identity from its traditional side and emphasizes the idea of place that is more specific, while Terminal 3 shows Indonesia in a modernized state and is more dominant in the idea of non-place which is the airport as a space of transition. From this study we can conclude that the architecture of Soekarno-Hatta Airport conveys a message about Indonesia’s identity that keeps on growing."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>